Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

TEORI DAN ANALISIS PRODUKSI

Dosen Pengampu : Wa Ode Suwarni, S.E., M.Sc.

OLEH :

Nama : Fadhlan Zikrah Sanubari


NPM : 20320035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDIN
KOTA BAUBABU
2021

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur kepada Allah SWT atas pertolongan Allah SWT,
penulis dapat menyelesaiakan makalah berjudul ”Teori Perilaku Produseni” tepat
waktu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Matakuliah Pengantar Ekonomi


Syariah yang diberikan oleh Ibu Wa Ode Suwarni, S.E., M.Sc. selaku dosen Mata
kuliah Pengatar Ekonomi Syariah. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas
semua bimbingannya untuk menyelesaikannya.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menghadapi banyak kendala,


namun dengan bantuan banyak orang, semua masalah tersebut dapat dilalui..
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih kurang sempurna dalam susunan dan
isinya. Maka dari itu penulis berharap kritik dari para pembaca dapat membantu
penulis dalam menyempurnakan makalah selanjutnya.

Baubau, 3 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Pengertian Produksi ................................................................................3


2.2 Tujuan Produksi Menurut Islam .............................................................4
2.3 Motivasi Produsen dalam Berproduksi ...................................................6
2.3.1 Keuntungan Kerja dan Tawakal.....................................................7
2.3.2 Kegiatan Produksi Pada Masa Rasulullah SAW............................8
2.3.3 Motivasi Produsen Ekonomi Islam................................................9
2.3.4 Motivasi Produsen Ekonomi Konvensional.................................10
2.4 Formulasi Mashlahah bagi Produsen ....................................................10
2.5 Kurva Penawaran....................................................................................11
2.6 Nilai Islam dalam Berproduksi...............................................................12

BAB III PENUTUP ..........................................................................................13


3.1 Kesimpulan.............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konsumen akan mengalokasikan anggaran yang dimilikinya sedemikian rupa


untuk mengonsumsi barang dan jasa yang dapat menciptakan Maslahah secara
maksimal. Dengan memperoleh Maslahah yang maksimal diharapkan konsumen
dapat memperoleh Falah, yaitu kehidupan bahagia di dunia akhirat. Dari usaha untuk
memaksimumkan maslaha ini kemudian bisa didapatkan fungsi dan kurva
permintaan.

Hal lain dari aktivitas ekonomi yang sangat menunjang kegiatan konsumsi
adalah produksi, yaitu kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tanpa kegiatan
produksi, maka Konsumen tidak akan dapat mengonsumsi barang dan jasa yang
dibutuhkan nya. Kegiatan produksi dan konsumsi adalah sebuah mata rantai yang
saling berkaitan dan tidak bisa saling dilepaskan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip
yang berlaku dalam kegiatan konsumsi pada dasarnya juga akan menjadi prinsip
dalam kegiatan produksi. Jika konsumen mengkonsumsi barang dan jasa untuk
mendapatkan Maslahah, maka produsen akan memproduksi barang dan jasa yang
dapat memberikan Maslahah. Jadi, produsen dan konsumen memiliki tujuan sama,
yaitu mencapai Maslahah.

Makalah ini akan membahas teori perilaku produsen, meliputi motivasi dan
tujuannya dalam berproduksi, perilaku yang berkaitan dengan upaya meraih maslaha,
3 prinsip dan nilai yang harus dipegang nya. Perilaku produsen ini kemudian akan
menjadi dasar kurva penawaran di pasar.

.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Produksi Produksi ?
1.2.2 Apa tujuan Tujuan Produksi Menurut Islam ?
1.2.3 Bagaimana Motivasi Produsen dalam Berproduksi ?
1.2.4 Bagaimana Formulasi Mashlahah bagi Produsen ?

1
1.2.5 Bagaimana Bentuk dari Kurva Penawaran ?
1.2.6 Apa Nilai Islam dalam Berproduksi ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan pada rumusan masalah, maka dapat ditetapkan tujuan dari Makalah
ini adalah untuk Mengetahui :

1.3.1 Pengertian Produksi


1.3.2 Tujuan Produksi Menurut Islam
1.3.3 Motivasi Produsen dalam Berproduksi
1.3.4 Formulasi Mashlahah bagi Produsen
1.3.5 Kurva Penawaran
1.3.6 Nilai Islam dalam Berproduksi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Produksi

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang
kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan manusia masih sedikit
dan sederhana, kegiatan produksi dan konsumsi seringkali dilakukan oleh seorang
sendiri. Seseorang memproduksi sendiri barang dan jasa yang dikonsumsinya.
Seiring dengan semakin beragamnya kebutuhan konsumsi dan keterbatasan sumber
daya yang ada( termasuk kemampuannya), maka seseorang tidak dapat lagi
menciptakan sendiri barang dan jasa yang dibutuhkan nya, tetapi memperoleh dari
pihak lain yang mampu menghasilkan nya. Karenanya kegiatan produksi dan
konsumsi kemudian dilakukan oleh pihak-pihak yang berbeda. Untuk memperoleh
efisiensi dan meningkatkan produktivitas, munculnya spesialisasi dalam produksi.
Saat ini

Secara teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output,


tetapi definisi produksi dalam pandangan ilmu ekonomi jauh lebih luas.
Pendefinisian produksi mencakup tujuan kegiatan menghasilkan output serta
karakter-karakter yang melekat padanya. Beberapa ahli ekonomi Islam memberikan
definisi yang berbeda mengenai pengertian produksi, meskipun substansinya sama.
Berikut ini beberapa pengertian produksi menurut para ekonom muslim kontemporer.

1) K a h f (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif Islam sebagai


usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi
juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana
digariskan dalam agama Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
2) Mannan (19 92) menekankan pentingnya motif altruisme (altruism) bagi
produsen yang Islami sehingga ia menyikapi dengan hati-hati konsep pareto
optimality dan given demand hypothesis yang banyak dijadikan sebagai konsep
dasar produksi dalam ekonomi konvensional.

3
3) Rahman (1995) menekankan pentingnya keadilan dan pemerataan produksi
(distribusi produksi secara merata).
4) Ul Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi
kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardhu kifayah, yaitu kebutuhan
yang bagi banyak orang pemenuhannya bersifat wajib.
5) Siddqi (1992) mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan
jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan kebajikan/kemanfaatan (maslahat)
bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil
dan membawa kebajikan bagi masyarakat maka ia telah bertindak Islami.

Dari berbagai Definisi diatas, maka bisa disimpulkan bahwa kepentingan


manusia, yang sejalan dengan moral Islam, harus menjadi fokus atau target dari
kegiatan produksi. Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan dan mengolah
sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan maslaha bagi manusia.
Oleh karena itu, produksi juga mencakup aspek tujuan kegiatan menghasilkan output
serta karakter-karakter yang melekat pada proses dan hasilnya

2.2 Tujuan Produksi Menurut Islam

Produksi adalah kegiatan menciptakan suatu barang atau jasa, sementara


konsumsi adalah pemakaian atau pemanfaatan hasil produksi tersebut. Kegiatan
produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkaitan satu
dengan lainnya. Oleh karena itu, kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan
kegiatan konsumsi. Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan
ekonomi tidak akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. misalnya, dalam
konsumsi kita dilarang untuk memakan atau meminum barang-barang yang haram
seperti alkohol babi bangkai binatang yang tidak disembelih atas nama Allah, dan
binatang buas. Seorang konsumen yang berperilaku Islami juga tidak boleh
melakukan israf atau berlebih-lebihan, tetapi hendaknya konsumsi dilakukan dalam
takaran moderat. Perilaku konsumen yang seperti ini tentu akan sulit terwujud
apabila kegiatan produksinya tidak sejalan. Misalnya produksi ( dan mata rantainya,
seperti pemasaran) alkohol yang marah, kemudian produsen memasarkan alkohol

4
tersebut sedemikian rupa (dengan cara menarik) sehingga kemungkinan Perilaku
konsumen akan terpengaruh. Dalam situasi seperti ini Indri mentasi perilaku
konsumsi yang Islami sulit direalisasikan.

Tujuan seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dalam


perspektif ekonomi Islam adalah mencari Maslahah maksimum dan produsen juga
harus demikian. dengan kata lain, tujuan kegiatan produksi adalah menyediakan
barang dan jasa yang memberikan Maslahah maksimum bagi konsumen. Secara lebih
spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa
diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya yaitu:

1) Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat


2) Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya
3) Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan
4) Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.

Meskipun produksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia tidak berarti


bahwa produsen sekedar bersikap reaktif terhadap kebutuhan konsumen. Produsen
Harus proaktif, kreatif dan inovatif menemukan berbagai barang dan jasa yang
memang dibutuhkan oleh manusia. Penemuan ini kemudian disosialisasikan atau
dipromosikan kepada konsumen sehingga konsumen mengetahuinya. Sikap proaktif
menemukan kebutuhan ini sangat penting sebab terkadang Konsumen juga tidak
mengetahui apa yang sesungguhnya dibutuhkannya. Sikap proaktif ini juga harus
berorientasi ke masa depan( future view), dalam arti yaitu:

a) Menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kehidupan masa


mendatang
b) Menyadari bahwa sumber daya ekonomi, baik natural resources atau non
natural resource, tidak hanya diperuntukkan bagi manusia yang hidup
sekarang tetapi juga untuk generasi mendatang.

Implikasi dari aktivitas di atas adalah Tersedianya secara memadai berbagai


kebutuhan bagi generasi mendatang. Konsep pembangunan yang berkesinambungan
( sustainable development), yang relatif baru dikembangkan dalam pembangunan

5
ekonomi konvensional, pada dasarnya adalah suatu konsep pembangunan yang
memberikan persediaan memadai bagi generasi mendatang titik alat ini bukan hanya
diperuntukkan bagi manusia di suatu masa atau tempat aja, tetapi untuk manusia di
sepanjang zaman hingga Allah Menentukan hari penghabisan alam semesta(Yaum Al
Qiyamah).

Tujuan yang terakhir yaitu pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah
kepada Allah. Tujuan produksi adalah mendapatkan berkah, yang secara fisik belum
tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri. Selain untuk pemenuhan kebutuhan
manusia sendiri, produksi harus berorientasi kepada kegiatan sosial dan ibadah
kepada Allah. Tujuan ini akan membawa implikasi yang luas, sebab produksi tidak
akan selalu menghasilkan keuntungan material. Ibadah sering kali tidak secara
langsung memberikan keuntungan material Bahkan sebaliknya justru membutuhkan
pengorbanan material. Kegiatan produksi tetap harus berlangsung meskipun ia tidak
memberikan keuntungan materi sebab itu akan memberikan keuntungan yang lebih
besar berupa pahala di hari kiamat nanti.

2.3 Motivasi Produsen dalam Berproduksi

Produsen adalah seorang profit Checker sekaligus profit maxximizer. Strategi,


konsep dan teknik berproduksi semuanya diarahkan untuk mencapai keuntungan
maksimum, baik dalam jangka pendek (short-run profit) atau jangka panjang (long-
run profit). Milton Friedman seorang Nobel laureate di bidang ekonomi menunjuk
bahwa satu-satunya fungsi dunia usaha (bisnis) adalah untuk melakukan aktivitas
yang ditunjukkan untuk meningkatkan keuntungan sepanjang hal ini didasarkan pada
aturan main yang ada. Dengan kata lain, mereka hanya perlu berpartisipasi dalam
persaingan bebas dan terbuka tanpa adanya kecurangan dan pemalsuan/penipuan.
Jadi, produsen hanya diwajibkan patuh pada hukum (rule of the game) saja.
Disamping itu, banyak diantara ekonom barat yang merekomendasikan bahwa tugas-
tugas sosial, apapun bentuknya merupakan kewajiban pemerintah untuk
menanganinya, dunia usaha tidak perlu ikut campur dalam hal ini.

6
Motivasi produsen untuk memaksimumkan keuntungan seringkali merugikan
pihak lain, sekaligus dirinya sendiri. Dalam pandangan ekonomi Islam motivasi
produsen semestinya sejalan dengan tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen
itu sendiri. Jika tujuan produksi adalah menyediakan kebutuhan material dan spiritual
untuk menciptakan masalah maka motivasi produsen tentu saja juga mencari masalah
acoma dimana hal ini juga sejalan dengan tujuan kehidupan seorang muslim. Dengan
demikian, produsen dalam pandangan ekonomi Islam adalah Maslahah maximizer.
Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain memang tidak
dilarang sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam.

2.3.1 Keuntungan, Kerja dan Tawakal


Ajaran Islam bersifat sangat positif dan proaktif terhadap upaya manusia
untuk mencari keuntungan, sepanjang cara yang dilakukan tidak melanggar
syariat. Upaya mencari keuntungan merupakan konsekuensi dari aktivitas kerja
produktif yang dilakukan seorang, sementara keuntungan itu sendiri merupakan
rezeki yang diberikan Allah kepada hambaNya.
Rasulullah Muhammad SAW. , para nabi dan para sahabat adalah para
pekerja keras dan selalu menganjurkan agar Manusia bekerja keras sebagaimana
disampaikan dalam kotak, disamping bertugas menyampaikan risalah, mereka
memiliki berbagai profesi yang dilakukan secara profesional. Berikut beberapa
hadits yang memberikan anjuran untuk bekerja yaitu:
" tidak ada satu makanan pun yang dimakan seseorang itu lebih baik daripada
makanan hasil usaha sendiri. " ( HR Bukhari )
" barangsiapa di malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan
kedua tangannya di siang hari maka dia diampuni dosanya (oleh Allah). " (HR
Thabrani )
" tidak ada seorang laki-laki yang menanam tanaman (bekerja) kecuali Allah
mencatat baginya pahala(sebesar) apa yang keluar dari tanaman tersebut. "
(HR Abu Daud dan Hakim)
Kebalikan dari kerja keras adalah pengangguran dan sikap bermalas-
malasan. Islam sangat membenci pengangguran meminta-minta dan sikap Pasif

7
dalam mencari Maal. Orang yang bekerja tidak akan memiliki kekuatan untuk
menegakkan kebaikan dan keadilan sehingga mendapatkan kedudukan yang
mulia. Rasulullah SAW menyuruh umatnya untuk menghindari perbuatan
meminta-minta Dan menganggap bahwa sikap yang paling mulia adalah
berusaha dengan bekerja sebagaimana dalam hadisnya.
" ini (bekerja) adalah lebih baik bagimu daripada meminta-minta yang akan
mendatangkan titik hitam di wajahmu pada hari kiamat. "
" tangan yang diatas lebih baik daripada tangan yang dibawah dan mulailah
dengan menyantuni orang-orang yang kamu asu. "
Sebagian orang juga bersikap sangat fasih dalam bekerja dengan alasan
bertawakal (berserah diri) kepada Allah. Mereka tidak bekerja atau Hanya
bekerja seadanya dengan alasan berserah diri pada pemberian Allah. Kadangkala
mereka juga beralasan bahwa karena rezeki telah diatur oleh Allah maka tidak
diperlukan kerja keras (sebab kalau Allah memberikan rezeki datang dengan
sendirinya.). Umar Bin Khattab Ra pernah menjumpai suatu kaum yang
menganggur, Kemudian beliau bertanya, " apa-apaan kalian ini? " mereka
menjawab, " Kami adalah orang-orang yang bertawakal " Umar kemudian
menjawab, " kalian bohong! Orang bertawakal adalah orang yang menebar
biji-biji di ladang, kemudian Berserah diri kepada Allah. " ketawakalan kepada
Allah seharusnya diwujudkan dalam kerja keras, sebab Allah tidak menurunkan
rezekinya begitu saya dari langit. Keadaan seseorang tidak akan berubah jika
manusia itu sendiri tidak berusaha untuk merubahnya sendiri.
2.3.2 Kegiatan Produksi pada Masa Rasulullah Muhammad SAW

Pada masa Rasulullah terdapat kurang lebih 178 buah usaha industri dan
barang dan jasa yang menggerakkan perekonomian masyarakat pada masa itu.
Diantara berbagai industri tersebut, terdapat 12 macam yang menonjol yaitu:

1) Pembuatan senjata dan segala usaha dari besi


2) Perusahaan tenun
3) Perusahaan kayu dan pembuatan rumah/bangunan
4) Perusahaannya diam dan kayu

8
5) Perusahaan perhiasan dan kosmetik
6) Arsitektur perumahan
7) Perusahaan alat timbangan dan jenis lainnya
8) Pembuatan alat-alat berburu
9) Perusahaan perkapalan
10) Pekerjaan kedokteran dan kebidanan
11) Usaha penerjemahan buku
12) Usaha kesenian dan kebudayaan lainnya.

Kegiatan produktif adalah ekspresi ketaatan pada perintah Allah titik


tujuan dari syariat Islam (maqashid al-syariah) adalah Maslahah Al Ibad,
sedangkan produksi adalah kegiatan menciptakan barang dan jasa bagi
kemaslahatan umat. Oleh karena itu, juga tidak heran jika para nabi Allah,
sebelum Muhammad SAW. Pada dasarnya adalah pribadi-pribadi yang produktif
dalam bidang ekonomi (di samping berdakwah).

2.3.3 Motivasi Produsen dalam Pandangan Ekonomi Islam


Sejalan dengan tujuan produksi Jika tujuan produksi adalah menyediakan
kebutuhan material dan spiritual untuk menciptakan maslahah, maka motivasi
produsen tentu saja juga mencari maslahah, dimana hal ini juga sejalan dengan
tujuan kehidupan seorang muslim. Mencari keuntungan melalui produksi dan
kegiatan bisnis lain tidak dilarang sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan
hukum Islam. Namun keuntungan yang dicari bukanlah keuntungan yang
eksplotatif yang bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan
menetapkan keuntungan jauh di atas keuntungan normal. Seorang produsen
muslim akan berupaya mencari keuntungan yang mempu memberikan
kemaslahatan tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi lingkungan
sekitar termasuk konsumen.
2.3.4 Motivasi Produsen dalam Pandangan Ekonomi Konvesional
Motivasi Produsen dalam ekonomi konvensional Adalah mencari
keuntungan material (uang) secara maksimal itu sangat dominan, meskipun saat
ini sudah berkembang bahwasanya produsen tidak hanya bertujuan mencari

9
keuntungan maksimal semata. Akibatnya motivasi untuk mencari keuntungan
maksimal seringkali menyebabkan produsen mengabaikan etika dan tanggung
jawab sosialnya, meskipun mungkin tidak melakukan pelanggaran hukum
formal, misalnya dalam rangka menekan biaya dalam pengolahan limbahnya,
suatu pabrik membuang sisa hasil produksinya ke sungai. Atau seorang
pengusaha di bidang perhutanan yang menebang pohon-pohon tanpa
memperhitungkan dampaknya terhadap kelestarian hutan terutama hutan sebagai
penampung air yang pada jangka panjang dapat menyebabkan bencana bagi
manusia. Melihat kejadian ini perlu adanya kesadaran manusia untuk melakukan
pengamplikasian teori ini.

2.4 Formulasi Mashlahah bagi Produsen


Maslahat terdiri dari dua komponen, yaitu manfaat (fisik dan nonfisik) dan
berkah. Dalam konteks produsen atau perusahaan yang menaruh perhatian pada
keuntungan/profit maka manfaat ini dapat berupa keuntungan material (Maal).
Keuntungan ini bisa dipergunakan untuk masalah lainnya seperti masalah fisik,
intelektual, maupun sosial.
Pada dasarnya berkah akan diperoleh apabila produsen menerapkan prinsip dan
nilai Islam dalam kegiatan produksinya. Penerapan nilai dan prinsip Islam ini
seringkali menimbulkan biaya ekstra yang relatif besar dibandingkan jika
mengabaikannya.
Produsen seperti ini rela mengeluarkan biaya lebih tinggi dikarenakan yakin
bahwa hanya dengan cara tersebut berkah dari langit maupun di muka bumi akan
diberikan oleh Allah titik berkah dari langit akan berupa pahala yang telah
diterimanya di akhirat, sementara berkah di bumi dapat berwujud segala hal yang
memberikan kebaikan dan manfaat bagi produsen sendiri atau juga manusia secara
keseluruhan. Komitmen produsen terdapat hak tenaga kerja, misalnya akan
meningkatkan etos loyalitas dan produktivitas tenaga kerja terhadap produsen.
Akibatnya para tenaga kerja akan bekerja dengan lebih baik sehingga pada akhirnya
juga akan menguntungkan produsen itu sendiri. Komitmen seperti ini dipastikan
juga akan meningkatkan Citra positif produsen dimata masyarakat sehingga

10
kemungkinan juga akan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produsen.
Pada akhirnya apresiasi ini dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan permintaan
masyarakat terhadap barang dan jasa yang dihasilkan produsen. Jadi, upaya mencari
berkah dalam jangka pendek memang dapat menurunkan keuntungan (karena
adanya berkah), tetapi untuk jangka panjang kemungkinan justru akan
meningkatkan keuntungan (karena meningkatkan permintaan).

2.5 Kurva Penawaran

Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat


harga dengan jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen ia menunjukkan
respon produsen dalam memasok outputnya terhadap perkembangan harga produk
di pasar. Kurva penawaran diturunkan dari perilaku produsen yang berorientasi
untuk mencapai tingkat Maslahah maksimum. Berikut merupakan bunyi hukum
penawaran yaitu:

" Jika harga naik, ceteris paribus, maka jumlah barang yang akan diproduksi
dan ditawarkan ke pasar akan naik, Demikian pula sebaliknya ".

11
Semakin tinggi tingkat harga produk, maka akan semakin banyak output yang
harus dihasilkan oleh produsen agar titik optimum produksi tercapai. Dengan kata
lain, jumlah output yang ditawarkan oleh produsen akan semakin banyak dengan
semakin naiknya harga produk. Sebaliknya Semakin rendah harga produk, akan
semakin sedikit jumlah output yang ditawarkan oleh produsen. Pola hubungan
antara jumlah output yang ditawarkan produsen dengan tingkat produk ini akan
membentuk kurva penawaran Seperti di atas.

2.6 Nilai Islam dalam Produksi

Upaya produsen untuk memperoleh Maslahah yang maksimum dapat terwujud


apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, seluruh
kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami,
sebagaimana dalam kegiatan konsumsi. Sejak dari kegiatan mengorganisasi faktor
produksi proses produksi, hingga pemasaran dan pelayanan kepada konsumen
semuanya harus mengikuti moral dan aturan teknis yang dibenarkan oleh Islam. Mat
Wali (1992) mengatakan, " perbedaan dari perusahaan-perusahaan non Islami tak
hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi
pasarnya. "

Nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai
utama dalam ekonomi Islam, yaitu: Khilafah adil dan Takaful. Secara lebih rinci
nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi:

1) berwawasan jangka panjang yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat


2) menepati janji dan kontrak Oma baik dalam lingkup internal atau eksternal
3) memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran.
4) berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis
5) memuliakan prestasi/produktivitas
6) mendorong ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi
7) menghormati hak milik individu
8) mengikuti syarat sah dan rukun akad/transaksi

12
9) adil dalam bertransaksi
10) memiliki wawasan sosial
11) pembayaran upah tepat waktu dan layak
12) menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam.

Penerapan nilai-nilai diatas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan


keuntungan bagi produsen, tetapi sekaligus mendatangkan berkah. Kombinasi
keuntungan dan berkah yang diperoleh oleh produsen merupakan satu masalah yang
akan memberi kontribusi bagi tercapainya Falah. Dengan cara ini maka produsen
akan memperoleh kebahagiaan Hakiki yaitu kemuliaan tidak hanya di dunia tetapi
juga di akhirat.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang
kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan manusia masih sedikit
dan sederhana, kegiatan produksi dan konsumsi seringkali dilakukan oleh seorang
sendiri.

kegiatan produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan konsumsi.


Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi tidak akan
berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. tujuan kegiatan produksi adalah
meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk
diantaranya yaitu:1)Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat, 2)
Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya, 3) Menyiapkan persediaan
barang/jasa di masa depan, 4) Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah
kepada Allah.

Motivasi produsen untuk memaksimumkan keuntungan seringkali merugikan


pihak lain, sekaligus dirinya sendiri. Dalam pandangan ekonomi Islam motivasi
produsen semestinya sejalan dengan tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen
itu sendiri. Jika tujuan produksi adalah menyediakan kebutuhan material dan spiritual
untuk menciptakan masalah maka motivasi produsen tentu saja juga mencari masalah
acoma dimana hal ini juga sejalan dengan tujuan kehidupan seorang muslim.

Kurva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat harga
dengan jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen ia menunjukkan respon
produsen dalam memasok outputnya terhadap perkembangan harga produk di pasar.
Kurva penawaran diturunkan dari perilaku produsen yang berorientasi untuk
mencapai tingkat Maslahah maksimum. Semakin tinggi tingkat harga produk, maka
akan semakin banyak output yang harus dihasilkan oleh produsen agar titik optimum
produksi tercapai. Dengan kata lain, jumlah output yang ditawarkan oleh produsen
akan semakin banyak dengan semakin naiknya harga produk. Sebaliknya Semakin
rendah harga produk, akan semakin sedikit jumlah output yang ditawarkan oleh

14
produsen. Pola hubungan antara jumlah output yang ditawarkan produsen dengan
tingkat produk ini akan membentuk kurva penawaran..

15
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2011. Ekonomi Islam.
Rajagfindo Persada. Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai