Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI TERHADAP


KEMISKINAN DI INDONESIA
Dosen Pengampuh ; NURUL HAYAT,SE.MM

PENYUSUN:
NAMA : DEVI SUKMAWATI
NIM : MJ 2001034
KELAS : MANAJEMEN II B

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

STIE YAPIS DOMPU 2020/2021


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
tentang DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI TERHADAP KEMISKINAN DI
INODONESIA.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI
TERHADAP KEMISKINAN DI INODONESIA ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.
Dompu, 05 juni 2021

PENYUSUN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
1. PEMBANGUNAN EKONOMI...........................................................................................4
C. Dampak yang ditimbulkan Pertumbuhan Ekonomi..............................................................8
2. KEMISKINAN.....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN

1. PEMBANGUNAN EKONOMI
A. DEFINISI
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi dapat mengurangi tingkat
pengangguran, kemiskinan atau kesenjangan. Ketika masih banyak kehidupan ekonomi di bawah
garis kemiskinan dan banyaknya pengangguran, berati pembangunan ekonomi belum berhasil.
Dalam pembangunan ekonomi tidak hanya fokus pada masalah perkembangan pendapatan
nasional rill, tapi juga modernisasi kegiatan ekonomi.
Pengertian Pembangunan Ekonomi Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015),
pembangunan ekonomi merupakan ekonomi nasional berpenghasilan rendah diubah menjadi
ekonomi industri modern. Pada umumnya istilah ini digunakan untuk menggambarkan
perubahan dalam ekonomi suatu negara yang melibatkan perbaikan kualitatif maupun kuantitatif.
Dalam teori pembangunan ekonomi, bagaimana ekonomi primitif dan miskin dapat berkembang
menjadi yang canggih dan relatif makmur Sangat penting bagi negara-negara terbelakang, dan
biasanya dalam konteks inilah masalah pembangunan ekonomi dibahas.
Pembangunan ekonomi pertama kali menjadi perhatian utama setelah Perang Dunia II.
Ketika era kolonialisme Eropa berakhir, banyak bekas jajahan dan negara-negara lain dengan
standar hidup rendah kemudian disebut sebagai negara-negara terbelakang, itu untuk
membedakan ekonomi mereka dengan negara-negara maju. Ketika standar hidup di sebagian
besar negara miskin mulai meningkat dalam beberapa dekade berikutnya, mereka dinamai negara
berkembang. Negara-negara berkembang biasanya dikategorikan berdasarkan kriteria
pendapatan per kapita, dan pembangunan ekonomi biasanya dianggap terjadi ketika pendapatan
per kapita meningkat. Pendapatan per kapita suatu negara (yang hampir identik dengan output
per kapita) adalah ukuran terbaik yang tersedia dari nilai barang dan jasa yang tersedia, per
orang, kepada masyarakat per tahun.
Dalam buku Pusaran Pembangunan Ekonomi (2019) karya Rustan, pembangunan
ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatau negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonimi (economic growth).
Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi. Pada pembangunan ekonomi, masyarakat berperan
sebagai pelaku utama dan pemerintah menjadi pembimbing serta pendukung jalannya
pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.
Makin tinggi pertumbuhan ekonomi, biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan menuju perbaikan yang dilakukan secara
sadar dan terencana untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Elemen pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapat
perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang.

B. Berikut tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi:

 Pembangunan sebagai suatu proses


Pembangunan sebagai suatu proses adalah bahwa pembangunan merupakan suatu tahap yang
harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa. Setiap negara harus menjalani tahap-tahap
perkembangan suatu kondisi yang adil, makmur dan sejahtera Indonesia Berkomitmen
Wujudkan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Pembangunan sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan pendapatan perkapita Itu merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh
negara dalam peningkatan pendapatan perkapita. Maka partisipasi oleh semua pihak negara harus
baik. Karena pendapatan perkapita merupakan cermin kebaikan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang Perkonomian
dikatakab berkembang jika pendapatan perkapitanya meningkat. Maka dengan adanya
peningkatan kegiatan ekonomi setiap tahunnya, pendapatan perkapita dapat tetap naik walaupun
terdapat gangguan yang sementara.
 Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita

Itu merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh negara dalam
peningkatan pendapatan perkapita. Maka partisipasi oleh semua pihak negara
harus baik. Karena pendapatan perkapita merupakan cermin kebaikan
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung
dalam jangka panjang Perkonomian dikatakab berkembang jika pendapatan
perkapitanya meningkat. Maka dengan adanya peningkatan kegiatan ekonomi
setiap tahunnya, pendapatan perkapita dapat tetap naik walaupun terdapat
gangguan yang sementara.

 Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang

Perkonomian dikatakab berkembang jika pendapatan perkapitanya meningkat.


Maka dengan adanya peningkatan kegiatan ekonomi setiap tahunnya, pendapatan
perkapita dapat tetap naik walaupun terdapat gangguan yang sementara.

Masalah sosial baik dari sisi kesejahteraan, kemiskinan, dan pengangguran masih menjadi
pekerjaan rumah bagi negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini mendorong adanya
pembangunan ekonomi, sebagai upaya terencana, terprogram, sistematis dan berkelanjutan untuk
meningkatkan mutu hidup seluruh warga masyarakat. Pada gilirannya, pembangunan ini akan
berakibat positif pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, jika berhasil.

Pembangunan ekonomi sendiri didefinisikan sebagai proses berkelanjutan yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) suatu negara dan pendapatan per kapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang berdampak pada berbagai aspek baik
ekonomi, sosial, maupun Iptek.

Adapun tujuan dari pembangunan ekonomi di Indonesia selain untuk meningkatkan pendapatan
per kapita juga bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi sebagai dampak
pembangunan ini juga akan meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, mengurangi ketimpangan, dan mengurangi pengangguran.

Setidaknya ada 2 indikator penting yang perlu disoroti dalam pembangunan ekonomi, yaitu
indikator ekonomi yang bisa dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi dengan adanya kenaikan
pendapatan per kapita, dan kesejahteraan ekonomi. Kedua, indikator sosial yang dinilai dari
indeks pembangunan manusia maupun indeks mutu hidup.

Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan menuju perbaikan yang dilakukan


secara sadar dan terencana untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam proses
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi Dalam buku Pusaran Pembangunan
Ekonomi (2019) karya Rustan, proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam
faktor, yakni faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor Ekonomi
Berikut faktor ekonomi yang mempengaruhi pembangunan ekonomi:
 Sumber alam atau tanah Pada sumber alam atau tanah mencakup mengenai
kesuburan tanah, letak dan susunanya, kekayaan alam. Selain itu mencakup
mineral, iklim, sumber air, atau sumber laut.
 Akumulasi modal Modal berati persediaan faktor produksi yang secara fisik dapa
direproduksi. Apabila stok modal naik dalam waktu tertentu, maka disebut
akumulasi modal atau pembentukan modal. Makna pembentuk modal adalah
masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak. Tetapi
mengarahkan sebagian untuk pembuatan barang, modal, alat-alat dan
perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya.
 Organisasi Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam
kegiatan ekonomi. Organisasi bersikap melengkapi modal, buruh, dan membantu
meningkatkan produktivitasnya Kemajuan teknologi Perubahan teknologi
dianggap faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan
tersebut berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi sebagai hasil
pembaharuan atau teknik penelitian baru. Pada perubahan teknologi menaikkan
produktivitas buruh, modal, dan faktor produksi lainnya.
Indonesia Berkomitmen Wujudkan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Pembagian
kerja dan skala produksi Pada bagian tersebut spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan
peningkatan produktivitas. Faktor Non-Ekonomi Faktor non-ekonomi yang mempengaruhi
pembangunan ekonomi, yakni:
 Lembaga dan budaya Pendidikan dan kebudayaan barat membawa arah
penalaran dan skeptisisme menanamkan semangat baru serta memunculkan kelas
pedagang baru. Di mana menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur
dan nilai-nilai sosial. Baca juga: Wapres: Kerukunan Umat Beragama jadi Kunci
Pembangunan Nasional Sumber daya manusia Pengembangan faktor manusia
berkaitan dengan efisiensi dan produktivitasnya. Para ahli ekonomi menyebutnya
pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan. Jumlah penduduk yang melonjak cepat
merupakan penghambat bagi pembangunan di negara berkembang.
 Faktor politik dan administrasi Stabilitas politik dan administrasi yang kokoh
membantu pertumbuhan ekonomi modern. Administrasi yang kuat, efisien dan
tidak korup sangat penting bagi pembangunan ekonomi. Struktur politik dan
administrasi yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan
ekonomi di negara berkembang.

C. Dampak yang ditimbulkan Pertumbuhan Ekonomi

Adanya pembangunan ekonomi tidak serta merta selalu memberikan dampak yang positif tetapi
berimplikasi negative terhadap beberapa hal. Adapun untuk dampak positifnya dengan
terwujudnya jaminan kehidupan sosial yang lebih baik, meningkatnya kemajuan teknologi
seiring dengan peningkatan ekonomi negara, tempat tinggal masyarakat menjadi lebih layak
huni, maupun perbaikan lingkungan hidup yang lebih baik.

Sedangkan dampak negatifnya meliputi lahan hijau yang berkurang akibat pembangunan
infrastruktur yang berlebihan, timbulnya berbagai macam pencemaran lingkungan, dan lahan
pertanian yang berkurang akibat adanya penggusuran sehingga menyebabkan produksi pertanian
yang berkurang, maupun timbulnya masalah sosial karena adanya urbanisasi perkotaan.
2. KEMISKINAN

A. DEFINISI

Salah satu contoh masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi adalah
kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah sosial serius yang dihadapi oleh pemerintah
Indonesia. Meskipun telah berjuang puluhan tahun untuk membebaskan diri dari kemiskinan,
kenyataan memperlihatkan bahwa sampai saat ini Indonesia belum bisa melepaskan diri dari
belenggu masalah kemiskinan. Sekelompok anggota masyarakat dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan kelompok anggota masyarakat tersebut tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok, seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan, di
Indonesia, salah satu landasan yang digunakan untuk menentukan menentukan apakah seseorang
termasuk kategori miskin atau tidak adalah dengan mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Pengukuran Kemiskinan di Badan Pusat Statistik (2018) karya Ahmadriswan Nasution,


dijelaskan mengenai definisi kemiskinan menurut BPS. Kemiskinan adalah ketidakmampuan
untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun
non-makanan. Penduduk miskin adalah penduduk yang berada di bawah suatu batas atau disebut
sebagai garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan nilai rupiah yang harus dikeluarkan
untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan hidup minimum makanan maupun kebutuhan
hidup minimum non-makanan.
B. JENIS JENIS KEMISKINAN
Jenis-jenis kemikinan Dilansir dari buku Indikator Kemiskinan dan Misklasifikasi Orang
Miskin (2015) karya Ali Khomsan dan kawan-kawan, dijelaskan beberapa jenis kemiskinan,
yaitu:
 Kemiskinan absolut Kemiskinan absolut merupakan jenis kemiskinan di mana
orang-orang miskin mempunyai tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan
atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup,
seperti pangan, pakaian, dan tempat tinggal
 Kemiskinan relatif Kemiskinan relatif merupakan jenis kemiskinan yang terjadi
karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh
masyarakat. Sehingga mengakibatkan terjadinya ketimpangan pada pendapatan
atau bisa dikatakan bahwa seseorang sebenarnya telah hidup di atas garis
kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
Kemiskinan kultural
 Kemiskinan kultural merupakan jenis kemiskinan yang disebabkan oleh faktor
budaya, seperti malas, tidak ada usaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan,
pemboros, dan lain-lain.
 Kemiskinan struktural Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang
dialami oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat
tersebut memungkinkan golongan masyarakat tidak ikut menggunakan sumber-
sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka

C. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN


Faktor penyebab kemiskinan Dalam buku Memahami dan Mengukur Kemiskinan (2013) karya
Indra Maipita, dijelaskan bahwa kemiskinan disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

 Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang datang dari dalam diri seseorang, seperti
sikap yang menerima apa adanya, tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha,
kondisi fisik yang tidak sempurna, dan sebagainya.
 Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar diri seseorang, seperti
perubahan iklim, kerusakan alam, kehidupan sosial, struktur sosial, kebijakan dan
program pemerintah yang tidak merata, dan lain-lain.

Sebagaimana yang kita ketahui, negara Indonesia masih memiliki banyak warga anegara
yang miskin. Warga negara yang miskin membutuhkan sekali modal untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Di dalam ajaran Islam, terdapat instrumen ekonomi yang dapat
mengentaskan kemiskinan dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yaitu zakat, infaq, dan shad
Zakat didistribusikan kepada 8 golongan yaitu orang-orang fakir, miskin, petugas zakat (amil),
muallaf (biasa diterjemahkan orang yang baru masuk Islam), budak, orang yang berutang dan
tidak mampu membayar, musafir dan fi sabilillah. Ketika zakat dibagikan khususnya kepada
orang fakir dan miskin, pengelolaan dana zakat tersebut harus diarahkan untuk kegiatan yang
bersifat produktif. Dana zakat yang diarahkan kepada kegiatan yang bersifat produktif menjadi
modal bagi orang fakir dan miskin untuk melakukan kegiatan kewirausahaan. Dalam
menjalankan kegiatan kewirausahaannya, orang fakir dan miskin harus mencontoh Rasulullah
SAW. Rasulullah melalui tuntunan Al Quran dan teladan Sunnah Nabawiyyah senantiasa
menegaskan agar kita memiliki keyakinan yang tinggi dalam meraih keberhasilan ekonomi.
Namun demikian, esensi dari pertumbuhan ekonomi dalam Islam ialah tidak hanya
meningkatnya GDP suatu negara tetapi juga yang lebih penting lagi ialah berkurangnya orang-
orang miskin di suatu daerah dan terciptanya peningkatan kesejahteraan hidup secara merata bagi
seluruh daerah khususnya para fakir dan miskin.21 Beberapa Faktor yanvg dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, diantaranya seperti di bawah ini:
a) Faktor sumber daya manusia (SDM).
Sumber daya manusia adalah suatu faktor yang penting karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Karena SDM merupakan faktor yang
penting dalam proses pembangunan, cepat atau lambatnya proses dari
pembangunan sangat tergantung pada sumber daya manusianya yang selaku
sebagai subjek pembangunan yang mempunyai kompetensi yang baik dan cukup
memadai untuk melaksanakan proses dari pembangunan tersebut.
b) Faktor sumber daya alam (SDA).
SDA atau sumber daya alam merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya
dalam pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, karena umumnya negara yang
sedang dalam tahap perkembangan sangat bergantung pada sumber daya alam
dalam pembangunan negaranya. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya
kesehatan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan
akibat dari terjadinya ketimpangan atau ketidaksama rataan dalam
pendistribusian pendapatan masyarakat sehingga ada yang berpenghasilan tinggi
dan berpenghasilan rendah
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Kendati kondisi perekonomian saat
ini sudah berangsur pulih, yang ditunjukkan oleh semakin membaiknya kondisi makroekonomi
nasional, namun masih banyak permasalahan-permasalahan mendasar yang belum tertangani
secara berarti. Masih relatif tingginya angka kemiskinan (dan pengangguran) merupakan
masalah kritikal yang memerlukan perhatian serius.pada periode 2000-2005, rataan kontribusi
terhadap PDB nasional masih didominasi oleh wilayah Jawa-Bali sebesar 60.7 persen.
Kurangnya kualitas pertumbuhan ekonomi juga diindikasikan oleh laju pengangguran yang
masih relatif tinggi dan sulit/lambat penurunannya (persistent). Sepanjang periode 1999-2006,
rataan laju pengangguran justru positif yaitu sebesar 0.56 persen per tahun. Hal ini menandakan
bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kurun waktu tersebut terutama terjadi atau
bersumber dari sektor-sektor yang cenderung padat modal (Siregar, 2006). Kurangnya kualitas
pertumbuhan ekonomi juga dicerminkan oleh angka kemiskinan (terutama kemiskinan di
kawasan perdesaan) yang juga relatif persisten di atas 20 persen dalam delapan tahun terakhir.
Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, dan Pengangguran, Tahun 1999-2006 (Seluruhnya dalam
Persen) Sejalan dengan pengangguran, pada beberapa tahun terakhir, jumlah penduduk miskin
menunjukkan trend umum yang meningkat.
Belum optimalnya pertumbuhan ekonomi, lonjakan harga minyak dunia yang menimbulkan cost
push inflation yang signifikan, belum padunya para pengambilan kebijakan secara horisontal dan
vertikal, serta berbagai terpaan bencana yang melanda Indonesia merupakan beberapa faktor
yang menyebabkan tingkat kemiskinan di Indonesia hingga kini belum tertangani secara berarti.
Selama kurun waktu 1999-2006, terjadi kesenjangan kemiskinan yang cukup signifikan antara
desa-kota, di mana tingkat kemiskinan di desa selalu lebih besar dari pada di kota.

Persebaran Jumlah Penduduk MiskinJumlah penduduk miskin di Indonesia terkonsentrasi di


Pulau Jawa terutama di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Penduduk miskin di
Jawa Timur berjumlah 8,19 juta orang sedangkan Jawa tengah sebesar 7,37 juta orang.
Konsentrasi penduduk miskin di pulau Jawa mencapai rata-rata 57,5 persen dari total penduduk
miskin di Indonesia (Tabel 2). Sumatera menjadi daerah kedua setelah Jawa yang memiliki
jumlah penduduk miskin yang cukup banyak (20,4% dari total penduduk miskin Indonesia).
Secara persentase, jumlah penduduk miskin di Sumatera rata-rata terus mengalami peningkatan,
di mana Lampung merupakan provinsi dengan jumlah penduduk miskin tertinggi di Pulau
Sumatera yaitu sebesar 1,79 juta orang pada tahun 2005. Kemudian disusul oleh Provinsi
Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Sedangkan distribusi penduduk miskin di pulau-pulau lain
berada di bawah 10 persen dari total jumlah penduduk miskin di
Indonesia.31.928.726.429.325.125.124.825.224.849.542.738.737.938.437.336.137.739.1y =
0.4302x2 - 5.3482x + 52.825R2 =
0.91260.010.020.030.040.050.0Dec19981999200020012002200320042005Mar2006Juta
OrangKotaDesaKota+DesaTrend Line (K+D).

Untuk itu, program-program pengurangan kemiskinan sebaiknya lebih fokus pada wilayah
pertanian di perdesaan Pulau Jawa dan Sumatera.Tabel 2. Persentase Jumlah Penduduk Miskin di
Indonesia Berdasarkan Pulau, 2000-2005Pulau200020012002200320042005Rata-
rataSumatera18,518,421,821,821,820,020,4Jawa58,059,056,456,956,757,857,5Bali + Nusa
Tenggara6,97,26,76,66,76,86,8Kalimantan5,44,43,83,73,64,24,2Sulawesi6,47,37,47,27,27,07,1
Maluku + Papua4,83,83,93,84,14,24,1Indonesia100,0100,0100,0100,0100,0100,0100,0 Sumber:
BPS (diolah).
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk MiskinHasil analisis ekonometrika
yakni estimasi model persamaan regresi kemiskinan diringkas pada Tabel 3. Setiap variabel
independen masing-masingnya memiliki p-value yang lebih kecil dari level signifikansi
(=0,10), yang berarti bahwa setiap variabel independen secara signifikan berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu jumlah penduduk miskin. setiap kenaikan PDRB sebesar Rp 1 triliun
akan mengurangi atau menurunkan jumlah penduduk miskin sekitar 9000 orang. Hal ini
menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan jumlah
penduduk miskin.Peningkatan jumlah populasi penduduk sebanyak 1000 orang akan
meningkatkan jumlah penduduk miskin sekitar 249 orang, ceteris paribus. Hasil ini menunjukkan
perlunya pemerintah mengontrol pertambahan penduduk, yang memang relatif besar di keluarga
miskin. Untuk itu, diperlukan penggalakan kembali program Keluarga Berencana, dengan fokus
pada keluarga miskin. Sama halnya dengan populasi penduduk, inflasi juga menunjukkan
dampak dengan arah yang sama. Peningkatan inflasi sebesar 1 unit (persen per tahun) dapat
menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin sebesar 2375 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa upaya pengendalian inflasi seyogianya tidak hanya dipandang demi kestabilan
makro/moneter namun juga untuk menjaga dayabeli khususnya masyarakat golongan pendapatan
terendah.Dampak peningkatan share sektor pertanian danshare sektor industri ternyata dapat
mengurangi jumlah penduduk miskin. Hasil estimasi menunjukkan bahwa dampak share industri
terhadap kemiskinan lebih besar 2,6 kali daripada dampak share pertanian. Hasil estimasi ini
mengindikasikan bahwa industrialisasi yang dilaksanakan secara tepat, dalam arti relatif bersifat
padat karya dan berbasis pertanian, dapat mengurangi penduduk miskin (Banerjee dan Siregar,
2002). Variabel pendidikan juga berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin. Dampak
terbesar diperlihatkan oleh tingkat pendidikan sekolah menengah pertama (SMP). Dampak ini
ternyata lebih besar dari pada dampak share sektor industri dalam menurunkan kemiskinan. Oleh
karena itu, kebijakan pemerintah yang menetapkan wajib belajar sembilan tahun harus diteruskan
dan diperluas cakupannya hingga menjangkau masyarakat miskin yang lebih luas terutama di
perdesaan. Pendidikan SMA dan diploma (DIPLM) juga memiliki besaran pengaruh yang relatif
besar dalam mengurangi kemiskinan. Keseluruhan ini mencerminkan bahwa human capital
merupakan determinan penting untuk menurunkan jumlah penduduk miskin.Dummy krisis
berpengaruh positif terhadap jumlah penduduk miskin. Terjadinya krisis memperlihatkan
pengaruh yang besar terhadap peningkatan jumlah orang miskin, yang terjadi karena banyak
orang yang kehilangan pekerjaan serta tingginya inflasi saat krisis sehingga menurunkan
dayabeli masyarakat. Besarnya magnitude pengaruh krisis tersebut juga mengindikasikan bahwa
kemiskinan yang bersifat persisten hingga kini sampai batas tertentu merupakan salah satu
dampak buruk yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi 1997/1998. Pembahasan mengenai Relatif
Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi terbukti memberikan dampak
terhadap berkurang-nya jumlah penduduk miskin.

Ada beberapa faktor yang diperkirakan menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi kurang optimal
dalam menurunkan jumlah penduduk miskin. Pertama, pertumbuhan ekonomi tersebut relatif
masih belum cukup tinggi. Fakta menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di kawasan
perdesaan, di mana sekitar 2/3 penduduk miskin berada, relatif lambat. Ini kemungkinan
berkaitan dengan kinerja sektor pertanian yang masih kurang menggembirakan. Pertumbuhan
output sektor pertanian tahun 2005 hanya 2,5 persen, padahal tahun sebelumnya sektor ini telah
bertumbuh sebesar 4,1 persen. Pertumbuhan output pertanian tahun 2005 sebesar 2,5 persen itu
merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan output yang hanya 2,5 persen
pada sektor pertanian, yang menjadi tumpuan penghidupan sekitar 44 persen tenaga kerja
Indonesia (yang dari masa ke masa relatif sangat kecil penurunannya), tentu saja berakibat pada
lambannya peningkatan kesejahteraan petani dibandingkan dengan kesejahteraan pekerja di luar
sektor pertanian. Ke depan, diperlukan upaya-upaya nyata yang benar-benar dapat memacu
peningkatan pendapatan para petani khususnya dan rakyat perdesaan umumnya, sehingga
kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang telah dicanangkan Presiden RI
medio tahun 2005 bisa diimplementasikan secara efektif. Ini membutuhkan kreatifitas dan kerja
keras dari kementerian-kementerian terkait. Salah satu sentuhan nyata yang diperlukan adalah
pening-katan teknologi, baik untuk pertanian (usahatani) maupun perikanan (budidaya dan
tangkap), pada tingkatan on farm maupun pengolahan. Ketertinggalan dalam penggunaan
teknologi secara relatif terhadap negara-negara tetangga menyebab-kan relatif rendahnya
produktivitas dan dayasaing produk-produk pertanian dan industri agro Indonesia. Argumen
sebagian ekonom yang menyatakan bahwa upaya peningkatan teknologi pada sektor padat karya,
seperti pertanian dan industri agro, akan meningkatkan pengangguran tidak sepenuhnya benar.
Nordhaus (2005) menunjukkan bahwa peningkatan teknologi pada sektor padat karya justru
meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Logikanya ialah bahwa kenaikan produktivitas dan
dayasaing produk sektor tersebut akan menyebabkan harga jual yang lebih kompetitif, sehingga
meningkatkan permintaan terhadap produk itu. Kenaikan permintaan ini meningkatkan
penyerapan tenaga kerja dan mengurangi pengangguran yang pada gilirannya mengurangi
kemiskinan.Ketiga, masih relatif lemahnya keterkaitan sektor pertanian dengan sektor-sektor
lainnya, termasuk pariwisata dan industri pengolahan. Kuatnya keterkaitan antar sektor-sektor ini
dengan sendirinya akan memperkokoh bangun perekonomian Indonesia. Penguatan keterkaitan
antara sektor pertanian dan industri agro dengan sektor-sektor lainnya berarti peningkatan
mobilitas (aliran) bahan baku (output) di antara sektor-sektor tersebut.
Sektor pertanian dan industri atau yang lebih umum yaitu ’industri’ perdesaan berskala kecil dan
menengah, perlu ditingkatkan keterkaitannya dengan usaha-usaha berskala besar dalam bentuk
kemitraan yang saling menguntungkan. Dengan demikian, perkembangan yang terjadi pada
usaha-usaha berskala besar (yang umumnya adalah sektor moderen berteknologi relatif lebih
maju) akan dapat mengangkat kinerja pertanian dan pengolahan hasil pertanian berskala kecil-
menengah atau UKM. Menurut Sulekale (2003), struktur perekonomian Indonesia relatif mudah
ambruk karena kurang seimbangnya perhatian yang diberikan pemerintah pada pengembangan
ekonomi kelompok-kelompok UKM dibandingkan pada kelompok-kelompok usaha besar.
Kelompok-kelompok usaha besar ini dalam perkem-bangannya kurang menjalin hubungan yang
sifatnya saling memperkuat dengan kelompok-kelompok UKM. Sejauh ini, struktur output
menurut skala usaha masih terlihat timpang. Data BPS menunjukkan bahwa 44,2 persen PDB
Indonesia berasal dari usaha besar, sedangkan kontribusi usaha kecil terhadap PDB sekitar 40,6
persen. Padahal jumlah usaha besar di Indonesia (rataan periode 2000-2003) hanyalah 2 ribu
unit, sementara jumlah usaha kecil mencapai 40.1 juta unit. Artinya pendapatan atau PDB per
produsen UKM relatif sangat kecil. Dalam struktur yang demikian, pembangunan UKM
berpeluang besar meningkatkan pendapatan perkapita produsen. Namun diperkirakan hal ini
perlu dilakukan dengan memfokuskan pembangunan itu pada kawasan-kawasan yang relatif
tertinggal, seperti Kawasan Timur Indonesia (KTI) atau walaupun di Kawasan Barat Indonesia
(KBI) namun di lokasi-lokasi yang memiliki banyak penduduk miskin. Hal ini dikemukakan
dengan mempertimbangkan hasil analisis yang dilakukan di 45 negara oleh Beck et al. (2005),
yang menemukan bahwa peningkatan peranan UKM dalam perekonomian berkorelasi positif dan
signifikan dengan pertumbuhan pendapatan perkapita. Implikasinya ialah peningkatan peran
UKM dalam perekonomian perlu dilaksanakan dengan memperhatikan distribusi UKM tersebut
menurut kawasan. Pembangunan UKM di kawasan yang relatif tertinggal, seperti KTI dan
lokasi-lokasi yang memiliki jumlah penduduk miskin yang besar, diperkirakan berdampak lebih
signifikan terhadap pengurangan kemiskinan.Keempat, masih relatif terkonsentrasinya kegiatan
pembangunan di Jawa khususnya dan di KBI umumnya. Tingginya konsentrasi pembangunan di
Pulau Jawa menyebabkan tingginya kompetisi penggunaan sumberdaya nontenaga kerja di
kawasan tersebut. Secara alamiah, SDM dengan kualitas relatif rendah (yakni kelompok miskin)
akan kalah dalam kompetisi tersebut. Akibatnya, tanpa campur tangan yang efektif dari
pemerintah, kemiskinan akan persisiten di kawasan tersebut. Hingga tahun 2004, sekitar 83
persen PDB nasional berasal dari atau terkonsentrasi di KBI. Kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional juga secara dominan berasal dari KBI; pada tahun 2004, hampir 88 persen dari
pertumbuhan ekonomi nasional terjadi karena pertumbuhan PDB di propinsi-propinsi yang
berada di KBI. Pada periode 2001-2004, kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dari
KTI cenderung menurun, dari sekitar 13 persen menjadi 12 persen. Untuk menghindari semakin
melebarnya kesenjangan atau disparitas ekonomi antar KBI–KTI, maka aktivitas-aktivitas
ekonomi di KTI perlu ditingkatkan pembangunannya. Upaya-upaya untuk mempersempit
kesenjangan KBI-KTI diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan rakyat di berbagai
lokasi di KTI, namun juga untuk memperkecil peluang dan keinginan sebagian kelompok yang
ada di sana untuk melakukan disintegrasi dari NKRI.Upaya pengembangan aktivitas ekonomi
perlu dilakukan dengan memperhatikan sebaran awal dari factor endowments (limpahan
sumberdaya) yang ada di kawasan tersebut. Ini sejalan dengan pandangan Rajan and Zingales
(2006), yang menyatakan bahwa sebab utama dari underdevelopment (seperti yang terjadi di
KTI) adalah sebaran awal dari sumberdaya kawasan yang bersangkutan. Ditambah dengan
tingkat pendidikan yang umumnya rendah, penguasaan sumberdaya oleh kelompok-kelompok
kecil dari populasi menyebabkan tingginya kesenjangan dan terjadinya regional leakages
(kebocoran wilayah), sehingga upaya mengatasi underdevelopment semakin kompleks. Dengan
demikian, upaya untuk mengatasi ketertinggalan ekonomi KTI dapat dilakukan: (i) dengan
meningkatkan pendidikan dan keterampilan masyarakat tempatan, (ii) membuka akses mereka
terhadap sumberdaya, (iii) memperkuat keeratan sosial di antara kelompok-kelompok
masyarakat setempat agar terhindar dari konflik dalam pemanfaatan sumberdaya, dan (iv)
mendorong berlangsungnya reforma agraria yang akan mendorong terwujudnya usahatani dan
industri pengolahan hasil pertanian yang mampu memberikan kesejahteraan memadai bagi
rakyat tempatan sehingga memperbaiki rasa keadilan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pembangunan Ekonomi: Pengertian dan
Elemen Pentingnya", Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/15/141500069/pembangunan-ekonomi--
pengertian-dan-elemen-pentingnya?page=all.

https://media.neliti.com/media/publications/275778-pengaruh-pertumbuhan-ekonomi-terhadap-
pe-ff474478.pdf

Anda mungkin juga menyukai