Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan dan


Distribusi Pendapatan”

DISUSUN OLEH:

Ira Afrilliyani 181301159


Hafsha 181301158

DOSEN PENGAMPU:
Tenang Safari, S.E, MM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DHARMA NEGARA BANDUNG
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
hidayah-Nya lah Tim penyusun dapat menyelesaikan makalah “Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan
dan Distribusi Pendapatan” ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga
tim penyusun berterima kasih pada Bapak Tenang Safari, S.E, MM. selaku Dosen mata kuliah Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Tim penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai Ekonomi Pembangunan. Tim penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi tim penyusun maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Sukabumi, November 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................................3


B. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ...............................................................................4
C. Kemiskinan ...................................................................................................................5
D. Jenis Kemiskinan ..........................................................................................................6
E. Kemiskinan Indonesia ..................................................................................................7
F. Distribusi Pendapatan ..................................................................................................8
G. Faktor Penyebab Ketidakmerataan Disribusi Pendapatan ...........................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................................... 10

REFERENSI .......................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan. Sedangkan tujuan yang paling penting dari suatu pembangunan
adalah pengurangan tingkat kemiskinan yang dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi
dan/atau melalui redistribusi pendapatan (Kakwani dan Son, 2003).

Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi fokus dan perhatian
utama pemerintah Indonesia. Kemiskinan menyebabkan seseorang atau sekelompok orang
tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya seperti tidak terpenuhinya kebutuhan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, dan
lingkungan hidup. Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks karena banyak faktor
yang mempengaruhi terciptanya kemiskinan.

Tingkat pendidikan yang rendah membuat penduduk miskin mempunyai keterbatasan untuk
mengembangkan diri. Akibatnya mereka tak mampu berkompetisi untuk memasuki lapangan
kerja yang semakin terbatas dan membutuhkan kualifikasi yang tinggi. Mereka terpaksa
menganggur atau bekerja dengan upah yang rendah sehingga pendapatannya tidak cukup
memadai untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Pendapatan yang sangat terbatas ini pada
akhirnya membawa dampak negatif seperti buruknya derajat kesehatan dan gizi yang
kemudian berpengaruh pada rendahnya daya tahan fisik dan daya pikir.

Selain itu, tidak meratanya distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan


pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah kemiskinan. Perbedaan
pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor
produksi terutama kepemilikan barang modal (capital stock). Pihak (kelompok masyarakat)
yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih
banyak pula. Oleh karena itu, upaya untuk meciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi
disertain dengan upaya pemerataaan dalam distribusi pendapatan perlu terus dilakukan
secara konsisten dan berkelanjutan supaya dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan.

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Apa itu Pertumbuhan Ekonomi?


2. Apa itu Kemiskinan?
3. Apa itu Distribusi Pendapatan?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penulisan adalah untuk
memahami apa itu pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan distribusi pendapatan serta
hubungan diantaranya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan. Sedangkan tujuan yang paling penting dari suatu pembangunan
adalah pengurangan tingkat kemiskinan yang dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi
dan/atau melalui redistribusi pendapatan (Kakwani dan Son, 2003).

Menurut Wijono (2005), pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan
output per kapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu
proses, output per kapita dan jangka panjang. Proses menggambarkan perkembangan
perekonomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output per kapita mengaitkan
aspek output total (GDP) dan aspek jumlah penduduk, sehingga jangka panjang menunjukkan
kecenderungan perubahan perekonomian dalam jangka tertentu yang didorong oleh proses
intern perekonomian (self generating). Pertumbuhan ekonomi juga diartikan secara
sederhana sebagai kenaikan output total (PDB) dalam jangka panjang tanpa memandang
apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk dan apakah
diikuti oleh pertumbuhan struktur perekonomian atau tidak.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi
utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi (Tambunan, 2001). Pertumbuhan ekonomi
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan kata lain, perekonomian dikatakan
mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari
pada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya. Dalam pengertian ekonomi makro,
pertumbuhan ekonomi adalah penambahan Produk Domestik Bruto (PDB), yang berarti
peningkatan Pendapatan Nasional/PN.

Menurut Sukirno (2011) pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam


perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat
bertambah. Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan PDB atau PNB rill. Sejak lama ahli-
ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Berdasarkan kepada pertumbuhan ekonomi yang berlaku di berbagai negara dapat
disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu

3
negara adalah kekayaan sumber alam dan tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barang-
barang modal yang tersedia, tingkat teknologi yang digunakan dan sistem sosial dan sikap
masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi suatu negara berkaitan erat dengan kesejahteraan rakyatnya yang
turut menjadi tolak ukur apakah suatu negara berada dalam kondisi perekonomian yang baik
atau tidak.

Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan nilai serta jumlah produksi barang dan jasa
yang dihitung suatu negara dalam suatu kurun waktu tertentu berdasarkan kepada beberapa
indikator misalnya saja naiknya pendapatan nasional, pendapatan perkapita, jumlah tenaga
kerja yang lebih besar dari jumlah pengangguran, serta berkurangnya tingkat kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses perubahan yang secara
berkesinambungan menuju kondisi yang lebih baik dalam kondisi perekonomian suatu negara.
Ekonomi suatu negara sendiri dapat dikatakan bertumbuh jika kegiatan ekonomi
masyarakatnya berdampak langsung kepada kenaikan produksi barang dan jasanya. Dengan
mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerintah kemudian dapat membuat
perencanaan mengenai penerimaan negara dan pembangunan kedepannya. Sementara bagi
para pelaku sektor usaha, tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai dasar dalam
membuat rencana pengembangan produk serta sumber dayanya.

B. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu
periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB). PDB pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu,
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. Secara sederhana definisi PDB, PDB adalah total nilai produksi dan jasa yang
dihasilkan semua orang atau perusahaan dalam satu negara, termasuk nilai tambah, dalam
kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Dalam Bahasa Inggris, PDB dikenal sebagai gross
domestic product (GDP). Dengan PDB, ekonomi suatu negara bisa tergambar dari
produktivitas penduduknya.

4
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode pengamatan tahun 2010-2020 sebagaimana
ditunjukkan pada gambar, mengalami tren penurunan. Pertumbuhan ekonomi pada 2010 di
Q1 sebesar 6,77 persen. Tahun 2011 turun menjadi 6,17 persen. Turun lagi di tahun 2012
menjadi sebesar 6,03 persen.
Tahun 2013 kembali turun menjadi 5,56 persen. Tahun 2014 turun menjadi 5,01 persen.
Tahun 2015 turun menjadi 4,88 persen.
Pada tahun 2016 naik menjadi 5,03 persen. Tahun 2017 kembali naik menjadi 5,07 persen.
Puncaknya pada tahun 2018 tumbuh menjadi 5,17 persen.
Sayangnya pada 2019 kembali turun menjadi 5,02 persen. Lalu pada tahun 2020 kembali
turun menjadi 2,97 persen. Pandemi Covid-19 ini membuat proses pemulihan ekonomi
nasional semakin lama.

C. Kemiskinan

Pada tahun 1990, World Bank mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan dalam
memenuhi standar hidup minimal. Kemudian pada tahun tahun 2004, World Bank
menguraikan kembali definisi kemiskinan secara lebih detail yaitu “Kemiskinan adalah
kelaparan. Kemiskinan adalah ketiadaan tempat tinggal. Kemiskinan adalah sakit dan tidak
mampu untuk periksa ke dokter. Kemiskinan adalah tidak mempunyai akses ke sekolah dan
tidak mengetahui bagaimana caranya membaca. Kemiskinan adalah tidak mempunyai
pekerjaan dan khawatir akan kehidupan di masa yang akan datang. Kemiskinan adalah
kehilangan anak karena penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak bersih. Kemiskinan
adalah ketidakberdayaan, ketiadaaan keterwakilan dan kebebasan”.

5
Adapun definisi kemiskinan yang banyak digunakan di Indonesia terutama dalam pengukuran
kemiskinan secara nasional adalah definisi yang dikembangkan oleh BPS. Definisi kemiskinan
BPS menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan
ini kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasar, baik kebutuhan dasar makanan (2100 kcal/cap/hari) maupun kebutuhan dasar bukan
makanan.

 kebutuhan dasar makanan disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian,
umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan,
minyak dan lemak, dll).
 kebutuhan dasar bukan makanan berupa pakaian, alat rumah tangga, sanitasi, alat
makan, alat masak, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan.

D. Jenis Kemiskinan
a) Kemiskinan Relatif

kemiskinan relatif merupakan kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan


yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan
ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum disusun berdasarkan kondisi hidup
suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk
“termiskin”. Misalnya 20 persen atau 40 persen lapisan terendah dari total penduduk
yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Kelompok ini merupakan
penduduk relatif miskin.

Dalam praktek, negara kaya mempunyai garis kemiskinan relatif yang lebih tinggi daripada
negara miskin. Misalnya, angka kemiskinan di Amerika Serikat mendekati 15 persen dan
juga mendekati 15 persen di Indonesia (negara yang lebih miskin). Artinya, banyak dari
mereka yang dikategorikan miskin di Amerika Serikat akan dikatakan sejahtera menurut
standar Indonesia. Tatkala negara menjadi lebih kaya (sejahtera), negara tersebut
cenderung merevisi garis kemiskinannya menjadi lebih tinggi. Dalam hal mengindentifikasi
dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk
digunakan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat digunakan untuk membandingkan tingkat
kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan
yang sama.

6
b) kemiskinan Absolut

kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi


kebutuhan dasar minimum seperti pangan, perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan dasar minimum
diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Penduduk yang memiliki rata-
rata pendapatan/pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan digolongkan
sebagai penduduk miskin.

Garis kemiskinan absolut “tetap (tidak berubah)”. Garis kemiskinan absolut sangat
penting jika seseorang ingin menilai efek dari kebijakan anti kemiskinan antar waktu, atau
memperkirakan dampak dari suatu proyek tehadap kemiskinan (misalnya, pemberian
kredit skala kecil). Untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara, Bank Dunia
menghitung garis kemiskinan absolut dengan menggunakan pengeluaran konsumsi yang
dikonversi kedalam US$ PPP (Purchasing Power Parity).

E. Kemiskinan Indonesia

Di Indonesia, kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan masalah krusial yang harus
diberikan perhatian besar. Jumlah penduduk Indonesia yang miskin absolut pada 1970
mencapai 70 juta orang atau 65% dari jumlah penduduk. Dengan pembangunan yang
terstruktur, penduduk miskin absolut Indonesia turun menjadi 54,2 juta orang atau 40% dari
total penduduk pada 1976. Pada 2005, penduduk miskin absolut turun lagi menjadi 35 juta
orang atau 15% dari total penduduk.

7
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, penduduk Indonesia yang masuk kategori
miskin absolut pada Maret 2021 mencapai 27,54 juta orang atau 10,14% dari total penduduk.
Sedangkan, mereka yang hampir miskin sekitar 105,6 juta orang. Angka itu terkonfirmasi oleh
data PBI BPJS Kesehatan per Juni 2021 mencapai 133,1 juta orang atau 49% dari penduduk
Indonesia. Pandemi Covid-19 ikut mendongkrak jumlah penduduk miskin.

Jika garis kemiskinan dinaikkan, jumlah penduduk miskin absolut akan lebih besar lagi. Jumlah
penduduk miskin absolut terbesar masih ada di perdesaan, yakni sekitar 13,1% dari total
penduduk. Sedangkan, penduduk miskin absolut yang tinggal di perkotaan sebesar 7,9% dari
total penduduk.

F. Distribusi Pendapatan

Untuk menilai keberhasilan dalam pembangunan sebuah Negara dapat dilihat dari berbagai
macam cara dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi maupun dengan pendekatan
non ekonomi. Penilaian dengan menggunakan pendekatan ekonomi dapat dilakukan
berdasarkan tinjauan aspek pendapatan maupun aspek non-pendapatan. distribusi
pendapatan merupakan cerminan dari merata atau timpangnya pembagian hasil
pembangunan suatu negara dikalangan penduduknya. Pemerataan pendapatan antar
penduduk atau rumah tangga mengandung dua segi. Pertama adalah meningkatkan tingkat
hidup masyarakat yang masih berada di bawah garis kemiskinan. kedua adalah pemerataan
pendapatan secara menyeluruh, dalam arti mempersempit berbedanya tingkat pendapatan
antar rumah tangga.

Menurut Dumairy (1996:56) distribusi Pendapatan dalam kaitannya dengan pemerataan


pembagian pendapatan, dapat dilihat dari tiga segi yaitu:

1) Distribusi Pendapatan antar lapisan pendapatan masyarakat.


2) Distribusi pendapatan antar daerah perkotaan dan pedesaan
Seringkali terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dimana alokasi
sumber-sumber daya lebih banyak diprioritaskan di daerah perkotaan daripada
pertimbangan pemerataan atau efisiensi.
3) Distribusi pendapatan antar daerah/wilayah
Ketimpangan dalam pekembangan ekonomi antar berbagai daerah di Indonesia serta
penyebaran sumber daya alam yang tidak merata menjadi penyebab tidak meratanya
distribusi pendapatan antar daerah di Indonesia khususnya.

8
Sementara itu, di Indonesia polarisasi pendapatan juga terjadi antara masyarakat kelas bawah
dan menengah akibat pendemi. Angka kemiskinan meningkat seiring dengan menurunnya
pendapatan masyarakat.

Petani, buruh dan nelayan kini upahnya menurun. Sedangkan, kelas menengah tabungannya
bertambah karena menahan diri untuk tidak berbelanja. Bahkan, pendapatan mereka naik
karena melek investasi dan mengalokasikan dananya untuk mendapatkan pasif income.

Mereka ini tidak mau belanja, mereka taruh uang untuk investasi. Akibatnya orang kaya ini
dapat dana dari pasif income, masih dapat dana dari rental atau sewa apartemen atau yang
lainnya, tapi orang miskin semakin jatuh. Kondisi inilah yang membuat pertumbuhan
konsumsi sulit untuk memasuki fase percepatan pemulihan ekonomi.

G. Faktor Penyebab Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan

Dalam bukunya Lincolin Arsyad (1988:58) dijelaskan bahwa menurut Irma Adelman dan
Eynthia Taft Morris ada 8 faktor yang menyebabkan ketidakmerataan distribusi pendapatan di
negara-negara berkembang, yaitu:
a) Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per
kapita.
b) Inflasi, dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional
dengan pertambahan produksi barang-barang.
c) Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
d) Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal, sehingga
persentase pendapatan dari harta tambahan besar dibandingkan dengan persentase
pendapatan berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah.
e) Rendahnya mobilitas sosial.
f) Pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan
harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
g) Memburuknya nilai tukar bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan
dengan negara maju, sebagai akibat ketidak elastisan permintaan negara-negara
terhadap barang-barang ekspor negara sedang berkembang.
h) Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga,
dan lain-lain.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu berdampak pada penurunan kemiskinan. Salah
satunya jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi ditopang oleh sektor-sektor yang
memiliki elastisitas lapangan kerja rendah, sehingga memberikan keberpihakan kepada
pengembangan sektor sektor tertentu. Hal itu mempersempit peluang berkembangnya sektor
lain, yang pada akhirnya akan berakibat pada berkurangnya jenis lapangan kerja yang
tersedia.

Menurut Bappenas (2004), kemiskinan dan ketimpangan merupakan konsep yang berbeda
tetapi keduanya seringkali digunakan bersamaan dalam analisis kemiskinan karena adanya
keterkaitan yang erat antara keduanya. Kemiskinan mengacu pada kondisi keterbelakangan
(pendapatan, pemenuhan kebutuhan dasar dan kapabilitas), sedangkan ketimpangan
mengacu pada distribusinya diantara anggota suatu kelompok masyarakat dan daerah.
Peningkatan pendapatan per kapita mendorong perlambatan laju pertumbuhan kesmiskinan,
sebaliknya ketidakmerataan pendapatan akan meningkatkan laju petumbuhan penduduk
miskin.

Selain itu, Supandi dan Nurmanaf (2005) mengemukakan bahwa, banyaknya penduduk miskin
merupakan cerminan ketimpangan distribusi pendapatan dan aset yang makin buruk diantara
rakyat banyak selama masa pembangunan.

B. Saran

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengatasi kemiskinan serta ketimpangan


distribusi pendapatan, pemerintah selaku pengambil kebijakan diharapkan mampu membuat
program peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan melalui pengembangan
budaya usaha masyarakat miskin, yaitu mengembangkan budaya usaha yang lebih maju,
mengembangkan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) dan meningkatkan keterampilan
keluarga dan kelompok miskin untuk melakukan usaha ekonomi rakyat yang produktif.
Program ketenagakerjaan juga perlu dilakukan untuk menyediakan lapangan kerja dan
lapangan usaha bagi setiap angkatan kerja sehingga dapat memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Formula yang dapat diterapkan adalah dengan
membangun iklim investasi yang kondusif disemua tingkatan, baik lokal, regional maupun

10
nasional. sehingga lambat laun dan dalam jangka panjang, golongan yang berpendapatan
rendah sanggup untuk memupuk lebih banyak harta.

Pemerintah dapat mengatur kembali distribusi pendapatan dengan mencoba untuk merubah
pola harga sumber-sumber ekonomi, melalui penetapan upah yang terendah atau harga
terendah untuk hasil produksi tertentu. Peningkatan distribusi pendapatan langsung,
terutama bagi kelompok-kelompok masyarakat yang berpenghasilan relatif rendah, melalui
anggaran belanja pihak pemerintah yang dananya bersumber dari pajak, pembebasan uang
sekolah, pemberian subsidi pendidikan, dan sebagainya.

Selain itu pengambilan sebagian pendapatan golongan-golongan penduduk yang


berpenghasilan tinggi melalui pemberlakuan pajak secara proporsional terhadap pendapatan
dan kekayaan pribadi mereka, untuk selanjutnya dimanfaatkan guna mengangkat
kesejahteraan lapisan penduduk termiskin.

11
REFERENSI

Soleh, Ahmad. 2013. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal. Diakses pada
November 2021 melalui https://media.neliti.com/media/publications/43066-ID-pertumbuhan-
ekonomi-dan-kemiskinan-di-indonesia.pdf

Badan Pusat Statistik. 2009. Analisis Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan Distribusi Pendapatan.
Diakses pada November 2021 melalui https://media.neliti.com/media/publications/50191-ID-
analisis-kemiskinan-ketenagakerjaan-dan-distribusi-pendapatan.pdf

Sobirin, Nafiatul Khikmah, Muhammad Choirudin, Sherly Eka Brillianty, Fredi Eka Aditia. 2016.
Konsep dan Teori Distirbusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan. Makalah. Diakses pada
November 2021 melalui
https://www.academia.edu/24047216/Perekonomian_Indonesia_KONSEP_DAN_TEORI_DISTRIBU
SI_PENDAPATAN_PEMERATAAN_PEMBANGUNAN

Al Faqir, Anisyah. 2021. Ekonom Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI 10 Tahun Terakhir Sudah dalam
Tren Menurun. Merdeka.com. Diakses pada November 2021 melalui
https://www.merdeka.com/uang/ekonom-sebut-pertumbuhan-ekonomi-ri-10-tahun-terakhir-
sudah-dalam-tren-menurun.html

BAB I Skripsi “Analisis Distribusi Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011”
Diakses pada November 2021 melalui http://eprints.ums.ac.id/37394/3/BAB%20I.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai