Anda di halaman 1dari 16

TEORI EKONOMI MIKRO

“TEORI PERILAKU KONSUMEN”

DOSEN PEMBIMBING:
1. PUSPA DEWI, SE.MM
2. ROKY APRIANSYAH, SE.MM

OLEH
KELOMPOK III:
1. DAHNIAR HAIRIAH
2. NURJANATUN ADNIN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI-INDRAGIRI


(STIE-I)
T.A 2019
RENGAT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “ Teori Perilaku Konsumen “. Pada makalah ini kami banyak mengambil
dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu,
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen............................................................................ 4
2.2 Pendekatan Kardinal............................................................................................ 6
2.3 Pendekatan Ordinal.............................................................................................. 9

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 12
3.2 Saran..................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai
perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri. Suatu metode
didefinisikan sebagai suatu wakil realitas yang disederhanakan, model perilaku
konsumen dapat didefinisikan sebagai suatu skema atau kerangka kerja yang
disederhanakan untuk menggambarkan suatu aktivitas - aktivitas konsumen.
Model perilaku konsumen dapat pula diartikan sebagai kerangka kerja atau
suatu yang mewakili apa yang diyakinkan konsumen dalam mengambil
keputusan membeli.Adapun yang mempengaruhi factor-faktor perilaku
konsumen Kekuatan social budaya terdiri dari factor budaya, tingkat social,
kelompok anutan (small referebce grups) dan keluarga. Sedangkan kekuatan
psikologi terdiri dari pengalaman belajar,kepribadian, sikap dan keyakinan.
Sedangkan tujuan dan fungsi model perilaku konsumen sangat bermanfaat dan
mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai perilaku
konsumen.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan masalah yang ada dikemukan
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah teori perilaku konsumen itu dalam teori ekonomi mikro?
2. Apakah perilaku kardinal?
3. Apakah perilaku ordinal?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Perilaku Konsumen


Teori Perilaku Konsumen adalah deskripsi tentang bagaimana konsumen
mengalokasikan pendapatan antara barang dan jasa yang berbeda- beda untuk
memaksimalkan kesejahteraan mereka.
Bunyi Teori Perilaku Konsumen
“Bagaimana seorang individu atau kelompok dengan pendapatan yang
diperolehnya selama jangka waktu tertentu dan pendapatan tersebut mampu
membeli berbagai jenis produk baik barang maupun jasa sehingga tercapailah
sebuah kepuasan tertentu sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen”
 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
1. Faktor Kebutuhan
Faktor pertama yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam
membeli suatu barang adalah kebutuhan. Ia akan membeli apa yang memang
sedang dibutuhkan, terlepas itu kebutuhan primer (rutin) maupun kebutuhan
tak terduga.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan juga cukup berpengaruh karena tidak sedikit seseorang
akan mengubah gaya hidup dan kebutuhannya akibat terpengaruh oleh
lingkungan atau tempat ia berada.
3. Faktor Kualitas Produk
Tidak sedikit juga konsumen yang memutuskan membeli suatu barang
karena memang tergiur oleh kualitas produk yang ditawarkan. Sehingga
ketika ia tertarik dengan suatu barang yang menurutnya berkualitas, ia tak
akan ragu untuk membelinya.
4. Faktor Harga
Harga menjadi faktor yang menjadi pertimbangan cukup penting.
Karena umumnya harga menjadi patokan terpenting dan cukup berpengaruh
bagi konsumen ketika akan membeli sesuatu.
5. Faktor Promosi
Promosi atau iklan tidak bisa dipungkiri juga mampu menghipnotis
konsumen. Tak heran jika banyak produk yang berusaha memaksimalkan
promosi demi mendapatkan atau menjaring banyak konsumen.

Contoh Perilaku Konsumen


contoh sederhananya adalah ketika masyarakat ingin membeli buah. Antara
buah impor dan buah lokal. tidak jarang masyarakat sebagai konsumen yang
lebih memilih untuk membeli buah impor daripada buah lokal. alasannya cukup
sederhana, yaitu karena harga buah impor lebih murah dibandingkan dengan
buah lokal.
Harga murah memang selalu berhasil menarik minat konsumen. Namun
sebenarnya ada alasan mengapa harga buah lokal lebih mahal daripada buah
impor. Buah lokal biasanya tergantung musim sehingga petani hanya bisa
memanen dalam waktu tertentu saja. belum lagi terkendala beberapa hal seperti
musim pancaroba yang membuat produksi buah menjadi terhambat. Akibatnya
proses distribusi menjadi lambat dan bisa jadi akibat adanya kendala sarana,
pajak dan yang lainnya sehingga membuat penjual akhirnya mematok harga
buah yang lebih mahal. lain hal dengan buah impor dimana biasanya proses
distribusinya secara besar – besaran, sedangkan biaya bea cukainya cukup
rendah. Akibatnya harga yang ditawarkan juga lebih murah. Namun meskipun
begitu, sebagai konsumen yang smart harus tetap jeli dalam memperhatikan
kualitas. Jangan selalu menjadi harga murah sebagai patokan
Hukum Gossen, yang menyatakan: “Jika pemenuhan kebutuhan akan suatu
jenis barang dilakukan secara terus menerus maka rasa nikmatnya mulamula
akan tinggi, namun semakin lama kenikmatan tersebut semakin menurun
sampai akhirnya mencapai batas jenuh”. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa terdapat tambahan kepuasan yang semakin menurun dengan semakin
banyaknya suatu barang yang dikonsumsi (Law Diminishing Marginal Benefit).

Pendekatan perilaku konsumen dibagi menjadi 2 pendekatan yaitu :


1. Pendekatan Kardinal
2. Pendekatan Ordinal

2.2 Pendekatan Kardinal


Pendekatan kardinal adalah pendekatan yang berisi analisis konsumen dengan
berdasar pada asumsi yang menyatakan bahwa, tingkat kepuasan yang diperoleh
konsumen bisa diukur dengan satuan tertentu, seperti jumlah dan harga. Artinya,
tingkat kepuasan konsumen semakin besar seiring dengan semakin besar jumlah
barang yang dikonsumsi..
Pendekatan kardinal sering disebut dengan daya guna marginal. Dalam
pendekatan kardinal terdapat beberapa poin penting, antara lain :
1. Satuan ukur bisa digunakan untuk mengukur kepuasan dari konsumen.
2. Jumlah barang yang dikonsumsi berbanding lurus dengan kepuasan
konsumen, artinya semakin banyak jumlah barang yang dikonsumsi maka
semakin besar pula tingkat kepuasan konsumen tersebut.
Dalam perilaku konsumen terjadi hukum Gossen, artinya ada sebuah penurunan yang
terjadi pada tingkat kepuasan konsumen.
Tingkat kepuasan sebanding lurus dengan harga suatu produk. Artinya ketika
konsumen ingin mendapatkan tingkat kepuasan yang tinggi maka mereka harus rela
mengeluarkan uang yang banyak, begitupun sebaliknya ketika konsumen hanya ingin
mengeluarkan sedikit uang maka tingkat kepuasannya pun tidak akan meningkat.
Nilai guna marjinal berarti pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai
akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.
Nilai guna marjinal (marginal utility) hanya berlaku dengan beberapa asumsi berikut
ini.
1. Nilai guna dapat diukur.
2. Konsumen bersifat rasional sehingga perilakunya dapat dipahami secara logis.
3. Konsumen bertujuan untuk memaksimumkan utilitasnya.
Contohnya, ketika kalian memakan roti pertama, nilai guna total roti yang didapat
adalah 30. Pada konsumsi roti berikutnya kalian mendapat nilai guna total 50. Dari
nilai guna total konsumsi roti pertama dan berikutnya, akan kita temukan nilai guna
marjinalnya yaitu 50 – 30 = 20. Jadi nilai guna marjinalnya adalah 20.

Tabel Nilai Guna Marjinal

Nilai Guna Marjinal (Marginal Utility)


Apabila roti yang kalian konsumsi semakin banyak maka semakin besar pula jumlah
nilai guna yang diperoleh. Akan tetapi laju pertambahan nilai guna yang kalian
peroleh karena penambahan roti yang kalian konsumsi makin lama makin menurun,
dan tambahan nilai guna tersebut dapat mencapai nol atau bahkan negatif apabila
konsumsi roti tersebut diteruskan.
Hukum Gossen, yang menyatakan: “Jika pemenuhan kebutuhan akan suatu jenis
barang dilakukan secara terus menerus maka rasa nikmatnya mula-mula akan tinggi,
namun semakin lama kenikmatan tersebut semakin menurun sampai akhirnya
mencapai batas jenuh”. Apabila pada tabel nilai guna marjinal di atas, konsumsi roti
diteruskan maka akan terlihat seperti tabel di bawah ini.

Tabel Nilai Guna Marjinal


Hubungan antara jumlah barang yang dikonsumsi dengan total utility dan marginal
utility pada tabel tersebut dapat ditunjukkan pada gambar kurva di bawah ini.

Kurva Total Utility dan Marginal Utility

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat tambahan kepuasan yang


semakin menurun dengan semakin banyaknya suatu barang yang dikonsumsi (Law
Diminishing Marginal Benefit).

2.3 Pendekatan Ordinal


Pendekatan ordinal adalah sebuah pendekatan yang bertugas untuk mengukur
kepuasan konsumen dengan angka ordinal/relatif. Dalam Pendekatan Ordinal, tidak
perlu diukur untuk daya guna suatu barang, cukup untuk diketahui dan konsumen
mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari
mengkonsumsi sekelompok barang.
Tingkat kepuasan konsumen dapat dihitung dengan menggunakan kurva indeferens
yang memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :
1 Memiliki tingkat kemiringan yang negatif, artinya konsumen cenderung
mengurangi konsumsinya terhadap benda satu ketika benda lainnya yang
dikonsumsi jumlahnya meningkat.
2 Kurva cenderung cembung ke arah titik asal, hal ini menunjukkan bahwa
sebuah perbedaan antara jumlah proporsi yang harus konsumen korbankan
untuk mengubah kombinasi dari jumlah masing-masing barang yang
dikonsumsi atau bisa disebut marginal rate of substitution.
Pengertian Kurva Indiferen (Indifference Curve)
Kurva indiferen (indifference curve) adalah kurva yang menghubungkan titik-titik
kombinasi dari sejumlah barang tertentu yang dikonsumsi dan memberikan
tingkat kepuasan yang sama, atau keadaan di mana konsumen berada dalam
keadaan indifferen dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang.
Gambar di bawah ini menunjukkan
(a) kurva indiferen konsumen dalam mengkonsumsi barang X dan Y, dan
(b) sekumpulan kurva indiferen atau sering dinamakan peta indiferen
(indifference map).
Sumbu vertikal menunjukkan jumlah barang Y, sumbu horizontal menunjukkan
jumlah barang X, sedang I1, I2 dan I3 menunjukkan kurva indiferen kesatu,
kedua, dan ketiga. Penggunaan diagram dua dimensi ini adalah untuk
memudahkan analisis, sedangkan untuk lebih dari dua jenis barang dapat
digunakan metode lain , seperti metode matematis atau ekonometrika.

Dengan pendekatan kurva indiferen, konsumen ingin memperoleh kepuasan


maksimum, yaitu mencapai kurva indiferen tertinggi dengan kendala pendapatan
yang tersedia. Jadi dalam satu kurva indiferen, tingkat kepuasan yang diperoleh
adalah sama.

Perhatikan gambar (a), konsumsi dititik A, B, C dan D adalah terletak pada kurva
indiferen yang sama, berarti kepuasan yang diperoleh juga sama. Pergerakan dari
titik A ke titik B, dari titik B ke titik C, dari titik A ke titik C dan sebagainya
(perpindahan dari satu ke titik lainnya), berarti konsumen ingin mendapatkan
lebih banyak barang X untuk mendapatkan barang Y di mana tingkat kepuasan
konsumen tetap sama, atau sebaliknya perpindahan dari titik D ke titik C,
perpindahan dari C ke titik B dan sebagainya, berarti harus ada barang X yang
dikorbankan untuk mendapatkan tambahan barang Y.

Tingkat penggantian barang Y dengan barang X atau tingkat penggantian barang


X dengan barang Y dinamakan tingkat penggantian subsitusi marginal (Marginal
rate of subsitustion), yaitu berapa suatu barang yang dikorbankan untuk
mendapatkan tambahan barang lain.

Gambar (b) adalah sekumpulan kurva indiferen atau dinamakan indiference map,
makin jauh dari titik origin(titik nol) berarti makin tinggi tingkat kepuasan yang
diterima konsumen. Kurva indiferen I3 > I2 > I1, ini berarti kepuasan pada kurva
I3 lebih besar dari I2 dan I1, dan kepuasan yang diterima konsumen di I2lebih
besar dari kepuasan yang diterima konsumen pada kurva indiferen I1.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya pada kurva indiferen yang sama akan
memberikan kepuasan
yang sama. Berdasarkan
gambar di atas
menunjukkan kurva
indiferen I1 berpotongan
dengan kurva indiferen I2
pada titik C. Kepuasan di
titik A sama dengan
kepuasan dititik C,
demikian juga kepuasan dititik B sama dengan kepuasan dititik C, sedangkan
kepuasan dititik A lebih besar dari dititik C karena kurva indiferen I2 lebih besar
dari I1. Keadaan ini tidak mungkin terjadi karena pada titik yang sama (titik C)
kepuasan yang diterima konsumen berbeda.
Contoh Analisis Kurva Indiferen (Indifference Curve)

Dalam teori ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa konsumen dapat
memilih kombinasi konsumsi tanpa harus mengatakan bagaimana ia memilihnya.
Sebagai contoh, Anda diberi kombinasi barang tertentu, misalnya 10 unit pakaian
dan 8 unit buku. Kemudian, Anda diberi beberapa alternatif pilihan kombinasi
barang dengan jumlah yang berbeda, misalnya 8 unit pakaian dan 10 unit buku.

Jika Anda menilai alternatif yang diberikan yaitu berupa tambahan 2 unit buku
lebih rendah daripada pengurangan 2 unit pakaian, Anda akan memilih kombinasi
barang yang pertama. Anda menilai kedua kombinasi barang tersebut tidak
berbeda atau indifferen.

Setelah beberapa alternatif kombinasi barang diberikan, Anda memperoleh


beberapa kombinasi barang yang Anda anggap indiferen. Dengan kata lain,
kombinasi barang tersebut menurut Anda akan memberikan utilitas yang sama.
Setiap kombinasi barang tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Pilihan Kombinasi Barang yang Memberikan Utilitas (Utilitas yang Sama)
KOMBINASI PAKAIAN BUKU
BARANG
A 20 4
B 10 8
C 8 10
D 5 16
E 4 20

Jika digambarkan dalam kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai berikut.


Tabel dan Kurva di atas merupakan salah satu dari berbagai kemungkinan yang
tak terhitung banyaknya. Pembuatan tabel dan kurva semacam ini dapat diulang
sebanyak yang diperlukan. Misalnya, Anda dapat membuat tabel dan kurva yang
menggambarkan kombinasi barang yang memberikan tingkat utilitas yang lebih
besar kepada konsumen.

Dalam hal ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat
utilitas yang lebih tinggi dengan menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang.
Penambahan konsumsi kedua barang tersebut akan menyebabkan pergeseran ke
kanan atas. Hal ini, kurva indiferen akan semakin jauh dari titik nol.

Dengan kata lain, semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, semakin tinggi
tingkat utilitas yang diberikan oleh kombinasi kedua barang. Himpunan dari
beberapa kurva indiferen dinamakan peta indiferen (indifference map).

Pengertian dan Contoh Garis Anggaran (Budget Line)


Konsumen yang memiliki pendapatan tetap dalam membelanjakan uangnya
dihadapkan pada berbagai pilihan barang. Misalnya, Anda memiliki pendapatan
tetap sebagai pelajar seperti kiriman uang dari orangtua Anda sebesar
Rp500.000,00 dan uang tersebut Anda belikan pakaian dan buku pelajaran.
Adapun harga pakaian adalah Rp20.000,00 per unit dan harga buku adalah
Rp25.000,00 per unit.
Anda akan menghabiskan uang yang ada untuk membeli pakaian dan buku. Anda
dapat membelanjakan uang tersebut untuk membeli berbagai alternatif kombinasi
pakaian dan buku. Jika seluruh uang yang ada dibelanjakan untuk membeli
pakaian, Anda dapat membeli 25 potong pakaian. Adapun jika digunakan untuk
membeli buku, Anda dapat membeli 20 buku.
Beberapa kemungkinan dari kombinasi pakaian dan buku tersebut terlihat pada Tabel
berikut ini.
PAKAIAN BUKU
25 0
20 4
15 8
10 12
5 16
0 20

Berdasarkan Tabel di atas, dapat digambarkan kurva garis anggaran yang


berbentuk garis lurus. Kurva garis anggaran menunjukkan seluruh kombinasi dari
kedua barang yang mungkin terjadi, sehingga seluruh pendapatan konsumen habis
dibelanjakan.

Dengan demikian, garis anggaran menggambarkan semua kombinasi barang-


barang yang tersedia bagi rumah tangga pada penghasilan atau pendapatan
tertentu dan pada harga barang-barang yang dibelinya.

Keseimbangan Konsumen
Untuk mengetahui bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya di
antara dua produk, perlu digabungkan pengertian tentang apa yang ingin
diperbuat dan apa yang dapat diperbuat oleh konsumen. Ini dilakukan dengan
menggabungkan peta indiferen dan kurva garis anggaran konsumen.
Penggabungan peta indiferen dan kurva garis anggaran konsumen tampak pada
Kurva berikut.
Berdasarkan Kurva di atas, dalam garis anggaran dapat diletakkan AB di atas peta
indiferen konsumen. Perhatikan. Posisi di kanan atas garis AB menunjukkan
kombinasi barang yang tidak dapat dibeli dengan anggaran yang dimiliki
Dari Kurva tersebut, kombinasi barang yang paling disukai dan dapat dicapai
dengan anggaran yang ada terletak pada titik E. Pada titik E tersebut, Anda akan
mencapai utilitas maksimum dengan anggaran terbatas. Artinya, Anda dalam
mencapai utilitas maksimum dibatasi oleh tingkat pendapatan Anda. Keterbatasan
di sini merupakan satu kenyataan bahwa seseorang tidak akan dapat
mengonsumsi barang yang nilainya melebihi pendapatannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik
individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, diantaranya faktor
budaya, social, psikologis, dan faktor marketing strategy. Keterkaitan
perusahaan/produsen sangatlah erat.
Produsen memiliki ketergantungan terhadap prilaku konsumen yang
mempengaruhi efektifitas penjualan. Proses pengamatan produsen terhadap
prilaku konsumen akan memberikan hasil yang menentukan strategi pemasaran.
Inilah alasan mengapa produsen perlu mengamati prilaku produsen.

3.2 Saran
Dalam memutuskan suatu pembelian, ada beberapa tahap yang dilakukan
konsumen, diantaranya pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternative dan keputusan pembelian. Beberapa tipe proses pembelian konsumen
diantaranya proses complex decision making, proses brand loyalty, limited
decision making dan proses intertia.
DAFTAR PUSTAKA

https://sicantikunyuunyu.blogspot.com/2017/12/makalah-perilaku konsumen.html?
m=1
http://kuantannet.blogspot.com/2016/12/makalah-teori-tingkah-laku-konsumen.html?
m=1
https://salamadian.com/pengertian-perilaku-konsumen/
https://blogips-ekonomi.blogspot.com/2018/04/teori-nilai-guna-total-marjinal.html?
m=0
https://blogips-ekonomi.blogspot.com/2018/04/kurva-indiferen-dan-garis-
anggaran.html?m=0

Anda mungkin juga menyukai