Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI JAMBI ”

DOSEN PENGAMPU :

Dr. M. Ridwansyah, S.E., M.Sc.


Syafi'i, S.E., M.E.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
CICI LASMARITO PAKPAHAN (C1A020089)
SUCI AURA RAHMADIAN (C1A020091)
NAOMI A.C. SILITONGA (C1A020098)
MUHAMMAD FERDIANSYAH (C1A020099)
KHARISMA ZAHRA DINILLAH (C1A020103)
RISMA LENI (C1A020146)
ASYA CITRAHADI (C1A020161)

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI

1
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang "Analisis Permintaan Beras di Provinsi Jambi" dengan
tepat waktu dan semaksimal mungkin.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Mikro I. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana permintaan beras di Provinsi Jambi bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Mikro I.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yaitu semua anggota kelompok yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Sebelumnya mohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan yang ada, karena penulis menyadari
makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 20 September 2021

Penulis

Kelompok 2

2
Daftar Isi

Kata Pengantar..............................................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
2.1 Permintaan Beras di Provinsi Jambi.................................................................................6
2.1.1 Elastistas Permintaan.................................................................................................7
2.2 Peran Pemerintah..............................................................................................................9
2.3 Teori Perbandingan...........................................................................................................9
BAB III.........................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................11
3.2 Saran................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekonomi berkembang sangat pesat didunia ini, terutama di negara kita yaitu Indonesia
walaupun negara kita masih dalam proses berkembang. Ekonomi Indonesia merupakan salah
satu kekuatan ekonomi berkembang utama dunia yang terbesar di Asia Tenggara dan terbesar di
Asia dengan urutan keenam setelah Tiongkok, Jepang, India, Rusia dan Korea Selatan.
Ekonomi negara ini menempatkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-16 dunia
yang artinya Indonesia juga merupakan anggota G-20. Dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan
oleh suatu masyarakat atau negara menunjukkan bahwa kegiatan permintaan dan penawaran
sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga barang yang berlaku. Dengan demikian
perubahan harga akan mempengaruhi besarnya jumlah barang yang diminta (permintaan) dan
jumlah barang yang ditawarkan (penawaran). Harga suatu barang atau jasa bersifat dinamis
terkadang naik dan juga turun.respon jumlah barang yang diminta dan ditawarkan itulah yang
disebut dengan elastisitas. konsep elatisitas digunakan untuk mengukur seberapa besar reaksi
konsumen terhadap perubahan harga. Selain itu, elastisitas juga digunakan untuk meramalkan
apa yang akan terjadi jika harga barang atau jasa dinaikkan.
Salah satu pokok penting dalam fungsi permintaan dan penawaran adalah derajat kepekaan
atau elastisitas jumlah barang yang diminta atau yang ditawarkan, karena terjadinya perubahan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi elastisitas. Untuk menyelesaikan
permasalahan diatas, kita memerlukan suatu konsep yang dapat memberikan penyelesaian
dengan tepat. Konsep tersebut adalah konsep elastisitas yaitu konsep untuk mengetahui
perubahan relatif jumlah barang yang diminta atau jumlah barang yang ditawarkan sebagai
akibat perubahan dari salah satu faktor yang mempengaruhinya.
Seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki permintaan yang sangat banyak terhadap
konsumsi terutama pada bahan pangan beras.  Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi
pangan penduduk, produksi beras pada 2020 sebesar 31,33 juta ton, mengalami kenaikan
sebanyak 21,46 ribu ton atau 0,07 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 31,31 juta ton. Potensi
produksi padi pada subround Januari–April 2021 diperkirakan sebesar 25,37 juta ton GKG,
mengalami kenaikan sebanyak 5,37 juta ton atau 26,88 persen dibandingkan subround yang sama
pada 2020 yang sebesar 19,99 juta ton GKG.Di beberapa provnsi juga mengalami kenaikan
terutama di provinsi Jambi , Produksi padi pada 2020 sebesar 386.413 ton gabah kering giling
(GKG), mengalami kenaikan sebanyak 76.481 ton atau 24,68 persen dibandingkan 2019 yang
sebesar 309.933 ton GKG. Jika dilihat menurut subround, terjadi peningkatan produksi padi pada
subround Mei-Agustus dan September-Desember 2020, yaitu masing-masing sebesar 21.272 ton
GKG (17,08 persen) dan 61.603 ton GKG (130,64 persen) dibandingkan 2019. Penurunan hanya
terjadi pada subround Januari-April, yakni sebesar 6.394 ton GKG (-4,63 persen). Jika
dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020

4
sebesar 222.379 ton, mengalami kenaikan sebanyak 44.014 ton atau 24,68 persen dibandingkan
2019 yang sebesar 178.364 ton.
Dengan jumlah produksi beras yang semakin meningkat maka dari itu kami akan melakukan
penelitiaan tentang analisi permintaan beras di Provinsi Jambi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, jelas bahwa pada tahun 2020 permintaan
beras di Provinsi Jambi semakin meningat. Oleh sebab itu, kami mencoba merumuskan beberapa
masalah yang berkaitan dengan latar belakang yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah dengan meningkatnya produksi beras di provinsi Jambi membuat permintaan
juga meningkat?
2. Bagaimana peranan pemerintah dalam memenuhi permintaan beras di Provinsi Jambi?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Permintaan Beras di Provinsi Jambi


Beras merupakan bahan makanan pokok utama rakyat Indonesia. Kebutuhan beras dari tahun
ke tahun terus meningkat karena kenaikan jumlah penduduk dan kebutuahan ini harus terpenuhi.
Kekurangan pangan berpengaruh pada gizi buruk, kesehatan, dan sekaligus menurunkan kualitas
sumberdaya manusia. Salah satu hal penting dalam perberasan adalah mengetahui tingkat
penyediaan dan permintaan sehingga tidak ada kelangkaan maupun surplus beras di pasaran yang
pada akhirnya merugikan masyarakat sebagai konsumen dan petani sebagai produsen beras.

Pada tingkat yang diinginkan akan tercapai harga beras yang layak dan mampu dijangkau
oleh masyarakat dan menguntungkan para petani sebagai produsen. Terjaminnya ketersediaan
pangan dalam jumlah yang cukup, kualitas yang memadai dan tingkat harga yang terjangkau
oleh penduduk merupakan sasaran dan target yang ingin dicapai dalam penyusunan dan
perumusan kebijakan pangan nasional. Di Provinsi Jambi permintaan beras belum bisa
tergantikan oleh bahan makanan lainnya. Ini terlihat dari jumlah konsumsi beras paling besar
dibanding konsumsi bahan makanan lainnya, walaupun pemerintah sudah menggalakkan
diversifikasi makanan dari beras ke non beras, tetapi sebagian masyarakat Jambi merasa belum
dianggap makan kalau belum makan nasi.

Usaha yang dilakukan pemerintah agar dapat memenuhi permintaan beras yang terus
meningkat, pemerintah Provinsi Jambi dapat melakukan usaha yaitu:
1. Mengimpor beras dari luar Provinsi Jambi sesuai dengan kebutuhan, dan
2. Meningkatkan produksi lokal padi.

Jumlah penduduk Provinsi Jambi yang terus menerus bertambah mengakibatkan


bertambahnya permintaan beras. Jika dalam kondisi produksi padi tetap dan permintaan beras
bertambah akibat pertambahan penduduk, maka produksi akan tidak mencukupi permintaan
beras, yang akibatnya akan masih dibutuhkannya impor beras dari luar Provinsi Jambi.

Jumlah permintaan beras di Provinsi Jambi sampai saat ini masih memiliki volume konsumsi
yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok pangan lainnya. Hal ini disebabkan karena pola
pikir masyarakat jambi yang beranggapan bahwa belum makan jika belum makan nasi. Jumlah
konsumsi masyarakat Provinsi jambi pada tahun 2020 disampaikan oleh Kepala Dinas
Ketahanan Pangan/Dishanpan (2020), menjelaskan tingkat konsumsi beras masyarakat Provinsi
Jambi sebesar 92,1 Kg perkapita/tahun. Jika dirata - rata konsumsi penduduk di Provinsi Jambi
338.800 ton/tahun. Apabila dihitung perbulan menjadi 28.300 ton/tahun, maka hitungan
perminggu menjadi 5.100 ton. Berikut merupakan data jumlah penduduk dan konsumsi beras di
Provinsi Jambi tahun 2015-2019.

6
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Konsumsi Beras di Provinsi Jambi Periode 2015-2019
Tahun Jumlah penduduk Konsumsi Beras
(jiwa) (ton/tahun)
2015 3.402.052 343.607,25
2016 3.458.926 353.156,35
2017 3.515.017 342.586,24
2018 3.570.272 328.271,05
2019 3.624.579 324.399,82
Sumber: Badan Pusat Statistika 2019 diolah

Berdasarkan Tabel 1. di atas dapat diamati bahwa periode 2015-2019 konsumsi beras di
Provinsi Jambi mengalami penurunan jumlah konsumsi. Konsumsi beras tertinggi dalam kurun
waktu lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2016 dengan peningkatan sebesar 2,77 % dari tahun
sebelumnya. Namun dari tahun 2017 sampai 2019 konsumsi beras mengalami penurunan jumlah
konsumsi sebesar 2,99% dari tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah penduduk kurun waktu lima
tahun terakhir mengalami kenaikan. Jumlah penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2019 dengan
peningkatan sebesar 1,52% dari tahun sebelumnya.

2.1.1 Elastistas Permintaan

a. Elastisitas Harga-Permintaan

Elastisitas Harga beras menunjukkan hubungan antara harga beras dengan permintaan beras
untuk jangka pendek dan jangka panjang. Pada penelitian ini nilai koefisien elastisitas harga
jangka pendek sebesar -0,0868 dan jangka panjang sebesar -0,2846, ini memberikan indikasi
bahwa elastisitas harga beras terhadap permintaan beras mempunyai sifat elastisitas yang tidak
elastis (inelastis). Artinya, perubahan harga beras yang relatif besar tidak akan mengubah
permintaannya dalam jumlah yang banyak. Hal ini sesuai dengan teori permintaan, dimana harga
berbanding terbalik dengan jumlah yang diminta. Harga mutlak nilai elastisitas harga beras
terhadap permintaan beras untuk jangka pendek lebih kecil bila dibanding dengan elastisitas
permintaan jangka panjang (-0,0868 < -0,2846). Perbedaan elastisitas jangka pendek dan
elastisitas jangka panjang disebabkan keterlambatan penyesuaian variabel dependen terhadap
variabel independen sehingga jumlah permintaan beras yang diminta berbeda antara jangka
pendek dan jangka panjang.

b. Elastisitas Pendapatan-Permintaan

Elastisitas Pendapatan terhadap permintaan untuk jangka pendek diperoleh nilai -0,1953,
sedangkan untuk jangka panjang sebesar -0,6407. Nilai elastisitas pendapatan, baik jangka

7
pendek dan jangka panjang lebih kecil dari 1. Hal ini berarti bahwa permintaan beras bersifat
tidak elastis (inelastis) terhadap perubahan pendapatan, atau dengan kata lain persentase
perubahan pendapatan tidak responsif terhadap permintaan beras. Karena nilai elastisitas kurang
dari 1 maka beras termasuk barang normal.

c. Elastisitas Harga Silang Permintaan

Elastisitas Harga Silang dari harga tepung terigu diperoleh sebesar 0,0017 untuk jangka
pendek, sedangkan untuk jangka panjang 0,0055. Angka elastisitas dari harga terung terigu
nilainya sangat kecil yaitu hamper sama nol pada jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini
dapat dijadikan petunjuk bahwa perubahan harga tepung terigu tidak mempengaruhi permintaan
beras. Nilai elastisitas silang yang diperoleh kurang dari 1 atau lebih mendekati 0, ini
menunjukkan bahwa harga tepung terigu bersifat tidak elastis (inelastis) terhadap permintaan
beras, atau dengan kata lain tepung termasuk barang normal dan bukan sebagai barang subtitusi.

d. Elastisitas Jumlah Penduduk Terhadap Permintaan

Elastisitas Jumlah Penduduk diperoleh sebesar 1,2381 untuk jangka pendek dan untuk jangka
panjang sebesar 4,0619. Angka ini mengandung pengertian bahwa apabila jumlah penduduk naik
1%, maka akan mengakibatkan presentase perubahan jumlah permintaan beras meningkat
sebesar 1,24% untuk jangka pendek dan naik 4,06% untuk jangka panjang. Nilai elastisitas
jumlah penduduk lebih dari 1, ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk bersifat elastis terhadap
permintaan beras.

8
2.2 Peran Pemerintah
Walaupun jumlah konsumsi beras periode 2015-2019 cenderung menurun, tetapi volume
konsumsi beras masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas pangan lainnya seperti
jagung, terigu, dan umbi-umbian. Besarnya volume konsumsi beras dari pangan lainnya juga
didukung oleh kebijakan pemerintah tentang program Raskin dalam bentuk beras, yang
disalurkan kepada masyarakat setempat. Kebijakan ini tentunya menyalahi konsep diversifikasi
konsumsi pangan. Ariani (2010) menyatakan bahwa pola konsumsi masyarakat cenderung
tunggal yaitu beras serta pergeseran pola konsumsi pangan yang kedua yaitu perubahan
konsumsi umbi-umbian dan jagung bergeser ke terigu dan produk turunannya seperti mie instan
dan roti.
Melihat volume konsumsi beras masyakat Provinsi Jambi masih lebih tinggi dibandingkan
dengan pangan lainnya serta program Raskin yang dibentuk oleh pemerintah. Maka dari itu
diperlukan kestabilan pasokan beras dan gabah di Provinsi Jambi. Kestabilan antara jumlah
permintaan dan pasokan beras akan berdampak terhadap keseimbangan harga. Harga beras yang
lebih dikontrol dan diperhatikan oleh pemerintah adalah beras kualitas medium yang dijual di
pasar Provinsi Jambi. Pengawasan harga beras medium dikarenakan harga beras medium lebih
rendah serta terjangkau oleh semua kalangan dan banyak diminati oleh konsumen dibandingkan
dengan beras kualitas premium serta beras yang berasal dari petani masih berkualitas medium
(Bulog, 2019). Dikarenakan beras bersumber dari gabah maka perkembangan mengenai harga
gabah juga dikontrol oleh pemerintah.
Kebanyakan petani menjual gabahnya dalam bentuk gabah kering panen.Hal ini terjadi
karena petani membutuhkan uang secepatnya untuk menutupi biaya - biaya yang dikeluarkan
(hutang) sebelum panen. Keseimbangan harga yang terbentuk pada pasar yang bersaing
ditentukan oleh interaksi penyebaran informasi antara seluruh penjual dengan pembeli di pasar.
Hal ini dapat dilihat melalui konsep supply dan demand yang disimpulkan bahwa harga suatu
barang pada pasar yang bersaing ditentukan oleh interaksi permintaan pasar dengan penawaran
pasar pada barang tersebut. Serta penyebaran informasi harga pada setiap lembaga pemasaran
yang berjalan lancar dan seimbang dari lembaga pemasaran yang lebih tinggi ke lembaga
pemasaran yang lebih rendah untuk dapat menentukan posisi tawar dan pembentukan harga.
Asmarantaka, (2009) menyatakan perubahan harga pada setiap pasar menunjukkan adanya
keterkaitan pasar, besarnya perubahan harga yang terjadi pada pasar pengecer (pasar acuan) akan
mengakibatkan terjadinya perubahan harga pada pasar petani (pasar pengikutnya). Pasar yang
saling terikat cenderung memiliki keseragaman harga, dan biasanya harga di pasar manapun
tergantung pada ruang lingkup pasar, yang tergantung kepada sifat persaingan atau efisiensi yang
berlaku di pasar.

2.3 Teori Perbandingan


Menurut data BPS yang kami baca bahwa kenaikan permintaan beras di Indoneisa
meningkat sangat pesat, tetapi setelah melakukan penelitian ini masih banyak provinsi yang

9
mengalami penurunan konsumsi beras terutama di Provinsi Jambi.Oleh karena itu pada tahun
2019 jumlah konsumsi menurun tetapi populasi penduduk meningkat.
Beras merupakan komoditas strategis, sehingga kebijakan perberasan menjadi penentu
kebijakan pangan nasional dalam pemenuhan hak pangan dan kelangsungan hidup rakyat.
Hampir semua pemerintah di dunia, selalu melakukan kontrol dan intervensi terhadap komoditas
pangan strategis seperti beras untuk ketahanan pangan dan stabilitas politik. Adapun kebijakan
perberasan di Indonesia terdiri dari Kebijakan Peningkatan Produksi Padi/Beras; dan Kebijakan
Harga Beras. Produksi pertanian tidak terlepas dari pengaruh kondisi alam setempat yang
merupakan salah satu faktor pendukung produksi. Selain keadaan tanah yang cocok untuk
kondisi tanaman tertentu, iklim juga sangat menentukan. Seperti halnya tanaman pertanian padi.
Hanya pada kondisi tanah dan iklim tertentu dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Keadaan tanah dapat diatasi dengan penggunaan pupuk.
Oleh karena itu salah satu faktor produksi padi adalah harga pupuk, selain dari harga
output padi sendiri. Iklim yang mendukung dengan curah hujan yang tinggi sangat
mempengaruhi pertumbuhan padi, karena tanaman padi terkait dengan ketersediaan air. Jika
curah hujan tinggi, maka ketersediaan air juga akan meningkat. Akan tetapi perlu adanya faktor
pendukung lain diantara dibangunnya sarana dan prasarana pertanian (Soekartawi, 2002). Besar
kecilnya produksi beras akan berpengaruh terhadap kontribusi sektor pertanian terhadap PDB.
Jika PDB Indonesia meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Untuk
mengimbangi dan mengatasi kebutuhan pangan yang terus meningkat ini, petani harus
meningkatkan produksi beras karena sebenarnya meskipun sebagai bahan makanan pokok
beras dapat diganti atau disubstitusi oleh bahan makanan lainnya, namun beras memiliki
nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan
oleh bahan makanan yang lain (Soekartawi,2002). Malian et.all (2004) konsumsi beras
dipengaruhi oleh jumlah penduduk, harga beras di pasar domestik, impor beras tahun
sebelumnya, harga jagung pipilan di pasar domestik dan nilai tukar riil. Tambahan
penduduk dan melonjaknya konsumsi beras di negara-negara Afrika.
Naiknya permintaan beras dari negara-negara itu menambah semakin meningkatnya
pasar beras dunia. Permintaan beras makin tinggi, padahal volume beras yang di perdagangkan
di pasar dunia merosot. Belum lagi dampak perubahan iklim global yang menyebabkan
terjadinya perubahan musim hujan dan kemarau yang ekstrem di sejumlah negara pengekspor
beras seperti Thailand, Vietnam, Pakistan, India dan China mendorong negara-negara itu lebih
mementingkan stok beras untuk warganya. Hingga saat ini masih ada komitmen yang kuat,
terutama dari pemerintah, untuk mempertahankan swasembada beras nasional pada masa
mendatang.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan dilakukan penelitian ini maka permintaan beras di Provinsi Jambi pada kurun
waktu 2015-2019 menurun, jumlah penduduk kurun waktu lima tahun terakhir mengalami
kenaikan. Jumlah penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2019 dengan peningkatan sebesar 1,52%
dari tahun sebelumnya. Dalam hal ini pemerintah sangat berperan aktif walaupun permintaan
beras menurun, pemerintah tetap melakukan pembagian beras raskin untuk dikonsumsi
masyarakat.

3.2 Saran

Menurut pendapat kami, pada penelitiaan ini para petani di provinsi Jambi harus lebih
banyak memproduksi beras supaya bisa mengekspor beras. Walaupun permintaan beras pada
kurun waktu lima tahun mengalami penurunan bukan berarti produksi beras juga menurun
karena populasi penduduk tiap tahunnya meningkat.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/125312-ID-permintaan-beras-di-provinsi-
jambi-pener.pdf
https://muarojambikab.bps.go.id/pressrelease/2020/03/05/39/pada-2019--luas-panen-
padi-di-provinsi-jambi-diperkirakan-sebesar-69-536-hektar-dengan-produksi-sebesar-309-932-
ton-gkg-.html
https://repository.unja.ac.id/22799/5/BAB%20I.pdf

https://www.researchgate.net/publication/332760772_Pengaruh_Produksi_dan_Konsumsi_Terha
dap_Impor_Beras_Di_Provinsi_Jambi_Tahun_2010-2016

12

Anda mungkin juga menyukai