Anda di halaman 1dari 17

Dinamika Dunia Perbankan di 

Indonesia
Posted: Oktober 18, 2012 in Uncategorized
0

DINAMIKA DUNIA PERBANKAN DI INDONESIA

DI TULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BANK DAN LEMBAGA


KEUANGAN

di tulis oleh :

113401007

RIPAN NURDIANSAH

EKONOMI PEMBANGUNAN A

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2012-2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “  DINAMIKA LEMBAGA
KEUANGAN DI INDONESIA“ makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
bank dan  lembaga keuangan,

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat kususnya untuk saya pribadi umumnya untuk
pembaca dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa semua.
 

 
Tasikmalaya,18 oktober 2012

Penulis

         

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………
……………………2

DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………………
…………………..3

BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………
………………..4

1. Latar
belakang………………………………………………………………………………
………………….4
2. Rumusan
masalah…………………………………………………………………………………
………….4
3. Tujuan
penulis…………………………………………………………………………………
………………4

BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………
……………………5

1. Permasalahan Perbankan
Nasional……………………………………………………………………..5
2. Analisis Kondisi Perbankan Nasional Tahun
2009………………………………………………..5
3. Perbankan Nasional Menghadapi Masalah Terkait
Pajak………………………………………..7
4. Bisnis Bank Syariah Masih Belum Bisa Berkembang
Pesat…………………………………….7
5. Permasalaha dan Perkembangan
BPR…………………………………………………………………8
6. Pengawasan BPR Perlu di
Perketat……………………………………………………………………..9
BAB III
PENUTUP………………………………………………………………………………………
…………………10

1. Kesimpulan……………………………………………………………………………
……………………..10
2. Keritik dan
saran……………………………………………………………………………………
………10

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………
………………..11

BAB I   PENDAHULUAN                   

A.    Latar Belakang

Bankadalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan


untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang
dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa italia banca berarti tempat
penukaran uang. Sedangkan menurut undang-undang perbankan bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir.Industri
ini menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Saat ini, bank memiliki fleksibilitas
pada layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang mereka
bayar untuk simpanan deposito nya.

B.    Rumusan masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil suatu permasalahan yang dihadapi yakni  lembaga
keungan dalam hal ini adalah perbankan dan BPR di indonesia dalam menjalankan proses
kinerjanya.

C.   Tujuan Penulisan

Karena begitu pentingnya peninjauan terhadap peningkatan kualitas lembaga keuangan di


indonesia sebagai bagian penting perekonomian nasional. Lembaga keuangan memiliki peran
penting yang menjadi tonggak dasar kemajuan perekonomian suatu bangsa. Karena begitu
pentingnya lembaga keuangan maka perlu suatu terobosan dalam melakukan peninjaun dalam
perkembangannya. Salah satunya adalah dengan melakukan penelitian tentang kinerja dan
permasalahan dalam aktipitas bank dan BPR.
Melihat begitu urgennya  dan dalam memenuhi tugas mata kuliah lembaga keuangan dan
perbankan  maka tulisan ini dibuat. Tujuan utamanya adalah agar penulis secara pribadi dan
calon ekonom pada umumnya mampu memahami pentingnya menganalisa kinerja lembaga
keuangan. Tentu  harapannya adalah implementasi dari suatu ilmu yang akan sangat
bermanfaat dalam melaksanakan pembelajaran.

BAB II  PEMBAHASAN

A. Permasalah Perbankan Nasional

Permasalahan dalam krisis perbankan di Indonesia saat ini dianggap paling parah dan relatif
mahal di dunia selama berabad-abad. National beban biaya restrukturisasi perbankan yang
dikeluarkan oleh perekonomian mencapai 47% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Dua penyebab utama kehancuran bank di mulai ketika krisis ekonomi indonesia tahun 1997
yaitu :

1. Terlalu longgar peraturan dalam perbankan, terutama sejak digulirkannya Paket


Oktober 1988 (Pakto 88). Peraturan ini memungkinkan bank untuk menetapkan
langkah-langkah yang begitu mudah, sehingga dalam waktu singkat, jumlah bank
telah menjamur.
2. Bank dan sektor riil semakin terintegrasi ke dalam struktur kepemilikan seseorang
atau sekelompok orang yang benar-benar dalm kondisi yang sama. Ini tidak terlalu
banyak membawa dampak negatif jika aturan-aturan yang diberikan kondisi upheld.
Adapun praktek bisnis yang buruk telah ditutupi oleh sebuah sistem politik tertutup
otoriter dan korup. Jadi, ketika guncangan terjadi pada sendi otomatis bangunan bisnis
politik, termasuk perbankan, juga ikut gemetar.

B. Analisis kondisi di perbankan nasional tahun 2009

Selama periode di bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2008 tingkat pertumbuhan kredit
tercatat hingga hampir 4 persen, angka ini menunjukan bahwa turun persenan menjadi hanya
sekitar 2 persen pada periode di bulan Juli hingga sampai di bulan Desember 2008.
Memasuki 2009, pertumbuhan kredit minus 2,1 persen. Penurunan tingkat pertumbuhan
hampir pasti akan juga ikut mengerek naik jumlah kredit bermasalah (NPL).

Penyebab melemahnya pertumbuhan kredit seretnya likuiditas. Satu hal yang antara lain
menunjukkan pengurangan lebih dari dua kali kelebihan likuiditas dalam perekonomian yang
membuat Sertifikat Bank Indonesia (SBI), fasilitas BI, dan fine tuning operation (FTO).

Beberapa minggu terakhir ini, likuiditas perekonomian adalah sedikit tertolong oleh suntikan-
suntikan devisa dari negara-negara yang melakukan kesepakatan swap billateral dengan
Indonesia, antara lain China. Dana tambahan dari 12 billion Dolar AS adalah juga
dijadwalkan akan dihasilkan jika komitmen ASEAN Plus 3 dapat terwujud. Berbagai foto
pertukaran ini akan langsung mengurangi tekanan pada likuiditas dalam negeri melalui
mekanisme uang inti. Selain itu, suntikan dari luar, arus lalu lintas likuiditas dalam negeri
juga akan dibantu oleh banyak partai demokratis pemilu yang kini dirayakan hinggar
kebisingannya.

Masalahnya peningkatan aliran likuiditas belum tentu diterjemahkan dalam ekspansi kredit.
Begitu juga dalam krisis global menyebabkan lebih takutnya segmentasi pasar perbankan
domestik, yang menyebabkan suku bunga kredit komersial turun keras (tercatat dalam :
Deviation BI Rate dan Suku Bunga Kredit).

Bank Indonesia sedang mencoba berbagai upaya terobosan untuk mengatasi masalah ini,
termasuk upaya untuk menciptakan pengumpulan dana, dan itupun bukan tanda-tanda yang
menggembirakan. Bankpun masih enggan untuk saling meminjamkan dana, karena profil
risiko dari masing-masing yang belum sepenuhnya transparan. Solusi komprehensif
segmentasi pasar perbankan cenderung menunggu sedikit lebih lama, sampai tercatat sahnya
berlaku RUU Sistem Keuangan Network Security yang sampai saat ini masih berada di DPR.

Dengan berbagai masalah, tidak mengherankan bahwa laju pertumbuhan kredit pada tahun
2009 secara kumulatif sepanjang akan melambat di kisaran 15 % (persen). Demikian pula
pada dana dengan tingkat perkiraan pihak ketiga yang hanya tercatat 11 % (persen).

Sejauh ini, perlambatan pertumbuhan kredit dan NPL tidak serius pemburukkan
mempengaruhi sistem perbankan domestik fundamental ekonomi secara keseluruhan. Rata-
rata, bank-bank domestik masih memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio –
CAR) lebih dari cukup, dengan 17% (persen). Angka ini lebih jauh di atas tingkat minimum 8
persen. Bantal modal besar memungkinkan bank-bank domestik untuk menyerap berbagai
risiko yang mungkin timbul selama 2009. Pada awal 2009, tingkatan NPL masih relatif
terkendali dalam waktu kurang dari 5% (persen), meskipun harga itu sedikit meningkat dari
4% (persen) di akhir 2008.

Perbankan fundamental yang baik merupakan modal yang sangat berharga untuk berlayar
pada tahun 2009. Tentu saja, pada tingkat operasi perbankan, perlu ada lebih banyak usaha
untuk meningkatkan efisiensi yang masih dianggap cukup rendah di mana rasio masih BOPO
untuk 80% (persen) serta pengelolaan risiko masing-masing bank. Karena, pengalaman baru-
baru ini dalam kasus Indover dan Bank Century, karena runtuhnya bank seringkali
disebabkan oleh pengelolaan risiko yang berantakan bahkan kriminal.

Dengan secara bersamaan, perbaikan dalam skala mikro ini harus disertai dengan upaya pada
tingkat makro konsolidasi perbankan. Konsolidasi sering dilakukan melalui merger selain
mengurangi masalah-masalah perbankan segmentasi pasar, juga akan mengurangi beban
pengawasan otoritas moneter.

Upaya lain di tingkat makro perlu dilanjutkan dan bahkan memperkuat pemerintahan
berhatihati kebijakan (peraturan kehati-hatian), termasuk dalam hal transaksi derivatif dan
mata uang asing yang telah diadopsi. Kebijakan BI ini adalah salah satu yang harus
menyelamatkan sistem perbankan nasional sejauh ini, sehingga perlu dilanjutkan dan bukan
hanya menggeliat.

Selain meningkatkan manajemen risiko dan tata kelola bank, baik itu BI juga memberikan
bimbingan untuk ekspansi kredit sektoral sebagai petunjuk operasional perbankan. Pedoman
ini harus spesifik dan harus berbeda di setiap daerah. Pada titik ini, kantor BI yang tersebar di
hampir seluruh pelosok kepulauan harus difungsionalisasikan sebagai tombang tepi dalam
memberikan sifat lokal sektoral.

Keberadaan pada bank-bank Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk
membaca perubahan-perubahan dalam lingkungan eksternal, baik di tingkat nasional dan
internasional.perubahan yang patut diperhatikan:

*  Ubah struktur dan karakter perekonomian nasional sebagai akibat dari perubahan-
perubahan struktural pasca krisis insentif.

*  Pelaksanaan otonomi daerah.

*  Fenomena globalisasi dan regionalisasi.

C. Perbankan nasional menghadapi masalah terkait pajak.

Setelah terjadi perubahan undang-undang perpajakan perbankan nasional menghadapi


masalah. Perubahan UU tersebut terdiri dari UU Ketentuan Umum Perpajakan (UU KUP, UU
Pajak Penghasilan (UU PPh) dan UU Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN). Menurut Ketua
bidang Hukum dan GCG Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas)
Herwidayatmo, perubahan undang-undang tersebut masih menimbulkan
permasalahan.Karena, adanya perbedaan penafsiran antara Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
dengan perbankan. Bahkan, berdasarkan inventarisasi permasalahan perpajakan industri
perbankan yang kami kumpulkan, permasalahan tersebut sudah terjadi sebelum perubahan
UU dilakukan Beberapa permasalahan industri perbankan tersebut, antara lain :

1)      secara perpajakan apakah bank dapat membebankan biaya pencadangan penghapusan
kredit dalam perhitungan pajak penghasilan perusahaan.

2)      apakah secara perpajakan bank dapt mengkalim biaya kerugian dari penghapusan kredit
yang sudah dilakukan tindakan penagihan secara maksimal meskipun belum terakhir dan
sudah memnuhi persyaratan formal perpajakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

3)       apakah bank wajib mencamtumkan nomor NPWP debitur kecil di bawah Rp50 juta
yang dihapuskan bank.

4)      apakah kegiatan penyerahan BKP oleh perbankan seperti penjualan agunan yang
diambil alih oleh debitur (AYDA), penjualan aktiva tetap dan pemberian hadiah kepada
nasabah oleh perbankan terutang PPN.

5)       dengan tidak terutangnya PPN atas transaski pembiayaan murabahah mulai 1 April
2010, apakah hal tersebut berlaku juga untuk transaksi sebelumnya.

D. Bisnis bank syariah masih belum bisa berkembang pesat di indonesia.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank-bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad K Permana


menjelaskan hingga saat ini aset industri perbankan syariah masih memiliki pangsa pasar di
bawah 4 persen dibandingkan dengan keseluruhan perbankan nasional. Sebenarnya ada tiga
masalah besar di perbankan syariah. Ini yang menghambat perkembangan bisnis syariah
sampai saat ini.
1)      ketersediaan produk dan standarisasi produk perbankan syariah. Hal ini dikarenakan
selama ini masih banyak bank syariah yang belum menjalankan bisnisnya sesuai prinsip
syariah. Standardisasi ini diperlukan dengan alasan industri perbankan syariah memiliki
perbedaan dengan bank konvensional. Apalagi, produk bank syariah tidak hanya
diperuntukkan bagi nasabah muslim, melainkan juga nasabah nonmuslim.

2)       tingkat pemahaman (awareness) produk bank syariah. Hingga saat ini, sangat sedikit
masyarakat yang tahu tentang produk-produk perbankan syariah dan istilah-istilah di
perbankan syariah. “Hanya sekitar 30 persen dari sumber daya yang direkrut mengetahui
istilah perbankan syariah serta tingkat awareness-nya.

3)      industri perbankan syariah adalah sumber daya manusia (SDM). Masalah yang terjadi
adalah pihak perbankan kesulitan untuk mencari SDM perbankan syariah yang berkompeten
dan mumpuni. justru banyak mengambil SDM untuk perbankan syariah dari perbankan
konvensional dan SDM-SDM yang potensial. Sangat sedikit SDM yang diambil atau lulusan
perguruan tinggi syariah.

Sekadar catatan, Bank Indonesia memproyeksi industri perbankan syariah bisa memiliki
pangsa pasar sebesar 15 persen pada 10 tahun mendatang (atau sekitar tahun 2022) apabila
bisa mengalami pertumbuhan yang stabil seperti beberapa tahun terakhir.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah yang saat ini menjadi anggota
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan industri perbankan syariah mengalami
pertumbuhan dengan rerata 40,5 persen per tahun, dalam setengah dasawarsa terakhir.
Pertumbuhan tersebut dua kali lebih cepat dibandingkan dengan perbankan konvensional
sehingga pangsa pasarnya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Namun saat ini
pangsa pasarnya (berdasarkan aset) masih sekitar 4 persen.

E. Permasalahan dan  perkembangan BPR

Peran perbankan dalam perekonomian adalah sangat vital khususnya dalam lalu lintas
perputaran uang. Diantara begitu banyak perbankan, kehadiran bank perkreditan rakyat
(BPR) yang menyediakan produk keuangan yang serupa dengan bank konvensional lain
ternyata memiliki penetrasi yang lebih baik dibandingkan dengan perbankan lain khususnya
untuk usaha mikro dan kecil. Seiring dengan persaingan dunia perbankan yang kian ketat,
BPR sepertinya tidak akan luntur serta masih menjadi salah satu perbankan yang diminati
masyarakat.

Ada banyak hal yang memengaruhi kinerja BPR baik yang dipengaruhi oleh sisi internal dan
eksternal.  Karakteristik BPR yang memiliki kemudahan dalam penyaluran kredit serta
memberikan keuntungan simpanan dibandingkan dengan bank konvensional lain menjadi
daya tarik tersendiri sehingga BPR masih diminati. Segmentasi pasar BPR yang memasarkan
produknya kepada masyarakat kecil serta UMK diperkirakan menjadi alasan utama kenapa
BPR bisa bertahan hingga saat ini.

BPR adalah salah satu bentuk lembaga keuangan mikro di Indonesia yang telah memiliki
akar dalam sosial ekonomi masyarakat pedesaan Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan
tersedianya lembaga perkreditan ditengah masyarakat Indonesia seperti Lembaga Perkreditan
Rakyat di Jawa pada tahun 1900 (Colter, 1984).
Walaupun jumlah penyaluran kredit BPR ke masyarakat menunjukan tren peningkatan.
Namun, peningkatan itu masih relatif kecil dari jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
kepada UKM.

Peran BPR sebagai lembaga intermediasi yang mudah dijangkau oleh usaha rakyat sampai ke
perdesaan diharapkan mampu menumbuhkembangkan dan meningkatkan daya saing UMK.

Bank Indonesia di tahun 2006 menyarankan untuk meningkatkan peran BPR dalam
pemberian pelayanan kepada UMK adalah dengan memperkuat kelembagaan BPR dengan
membenahi berbagai faktor diantaranya struktur pendanaan, SDM, selera konsumen,
infrastruktur pendukung, dan operasional BPR yang efisien. Karena persaingan yang kian
ketat dimana BPR saat ini harus bersaing dengan unit pembiayaan lainnya seperti dengan
bank umum, koperasi dan pegadaian.

F. Pengawasan BPR perlu diperketat

Pengawasan terhadap BPR juga menjadi faktor penting. Sebab, faktanya banyaknya BPR
yang ditutup akibat perilaku pemilik BPR yang memanfaatkan bank miliknya untuk
kepentingan bisnisnya sendiri. Kalau sekarang banyak BPR yang ditutup itu karena
pemiliknya itu punya behaviour yang ingin memanfaatkan bank-nya itu untuk kepentingan
bisnisnya.

mekanisme pengawasan terhadap BPR harus lebih intensif. Cara ini bisa dilakukan dengan
dukungan komunikasi yang baik dan lebih intensif antara pengawas dengan BPR. Dari pola
pengawasannya, monitoring kepada perkembangan data-data harus dilakukan dengan baik.

Berdasar data yang dilansir lembaga penjamin simpanan (LPS), dalam kurun waktu 6 tahun,
sudah 45 BPR dan 1 bank umum yang dicabut izinnya oleh Bank Indonesia dengan total asset
mencapai Rp 880,89 miliar dan total simpanan mencapai Rp 1,2 triliun.

Bank-bank tersebut dilikuidasi dengan berbagai alasan seperti pelanggaran prudential bank,
manipulasi keuangan berupa pemberian kredit fiktif, hingga penyalahgunaan uang bank
untuk pribadi, penggelapan simpanan bank atau tidak disetorkan ke bank dan kredit macet
tanpa agunan atau perikatannya lemah.
BAB III  PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa pengawasan pemerintah dalam hal ini gubernur
Bank Indonesia harus mengambil kebijakan yang dapat membangun dunia bisnis perbankan
di indonesia lebih baik karena sangat berpengaruh juga pada roda perekonomian negri ini.

Banyak mangpaatnya kalau lembaga keuangan bagus masarakat yang menjadi nasabah dapat
lebih tenang dan nyaman dalam ber investasi di bank dan dapat merangsang pertumbuhan
ekonomi masarakat, terutama pengusaha menengah ke bawah.

Semoga lembaga keuangan di negri ini dapat maju dan lebih baik lagi supaya dapat terwujud
prekonomian yang lebih baik demi kemakmuran rakyat indonesia.

B. Kritik dan Saran.


Semoga apa yang kami paparkan di atas bisa menambah pengetahuan para pembaca serta
dapat diamalkan sebagaimana mestinya mohon ma’af bila mana ada salah dalam penulisan
Sebagai seorang manusia kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu kami selalu mengharap kritik dari pembaca yang sifatnya dapat membangun dan
untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Persaingan Antar Perbankan Kian Ketat


January 31, 2013 | By Darus Salam+ 0 comments

http://the-marketeers.com/archives/persaingan-antar-perbankan-kian-ketat.html

Pertumbuhan ekonomi yang baik dan peningkatan kelas sosial menengah Indonesia adalah
angin segar bagi industri perbankan. Selain menjadi peluang, hal ini tentu menjadi alasan
meningkatnya eskalasi persaingan antar bank. Dengan situasi yang demikian, layanan prima
terhadap nasabah dan penawaran produk yang berkualitas menjadi sebuah keharusan.

Bertempat di Four Season Hotel, hari ini MarkPlus Insight menggelar penganugerahan brand
champion untuk kategori perbankan. Selain pemberian award, acara ini juga menjadi ajang
sharing industry update untuk perbankan.

“Perubahan dalam industri perbankan juga didorong oleh peraturan yang dikeluarkan Bank
Indonesia, salah satunya adalah peraturan dimana Direksi bank asing harus bisa Bahasa
Indonesia, seperti halnya diterapkan di China,” ujar Taufik, COO MarkPlus Inc yang
ditanggapi senyum para hadirin.

Taufik juga menjelaskan meski memiliki catatan pertumbuhan yang baik, rupiah justru
bergerak ke arah sebaliknya. Beberapa kali nilai tukar rupiah sempat tertekan. Hal ini
disebabkan impor minyak yang masih besar sehingga neraca perdagangan tidak berjalan baik.
Disisi lain, potret perbankan Indonesia mencatat pertumbuhan aset yang cukup tinggi, yaitu
mencapai 15 persen untuk bank komersial,  22 persen untuk bank pembangunan daerah, serta
27 persen untuk bank syariah.

Dinamika lain dalam perbankan Indonesia juga didorong oleh peraturan LPS  mengenai
pengumpulan dana pihak ketiga. LPS menetapkan batasan suku bunga yang relatif rendah,
yaitu 5,5 persen untuk bank umum serta 8 persen untuk BPD. Dengan pemberlakuan
peraturan ini, maka bank dituntut untuk lebih kreatif dalam menjaring dana nasabah.

Turut hadir dalam acara ini adalah Mulya Siregar, Direktur Penelitian Bank Indonesia. Dalam
uraiannya, Mulya menjelaskan tentang peran Otoritas Jasa Keuangan. “Transisi wewenang
pengawasan keuangan kepada OJK akan menjadi pengalaman baru di Indonesia,” ujar
Mulya. Secara pribadi ia mengatakan bahwa pelimpahan wewenang pengawasan kepada OJK
tidak lagi tepat dengan kondisi Indonesia sekarang. Alasannya adalah koordinasi akan
menjadi susah untuk dilakukan.

“Banyak negara yang mengembalikan fungsi pengawasannya kepada bank sentral, sementara
yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya. Akan tetapi, OJK adalah amanat undang-undang
dan kita harus pastikan ini tidak gagal,” jelas Mulya.
STRUKTUR PASAR DAN PERFORMANSI INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

Master Theses from JBPTITBPP / 2007-03-14 18:12:38


Oleh : Rina Indiastuti, S2 - Industrial Engineering and Management
Dibuat : 1989-00-00, dengan 1 file

Keyword : Bank, competition, monopoly, oligopoly

Salah satu persoalan struktur perekonomian yang menghambat kegiatan pembangunan yang
berkesinambungan adalah struktur keuangan dan perbankan yang masih belum memadai dan
belum efisien serta belum mampu menghimpun dan sekaligus menyalurkan daya secara
seimbang untuk tujuan pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh kekuatan dari dalam
negeri. Dalam menanggulangi hambatan tersebut telah dilakukan upaya oleh pemerintah dan
sektor perbankan itu sendiri. Yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah penetapan
beberapa regulasi di sektor perbankan, sedangkan dari sektor perbankan telah dilakukan
peningkatan dalam kuantitas maupun kualitas dana yang dihimpun maupun dana yang
dipinjamkan. Keberhasilan sektor perbankan dalam mengkontribusikan perannya untuk
kepentingan makro tergantung dari kemampuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh seluruh
bank atau industri perbankan. Melalui dasar pemikiran itu, telah dilakukan penelitian
mengenai Struktur pasar dan Performansi Industri Perbankan Indonesia. Tujuan penelitian
adalah mengamati dan mendefinisikan struktur pasar pada industri perbankan, mengukur
performansi industri dan membuat peta kegiatan perbankan di Indonesia, dan mencari
beberapa masukan sebagai alternatif terwujudnya sistem perbanakn yang ideal. Struktur pasar
pada industri perbankan menunjukkan atribut-atribut dari pasar yang dapat mempengaruhi
proses dan intensitas persaingan antar bank dalam industri. Atribut-atribut yang telah diteliti
telah disimpulkan sebagai berikut : bank dan kantor bank berjumlah banyak yaitu 5895 bank
dan 7423 kantor bank, tidak ada hambatan atau penghalang bagi bank atau bank baru untuk
masuk pasar, konsumen bebas memilih bank-bank yang sesuai dengan keinginannya dan
konsumen mempunyai informasi yang cukup baik mengenai produk/jasa yang ditawarkan
bank, jenis produk/jasa pokok bank yang ditawarkan terdiferensiasi dan untuk produk/jasa
bank lainnya telah terjadi diversifikasi, dan terjadi konsentrasi kegiatan oleh sebagian bank
yang mempunyai keunggulan dalam asset, dana dan jangkauan pelayanan. Dengan demikian,
struktur pasar menunjukkan bahwa bank sebagai salah satu pelaku dalam pasar menghadapi
tingkat persaingan yang tinggi untuk sebagian kegiatan, khususnya kegiatan dalam
menawarkan produk/jasa pokok. Namun pada kegiatan bank lainnya, mereka mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi dinamika kegiatan pasar atau mereka mempunyai kekuatan
monopoli untuk sebagian kegiatan tersebut. Dan kombinasi antara kekuatan persaingan dan
kekuatan monopoli mengindikasikan struktur pasar persaingan monopolistik. Namun dari
dominasi kegiatan bank oleh sekelompok bank merupakan gejala struktur pasar yang berada
diantara persaingan monopolistik dan oligopoli. Menghadapi struktur pasar yang demikian,
industri perbankan melakukan kegiatan dipasar dengan corak perilaku tertentu. Bentuk
perilaku ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap bank dalam struktur industrinya.
Corak perilaku atau kegiatan dilakukan dengan memperhatikan kendala yaitu pencapaian
tujuan industri perbankan yang juga mencerminkan tujuan setiap bank sebagai suatu badan
usaha. Pencapaian tujuan ini hanya dapat dilakukan jika dinamika kegiatan industri sesuai
dan selaras dengan struktur pasarnya. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan industri
pebankan dapat dicapai dengan asumsi mempunyai struktur pasar pada saat ini maka telah
diukur performansi industri perbankan Indonesia. Metoda pengukuran menggunakan Analisa
Proses Hirarki. Metoda ini menghendaki dijabarkannya seluruh kegiatan industri ke dalam
beberapa hirarki. Hirarki terendah merupakan kriteria kegiatan yang dapat diukur prestasinya.
Hirarki yang lebih tinggi merupakan elemen kegiatan. Bobot antar kriteria pada setiap elemen
dan bobot antar subelemen pada setiap elemen harus deketahui, karena nilai performansi
adalah fungsi dari nilai kriteria clan bobot. Dari perhitungan yang telah dilakukan
berdasarkan 10 elemen yang mewakili faktor dalam dan faktor luar dan dijabarkan atas 37
kriteria dan 68 subkriteria, diperoleh nilai performansi industri perbankan Indonesia sebesar
6,3345. Nilai performansi ini merupakan nilai relatif terhadap angka 10 yang merupakan nilai
performansi maksimum yang dapat dicapai. Dari jumlah elemen kegiatan yang membentuk
nilai performansi tersebut, kegiatan penyediaan prasarana fisik/non fisik dan keterikatan bank
terhadap Bank Indonesia memberikan kontribusi nilai performansi yang paling besar yaitu
7,3. Sedangkan elemen kegiatan keuangan, konsumen dan pendayagunaan dana dan
pemasaran mempunyai nilai peformansi yang rendah, namun dari ketiga elemen tersebut
hanya elemen keuangan yang mempunyai nilai performansi paling rendah yaitu 3,9.
Buruknya performansi kegiatan keuangan disebabkan oleh prestasi industri perbankan yang
buruk dalam Roe, solvabilitas, Roi dan Profitabilitas. Nilai performansi industri perbankan
dapat pula diinterpretasikan sebagai rata-rata nilai performansi yang dicapai oleh seluruh
bank. Jika terhadap seluruh bank tersebut dibedakan atas kelompok bank pemerintah, swasta
nasional dan swasta asing maka performansi relatif terbaik adalah kelompok bank
pemerintah, kemudian kelompok bank swasta asing dan terakhir adalah kelompok bank
swasta nasional.

Deskripsi Alternatif :

Salah satu persoalan struktur perekonomian yang menghambat kegiatan pembangunan yang
berkesinambungan adalah struktur keuangan dan perbankan yang masih belum memadai
dan belum efisien serta belum mampu menghimpun dan sekaligus menyalurkan daya secara
seimbang untuk tujuan pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh kekuatan dari dalam
negeri. Dalam menanggulangi hambatan tersebut telah dilakukan upaya oleh pemerintah
dan sektor perbankan itu sendiri. Yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah penetapan
beberapa regulasi di sektor perbankan, sedangkan dari sektor perbankan telah dilakukan
peningkatan dalam kuantitas maupun kualitas dana yang dihimpun maupun dana yang
dipinjamkan. Keberhasilan sektor perbankan dalam mengkontribusikan perannya untuk
kepentingan makro tergantung dari kemampuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh seluruh
bank atau industri perbankan. Melalui dasar pemikiran itu, telah dilakukan penelitian
mengenai Struktur pasar dan Performansi Industri Perbankan Indonesia. Tujuan penelitian
adalah mengamati dan mendefinisikan struktur pasar pada industri perbankan, mengukur
performansi industri dan membuat peta kegiatan perbankan di Indonesia, dan mencari
beberapa masukan sebagai alternatif terwujudnya sistem perbanakn yang ideal. Struktur
pasar pada industri perbankan menunjukkan atribut-atribut dari pasar yang dapat
mempengaruhi proses dan intensitas persaingan antar bank dalam industri. Atribut-atribut
yang telah diteliti telah disimpulkan sebagai berikut : bank dan kantor bank berjumlah
banyak yaitu 5895 bank dan 7423 kantor bank, tidak ada hambatan atau penghalang bagi
bank atau bank baru untuk masuk pasar, konsumen bebas memilih bank-bank yang sesuai
dengan keinginannya dan konsumen mempunyai informasi yang cukup baik mengenai
produk/jasa yang ditawarkan bank, jenis produk/jasa pokok bank yang ditawarkan
terdiferensiasi dan untuk produk/jasa bank lainnya telah terjadi diversifikasi, dan terjadi
konsentrasi kegiatan oleh sebagian bank yang mempunyai keunggulan dalam asset, dana
dan jangkauan pelayanan. Dengan demikian, struktur pasar menunjukkan bahwa bank
sebagai salah satu pelaku dalam pasar menghadapi tingkat persaingan yang tinggi untuk
sebagian kegiatan, khususnya kegiatan dalam menawarkan produk/jasa pokok. Namun pada
kegiatan bank lainnya, mereka mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi dinamika kegiatan
pasar atau mereka mempunyai kekuatan monopoli untuk sebagian kegiatan tersebut. Dan
kombinasi antara kekuatan persaingan dan kekuatan monopoli mengindikasikan struktur
pasar persaingan monopolistik. Namun dari dominasi kegiatan bank oleh sekelompok bank
merupakan gejala struktur pasar yang berada diantara persaingan monopolistik dan
oligopoli. Menghadapi struktur pasar yang demikian, industri perbankan melakukan
kegiatan dipasar dengan corak perilaku tertentu. Bentuk perilaku ini merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh setiap bank dalam struktur industrinya. Corak perilaku atau kegiatan
dilakukan dengan memperhatikan kendala yaitu pencapaian tujuan industri perbankan yang
juga mencerminkan tujuan setiap bank sebagai suatu badan usaha. Pencapaian tujuan ini
hanya dapat dilakukan jika dinamika kegiatan industri sesuai dan selaras dengan struktur
pasarnya. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan industri pebankan dapat dicapai dengan
asumsi mempunyai struktur pasar pada saat ini maka telah diukur performansi industri
perbankan Indonesia. Metoda pengukuran menggunakan Analisa Proses Hirarki. Metoda ini
menghendaki dijabarkannya seluruh kegiatan industri ke dalam beberapa hirarki. Hirarki
terendah merupakan kriteria kegiatan yang dapat diukur prestasinya. Hirarki yang lebih
tinggi merupakan elemen kegiatan. Bobot antar kriteria pada setiap elemen dan bobot antar
subelemen pada setiap elemen harus deketahui, karena nilai performansi adalah fungsi dari
nilai kriteria clan bobot. Dari perhitungan yang telah dilakukan berdasarkan 10 elemen
yang mewakili faktor dalam dan faktor luar dan dijabarkan atas 37 kriteria dan 68
subkriteria, diperoleh nilai performansi industri perbankan Indonesia sebesar 6,3345. Nilai
performansi ini merupakan nilai relatif terhadap angka 10 yang merupakan nilai
performansi maksimum yang dapat dicapai. Dari jumlah elemen kegiatan yang membentuk
nilai performansi tersebut, kegiatan penyediaan prasarana fisik/non fisik dan keterikatan
bank terhadap Bank Indonesia memberikan kontribusi nilai performansi yang paling besar
yaitu 7,3. Sedangkan elemen kegiatan keuangan, konsumen dan pendayagunaan dana dan
pemasaran mempunyai nilai peformansi yang rendah, namun dari ketiga elemen tersebut
hanya elemen keuangan yang mempunyai nilai performansi paling rendah yaitu 3,9.
Buruknya performansi kegiatan keuangan disebabkan oleh prestasi industri perbankan yang
buruk dalam Roe, solvabilitas, Roi dan Profitabilitas. Nilai performansi industri perbankan
dapat pula diinterpretasikan sebagai rata-rata nilai performansi yang dicapai oleh seluruh
bank. Jika terhadap seluruh bank tersebut dibedakan atas kelompok bank pemerintah,
swasta nasional dan swasta asing maka performansi relatif terbaik adalah kelompok bank
pemerintah, kemudian kelompok bank swasta asing dan terakhir adalah kelompok bank
swasta nasional.

pengaruh globalisasi industri terhadap perbankan


21.56.00 | Label: kuliah

Proses pembangunan selalu membawa konsekuensi terjadinya proses perubahan dan


pembaharuan pranata sosial termasuk hukum, sehingga timbul kembali pertanyaan
bagaimana peran dan fungsi hukum dalam melaksanakan kebijakan pembangunan .
Tidak dapat disangkal bahwa peran hukum sangat penting bagi dunia perbankan. Jika sektor
hukum tidak memainkan perannya dengan baik dapat dipastikan bahwa dunia perbankan
akan menjadi suatu rimba belantara yang penuh dengan binatang buas yang saling memangsa
satu sama lain. Terlebih lagi munculnya banyak bank yang tidak jelas visi dan eksistensinya
setelah era liberalisasi pasca deregulasi 27 oktober 1988 yang biasa dikenal dengan Fakto 88 .
Pengaturan dibidang perbankan terus berubah mengikuti perkembangan perbankan dan
ekonomi secara keseluruhan. Dan saat ini sudah punya Undang-undang Nomor 10 Tahun
l998 tentang Perbankan.
Jika dicermati perkembangan industri perbankan mendapat perubahan besar dimulai sejak
tahun 80-an, yaitu paket kebijakan deregulasi dibidang Ekonomi, moneter dan keuangan.
Menurut Nindyo Pramono , bahwa Perubahan itu adalah Pertama; dari segi pengaturannya
dikeluarkan paket kebijakan 1 juni 1983 yang intinya penetapan penghapusan pagu kredit,
bank-bank negara dibebaskan menetapkan suku bunga dan pengurangan volume kredit
likwidasi. Kedua; bank Indonesia sebagai bank sentral harus bertindak selaku pengawas dan
harus berfungsi secara independen, Ketiga; pemerintah sudah menyadari bahwa untuk
mewujudkan kehidupan industri perbankan yang sehat, efisien, profesional dan tangguh serta
mampu menghadapi persaingan global maka dibutuhkan kondisi persaingan sehat.
Kalau dilihat perkembangan kebijakan dalam industri perbankan ini tidak saja sebatas pada
paket 1 Juni 1983, akan tetapi selalu terjadi perbaikan dengan paket deregulasi 27 Oktober
1988 dan 28 Febraari 1999 yang biasa dikenal dengan Fakto 88 dan Faktri 1991. Dalam
kebijakan ini banyak perkembangan yang pesat dalam dunia perbankan yang ditandai dengan,
antara lain:
1. Kemudahan dan keterbukaan yang luar biasa bagi bisnis perbankan. Sehingga industri
perbankan di Indonesia mulai berkembang pesat. Buktinya bank yang didirikan oleh
masyarakat dan pemerintah sampai oktober 1992 adalah; Bank umum sebanyak 227 buah dan
BPR sebanyak 8058 buah.
2. Telah memberikan peluang masuknya modal asing dalam bisnis perbankan melalui joint
venture.
3. Mulai dilakukan pembenahan akuisisi saham dan management bank yang mendekati
kolops.
4. Adanya keinginan agar Bank Indonesia harus independen sehingga dapat melakukan
evaluasi atas kinerja bank sejak dini sebagai upaya perlindungan terhadap nasabah yang
mempercayakan dana lebih pada bank.
5. Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat tidak boleh mengabaikan aspek
perlindungan hukum terhadap nasabah. Puncak kebijakan industri perbankan adalah
diundangkannya undang-undang nomor 7 Tahun 1992 dan kemudian diganti dengan undang-
undang nomor 10 tahun 1998.
Walaupun ada upaya untuk melakukan berbagai kebijakan dibidang perbankan yangditandai
olehFakto 88, Faktri 91, UU Nomor 7 Tahun 1992 dan terakhir Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998, akan tetapi kenyataannya perkembangan industri perbankan dalam mengemban
misi dan visinya juga belum optimal.
Banyak pandangan yang mengatakan bahwa awal terjadinya masalah dunia industri
perbankan di Indonesia pada khususnya dan perekonomian bangsa yang ditandai
meningkatnya inflasi pada umumnya adalah Pasca Paket deregulasi 1988. Kasus bank
Summa dan bank Bali adalah suatu bukti bahwa masalah diseputar dunia industri perbankan
yang selama ini tidak dapat memberikan banyak harapan. Produk hukum dalam bentuk
undang-undang juga belum dapat mengantisifasi berbagai problem yang yang ada.
Dari hal di atas terlihat bahwa industri perbankan sebagai roda penggerak perekonomian
bangsa masih mendapat tantangan dan terpaan. Dengan perkataan lain problematik dunia
perbankan harus dapat keluar dari kemelut baik seputar pengaturannya maupun prakteknya
yang tidak benar.
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya . Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak .
Pengertian bank menurut Pasal 1 angka 1 UU Nomor 7 Tahun 1992, dijelaskan Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyar banyak.
Bila diperhatikan pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 angka 2, serta
dibandingkan dengan Pasal 1 angka 1 UU Nomor.7 Tahun 1992 mengalami perubahan.
Perubahan tersbut adalah dalam menyalurkan dana kepada masyarakat harus dalam bentuk
kredit dan atau dalam bentuk lain .
G.M. Verryn Stuar sebagai dikutif Tomas Suyanto, mengatakan, bank adalah suatu badan
yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya
sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan
memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral .
Selanjutnya jika pertanyaan atas permasalahan yang muncul bagi dunia perbankan diatas kita
balikkan maka akan kita jumpai pertanyaan baru yakni bagaimanakah sesungguhnya
pengaruh pembangunan dunia industri terhadap perbankan. Karena antara industri dan
perbankan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

A. PERMASALAHAN
Bagaimanakah Pengaruh Globalisasi dan Pembangunan Industri Terhadap Perbankan ?

B. PEMBAHASAN
Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini senatiasa bergerak cepat dengan tantangan yang
semakin komplek. Sektor industri menggeliat seiring dengan kemajuan sistem perbankan.
Sistem perbankan sendiri memiliki posisi yang strategis sebagai lembaga intermediari dalam
menunjang sistem pembayaran. Sebab dewasa ini dunia perbankan mulai dipercaya sebagai
wadah dalam memobilisasi baik dalam bentuk simpanan maupun dalam bentuk menyalurkan
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan hidup masyarakat.
Dengan semakin mengingkatnya sektor industri sudah barang tentu sangat membutuhkan
lembaga-lembaga perbankan yang memiliki kondisi yang baik dan mendukung sektor
perbanklan itu sendiri. Mau tidak mau dengan adanya pembangunan industri tersebut juga
menuntut setiap lembaga perbankan guna mempersiapkan diri dalam menunjang
pembangunan industri yang baik pula.
Sebagai badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan pada masyarakat, serta sebagai lembaga kepercayaan masyarakat (Fiduciary
Financial Institution), maka dunia perbankan juga diberi tugas mengembangkan amanat
pembangunan bangsa demi tercapainya tarap hidup masyarakat .
Jika dicermati bahwa perkembangan dunia industri membawa pengaruh yang cukup
signifikan terhadap dunia perbankan pada umumnya, dimana dunia perbankan telah
melakukan pembaharuan serta perbaikan yang dimulai sejak tahun 80-an, yaitu ditandai
dengan ;
1. Pertama; Dikeluarkan Paket kebijakan Deregulasi dibidang Ekonomi, Moneter dan
keuangan. Dari segi pengaturan dikeluarkan paket kebijakan 1 juni 1983 yang pada
pokoknya;
a. Menetapkan pagu kredit, bank-bank negara dibebaskan menetapkan suku bunga dan
mengurangi volume kredit likwidasi.
b. Bank Indonesia sebagai bank sentral harus bertindak selaku pengawas dan harus berfungsi
secara independen.
c. Pemerintah sudah menyadari bahwa untuk mewujudkan kehidupan industri perbankan
yang sehat, efisien, profesional dan tangguh serta mampu menghadapi persaingan global
maka dibutuhkan kondisi persaingan sehat.
2. Kedua; Kebijakan juni 1983 diperbaiki dengan paket 27 oktober 1980 (Paket 88), dengan
langkah:
a. Industri Perbankan di Indonesia mulai berkembang pesat, buktinya bank didirikan
masyarakat dan pemerintah sampai oktober 1992 sebanyak 227 ( bank umum), 8058 (BPR)
b. Telah banyak memberikan kemudahan dan keterbukaan yang luar biasa bagi bisnis
perbankan di Indonesia.
c. Memberikan peluang besar kearah perdagangan bebas dalam bisnis perbankan
d. Telah memberikan peluang masukknya modal asing dalm bisnis perbankan di Indonesia
melalui joint venture.
e. Mulai dilakukan pembenahan atas akuisisi saham dan management bank yang mendekati
kolaps.
f. Terdapat situasi baru dalam sistem perbankan nasional yang ditandai menjamurnya
pendirian dan penguasaan unit-unit bank di Indonesia oleh group bisnis yang dimiliki
keluarga yang selama ini belum pemah menjalankan operasi perbankan, sehingga banyak
pandangan berpendapat bahwa industri perbankan praktis dikuasai oleh kelompok
konglomerat.
3. Ketiga; Adanya kebijakan paket deregulasi 28 Februari 1991 (Paktri 91) tentang
Penyempurnaan pengawasan dan pembinaan bank ( Prudential regulation), hal ini sangat
penting dengan alasan :
a. Bank Indonesia harus independen agar dapat melakukan evaluasi atas kinerja bank sejak
dini sebagi upaya perlindungan terhadap nasabah yang mempercayakan dana lebih pada
bank.
b. Bank sebagai lembaga kepercayaan masyarakat tak boleh mengabaikan aspek
perlindungan hukum terhadap nasabah.
c. Prinsip prudensial ini adalah kunci keberhasilan industri perbankan dimanapun.
4. Keempat. Diundangkannnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan dan
kemudian diperbaiki ( diganti dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998).
Secara teoritis uraian di atas adalah sebagai bentuk justifikasi terhadap pentingnya
memberikan kepastian hukum serta menumbuhkembangkan dunia industri dengan membawa
serta peran pentingnya eksistensi pemerintah dalam mengatur industri perbankan guna
menopang dunia industri.
Dalam berbagai kebijakan yang dilakukan guna membangkitkan dunia industri, peran serta
dunia perbankan sangat dibutuhkan ini di buktikan dengan banyak mengalami perubahan
terhadap dunia perbankan itu sendiri, sebenarnya juga perubahan dunia perbankan
dipengaruhi oleh berbagai situasi atau kondisi yang tidak kondusif serta juga dipicu oleh
krisis yang terjadi. Dengan alasan ini upaya yang telah dilakukan dengan intervensi
pemerintah dalam pembuatan peraturan (regulasi) juga tidak dapat mencapai tujuan dan
fungsi industri perbankan secara optimal. Karena pada masa-masa itu juga banyak terjadi
proplematik
Menurut sebahagian besar pengamat bahwa munculnya problematik perbankan di Indonesia
sebagian besar dikarenakan atas kebijakan Pakto 88. Pada saat itu industri perbankan tumbah
subur bagai jamur dimusim hujan, yang diserta oleh kinerja industri perbankan yang tidak
profesional (kemampuan banking yang tidak memadai.).
Fakto 88 suatu bukti bahwa telah banyak memberikan kemudahan serta kearah perdagangan
bebas. Dengan demikian juga berakibat banyak pendirian dan penguasaan unit bank yang
dikuasai oleh group-group bisnis, sistem birokrasi yang syarat KKN sehingga pada akhimya
mengkibatkan dunia perbankan mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat yang
seharusnya hal ini tidak perlu terjadi.
Untuk itu, Reformasi hukum dalam berbagai bidang kehidupan sebagai akibat dari
perkembangan dunia industri yang semakin maju di Indonesia merupakan suatu hal yang
menjadi perhatian khusus bagi pelaksanaan agenda dunia perbankan. Akibat terjadi
perubahan dalam berbagai kehidupan masyarakat, dunia industri yang pada akhirnya juga
membawa pengaruh terhadap dunia perbankan. Maka perubahan hukum sangat mendesak
untuk dilakukan baik pada tingkat Nasional maupun pada tingkat regional. Perubahan hukum
mencakup pembaruan dalam cara berpikir, tingkah laku, pola hidup yang sesuai dengan
tuntutan zaman pembangunan industri. Dengan perkataan lain, agenda reformasi hukum
dalam menopang dunia industri mencakup reformasi kelembagaan perbankan (Institusional
reform), reformasi perundang-undangan (instrumental reform) dan reformasi budaya hukum
(cultur reform).
Dalam era industrialisasi yang begitu menggeliat dengan cepat sekarang ini telah hadir
berbagai kejadian baru dalam perkembangan dunia perbankan, Hal ini tentu tidak dapat
dilaksanakan dalam kevakuman hukum dan kaidah-kaidah hukum sangat dibutuhkan untuk
mengatur mekanisme dunia perbankan dalam menunjang kebutuhan finansial dunia industri
agar tidak terjadi konflik dalam pembangunan ekonomi industri suatu negara. Seandainya
konflik itu tetap terjadi, maka pranata hukumlah yang mampu dan sangat diharapkan untuk
menyelesaikannya. Hukum di samping untuk memberikan kepastian dalam berbisnis, juga
untuk mencapai rasa keadilan bagi para pelaku tindak ekonomi di mana pun mereka berada.
Antara dunia industri dan sistem ekonomi suatu negara terdapat hubungan yang sangat erat
dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak pembaharuan dasar pemikiran di bidang industri
ikut mengubah dan menentukan dasar bagi sistem perbankan yang bersangkutan. Penegakkan
sistem perbankan yang baik juga akan memperlancar terbentuknya dunia industri yang baik
pula. Sebaliknya perkembangan dunia industri yang baik juga turut serta mempengaruhi
sistem perbankan.
Oleh karena itu dalam negara yang pembangunannya tidak terencana, maka hukum itu akan
terbentuk dari kebiasaan. Pada negara yang memiliki perncanaan pembangunan, maka
hukumlah yang membentuk kebiasaan, artinya dari pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadi, harus disiapkan landasan dan produk hukum, walaupun keadaan ini belum berakar
dari masyarakat. Meletakkan fungsi hukum sebagai sarana pembangunan maka hukum akan
merupakan kebiasaan dalam masyarakat.
Melihat keadaan ini, maka antara dunia industri dan perbankan adalah dua faktor yang tidak
terpisahkan dihadapkan pada kondisi global sekarang. Artinya menghadapi tujuan luar, maka
mau tidak mau harus ada pembenahan diri, tidak saja pada kaedah industri dan perbankan
saja, tetapi lebih jauh dari itu bagaimana menghadapi agar pertumbuhan dan perkembangan
industri yang ada dapat diikuti oleh norma dan kaedah hukum dalam dunia perbankan.
Tentunya hal ini akan dijawab oleh kajian hukum perbankan, yang secara konsepsional
melibatkan intervensi pemerintah dalam membuat dan mengatur kehidupan ekonomi dimana
kepentingan industri dan kepentingan dunia perbankan saling berhadapan.

C. KESIMPULAN
Antara dunia industri, Globalisasi dan sistem ekonomi suatu negara terdapat hubungan yang
sangat erat dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak pembaharuan dasar pemikiran di
bidang industri dan globalisasi ikut mengubah dan menentukan dasar bagi sistem perbankan
yang bersangkutan. Penegakkan sistem perbankan yang baik juga akan memperlancar
terbentuknya dunia industri yang baik pula. Sebaliknya perkembangan dunia industri yang
baik juga turut serta mempengaruhi sistem perbankan.
Secara teoritis sebagai bentuk justifikasi terhadap pentingnya memberikan kepastian hukum
serta menumbuhkembangkan dunia industri dengan membawa serta peran pentingnya
eksistensi pemerintah dalam mengatur industri perbankan guna menopang dunia industri.
Dalam berbagai kebijakan yang dilakukan guna membangkitkan dunia industri, peran serta
dunia perbankan sangat dibutuhkan ini di buktikan dengan banyak mengalami perubahan
terhadap dunia perbankan itu sendiri, sebenarnya juga perubahan dunia perbankan
dipengaruhi oleh berbagai situasi atau kondisi yang tidak kondusif serta juga dipicu oleh
krisis yang terjadi. Dengan alasan ini upaya yang telah dilakukan dengan intervensi
pemerintah dalam membuatan peraturan (regulasi) juga tidak dapat mencapai tujuan dan
fungsi industri perbankan secara optimal. Karena pada masa-masa itu juga banyak terjadi
proplematik

http://sytisahdina.blogspot.com/2010/06/pengaruh-globalisasi-industri-terhadap.html

Kontribusi Bank Asing Pada Perekonomian Indonesia


http://dinamikakeprinews.com/2013/03/01/kontribusi-bank-asing-pada-perekonomian-indonesia/

Dinamika Kepri – Perbankan asing telah memberikan banyak kontribusi pada sektor industri
dan investasi dengan memberikan kredit mata uang dolar yang memiliki bunga rendah,

“Investasi di Indonesia itu butuhnya dolar, bukan rupiah, karena untuk investasi membangun
pabrik butuh impor mesin, bahan baku, barang modal yang semuanya butuh dolar

Perbankan asing yang bisa memberikan kredit dolar dengan suku bunga yang murah memiliki
kontribusi besar terhadap dunia industri karena kebutuhan untuk pembayaran impor bahan
baku maupun barang modal dilakukan dalam mata uang dolar.

Selain itu bank lokal ketika membutuhkan dolar akan cenderung untuk mengambil kredit
dolar dari bank asing dibandingkan dengan membuka deposito dolar karena bunganya lebih
kecil.

Bank lokal lebih kompetitif dalam suku bunga kredit rupiah, namun untuk kredit dolar, bank
asing lebih unggul. “Bank-bank lokal terutama bank yang besar memang lebih kompetitif
kredit rupiahnya, tapi kalau kredit dolar, bank asing lebih kompetitif,

Perbankan asing memiliki standar risiko yang tinggi bahkan lebih tinggi dari standar risiko
Indonesia sehingga bank asing bisa mendapatkan kepercayaan untuk mendapatkan dana dari
pembiayaan internasional yang bunganya yang murah.

Dengan sumber perolehan dana yang murah, bank asing bisa menyalurkan kredit dengan
suku bunga yang kompetitif.

“Bank asing bisa mendapatkan dana dari pembiayaan internasional dengan bunga yang lebih
murah sehingga bisa memberi kredit dengan bunga kompetitif

Pada waktu terjadi krisis moneter 1997 – 1998, pemerintah harus menyelamatkan perbankan
lokal. Namun perbankan asing masih bisa beroperasi dan tetap memberikan fasilitas kredit
perdagangan yang didukung oleh sumber dana dengan bunga yang murah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai