Abstrak
Fenomena terjadinya krisis utang bilateral Eropa menjadi bukti ketidakstabilan perekonomian sebagai akibat
liberalisasi keuangan dan perbankan yang menjadi perdebatan dengan fokus mengenai manfaat dan biaya yang akan
ditanggung dengan hadirnya pembiayaan perbankan internasional dari Uni Eropa ke ASEAN-3. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui determinasi pembiayaan perbankan internasional yang dibagi ke dalam faktor pendorong dan penarik
serta kedalaman efek menular krisis utang bilateral Eropa terhadap perilaku internasional bank lending dan peluang
skenario mitigasi risiko finansial di ASEAN-3. Penerapan metode analisis Ordinary Least Square (OLS), Generalized
Method of Moment (GMM), dan the discerning approach menunjukkan bahwa determinasi pembiayaan perbankan
internasional di Filipina, Indonesia, dan Thailand didominasi oleh faktor pendorong terutama pertumbuhan ekonomi
dan eksposur perbankan Uni Eropa dengan pengaruh positif dan signifikan. Sedangkan hasil analisis deskriptif naratif
memberikan gambaran adanya penularan krisis utang bilateral Eropa terhadap dinamika pasar keuangan namun tidak
mendalam ke perekonomian domestik di ASEAN-3. Sehingga perlu dilakukan mitigasi risiko finansial dimana ketiga
negara tersebut memiliki peluang yang ditunjukkan dengan adanya implementasi instrumen dari setiap strategi untuk
meminimalisasi efek menular krisis terhadap perilaku pembiayaan perbankan internasional.
Kata kunci: krisis utang bilateral Eropa, pembiayaan perbankan internasional, GMM, skenario mitigasi risiko
finansial, ASEAN-3
Abstract
European sovereign debt crisis phenomenon becomes the evidence of unstable economy as impact of financial and
banking liberalization that debating with focused about the benefit and cost that will be taken by the flow of
international bank lending from European Union to ASEAN-3. This research is aimed to identify the determination of
international bank lending that divide to be push factor and pull factor, and the deepening of contagion effect of
European sovereign debt crisis and the opportunity of financial risk mitigation scenario in ASEAN-3. Implementation
of analysis method such as Ordinary Least Square (OLS), Generalized Method of Moment (GMM), and the discerning
approach show that international bank lending in the Philippines, Indonesia, and Thailand was dominated by push
factor especially economic growth and banking exposure of European Union positively and significantly. And then, the
result of narrative descriptive analysis showed that there was contagion of European sovereign debt crisis towards the
dynamic of financial market in ASEAN-3. Thus, these phenomenon need to be mitigated the financial risk which all of
three countries had opportunities that was showed by the instruments that were implemented of each strategies to
minimalize crisis contagion effect towards behavior of international bank lending.
Keywords: European sovereign debt crisis, international bank lending, GMM, financial risk mitigation scenario,
ASEAN-3
Pendahuluan
Agus et al., Efek Menular Krisis Utang Bilateral Eropa Terhadap Perilaku Pembiayaan Perbankan......... 2
Krisis utang bilateral tahun 2011 yang menyebabkan pendorong dan faktor penarik (Jeanneau dan Micu, 2002;
ketidakstabilan negara-negara anggota European Monetary Ponties dan Siregar, 2012). Penjelasan Herrmann dan
Union (EMU) menjadi catatan penting sejarah sistem Mihaljek (2010), Aiyar (2011), dan Silalahi et al. (2012)
keuangan setiap negara di dunia. Fenomena tersebut mengutarakan bahwa faktor pendorong tersebut merupakan
memberikan gambaran kerapuhan sistem keuangan sebagai faktor eksternal yang berasal dari home country dan faktor
cost yang harus dibayar sebagai akibat globalisasi ekonomi penarik merupakan faktor internal yang berasal dari host
yang tengah berlangsung (Cetorelli dan Goldberg, 2010; country.
Constancio, 2012; Majone, 2012; Noeth dan Sengupta, Berdasarkan fenomena tersebut, maka penelitian ini
2012; Ponties dan Siregar, 2012). Ketidakstabilan kawasan bertujuan untuk mengetahui determinasi perilaku
Uni Eropa memberikan kekhawatiran tersendiri bagi setiap pembiayaan perbankan internasional yang dibagi ke dalam
negara di dunia, tidak terkecuali negara-negara Asia faktor pendorong dan faktor penarik. Selain itu juga untuk
Tenggara yang tergabung dalam Association of South-East mnegetahui kedalaman efek menular krisis utang biletral
Asian Nation (ASEAN) terlebih adanya hubungan Eropa dan peluang skenario mitigasi risiko finansial di
keuangan dan perbankan antara kedua wilayah. Hubungan ASEAN-3.
ini ditunjukkan dengan adanya penetrasi perbankan Uni
Eropa di Filipina, Indonesia, dan Thailnad (ASEAN-3) Metode Penelitian
melalui pembiayaan perbankan internasional/international Jenis dan Sumber Data
bank lending (Jeanneau dan Micu, 2002; Aiyar, 2011;
Silalahi et al., 2012), yang mengalami kontraksi pada Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
periode European sovereign debt crisis. Hal ini terlihat berupa data runtut waktu dengan periode triwulanan yang
pada nilai total claims ke Filipina menurun tajam terutama dimulai pada tahun 2000Q.I – 2012Q.IV dengan objek
pada tahun 2011 kuartal keempat. Begitu pula di Indonesia penelitian negara Filipina, Indonesia, dan Thailand sebagai
yang juga mengalami kontraksi cukup besar terjadi pada host counties dan Italia, Jerman, dan Perancis sebagai
tahun 2011 kuartal pertama sebesar 20,458 Juta US dolar home countries. Data bersumber dari consolidated-
menjadi 15,793 Juta US Dolar pada tahun 2011 kuartal immediate borrower basis dalam situs resmi Bank for
keempat. International Settlement (BIS), World Economic Outlook
Perlambatan aktivitas lending dari Uni Eropa ke ASEAN-3 (WEO) dalam International Monetary Fund (IMF), Asia
disebabkan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Regional Integration Center (ARIC) dalam Asian
home country (Aiyar, 2011, Silalahi et al., 2012). Sehingga Development Bank (ADB), British Bankers’ Association
hal ini mengindikasikan adanya penarikan modal jangka (BBA), dan Eurostat.
pendek yang kemudian mengindikasikan bahwa krisis
utang yang terjadi di daratan Uni Eropa dapat memberikan Spesifikasi Model Penelitian
efek menular (contagion effect) melalui international bank
Adapun spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian
lending ke ASEAN-3. Gambaran tersebut mengindikasikan
ini diadaptasi dari model penelitian Jeanneau dan Micu
bahwa krisis utang yang terjadi di daratan Uni Eropa dapat
(2002), Ponties dan Siregar (2011), dan Silalahi et al.
memberikan efek menular (contagion effect) melalui
(2012) yang ditransformasikan ke dalam sebuah model
international bank lending ke negara-negara ASEAN
ekonometrika, menjadi:
khususnya Filipina dan Indonesia. Sejalan dengan paparan
Cetorelli dan Goldberg (2010) yang menjelaskan konsepsi IBLijt = β0+ β1LNRGDPit + β2IIRit + β3EXPOijt +
contagion effect krisis yang terjadi di suatu negara β4RGDPjt + β5EDRjt + β6IBLij(t-1) + et .............(1)
menunjukkan bahwa international bank lending merupakan IBLijt merupakan international bank lending dari home
salah satu media dalam contagion atas gejolak atau krisis countries (i) ke host countries (j) dengan satuan Current
yang terjadi pada suatu negara ke negara lain melalui US$, LNRGDPit merupakan total Produk Domestik Bruto
sektor perbankan internasional. Kekhawatiran adanya home countries (i) dengan satuan Current US$, IIR it
penularan risiko sistem keuangan tersebut menunjukkan merupakan suku bunga internasional acuan home countries
adanya kepanikan yang perlu diwaspadai sebagai cost atas (i) dengan satuan persen, EXPOijt merupakan eksposur
masuknya aliran international bank lending dari Italia, perbankan home countries (i) di host countries (j) dengan
Jerman, dan Perancis ke Filipina, Indonesia, dan Thailand, satuan persen, RGDPjt merupakan Produk Domestik Bruto
Terlebih ketiga negara anggota EMU tersebut telah host countries (j) dengan satuan Current US$, EDR jt
mengalami krisis utang bilateral. Dengan melihat risiko merupakan Rasio utang luar negeri terhadap GDP host
sistemik pada sektor keuangan dunia dan problematika countries (j) dengan satuan persen pada periode t, dan
krisis utang bilateral Eropa, maka perlu adanya IBLij(t-1) merupakan international bank lending dari home
penanggulangan dengan berbagai kebijakan sebagai upaya countries (i) ke host countries (j) periode sebelumnya
mitigasi risiko finansial (Murphy, 2013) yang akan dengan satuan Current US$ pada periode t-1.
diterima oleh kedua negara tersebut. Mitigasi dalam hal ini
ditujukan kepada negara-negara ASEAN khususnya Metode Analisis Data
Filipina dan Indonesia agar risiko keuangan global dapat
Metode analisis yang digunakan antara lain analisis kausal
diminimalisasi dengan berbagai regulasi yang perlu
untuk menjawab pertanyaan empiris pertama dan analisis
dilakukan.
deskriptif naratif untuk menjawab pertanyaan empiris
Untuk mengetahui pengaruh shock global terhadap
kedua.
international bank lending, perlu diketahui terlebih dahulu
mengenai determinasi yang dibagi menjadi faktor Analisis Kausal. Analisis kausal yang digunakan untuk
Agus et al., Efek Menular Krisis Utang Bilateral Eropa Terhadap Perilaku Pembiayaan Perbankan......... 3
menjawab pertanyaan empiris pertama terdiri dari tiga determinasi international bank lending melalui beberapa
metode analisis. Pertama, metode Ordinary Least Square tahapan analisis, kemudian digunakan pula metode analisis
(OLS) merupakan analisis yang paling sederhana dan deskriptif naratif. Metode analisis ini digunakan untuk
populer dalam mengestimasi parameter regresi (Wardhono, mendeskripsikan kedalaman efek menular krisis utang
2004:24; Greene, 2012:225). Pengujian ini digunakan bilateral Eropa baik pada tataran pasar keuangan maupun
untuk melihat hasil estimasi dari kriteria pengujian statistik perekonomian domestik di masing-masing negara ASEAN-
yang terdiri dari pengujian secara parsial pada masing- 3. Selain itu, dipaparkan pula peluang skenario mitigasi
masing variabel independen, pengujian secara simultan risiko finansial dengan melihat implementasi instrumen
pada keseluruhan vaiabel independen, dan pengujian nilai setiap strategi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di
variasi variabel independen dalam menjelaskan vaiabel ASEAN-3.
dependen serta kriteria goodness of fit.
Kedua, Generalized Method of Momment (GMM) metode Hasil penelitian
penaksiran yang robust estimator dengan prinsip Hasil analisis penelitian dijabarkan mengikuti alur metode
melakukan pemilihan nilai taksiran parameter agar momen penelitian yang dijelaskan sebelumnya. Penjabaran hasil
dari sampel selaras dengan moment dari populasi yaitu analisis dibagi kedalam dua kelompok menurut metode dan
sama dengan nol (Emerson, 2010:4; Greene, 2012:468). tujuan penelitian. Adapun penjelasan secara rinci mengenai
Keterkaitan teoritis yang disyaratkan adalah adanya kondisi hasil penelitian sebagai berikut.
ortogonalitas antara fungsi parameter linier atau non linier
dan kumpulan vairabel instrumental. Analisis Model Determinasi International Bank Lending
Setelah menguji keterkaitan antar variabel dengan metode di ASEAN-3
OLS dan GMM, perlu dilakukan pengujian asumsi klasik Untuk mengetahui efek menular krisis utang bilateral
untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan Eropa terhadap perilaku pembiayaan perbankan
varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = internasional, perlu diketahui terlebih dahulu determinasi
BLUE), dimana tidak terdapat masalah regresi lancung pembiayaan perbankan internasional mengikuti alur
(Gujarati, 2004:335; Wardhono, 2004:54-61; Nachrowi dan pengujian analisis kausal sebagai berikut.
Usman, 2006:93-119; Greene, 2012:52). Pengujian-
pengujian yang harus dilakukan dalam uji asumsi klasik Hasil Estimasi Metode OLS. Berdasarkan hasil pengujian
antara lain, uji autokorelasi, normalitas, linearitas, dengan metode OLS diketahui adanya pengaruh
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. variabilitas pembiayaan perbankan internasional di
Ketiga, simulasi pemilihan model dengan menggunakan uji ASEAN-3, yang ditunjukkan pada Tabel 1 di bawah ini.
seleksi diagnostik yang difokuskan pada uji yang tidak Tabel 1. Hasil estimasi metode Ordinary Least Square
disarangkan (non nested test) untuk mengetahui perbedaan (OLS)
dua model penelitian (MacKinnon et al., 1983; Wardhono, Filipina Indonesia Thailand
2004:113-114; Greene, 2012:136). Spesifikasi model pada -32981.82 -42321.43 -81296.36
persamaan (1) dipisah menjadi dua model yaitu model C [-4.721417] [-1.958467] [-3.348936]
(0.0000) (0.0564) (0.0016)
push factor dan model pull factor dengan membagi enam 6820.406 8545.211 16321.04
variabel independen menjadi dua kelompok faktor tersebut. β1
[5.017514] [2.218857] [3.474472]
(LnRGDPit)
Adapun model push factor sebagai berikut: (0.0000)* (0.0316)* (0.0011)*
- 39.45458 -138.8596 -135.0850
β2
IBLijt = α0+ α1LNRGDPit + α2IIRit + α3EXPOijt + et ......... [-1.214284] [-1.480816] [-1.751103]
(IIRit)
(0.2310) (0.1456) (0.0867)
(2) 16530.13 21392.13 35787.24
β3
Sedangkan model pull factor sebagai berikut: [4.375831] [3.791230] [7.489325]
(EXPOijt)
(0.0001)* (0.0004)* (0.0000)*
-13.75228 -9.136362 -16.57935
IBLijt = β0+ β1RGDPjt + β2EDRjt + β3IBLij(t-1) + et.............. β4
[-4.377808] [-1.791031] [-3.370227]
(RGDPjt)
(3) (0.0001)* (0.0800) (0.0015)*
-5.236188 -54.32308 -100.3097
β5
Simulasi pemilihan model dilakukan dengan the discerning (EDRjt)
[-0.526138] [-2.728431] [-3.488149]
approach yang dengan menggunakan Uji Penggabungan (J (0.6014) (0.0090)* (0.0011)*
0.260330 0.351870 0.294470
Test) dan Uji Joint McKinnon (JM Test). β6
[2.229974] [2.922192] [3.010094]
Kemudian untuk melihat kemungkinan terjadinya (IBLij(t-1))
(0.0308)* (0.0054)* (0.0043)*
perubahan struktur disebabkan oleh variabel lain diluar F-hitung
[10.85138] [15.48097] [42.84306]
model yang menjadikan parameter dari model yang (0.000000) (0.000000) (0.000000)
Adjusted R2 0.536820 0.630129 0.831158
diestimasi tidak stabil, perlu dilakukan uji stabilitas
(Wardhono, 2003:107-108). Kestabilan model dibutuhkan
1. Angka tanpa tanda kurung adalah nilai parameter
sebagai dasar peramalan atau simulasi kebijakan dengan
regresi pada setiap variabel;
menguji identifikasi kestabilan dari koefisien regresi
2. Angka dalam tanda kurung siku [ ] adalah nilai t-hitung
selama waktu pengamatan. Penjelasan Dofour (1982) dan
pada setiap variabel dan F-hitung setiap negara;
Wardhono (2003:107) memaparkan bahwa pengujian
3. Angka dalam tanda kurung ( ) adalah nilai probabilitas
bardasarkan recusive residual dilakukan dengan uji
t-hitung pada setiap variabel dan F-hitung setiap
cumulative sum (CUSUM) dan cumulative sum of square
negara;
(CUSUMQ).
4. *) singnifikan pada α = 5%.
Analisis Deskriptif naratif. Setelah mengetahui
Hasil estimasi di atas menunjukkan bahwa besarnya
Agus et al., Efek Menular Krisis Utang Bilateral Eropa Terhadap Perilaku Pembiayaan Perbankan......... 4
international bank lending ke Filipina, Indonesia dan dari Uni Eropa ke ASEAN-3 lebih kuat dipengaruhi oleh
Thailand jika dilihat dari signifikansi ketiga negara, pada faktor pendorong teruatama pertumbuhan ekonomi dan
faktor pendorong didominasi oleh pengaruh pertumbuhan ekspour perbankan Uni Eropa. Sedangkan variabel lainnya
ekonomi dan besarnya eksposur perbankan di negara memilki pengaruh yang bervariasi pada masing-masing
pemberi pembiayaan. Sedangkan pada sisi faktor penarik negara ASEAN-3.
dominasi pengaruh oleh variabel internastional bank Hasil Uji Asumsi Klasik. Berdasarkan hasil uji asumsi
lending periode sebelumnya lebih besar dari pada variabel klasik, terdapat beberapa asumsi yang tidak dapat terpenuhi
pertumbuhan ekonomi host country dan rasio utang pada masing masing negara. Adapun ringkasan uji
pemerintah per PDB. Secara simultan, keenam variabel diagnosis asumsi klasik dapat dilihat pada Tabel 3 di
tersebut berpengaruh signifikan terhadap besarnya bawah ini.
international bank lending ke masing-masing negara
ASEAN-3. Selain itu seluruh variabel independen sebesar Tabel 3. Hasil uji diagnosis asumsi klasik
Uji Diagnosis Filipina Indonesia Thailand
5,6820%, 6,0126%, dan 83,1158% mempengaruhi Multikolinearitas
besarnya international bank lending ke Filipina, Indonesia, - - -
(Correlation Matrix)
dan Thailand sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel Linearitas 2.135101 4.502101 1.872088
lain di luar model pada masing-masing negara tersebut. (Ramsey Reset Test) (0.1440)* (0.0339) (0.1712)*
Heteroskedastisitas 31.61421 43.81679 46.68454
Hasil Estimasi Metode GMM. Sebagaimana kriteria (White Test) (0.2467)* (0.0216) (0.0107)
validitas model terhadap data sebagai tujuan metode GMM Autokorelasi 13.06097 5.883421 4.807183
(Breucsh Godfrey Test) (0.005) (0.0528)* (0.0904)*
bahwa model dikatakan valid apabila nilai Jacobian atau J- Normalitas 0.973056 2.701906 27.42437
Statistik < χ2 (Nielsen, 2006; Zivot, 2011). Adapun hasil (Jarque-Berra Test) (0.614757)* (0.258993)* (0.000001)
estimasi metode GMM diringkas pada Tabel 2 di bawah
1. Angka dalam tanda kurung ( ) adalah nilai probabilitas
ini.
uji diagnosis asumsi klasik;
Tabel 2. Hasil estimasi metode Generalized Method of 2. *) memenuhi kriteria asumsi klasik
Momment (GMM)
Filipina Indonesia Thailand Hasil pengujian asumsi klasik di atas menunjukkan bahwa
-32981.82 -42321.43 -81296.36 kriteria asumsi klasik yang dapat terpenuhi di Filipina
C [-3.532534] [-1.939898] [-2.834738] antara lain tidak adanya multikolinearitas, data linier, tidak
(0.0010) (0.0587) (0.0068) terjadi heteroskedastisitas, dan berdisribusi normal. Pada
6820.406 8545.211 16321.04
β1
[3.744055] [2.187259] [2.959870] data untuk negara Indonesia tidak terdapat
(LnRGDPit) multikolinearitas, tidak terdapat autokorelasi, dan
(0.0005)* (0.0340)* (0.0049)*
β2
- 39.45458 -138.8596 -135.0850 berdsitribusi normal. Sedangkan di Thailand, kriteria
[-1.068854] [-2.020467] [-1.751103]
(IIRit)
(0.2908) (0.0493)* (0.0871)
asumsi klasik yang terpenuhi antara lain tidak terjadi
16530.13 21392.13 35787.24 multikolinearitas, data linier, dan tidak terdapat
β3
(EXPOijt)
[2.745272] [3.164690] [3.538939] autokorelasi.
(0.0087)* (0.0028)* (0.0009)*
-13.75228 -9.136362 -16.57935 Hasil Uji Seleksi Diagnostik. Secara umum, berdasarkan
β4
(RGDPjt)
[-3.481619] [-1.891129] [-3.001495] simulasi pemilihan model terbaik dalam memengaruhi
(0.0011)* (0.0651) (0.0044)*
pembiayaan perbankan internasional di ASEAN-3
-5.236188 -54.32308 -100.3097
β5 menggunakan uji penggabungan dan Joint McKinnon. Uji
[-0.538182] [-3.274556] [-2.549731]
(EDRjt)
(0.5931) (0.0020)* (0.0143)* penggabungan melihat signifikansi regressor tambahan
0.260330 0.351870 0.294470 pada masing-masing model dengan mengestimasi model
β6
[1.690909] [2.122674] [2.168661]
(IBLij(t-1))
(0.0978) (0.0393)* (0.0354)* pada persamaan 2 yaitu IBLpull dan regresor tambahan
J-statistik 2.93E-39** 3.23E-39** 0.000000** pada persamaan 3 yaitu IBLpush. Apabila regressor
tambahan pada model tersebut signifikan, maka model
1. Angka tanpa tanda kurung adalah nilai parameter regresi tersebut adalah model terbaik, begitu pula sebaliknya.
pada setiap variabel; Adapun hasil simulasi model terbaik dengan Uji
2. Angka dalam tanda kurung siku [ ] adalah nilai t-hitung penggabungan (J test) disederhanakan pada Tabel 4 di
pada setiap variabel; bawah ini.
3. Angka dalam tanda kurung ( ) adalah nilai probabilitas
Tabel 4. Hasil uji seleksi diagnostik dengang J test
t-hitung pada setiap variabel; Push Factor Pull Factor
4. *) singnifikan pada α = 5%; Negara Koefisien Koefisien
t-hitung t-hitung
5. **) nilai j-statistik lebih kecil dari pada Chi-Square IBLpull IBLpush
tabel = 55,8 3.470386 1.611799
Filipina α4=0.871205 β4=1.258568
(0.0011)* (0.1137)
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa secara umum Indonesi 1.935479 0.071314
α4=0.666160 β4=0.036632
a (0.0590) (0.9435)
penggunaan model terhadap data adalah valid di ketiga 3.024933 β4=- -0.974157
negara. Hal ini dibuktikan dengan nilai Jacobian atau J- Thailand α4=0.708293
(0.0040)* 0.276049 (0.3350)
statistik pada negara Filipina sebesar 2.93E-39 yang nilai 1. Angka dalam tanda kurung ( ) adalah nilai probabilitas
tersebut lebih kecil dari pada χ 2=55.8. Kriteria validitas t-hitung pada setiap variabel;
model dengan nilai Jacobian juga terpenuhi untuk model 2. *) singnifikan pada α = 5%.
pada negara Indonesia dan Thailand. Sedangkan jika dilihat
dari signifiknasi pengaruh variabel indepnden terhadap Berdasarkan hasil uji penggabungan pada Tabel 4 di atas
dependen, menunjukkan bahwa international bank lending menunjukkan bahwa variabel IBLpull sebai regresor pada
Agus et al., Efek Menular Krisis Utang Bilateral Eropa Terhadap Perilaku Pembiayaan Perbankan......... 5
1.2
0.6
0.0
international bank lending di Indonesia. Sehingga untuk CUSUM 5% Significance CUSUM of Squares 5% Significance
1.2
0.6
0.2
-0.2
1.2
(5) 0.8
0.6
0
0.2
-0.2
Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa penguatan nilai maupun gejolak krisis domestik di ASEAN-3, terdapat
Dolar terhadap mata uang lokal menunjukkan adanya peluang dalam skenario mitigasi risiko finansial melalui
pelemahan mata uang lokal terhadap Dolar, begitu pula instrumen displin pasar.
sebaliknya. Pada periode krisis utang bilateral Eropa dan 2. Intensifikasi penelitian dan pengawasan ditujukan untuk
sesudahnya, dampak terhadap nilai tukar di ASEAN menghasilkan sebuah rekomendasi kebijakan dalam
membuat indeks nilai tukar Dolar terhadap mata uang di rangka memelihara stabilitas sistem keuangan. Filipina
tiga negara meningkat yang berarti menurunkan indeks dan Indonesia memiliki peluang mitigasi dengan
nilai tukar tiga negara ASEAN tersebut terhadap Dolar. strategi ini, dimana kedua negara telah menerapkan
Penurunan indeks nilai tukar terbesar pada periode krisis di early warning system pada tataran makro maupun
Eropa terjadi pada Bulan Agustus 2011 yang tercatat mikro prudensial dalam menanggulangi terjadinya
indeks nilai tukar Dolar terhadap Pesso Filipina sebesar risiko sistemik. Adanya pengujian financial stress
123,69 sedanglan di Indonesia menjadi 110,98 Dolar per melalui macro-stress testing yang menunjukkan
Rupiah, dan Dolar Per Bath menjadi sebesar 132,55 yang bagaimana vulnerabilitas institusi keuangan dapat
merupakan nilai indeks tertinggi sejak Januari 2000 hingga mengubah kondisi perekonomian dengan variabel
Bulan Agustus 2011. Sehingga kondisi global akibat krisis seperti kredit internasional atau international bank
utang bilateral Eropa dapat menjalar ke pasar keuangan di lending, PDB, tingkat inflasi bank sentral, dan nilai
negara-negara ASEAN terutama pada masuknya pengaruh tukar serta bagaimana pemangku kebijakan melakukan
perbankan asing melalui dinamika international bank antisipasi atau mitigasi dalam mengahadapi financial
lending dari Uni Eropa ke ASEAN serta nilai tukar crisis yang akan terjadi khususnya pada sistem
meskipun tidak tidak begitu bergejolak sebagaimana pada perbankan. Berbagai studi empiris mengenai financial
jalur pembiayaan perbankan internasional tersebut. Namun, stress yang telah dipaparkan oleh Albert dan Ng (2012),
dampak dari gejolak perekonomian Uni Eropa akibat krisis Hernandez et al. (2013), serta berbagai penelitian lain
utang bilateral Eropa tidak dapat memberikan respon terutama oleh otoritas keuangan yang menguji
terhadap gejolak inflasi dan dan penurunan volume ekspor instrumen ini telah memberikan gambaran adanya
selama periode krisis utang bilateral Eropa (Bappenas, implementasi instumen stress testing baik di Filipina,
2011). Sehingga tidak terdapat indikasi penularan krisis Indonesia, maupun Thailand sebagai peluang skenario
utang bilateral Eropa yang mendalam hingga ke mitigasi risiko finanasial dalam rangka meminimalisasi
perekonomian domestik di Filipina dan Indonesia. instabilitas yang akan terjadi.
3. Peningkatan koordinasi dan kerja sama antar lembaga
Peluang Skenario Mitigasi Risiko Finansial di ASEAN-
terkait merupakan hal krusial yang harus dilakukan
3. Penerapan skenario mitigasi risiko finansial mengikuti
dalam periode krisis. Koordinasi diantara pelaku jaring
ada tidaknya peluang melalui instumen mitigasi yang
keamanan finansial yang terdiri atas bank sentral,
diadopsi dari kerangka kerja stabilitas sistem keuangan
lembaga supervisi keuangan, dan kemetrian keuangan.
dalam rangka mitigasi risiko letidakstabilan sistem
Koordinasi dan kerja sama telah dilakukan oleh para
keuangan akibat efek menular krisis melalui derivasi pasar
pemangku kebijakan baik di Filipina maupun di
keuangan. Adapun strategi dalam skenario mitigasi risiko
Indonesia, sehingga kedua negara tersebut berpeluang
finansial dijelaskan sebagai berikut (Koch dan MacDonald,
melaksanakan mitigasi risiko finansial dengan strategi
2003:64-69; Walker, 2006; Santoso dan Batunanggar,
tersebut.
2007).
4. Penetapan sebuah kerangka kerja jaring keamanan dan
1. Implementasi regulasi dan standar. Perlunya resolusi krisis yang dilakukan untu menaggulangi krisis
diimplementasikan regulasi prudensial dalam lingkup keuangan serta penularannya yang akan terjadi.
internasional dan ketetapan-ketetapan yang telah Pemaparan Koch dan McDonald (2003:46) menjelaskan
disarankan oleh otoritas dan pelaku pasar keuangan bahwa hal-hal tersebut termasuk didalamnya kebijakan
sebagai sebuah pondasi kesehatan dalam melakukan dan prosedur dari lender of the last resort dan deposit
aktivitas mereka. Selain itu adanya konsistensi insurance yang akan menggantikan jaminan
kedisiplinan pelaku pasar untuk ditegakkan. sepenuhnya. Instrumen strategi lender of the last resort
Implementasi Basel II di ketiga negara telah dilakukan, telah diterapkan baik oleh Bangko Sentral ng
khususnya di Indonesia yang telah Philippinas (BSP), Bank Indonesia (BI) dan Bank of
mengimplementasikan secara penuh sejak Desember Thailand (BoT). Selain itu instrumen deposit insurance
2013 (Santoso dan Batunaggar, 2007; Bank Indonesia, juga telah diterapkan oleh kedua negara yang terbukti
2013:41). Sedangkan penerapan displin pasar di dengan berdirinya Philippines Deposit Insurance
Filipina dan Indonesia telah dilakukan mengikuti skema Corporation (PDIC) sejak Juni 1963 dan Indonesian
basel II sebagai salah satu pilar di dalamnya. Deposit insurance Corporation (IDIC) sejak September
Sedangkan di Thailand, penurunan sensistivitas volume 2005 (Walker, 2006; Santoso dan Batunanggar, 2007).
deposito dan biaya bunga terhadap fundamental bank Dengan melihat kesiapan kedua negara melalui strategi
sebagai pengalaman pada periode krisis 1997/1998 ini, maka keduanya berpeluang untuk melaksanakan
telah memberikan dorongan tersendiri dalam mitigasi risiko finansial.
menerapkan displin pasar bagi Bank of Thailand
(Demirgüç-Kunt dan Huizinga, 2000; Hasan et al., Pembahasan
2012; Bank Indonesia, 2013:43). Artinya, dengan Hasil pengujian metode OLS dan GMM menunjukkan
penerapan disiplin pasar dalam rangka menyelamatkan bahwa penurunan pertumbuhan ekonomi Uni Eropa
sistem keuangan dari instabilitas akibat efek menular menyebabkan kontraksi international bank lending ke
Agus et al., Efek Menular Krisis Utang Bilateral Eropa Terhadap Perilaku Pembiayaan Perbankan......... 8
Filipina, Indonesia, dan Thailand sebagai bentuk penarikan sistem keuangan di negara-negara anggota SEACEN
modal kembali terlebih akibat krisis utang bilateral. Hasil (South East Asian Central Banks). Dengan melihat
pengujian ini juga membenarkan hasil penelitian dari instrumental dari setiap strategi yang dijelaskan
Hermann dan Mihaljek (2010) yang menunjukkan adanya sebelumnya, maka ketiga negara berpeluang dalam
pengaruh dari pertumbuhan ekonomi home country melakukan skenario mitigasi atas dampak risiko efek
terhadap aliran international bank lending di negara menular terhadap perilaku international bank lending ke
berkembang terpilih termasuk didalamnya Filipina, ketiga negara tersebut. Momentum penguatan kondisi
Indonesia, dan Thailand. Selain itu eksposur perbankan Uni keuangan yang stabil ini menjadi penting setelah melihat
Eropa juga menunjukkan pengaruh yang sama, dimana determinasi international bank lending di ASEAN yang
besarnya eksposur perbankan akan memberikan tingkat kemudian memberikan rambatan ketidakstabilan bagi
kepercayaan tersendiri bagi perbankan Uni Eropa untuk perekonomian ASEAN terutama pada pasar keuangan.
memperbesar aliran pembiayaan kepada ketiga negara
ASEAN tersebut. Hal ini menunjukkan ketika eksposurnya Penutup
meningkat berarti terdapat kepercayaan yang besar Kesimpulan
tergadap kedua negara tersebut yang kemudian akan Secara umum kondisi perekonomian Uni Eropa sebagai
meningkatkan pula aliran international bank lending dan faktor pendorong yang ditunjukkan dengan fluktuasi
menunjukkan stabilnya pembiayaan di ASEAN-3. Hasil ini pertumbuhan ekonomi dan eksposur perbankan Uni Eropa
sejalan dengan pengujian seleksi diagnostik bahwa akan menyebabkan berfluktuasinya pembiayaan baik ke
pengaruh faktor pendorong yang terdiri dari pertumbuhan Filipina, Indonesia, dan Thailand. Sehingga penurunan
ekonomi, eksposur perbankan, dan suku bunga acuan Uni pertumbuhan ekonomi dan eksposur perbankan di Uni
Eropa lebih dapat menjelaskan dinamika pembiayaan Eropa akan direspon dengan kontraksi international bank
internasional di ASEAN-3. Hal ini menjelaskan bahwa lending dari Uni Eropa ke Filipina dan Indonesia. Selain
daya dorong lebih kuat dari pada daya tarik pembiayaan itu, gejolak perekonomian Uni Eropa akibat krisis utang
perbankan internasional dari Uni Eropa ke ASEAN-3. bilateral menyebabkan guncangan terhadap pasar keuangan
Gejolak perekonomian Uni Eropa yang tengah terjadi di Filipina, Indonesia, dan Thailand ditunjukkan dengan
menimbulkan kontraksi pada aliran pembiayaan perbankan berfluktuasinya international bank lending yang sejalan
internasional. Hasil analisis kausal tersebut sebangun dengan berfluktuasinya pertumbuhan ekonomi Uni Eropa.
dengan analisis deskriptif dimana fluktuasi pertumbuhan Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan daya tarik
ekonomi Uni Eropa akan memengaruhi dinamika perilaku penarikan pembiayaan perbankan internasional dengan
international bank lending di ASEAN-3. Kemudian gejolak meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan
perekonomian yang tengah terjadi di Uni Eropa dapat rasio utang pemerintah melalui optimalisasi debt
ditransmisikan ke ASEAN-3 melalui pasar keuangan dan restructuring agency di ASEAN-3. Selain itu perlu adanya
jalur perbankan global melauli adanya capital outflow dari implementasi instrumen-instrumen strategi dalam kerangka
ASEAN-3 kembali ke Uni Eropa. Hal ini terlihat dengan kerja stabilitas sisitem keuangan meliputi: implementasi
pengaruh positif dan signifikan dari varibel pertumbuhan Basel III, kedisiplinan pasar, penguatan indikator mikro
ekonomi home country terhadap perilaku international dan makro prudensial, koordinasi diantara otoritas
bank lending dimana ketika terjadi penurunan pertumbuhan kebijakan baik internal maupun eksternal, penyiapan
ekonomi di Eropa akan menyebabkan kontraksi lender of the last resort, penetapan pagu deposit insurance,
pembiayaan perbankan internasional dari Uni Eropa ke serta resolusi krisis.
ASEAN-3. Fenomena lain adalah melemahnya nilai tukar
baik Pesso, Rupiah, maupun Bath pada beberapa bulan Keterbatasan
memasuki periode European sovereign debt crisis. Kedua Penelitian ini menggunakan jumlah observasi sebanyak 52
variabel ini bergejolak akibat pengaruh krisis utang sampel dengan metode kausal dan deskriptif naratif.
bilateral di Eropa kepada sektor keuangan di ASEAN. Sehingga dirasa jumlah sampel yang digunakan dirasa
Penarikan pembiayaan sebagai bentuk portofolio akan kurang meskipun telah memenuhi kriteria jumlah sampel
menyebabkan bergejolaknya nilai tukar karena observasi dalam penerapan model ekonometrika. Oleh
berkurangnya likuiditas serta valtuta asing dalam negeri. karena itu, dalam rangka mengembangkan penelitian
Penularan efek krisis yang terjadi dari Uni Eropa ke selanjutnya mengenai determinasi maupun dampak krisis
ASEAN melalui dinamika international bank lending yang terhadap perilaku international bank lending, perlu
memengaruhi beberapa variabel pada pasar keuangan, diperhatikan penggunaan data dengan sampel yang lebih
memberikan inisiasi arahan kebijakan yang perlu besar sehingga dapat mengurangi bias dalam penelitian
dilakukan. Kebijakan dalam hal ini ditujukan kepada tiga misalnya dengan menggunakan data bulanan atau dengan
negara ASEAN yaitu Filipina, Indonesia, dan Thailand memperpanjang rentang tahun penelitian. Selain itu dapat
serta negara-negara ASEAN lainnya berupa mitigasi risiko memanfaat adanya variabel push factor maupun pull factor
finansial di ASEAN. Hal ini dilakukan dengan melihat yang dapat dijadikan simulasi adanya tarik menarik
adanya aliran international bank lending yang terus manfaat baik home country maupun host country dengan
mengalir dan dampak dari dinamika di negara pemberi metode game theory dalam memainkan kedua negara
pembiayaan akan terus berpeluang untuk ditransmisikan ke sebagai pemeran untuk mendapatkan pemecahan win-win
perekonomian negara-negara emerging market economies solution mapun hasil optimal lainnya dari metode tersebut
termasuk ASEAN. Sehingga mitigasi dalam rangka sehingga terdapat variasi metodologi dalam penelitian yang
menjaga kestabilan sistem keuangan dengan strategi dan sejenis.
instrumen yang diadopsi dari kerangka kerja stabilitas
Agus et al., Efek Menular Krisis Utang Bilateral Eropa Terhadap Perilaku Pembiayaan Perbankan......... 9