Anda di halaman 1dari 4

BAB II

NAFSU, QOLBU, AKAL,dan RUH, PEMBAGIAN DAN PENGELOLAANNYA

A.QOLBU
Qolbu adalah sebuah latifah/titik sensor/dimensi ketuhanan yang tidak mempunyai
bentuk fisik sebagaimana difahami oleh sebagian kita. Untuk membuktikan bahwa qolbu itu
bukanlah daging hati, kita bisa melihat dan menyaksikan seekor ayam atau kambing yang kita
potong kemudian kita bedah perutnya maka kita akan menemukan pada hewan tersebut
segumpal daging yang disebut daging hati, tapi pernahkah setelah kita cari kemudian kita
temukan di dalam perut hewan yang sudah dibedah tersebut ada daging qolbu.

B.RUH
Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut nur kenapa disebut
nur ? karena bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk
pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda beliau Saw : “aku dari Alloh dan makhluk
lain dari aku”.Dari ruh Muhammad inilah Alloh menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri
asal setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruh-ruh tersebut diturunkan
ke tempat yang terendah, dimasukkan kepada makhluk yang terendah, yaitu jasad. Jasad itu
sendiri diciptakan Alloh dari bumi yang tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).
Setelah diwujudkan jasad itu maka Alloh menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan sebagai
barang titipan pastinya Alloh akan mengambil kembali titipannya itu. Ketahuilah ruh itu
memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika
Alloh bertanya kepada semua ruh : “Alastu birobbikum?” (Bukankah Aku ini Tuhanmu
sekalian?) Ruh-ruh menjawab :“Benar, Engkau adalah Tuhan kami”. (Al-‘A’raf 172). Tapi
sayang banya-ruh yang lupa dengan perjanjian awalnya terhadap Alloh Swt, sehingga mereka
terlena dan betah tinggl di dalam jasad sebagai tempat terendah bagi mereka.
Ruh-ruh yang setia dan tetap memegang perjanjian awal pada hakikatnya mereka tetap
berad pada negeri asalnya yaitu alam lahut meskipun badannya di bumi. Namun sangat sedikit
orang yang sadar dan berkeinginan pulang atau kembali ke negeri asalnya. Oleh karena itu Alloh
melimpahkan kenabian kepada ruh agung Muhammad sebagai penunjuk jalan dari kesesatan
mereka. Nabi mengajak mereka agar kembali dan sampai sert bertemu dengan Alloh Swt.Tapi
sebagai manusia biasa Nabi memiliki keterbatasan waktudi dunia ini untuk menjalankan
tugasnya tersebut, maka kemudian Alloh mewariskan tugas ini kepada para ulama yang sholih
yang sudah mencapai kesucian ruh dan telah Allohberikan bashiroh (pandangan yang jelas)
kepadanya. Siapa mereka? Mereka adalah para wali Alloh.Para wali Alloh sebagai ahli
bashiroh.telah dibukakan mata hatinya untuk mengetahui jalan menuju Alloh, mereka itulah
yang disebutahli ruhani.
APA ITU AKAL ?
Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau kita berkata
kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka kita akan menunjuk dan mengarahkannya kepada
kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya akal disana. Ketahuilah wahai saudaraku akal
bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk
secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepa ini. Tapi meskipun demikian, fungsi dan
gerakannya dapat dirasakan.
Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat-ayat Alloh baik yang kauniyah
maupun quraniyah. Tapi berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak, berfikir dengan
akal itu akanberujung dengan satu kesimpulan : “robbana maa kholaqta hadza baathila”tidak ada
sesuatu apapun yang Alloh telah ciptakan itu sia-sia. Apabila seseorang telah mempergunakan
akalnya dalam berfikir dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan
terus meningkat.

B.NAFSU
Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at
badaniyah/biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu pula adalah
ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Alloh surah At-Takwir ayat 7 :
Artinya : “dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)”.
Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh.
2. MEMERANGI HAWA NAFSU
Didalam perjuangan melawan hawa-nafsu,manusia terbagi 3 (tiga) bagian:
1. Hawa Yang Mengalahkan Dirinya Sendiri (Hawa yang menimpa dirinya sendiri)
Yang kalah dirinya oleh hawa sampai ditahan dan diperbudak oleh hawa itu sendiri
dijadikannya tuhan. “Adakah engkau lihat (muhammad) orang yang mengambil hawanya
menjadi tuhannya.”(Al-Furqan).
2. Orang Yang Berperang Melawan Hawa
Orang yang berparan berganti kalah dan menang inilah yang petut disebut “Mujahit”.
Kalau dia mati didalam perjuangan itu,matinya mati syahid. Karena bukankah orang mati syahid
itu,di dalam pertempuran perang dengan musuh lahir saja, musuh hawa itulah yang besar.
Rasulullah s.a.w. setelah kembali dari satu peperangan besar bersabda kepada sahabat-
sahabatnya: “Kita ini kembali dari peperangan yang paling kecil,menuju peperangan yang paling
besar.” Orang bertanya kepada rasulullah: Apakah yang paling utama ya Rasulullah? Beliau
menjawab: “Engkau perangi hawa-nafsumu.” Sabda Rasulullah s.a.w. untuk mencukupkan
bagaimana besarnya bahaya hawa-nafsu: “Bukanlah orang yang gagah berani itu lantaran dia
cepat melompati musuhnya didalam pertempuran,tetapi orang yang berani ialah orang yang bisa
menahan dirinya dari kemarahan.”
3. Orang Yang Dapat Mengalahkan Hawanya
Orang yang dapat mengalahkan hawanya, sehingga ia yang memperintahkan hawa bukan
hawa yang yang memerintahkannya. Rasulullah bersabdah: “Tidak seorang pun di antara kita
yang tidak bersetan, saya sendiri pun ada juga bersetan tetapi sesungguhnya allah telah menolong
saya menghadapinsetan saya itu sehingga dia saya kalahkan.”
Tuhan bertanya:
“Apakah tandanya guru-guru agama, atau pengajar yang tidak dipengaruhi hawa-nafsu?”
Tandanya ialah:
1. Dia mengajak orang lain “lil Lah” (Karena allah) bukan supaya diikuti orang juga
hendaknya. Sebab kewajibannya menyampaikan dan yang memberi hidayat ialah Tuhan
Allah.
2. Bukan menyeru untuk diri. Menyeru mengajak kembali kepada Tuhan
3. Insaf bahwa dia manusia, tidak cukup, dan tidak lebih dari orang lain,jika dia pintar,ada pula
yang lebih pintar darinya.

HAWA DAN AKAL


Hawa membawa sesaat dan tidak berpedoman dan akal menjadi pedoman menuju
keutamaan. Sebab itu perlulah sedikit dan awasi, manakah perintah hawa dan manakah perintah
akal. Hawa berakibat bahaya, tetapi jalannya amat mudah oleh hati. Tidak sukar, sebab itu jika
kita menghadapi dua perkara,hendaklah dipilih barang yang diinginkan oleh hawa-nafsu, karena
akibatnya buruk. Kebanyakan barang yang baik sukar dikerjakan. Itulah sebab Rasululah
bersabda: “Diramaikan syurga dengan barang yang berat mengerjakan dan diramaikan neraka
dengan syahwat.”
Sesungguhpun pedoman telah ada, nemun manusianbisa juga sesaat, karena semua
bergantung kepada taufiq dan hidayat illahi. Hati telah mulai ragu. Minta pertimbangannya.
Bentangkan kitabnya.
Berkata Ulama:
Bila terjadi peperangan diantara akal dan hawa-nafsu, akal mempertahankan barang yang
pahit tetapi manis akibatnya ,nafsu mempertahannkan barang yang manis tetapi pahit bekasnya.
Ketika itu keduanya sama mencari alasan dan sandaran. Akal mencari pembelaan dari Nur Allah,
dan nafsu mencari perlindungan dari was-was setan. Tidaklah semua hawa tercela, ada hawa
yang terpuji dan ada yang tercela. Yang terpuji ialah perbuatan allah yang dianugrahkan kepada
manusia, supaya dia dapat membangkitkan kehendak mempertahankan diri dan hidup menangkis
bahaya yang kediaman. Hawalah yang mendorongnya. Yang tercela ialah hawa nafsu yang terbit
dari kehendak nafsu jahat(nafsu amarah),kehendak kepada laba yang berlebihan dari keperluaan.
IKHLAS

Ikhlas artinya bersih,tidak ada campuran, ibarat emas, emas tulen, tidak ada bercampur
perak berapa persenpun. Pekerjaan yang bersih terhadap sesuatu, bernama ikhlas. Lawan ikhlas
ialah ‘isyrak’, yang artinya berserikat atau bercampur dengan yang lain. Tempat ikhlas dan
isyrak ialah hati. Ikhlas tidak dapt dipisahkan dengan shiddiq (benar) tulus. Lurus dan benar niat
dan sengaja,karena allah belaka,tidak mendustai diri dengan perkataan ‘karena allah’ padahal
didalam hati bersarang karena puji,karena mencari nama dan lain-lain. Orang yang mulutnya
mengaku benar, tetapi hatinya berdusta, masuk jugalah dia dalam golongan pendusta. Bukti lagi
ialah seketika orang-orang munafik datang kepada Rasulullah s.a.w. memang Rasulullah yang
sejati,datanglah wahyu tuhan: “billamana datang kepadamu orang-prang munafik, berkata:kami
naik saksi bahwa engkau Rasululah. Sesungguhnya allah tahu bahwa engkau Rasulnya dan allah
pun menyaksikan pula bahwa orang-orang munafik itu dusta adanya.”
Disitulah nyata bahwa yang berdusta,bukan mulut tetapi hati mereka tidak mengaku,atau
pengakuan meraka tidak dari hati. Sesuai lidah dan hati, itulah ikhlas,lain dimulut lain
dihati,bukanlah ikhlas tetapi culas. Yang penting ialah jangan terpedaya oleh seseorang ahli
pidato,lantaran pidatonya, sebelumkelihatan,buktinpada perbuatannya, karena perkataan itu
sumbernya ialah hati, lidah hanya dijadikan sebagai tanda dari hati.

Anda mungkin juga menyukai