Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN MANUSIA

Dari dulu manusia tidak pernah kehabisan kata membicarakan dirinya sendiri. Para
ilmuwan, filsuf dan ulama telah banyak berbicara dan berdiskusi mengenai manusia, dan
menghasilkan berbagai pendapat tentang manusia dari sudut pandang uang berbeda-beda.
Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk
sosial dan sekaligus sebagai makhluk ekonomi. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat
hidup dengan baik tanpa ada orang lain, ini sebagai penyempurnaan jiwa manusia demi
kebaikan hidupnya. Sebagai makhluk ekonomi manusia selalu memikirkan dan menyiapkan
segala sesuatu untuk masa depannya, terutama mengenal materi sebagai kebutuhan
jasmaninya.
Manusia adalah makhluk multi dimensi. Multi dimensi pertama, secara fisik manusia
hampir sama dengan hewan, membutuhkan makanan, minuman, dan kawin. Dimensi kedua
manusia memiliki sejumlah emosi. Dimensi ketiga, manusia mempunyai perhatian terhadap
keindahan. Dimensi keempat, manusia memiliki naluri untuk menyembah kepada Tuhannya.
Dimensi kelima, manusia dikaruniai akal, pikiran, dan kehendak bebas, sehingga ia
menyadari siapa penciptaan dirinya, bagaimana historis penciptaanya, mengapa ia diciptakan,
dan untuk apa ia diciptakan (Murteza Mutahhari 2003 Hamdan Mansoer). Diktji RI
Adapula pengertian menurut para ahli yang lain adalah sebagai berikut:
1. NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan
rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang
2. ABINENO J. I
Manusia adalah tubuh yang berjiwa dan bukan jiwa abadi yang berada atau
3.

yang terbungkus dalam tubuh yang fana.


UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana

4.

atau badan fisik.


SOKRATES
Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar
dan lebar.

5.

KEES BERTENS
Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak

6.

dinyatakan.
I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa

dan karsa.
7. OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir,
dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh),
manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
8. ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan
mahluk yang lain.
9. PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban
tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun
pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
Penciptaan manusia ialah suatu perkara yang diisyaratkan oleh Allah SWT kepada
malaikat. Ini jelas menunjukan betapa pentingnya peranan manusia itu sendiri sebagai
khalifah dibumi. Begitupun penciptaan manusia menimbulkan sedikit prsoalan dikalangan
para malaikat karena sifat manusia yang suka menumpahkan darah dan membuat kerusakan
(al-baqarah: ayat 30). Namun Allah SWT menegaskan bahwa penciptaan manusia itu
diiringi dengan ilmu yang diturunkan kepadanya. Jelas dengan terciptanya manusia,
kemakmuran duni tercapai dengan banyaknya walaupun sifat nafsu serakah manusia yang
suka membuat kerusakan dan menumpahkan darah turut mewarnai sejarah dunia.
Allah SWT menjelaskan kejadian manusia dalam surat al-Haj: ayat 5, yang
bermaksud:
Hai manusia! Jika kamu masih ragu-ragu tentang hari kebangkitan, maka
ingatlah bahwa kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian daripada setetes
air mani, kemudian daripada segumpal darh beku, kemudian itu daripada segumpal
daging, yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna kejadiannya..

Hanya Allah SWT saja yang mengetahui bagaimana manusia dibentuk dan dilahirkan
ke muka bumi ini, dan hanya Allah SWT saja yang berhak menerangkannya kepada manusia.
Hal ini untuk meyakinkan manusia tentang siapa dirinya, mengingatkan manusia tentang asal
usul dan tanggungjawabnya serta memberitahu manusia tentang masa yang akan datang (hari
kebangkitan).
Kehebatan terciptanya manusia dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat at-Tin: ayat $, yang
berbunyi:
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya.
Ini menunjukan bahwa penciptaan manusia adalah dengan sebaik-baiknya, dengan sempurna
dan diberi roh, akal dan perasaan. Manusia ialah ciptaan yang paling agung karena secara
keseluruhan tidak akan ada Nabi Muhammad SAW. Walaupun makhluk lain misalnya gajah
dan harimau lebih kuat daripada manusia, iblis dan malaikat lebih halus penciptaannya.
Manusia mempunyai kemampuan akal fikiran yang diberikan oleh Allah SWT untuk
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Dalam surah yang sama juga Allah SWT menjelaskan balasan jika manusia gagal
dalam menjalankan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dimuka bumi. Dalam
Ayat 5 dan 6 surah at-Tin tersebut Allah bersabda:
Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal soleh. Bagi mereka pahala yang tidak putusputus
KOMPONEN PENTING DALAM DIRI MANUSIA
Menurut para sufi, manusia adalah mahluk Allah yang paling sempurna di dunia ini. Hal
ini, seperti yang dikatakan Ibnu Arabi, manusia bukan saja karena merupakan khalifah Allah
di bumi yang dijadikan sesuai dengan citra-Nya, tetapi juga karena ia merupakan madzaz
(penampakan atau tempat kenyataan) asma dan sifat Allah yang paling lengkap dan
menyeluruh. Allah menjadikan Adam (manusia) sesuai dengan citra-Nya. Setelah jasad
Adam dijadikan dari alam jisim, kemudian Allah meniupkan ruh-Nya ke dalam jasad Adam.
Allah berfirman, "Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah

meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan


bersujud." (QS Al-Hijr: 29)
Jadi jasad manusia, menurut para sufi, hanyalah alat, perkakas atau kendaraan bagi rohani
dalam melakukan aktivitasnya. Manusia pada hakikatnya bukanlah jasad lahir yang
diciptakan dari unsur-unsur materi, akan tetapi rohani yang berada dalam dirinya yang selalu
mempergunakan tugasnya.
Karena itu, pembahasan tentang jasad tidak banyak dilakukan para sufi dibandingkan
pembahasan mereka tentang ruh (al-ruh), jiwa (al-nafs), akal (al-'aql) dan hati nurani atau
jantung (al-qalb).
1. Ruh dan Jiwa (Al-Ruh dan Al-Nafs)
Banyak ulama yang menyamakan pengertian antara ruh dan jasad. Ruh berasal
dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad sebagai alatnya. Sedangkan
jasad berasal dari alam ciptaan, yang dijadikan dari unsur materi. Tetapi para ahli sufi
membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahi dan cenderung kembali ke
asal semula. Ia selalu dinisbahkan kepada Allah dan tetap berada dalam keadaan suci.
Karena ruh bersifat kerohanian dan selalu suci, maka setelah ditiup Allah dan
berada dalam jasad, ia tetap suci. Ruh di dalam diri manusia berfungsi sebagai sumber
moral yang baik dan mulia. Jika ruh merupakan sumber akhlak yang mulia dan
terpuji, maka lain halnya dengan jiwa. Jiwa adalah sumber akhlak tercela, Al-Farabi,
Ibnu Sina dan Al-Ghazali membagi jiwa pada; jiwa nabati (tumbuh-tumbuhan), jiwa
hewani (binatang) dan jiwa insani.
Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang organis dari
segi makan, tumbuh dan melahirkan. Adapun jiwa hewani, di samping memiliki daya
makan untuk tumbuh dan melahirkan, juga memiliki daya untuk mengetahui hal-hal
yang dan daya merasa, sedangkan jiwa insani mempunyai kelebihan dari segi daya
berfikir (al-nafs al-nathiqah).
Daya jiwa yang berfikir (al-nafs al-nathiqah atau al-nafs al-insaniyah). Inilah,
menurut para filsuf dan sufi, yang merupakan hakikat atau pribadi manusia. Sehingga
dengan hakikat, ia dapat mengetahui hal-hal yang umum dan yang khusus, dzatnya
dan penciptaannya.
Karena pada diri manusia tidak hanya memiliki jiwa insani (berpikir), tetapi
juga jiwa nabati dan hewani, maka jiwa (nafs) manusia mejadi pusat tempat

tertumpuknya sifat-sifat yang tercela pada manusia. Itulah sebabnya jiwa manusia
mempunyai sifat yang beraneka sesuai dengan keadaannya.
Apabila jiwa menyerah dan patuh pada kemauan syahwat dan memperturutkan
ajakan syaithan, yang memang pada jiwa itu sendiri ada sifat kebinatangan, maka ia
disebut jiwa yang menyuruh berbuat jahat. Firman Allah, "Sesungguhnya jiwa yang
demikian itu selalu menyuruh berbuat jahat." (QS Ar-Ra'd: 53)
Apabila jiwa selalu dapat menentang dan melawan sifat-sifat tercela, maka ia
disebut jiwa pencela, sebab ia selalu mencela manusia yang melakukan keburukan
dan yang teledor dan lalai berbakti kepada Allah. Hal ini ditegaskan oleh-Nya, "Dan
Aku bersumpah dengan jiwa yang selalu mencela." (QS Al-Qiyamah: 2)
Tetapi apabila jiwa dapat terhindar dari semua sifat-sifat yang tercela, maka ia
berubah jadi jiwa yang tenang (al-nafs al-muthmainnah). Dalam hal ini Allah
menegaskan, "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rasa puas
lagi diridhai, dan masuklah kepada hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam SurgaKu." (QS Al-Fajr: 27-30).
Jadi, jiwa mempunyai tiga buah sifat, yaitu jiwa yang telah menjadi tumpukan
sifat-sifat yang tercela, jiwa yang telah melakukan perlawanan pada sifat-sifat tercela,
dan jiwa yang telah mencapai tingkat kesucian, ketenangan dan ketentraman, yaitu
jiwa muthmainnah. Dan jiwa muthmainnah inilah yang telah
dijamin Allah langsung masuk surga.
Jiwa muthmainnah adalah jiwa yang selalu berhubungan dengan ruh. Ruh
bersifat Ketuhanan sebagai sumber moral mulia dan terpuji, dan ia hanya mempunyai
satu sifat, yaitu suci. Sedangkan jiwa mempunyai beberapa sifat yang ambivalen.
Allah sampaikan, "Demi jiwa serta kesempurnaan-Nya, Allah mengilhamkan jiwa
pada keburukan dan ketaqwaan." (QS Asy-Syams: 7-8). Artinya, dalam jiwa terdapat
potensi buruk dan baik, karena itu jiwa terletak pada perjuangan baik dan buruk.

2. Akal
Akal yang dalam bahasa Yunani disebut nous atau logos atau intelek (intellect)
dalam bahasa Inggris adalah daya berpikir yang terdapat dalam otak, sedangkan "hati"
adalah daya jiwa (nafs nathiqah). Daya jiwa berpikir yang ada pada otak di kepala
disebut akal. Sedangkan yang ada pada hati (jantung) di dada disebut rasa (dzauq).
Karena itu ada dua sumber pengetahuan, yaitu pengetahuan akal (ma'rifat aqliyah)
dan pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Kalau para filsuf mengunggulkan
pengetahuan akal, para sufi lebih mengunggulkan pengetahuan hati (rasa).

Menurut para filsuf Islam, akal yang telah mencapai tingkatan tertinggiakal
perolehan (akal mustafad)ia dapat mengetahui kebahagiaan dan berusaha
memperolehnya. Akal yang demikian akan menjadikan jiwanya kekal dalam
kebahagiaan (surga). Namun, jika akal yang telah mengenal kebahagiaan itu
berpaling, berarti ia tidak berusaha memperolehnya. Jiwa yang demikian akan kekal
dalam kesengsaraan (neraka).
Adapun akal yang tidak sempurna dan tidak mengenal kebahagiaan, maka
menurut Al-Farabi, jiwa yang demikian akan hancur. Sedangkan menurut para filsuf
tidak hancur. Karena kesempurnaan manusia menurut para filsuf terletak pada
kesempurnaan pengetahuan akal dalam mengetahui dan memperoleh kebahagiaan
yang tertinggi, yaitu ketika akan sampai ke tingkat akal perolehan.
3. Hati Sukma (Qalb)

Hati atau sukma terjemahan dari kata bahasa Arab qalb. Sebenarnya
terjemahan yang tepat dari qalb adalah jantung, bukan hati atau sukma. Tetapi, dalam
pembahasan ini kita memakai kata hati sebagaimana yang sudah biasa. Hati adalah
segumpal daging yang berbentuk bulat panjang dan terletak di dada sebelah kiri. Hati
dalam pengertian ini bukanlah objek kajian kita di sini, karena hal itu termasuk bidang
kedokteran yang cakupannya bisa lebih luas, misalnya hati binatang, bahkan
bangkainya.

Adapun yang dimaksud hati di sini adalah hati dalam arti yang halus, hatinurani --daya pikir jiwa (daya nafs nathiqah) yang ada pada hati, di rongga dada. Dan
daya berfikir itulah yang disebut dengan rasa (dzauq), yang memperoleh sumber
pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Dalam kaitan ini Allah berfirman, "Mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan memahaminya." (QS Al-A'raaf: 179)
Dari uraian di atas, dapat kita ambil kesimpulan sementara, bahwa menurut
para filsuf dan sufi Islam, hakikat manusia itu jiwa yang berfikir (nafs insaniyah),
tetapi mereka berbeda pendapat pada cara mencapai kesempurnaan manusia. Bagi
para filsuf, kesempurnaan manusia diperoleh melalui pengetahuan akal (ma'rifat
aqliyah), sedangkan para sufi melalui pengetahuan hati (ma'rifat qalbiyah). Akal dan
hati sama-sama merupakan daya berpikir.

Menurut sufi, hati yang bersifat nurani itulah sebagai wadah atau sumber
ma'rifatsuatu alat untuk mengetahui hal-hal yang Ilahi. Hal ini hanya dimungkinkan
jika hati telah bersih dari pencemaran hawa nafsu dengan menempuh fase-fase moral
dengan latihan jiwa, serta menggantikan moral yang tercela dengan moral yang
terpuji, lewat hidup zuhud yang penuh taqwa, wara' serta dzikir yang kontinyu, ilmu
ladunni (ilmu Allah) yang memancarkan sinarnya dalam hati, sehingga ia dapat
menjadi sumber atau wadah ma'rifat, dan akan mencapai pengenalan Allah. Dengan
demikian, poros jalan sufi ialah moralitas.
Latihan-latihan ruhaniah yang sesuai dengan tabiat terpuji adalah sebagai
kesehatan hati dan hal ini yang lebih berarti ketimbang kesehatan jasmani sebab
penyakit anggota tubuh luar hanya akan membuat hilangnya kehidupan di dunia ini
saja, sementara penyakit hati nurani akan membuat hilangnya kehidupan yang abadi.
Hati nurani ini tidak terlepas dari penyakit, yang kalau dibiarkan justru akan
membuatnya berkembang banyak dan akan berubah menjadi hati dzulmanihati
yang kotor.
Kesempurnaan hakikat manusia (nafs insaniyah) ditentukan oleh hasil
perjuangan antara hati nurani dan hati dzulmani. Inilah yang dimaksud dengan firman
Allah yang artinya, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan
jiwanya, dan rugilah orang yang mengotorinya." (QS Asy-Syams: 8-9)

Hati nurani bagaikan cermin, sementara pengetahuan adalah pantulan gambar


realitas yang terdapat di dalamnya. Jika cermin hati nurani tidak bening, hawa
nafsunya yang tumbuh. Sementara ketaatan kepada Allah serta keterpalingan dari
tuntutan hawa nafsu itulah yang justru membuat hati-nurani bersih dan cemerlang
serta mendapatkan limpahan cahaya dari Allah SWT.

Bagi para sufi, , Allah melimpahkan cahaya pada dada seseorang, tidaklah
karena mempelajarinya, mengkajinya, ataupun menulis buku, tetapi dengan bersikap
asketis terhadap dunia, menghindarkan diri dari hal-hal yang berkaitan dengannya,
membebaskan hati nurani dari berbagai pesonanya, dan menerima Allah segenap hati.
Dan barangsiapa memiliki Allah niscaya Allah adalah miliknya. Setiap hikmah
muncul dari hati nurani, dengan keteguhan beribadah, tanpa belajar, tetapi lewat

pancaran cahaya dari ilham Ilahi.

Hati atau sukma dzulmani selalu mempunyai keterkaitan dengan nafs atau
jiwa nabati dan hewani. Itulah sebabnya ia selalu menggoda manusia untuk mengikuti
hawa nafsunya. Kesempurnaan manusia (nafs nathiqah), tergantung pada kemampuan
hati-nurani dalam pengendalian dan pengontrolan hati dzulmani.
4.
Tugas Manusia Dalam Agama Islam
Di dalam Al Quran, sedikitnya ada tiga hal utama yang menjadi tugas manusia di
dunia, yaitu:
1.Menjadi khalifah Allah
Sebelum manusia diciptakan pada al quran dijelaskan bahwa ada percakapan antara
allah dengan malaikat mengenai penciptaan manusia.pada surat Al-Baqarah ayat 30 telah
dijelaskan seperti berikut:
Artinya :
Ingatlah ketika tuhanmu berfirman pada para malaikat :sesungguhnya Aku
hendakmenciptakan khalifah dibumi.mereka (malaikat) menjawab berkata :mengapa
engkau hendak menjadikan khalifah dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah,padahal kami (malaikat) senantiasa bertasbih
dengan memuji engkau dan mensucikan engkau? allah berfirman : sesungguhnya
allah mengetahui apa yang sedang kamu ketahui.
Pada ayat tersebut allah merencanakan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi
didalam ayat tersebut ada sedikit perdebatan antara malaikat dengan allah yaitu menurut
malaikat manusia diciptakan di bumi memang sebagai khalifa namun juga bisa membuat
pertumpahan darah dan tidak bisa menjaga mandat sebagai khalifa di bumi. Namun allah
menjawab dengan tegas bahwa allah mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat
yaitu rencana allah terhadap penciptaan manusia,kemudihan allah menjelaskan bahwa

manusia bisa menjadi khalifah di bumi karena manusia akan diberi akal sehingga manusia
dapat memiliki kemampuan dan keterampilan.
Sehingga sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah
Maha besar maka manusia sebagai wakil Nya di muka bumi diberi tangung jawab
pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta
memang diciptakan Tuhan untuk manusia.
2. Menyembah Allah
Sebagai hamba Alah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan, oleh karena
itu tugasnya hanya menyembah kepada Nya dan berpasrah diri kepada Nya. Allah tidak
menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya. Mengabdi dalam bentuk apa?
Ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum
dalam Al-quran. Seperti dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 :
Artinya:
padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah allah dengan memurnikan
ketaatan kepada allah dalam menjalankan agama yang lurus,dan supaya mereka
mendirikan shalat,dan menunaikan zakat,dan yang demikian itulah agama yang
lurus. (Q.S Al Bayyinah :5)
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-ribu
macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling besar
dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-quran dan hadist didalam
menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan
terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari itu adalah
neraka yang sangat menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang terjerumus
kedalamnya.Nauudzubillaahi min dzalik
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah
sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap manusia
dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap akan mendapatkan
surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah
bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-

larangannya. Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah
yang ditugasi untuk beribadah. Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia
di dunia dan bahagia di akhirat.
3.Memakmurkan dan Memelihara Bumi
Dalam rangka ikhtiar memakmurkan bumi manusia telah diberi modal dasar yang telah
melekat pada diri manusia di awal penciptaan nya.Yakni beupa akal dan pikiran.Makadengan
ada nya akal dan pikiran maka manusia dapat melakukan penelitian dan mencari pengetahuan
bagaimana mengelola semua amanah yang di berikan Allah SWT.
Memelihara di sini tidak hanya secara fisik saja.Tetapi segala yang ada di alam harus di
pelihara.Termasuk juga dalam memelihara akidah dan akhlak manusia itu sendiri sebagai
sumber daya manusia yang akan memanfaatkan alam.Karena itu meski dalam konteks
memelihara alam,namun secara praktek adalah dengan membina akidah adan akhlak.Kedua
hal ini penting agar tetap terjadi kesamaan dalam tujuan yang ditetapkan oleh Allah
SWT.Keseragaman akhlak dan akidah akan tetap menyatukan manusia dalam visi yang
satu,yakni manusia sebagai khalifah.

Asal Usul Manusia menurut Islam


Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam, maka sudah
sepantasnya kita mengakui bahwa Al Quran adalah satu-satunya literatur yang paling
benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.
"Kitab (Al Quran) in tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib....." (QS. Al Baqarah (2) :
2-3).
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil hati
menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran keterangan mengenai asal usul
manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam

Al Quran yaitu Iman kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam
pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah
tersebut yaitu selalu diawali dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dsb. Jadi
sebenarnya para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.
Tahapan kejadian manusia :
a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang
kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah
sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini
ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia
pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw
bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR.
Bukhari)
b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam
keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh
Allah dalam salah sati firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)

Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An
Nisaa ayat 1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat
banyak..." (QS. An Nisaa (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
"Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR.
Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak langsung
hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk
menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk
yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan
generasinya.

c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)


Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa
kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Quran
dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.
Di dalam Al Quran proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara
terperinci melalui firman-Nya :
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan

daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Muminuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.
Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya
(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian
selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu
pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa
malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat
kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)."
(HR. Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah dari Al Quran dan Hadits 15 abad silam telah menjadi bahan
penelitian bagi para ahli biologi untuk memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad
manusia. Selanjutnya yang dimaksud di dalam Al Quran dengan "saripati berasal dari tanah"
sebagai substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita
makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme
yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma), kemudian hasil dari
pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan ovum
(sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian berproses hingga mewujudkan bentuk manusia
yang sempurna (seperti dijelaskan dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan masalah pertumbuhan embrio secara bertahap
pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada tahun 1955, tetapi dalam Al Quran dan Hadits
yang diturunkan 15 abad lalu hal ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah
seorang embriolog terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan :
"Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Quran yang diturunkan pada abad ke7 M itu". Selain iti beliau juga mengatakan, "Dari ungkapan Al Quran dan hadits banyak
mengilhami para scientist (ilmuwan) sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup
manusia yang diawali dengan sel tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin
betina) dibuahi oleh sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh
Spalanzani sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang
perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote belum

ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Quran telah menegaskan dari
nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits menjelaskan bahwa Allah)
menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embriyo
berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen
(perut) ibu, dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut,
kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak
dalam rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam
Al Quran :
"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan
(kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang
menutup anak dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, (2001). Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam.
Hamid, Mohd. Azhar Abd., Mohd. Koharuddin Balwi dan Muhamed Fauzi Othman,
(2006). Rekacipta dan Inovasi Dalam Perspektif Kreativiti. Malaysia: Universiti
Teknologi Malaysia.
http://my.opera.com/hakikatcintahamba/blog/2012/06/25/sudut-pandang-ulamaunsur-dalam-diri-manusia
http://www.f-adikusumo.staff.ugm.ac.id/artikel/manusia1.html
http://sarahsyahdilla.wordpress.com/2012/10/24/tugas-manusia-dalam-agama-islam/

Anda mungkin juga menyukai