DISUSUN OLEH:
ASTY WULANDARI
228110037
KELAS 1G
FAKULTAS PSIKOLOGI
PEKANBARU
2022
A. ISTILAH-ISTILAH YANG DIGUNAKAN AL-QURAN UNTUK
MENUNJUKKAN MANUSIA
Tiap huruf dan kata dalam Al-Quran menyimpan makna khusus baik secara tekstual
maupun kontekstual. Salah satu firman Allah dalam Al-Quran banyak membahas tentang
manusia. Berikut 3 istilah dan cara Allah SWT. menyebut manusia dalam Al-Quran
sebagai cerminan kualitas rohaninya.
1. Basyar (Manusia ada, human being)
Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan
sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang
berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda
dengan kulit makhluk lain yang tertutupi bulu. Dengan demikian istilah basyar
merupakan gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat, memakan sesuatu,
berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia dalam
pengertian ini disebutkan di dalam Alquran sebanyak 35 kali dalam berbagai surat.
Diantaranya terdapat dalam surat Al-Anbiyaa: 2-3, Al-Kahfi: 110, Ibrahim: 10,
Hud: 26, Al-Mukminuun: 24 dan 33, As-Syu’araa: 93, Yassin: 15, Al-Isra: 93, dan
lain-lain.
Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being). Singkatnya, basyar adalah
manusia dalam arti fisis-biologis. Manusia dilihat sudut fisik tidaklah jauh berbeda
dengan hewan. Manusia bisa makan, minum, tidur, sakit dan mati. Begitu pula
hewan. Bahkan, bila manusia dan hewan dibandingkan dari segi perbuatan nistanya,
maka manusia bisa lebih jahat dan kejam).
2
dan berwatak ramah dibanding bangsa jin. Kata insan digunakan Alquran untuk
menunjuk kepada manusia secara menyeluruh dalam jiwa dan raga.
Sedangkan An-Naas adalah bentuk jamak dari insan. Alquran menyebut
manusia sebagai naas dalam statusnya sebagai makhluk sosial yang bergaul dan
bermasyarakat serta dalam berbagai contoh perilakunya terhadap Tuhan.
3. Bani Adam
Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk merujuk asal-usulnya sebagai
keturunan Nabi Adam AS. Dalam konteks, dari mana seorang manusia berasal,
untuk apa dia hidup, dan kemana dia akan kembali. Penggunaan istilah Bani Adam
menunjukkan bahwa manusia bukan hasil dari evolusi makhluk anthropus (sejenis
kera). Manusia dalam pandangan Al-Quran bukan makhluk anthropomorfisme,
yaitu makhluk penjasadan sifat-sifat Tuhan.
Al-Quran menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang
memiliki sesuatu yang agung di dalam dirinya. Di samping itu manusia dianugerahi
akal yang dapat membedakan nilai baik dan buruk, sehingga membawa ia pada
kualitas tertinggi sebagai makhluk yang bertakwa. Al-Quran memandang manusia
sebagai makhluk yang suci dan mulia, bukan sebagai makhluk yang kotor dan
penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan mereka bahwa nabi Adam dan Hawa
yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan Allah merupakan asal mula
hakikat manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan).
Al-Quran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang
dalaam perjalanan menuju kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak,
meskipun ia harus melewati rintangan dan cobaan dengan beban dosa ketika
melakukan kesalahan di dalam kehidupan dunia.
B. POTENSI MANUSIA
Potensi manusia menurut Al-quran:
1. QS. Al-A’raf, 7:179
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah),
dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
3
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai” Penjelasan: Ayat tersebut di atas
menjelaskan tentang bahaya bagi orang-orang yang tidak yang mempergunakan
potensi yang dimilikinya (pendengaran, penglihatan dan hati/pikiran) baik di
dunia maupu di akhirat.
4
6. QS. Al Mulk, 67:23
Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur”
Penjelasan: Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang perintah untuk mensyukuri
potensi yang diberikan (pendengaran, penglihatan, dan hati/pikiran).
Menurut Islam manusia itu terdiri dari dua bagian yang membuatnya menjadi manusia
sempurna, yaitu terdiri dari Jasmani dan rohani, disamping itu manusia juga telah
dikaruniai fitrah. Kita hidup di dunia ini bisa menyaksikan sendiri ada persamaan-
persamaan yang dimiliki manusia. Seperti Cinta keadilan, kasih sayang, dan lainnya,
itulah menurut kami yang disebut fitrah.
1. Jasmani
Sungguh beruntunglah kita yang dikaruniai jasmani yang sempurna. kaki, tangan,
lidah, mata, hidung, telinga, perut dan faraj adalah pemberian Allah yang harus
kita syukuri dengan mempergunakannya untuk melaksanakan perintahNya dan
menjauhi larangan-Nya. Dengan jasmani kita bisa merasakan kenikmatan hidup di
dunia ini.
5
2. Rohani
Yaitu unsur manusia yang tidak kasatmata, yang menjadikan jasmani menjadi
manusia yang hidup. Dalam buku yang ditulis Barmawie Umary, rohani terdiri
dari:
1) Akal = dengannya manusia yang lemah bisa mengendalikan kehidupannya
di dunia. Berkat akal pula kehidupan manusia bisa jadi lebih mudah. Apa
yang ada dihadapan anda sekarang ini adalah bukti kemampuan yang
dikaruniakan Allah hanya kepada manusia, yaitu akal. Dengan Akal
pulalah perbedaan antara hewan dan manusia sangat mencolok.
2) Nafsu = adalah suatu bagian rohani yang dimiliki manusia untuk
berkehendak atau berkeinginan. Tanpa nafsu barangkali takkan ada
kemajuan dalam hidup manusia. Akan tetapi seringkali nafsu mengalahkan
hati dan akal sehingga yang terjadi adalah kerusakan. Masih dari buku
karya Barmawie, tersebut bahwa nafsu dikategorikan menjadi:
Nafsul Ammarah : Yaitu jiwa yang belum mampu membedakan
yang baik dan buruk, lebih mendorong kepada tindakan yang tidak
patut.
Nafsul Lawwamah :Yaitu jiwa yang telah memiliki rasa insaf dan
menyesal setelah melakukan suatu pelanggaran, malu perbuatan
buruknya diketahui orang lain tetapi belum mampu untuk
menghentikan tindakanya
Nafsul Musawwalah : Jiwa yang telah bisa membedakan yang baik
dan buruk, telah bisa menggunakan akalnya untuk menimbang
mana yang baik dan mana yang buruk.
Nafsul Muthmainnah : Yaitu jiwa yang telah mendapat tuntunan
dan terpelihara sehingga mendatangkan ketenangan jiwa. Dengan
jiwa ini akan melahirkan sikap dan perbuatan yang baik dan
membentengi kekejian
Nafsu Mulhamah : Adalah jiwa yang memperoleh ilham dari Allah
SWt dikarunia ilmu dan dihiasi Akhlak Mahmudah.
Nafsu Raadliyah : Yaitu jiwa yang ridho kepada Allah, selalu
bersyukur kepadaNya.
6
Nafsu Mardliyah : Yaitu jiwa yang diridhoi Allah
Nafsu Kaamilah : Yaitu jiwa yang telah sempurna
3) Qolbu (hati) = Dari hatilah segala kepribadian manusia muncul. Apabila
hati selalu dibina secara baik sesuai Syari'at maka manusia akan berakhak
mulia. Akan tetapi seringkali kekuasaan hati tertutupi oleh kekuasaan
nafsu, apalagi dengan ditambah bisikan-bisikan syetan, sehingga yang
muncul bukanlah cahaya Ilahi akan tetapi bisikan syetan. Oleh karenanya
hati harus selalu disirami tuntunan Islam dengan selalu berzdikir kepada
Allah. Dalam menjaga hatinya seorang muslim harus selalu waspada
terhadap terjangkit nya penyakit hati. Penyakit hati sungguh berbahaya
bagi kehidupannya.
4) Roh = Seorang mukmin percaya bahwa manusia hidup karena roh yang
ada dalam jasadnya. Akan tetapi bagaimana bentuk atau wujudnya itu
bukanlah urusan manusia, karena Allah telah berfirman : Dan mereka
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh; katakanlah : Roh itu urusan
Rabb ku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit." (Al Isra :85)
7
ketakutan. Keyakinan beragama mempunyai peranan penting dalam membina moral,
karena nilai-nilai moral yang datang dari agama tetap dan bersifat universal apabila
dihadapkan pada suatu dilemma. Bahwa seseorang akan menggunakan pertimbangan-
pertimbangan berdasarkan nilai-nilai moral yang datang dari agama.
E. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA
Agama adalah sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang maha kuasa
menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan manusia, baik kehidupan manusia individu
maupun kehidupan masyarakat, baik kehidupan materil maupun kehidupan spiritual, baik
kehidupan duniawi maupun kehidupan ukhrawi.
Sedangkan Manusia adalah makhluk terpercaya dan manusia adalah makhluk yang
paling pandai. Sedangkan para ahli filsafat memahami manusia dengan sebutan animal
rasional (binatang yang berpikir), animal educandum dan animal educable, (makhluk
yang harus di didik dan dapat di didik), animal symbolicum, (makhluk yang
bersimbol), homo laguen (makhluk yang pandai menciptakan Bahasa), homo
sapiens (makhluk yang mempunyai budi), homo faber (makhluk yang pandai membuat
alat-alat) homo ekonomicus (makhluk yang tunduk pada prinsi-prinsip ekonomi), homo
relegius (makhluk yang beragama) dan makhluk yang pandai bersiasat (zoon politicon).
Betapa besarnya pengaruh agama dalam kehidupan Manusia, baik bagi diri sendiri
maupun dalam lingkungan keluarga, ataupun di kalangan masyarakat umum. Karena itu
dapat pula dikatakan bahwa agama itu mempunyai fungsi yang amat penting dalam
kehidupan manusia, tanpa agama manusia tidak mungkin merasakan kebahagian dan
ketenangan hidup. Tanpa agama, mustahil dapat dibina suasana aman dan tentram.
Keagamaan adalah perasaan berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, antara lain
takjub, kagum, percaya yakin keimanan, tawakal pasrah diri, rendah hati ketergantungan
pada Ilahi, merasa sangat kecil kesadaran akan dosa dan lain-lain.
Agama sebagai bentuk keyakinan Manusia terhadap sesuatu yang Maha Kuasa (Adi
Kodrati) menyertai seluruh ruang lingkup kehidupan Manusia baik kehidupan Manusia
individu maupun kehidupan masyarakat, baik kehidupan materil maupun kehidupan
spiritual, baik kehidupan duniawi maupun ukhrawi, Agama (Islam) merupakan a total
way of life. Tidak ada satu ruangan pun dalam kehidupan Manusia yang tidak di jamah
oleh ajaran agama (Islam). Menurut Elizabeth K. Nottingham meskipun perhatian
manusia tertuju kepada adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat (akhirat) namun agama
juga melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari.