Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Disusun oleh : Kelompok 2

Haikal Ardikatama 53418015


Muhammad Rifqi Aulia 54418890
Muhammad Zaid Taqy 55418002

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Allah menciptakan makhluk didunia ini berbagai macam jenis. Ada Hewan,
tumbuhan,serangga sampai dengan manusia. Ciptaannya mulai dari yang kecil sampai
dengan ciptaan yang besar. Manusia ini salah satu ciptaan Allah yang paling sempurna,
karena manusia memiliki akal pikiran yang dapat mengubah segala hal didunia ini.
Karena banyak penemuan dan inovasi karena rancangan oleh akal-akal manusia yang
berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tak heran apabila manusia dapat dipandang
lewat berbagai perspektif, salah satunya adalah lewat perspektif Islam.

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah sama dengan makhluk lainnya.
Manusia membutuhkan tenaga agar dapat bergerak dan melakukan aktivitas secara
normal serta manusia juga berkembang biak dan akan memiliki keturunan. Yang
menjadikannya berbeda adalah akal pikiran yang manusia punya.

B. Rumusan

- Bagaimana kedudukan manusia dalam Islam?


- Apa yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya?

C. Tujuan

- Menjelaskan secara jelas sumber agama dan ajaran Agama Islam.


- Memahami hakekat dan martabat manusia.
- Memahami kelebihan manusia dengan makhluk lainnya dalam Islam.
Bab II
Isi

A. Hakekat dan Martabat manusia dalam Islam

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan sangat menarik. Dikatakan
misterius karena semakin dikaji semakin terungkap betapa banyak hal-hal mengenai manusia
yang belum diketahui oleh manusia itu sendiri. Dan dikatakan menarik karena manusia sebagai
subjek sekaligus sebagai objek kajian yang tiada henti-hentinya terus dilakukan manusia
khususnya ilmuan. Oleh karena itu sejak dahulu manusia selalu menjadi sasaran studi, kini dan
kemudian hari.
Para ahli telah mengkahi manusia menurut bidang studinya masing-masing, tetapi
sampai sekarang para ahli masih belum bias mencapai kata sepakat tentang manusia. Ini
terbukti dari banyaknya penamaan manusia, misalnya homo sapien(manusia berakal),homo
ecominicus(manusia ekonomi) yang kadangkala disebut economic animal(binatang ekonomi),
Al-insanu hayawanun nathiq(manusia adalah hewan yang berkata-kata) dan sebagainya.
Dalam Al-Qur’an manusia tidak digolongkan ke dalam kelompok binatang(animal)
selama manusia mempergunakan akal dan karunia Allah SWT lainnya. Namun, kalau manusia
tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi yang telah diberikan oleh Allah SWT yang
sangat tinggi nilainya yakni pemikiran(rasion),kalbu,jiwa,raga,serta panca indera secara baik
dan benar, manusia tersebut akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi seperti hewan seperti
yang dinyatakan oleh Allah di dalam Al-Qur’an :

ٌ ُ‫نس لَ ُه ْم قُل‬
َ‫وب الَّ يَ ْفقَ ُهون‬ ِ ‫يرا ِمنَ ْال ِج ِن َو‬
ِ ‫اإل‬ ً ِ‫َولَقَ ْد ذَ َرأْنَا ِل َج َهنَّ َم َكث‬
‫ان الَّ يَ ْس َمعُونَ ِب َها‬ٌ َ‫ْص ُرونَ ِب َها َولَ ُه ْم آذ‬ ِ ‫ِب َها َولَ ُه ْم أ َ ْعيُ ٌن الَّ يُب‬
﴾١٧٩﴿ َ‫الغَافِلُون‬ ْ ‫ض ُّل أ ُ ْولَ ِئ َك ُه ُم‬
َ َ ‫أ ُ ْولَئِ َك َكاأل َ ْنعَ ِام بَ ْل ُه ْم أ‬
Artinya :
“Dan sungguh,akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia.
Mereka memiliki hati,tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami(ayat-ayat Allah)
dan mereka memiliki mata(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak,bahkan lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.”(Q.S.Al – A’raf:179).
Didalam Al-Qur’an manusia disebut antara lain sebagai berikut :

Bani Adam Q.S Al-Isra’: 70


Basyar Q.S Al-Kahfi: 10
Al – Insan Q.S Al-Insan: 1
An – Nas Q.S An-Nas: 1
1. Bani Adam
Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk menunjukkan bahwa manusia
berasal dari Nabi Adam as sehingga manusia menyadari jati dirinya, darimana ia
berasal, untuk apa ia hidup, dan kemana ia akan kembali. Penggunaan istilah Bani
Adam juga untuk menunjukkan bahwa manusia bukan hasil dari evolusi makhluk
anthropus (sejenis kera). Manusia adalah keturunan Nabi Adam as sebagai makhluk
Allah pertama yang memiliki kemampuan akal yang sempurna dan memiliki nilai-nilai
kemanusiaan.
Manusia, sebagaimana Nabi Adam as diciptakan oleh Allah dengan segala
kesempurnaannya. Manusia diberi akal sehingga dengan akal tersebut mereka dapat
berpikir dan mampu mengajukan pertanyaan serta memecahkan masalah. Dengan
adanya akal pula, manusia berbeda dari makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain.
2. Basyar
Sebagai basyar, manusia tunduk terhadap takdir Allah SWT di alam semesta,
sama taatnya seperti matahari,hewan dan flora yang tergolong sebagai makhluk
musayyar. Kata basyar dipakai juga dipakai untuk menyebut semua makhluk,baik laki-
laki maupun perempuan, baik satu maupun banyak. Kata al-basyar sendiri adalah jamak
dari kata basyarah yang artinya kulit. Al-Qur’an menyebut kata ini sebanyak 36 kali
dalam bentuk tunggal dan satu kali dalam bentuk mutsanna(dual) untuk menunjukkan
manusia dari sudut lahariahnya serta persamaan manusia satu dengan lainnya.
Salah satu ayat yang mengandung kata basyar adalah Q.S Al-Kahfi ayat 110
yang berbunyi :

‫ي ي ُ و َح ى ِم ث ل ُكُ م ب َ شَر أ َن َا إ ِ ن َّ َم ا ق ُل‬ َّ َ ‫اح د إ ِ ل َ ه إ ِ ل َ ُه كُ م أ َن َّ َم ا إ ِ ل‬ِ ‫ۖ َو‬


‫ص ا لِ ًح ا عَ َم ًل ف َ ل ي َ ع َم ل َر ب ِ ِه لِ ق َ ا َء ي َ ر ُج و كَ ا َن ف َ َم ن‬ َ ‫ي ُش ِر ك َو َل‬
ِ ‫أ َ َح د ًا َر ب ِ ِه ب ِ ِع ب َ ا د َة‬
Artinya :
“ Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang
Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya” Q.S Al-Kahfi :110

3. Al – Insan/An – Nas
Kata Al-Insan berasal dari kata nasiya yang memiliki arti lupa. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang pelupa sehingga memerlukan
peringatan dan teguran. Dengan kecenderungannya untuk lupa, maka manusia sebagai
Al-Insan berhubungan dengan kesadaran dirinya secara keseluruhan.
Selain itu, penyebutan manusia sebagai Al-Insan juga berasal dari kata Al-Uns
atau anisa yang berarti jinak atau harmonis. Ini disebabkan karena pada dasarnya
manusia adalah makhluk yang dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
kenyataan hidup di sekitarnya. Adapun An-Nas adalah jamak dari Al-Insan, digunakan
untuk menyebut sekelompok manusia.

B. Kelebihan Manusia dari Makhluk Lainnya, Fungsi dan Tanggung Jawab Manusia
dalam Islam.
Bertitik tolak dan rumusan singkat itu, menurut ajaran Islam, Manusia, dibandingkan
dengan makhluk lain, mempunyai ciri utamanya adalah :
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Tuhan
yang paling sempurna. Firman Allah :

Artinya : “sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”(QS.At-Tin : 4).

Karena itu pula keunikannya (kelainannya dari makhluk ciptaan Tuhan yang lain) dapat
dilihat dari bentuk struktur tubuhnya, gejala-gejala yang ditimbulkan jiwanya,
mekanisme yang terjadi pada setiap organ tubuhnya, proses pertumbuhan
pertumbuhan-nya melalui tahap-tahap tertentu. Hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungan hidupnya, ketergantungannya pada sesuatu menunjukan adanya
kekuasaan yang berada diluar manusia itu sendiri. Namun untuk kepentingan dirinya
manusia harus senantiasa berhubungan dengan penciptanya, dengan sesama manusia,
dengan dirinya sendiri, dan dengan alam sekitarnya.

2. Manusia memiliki potensi(daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan)


beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad
di rahim ibunya, ruh yang berada di alam ghaib itu ditanyai Allah, sebagaimana tertera
dalam Al-Qur’an :

Artinya : “apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu
menjawab)”ya, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”). (QS.Al-
A’raf:172).

Ini bermaksud pula bahwa secara potensial manusia percaya atau beriman kepada
ajaran agama yang diciptakan Allah yang Maha Kuasa.

3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Al-Qur’an surat az-
Zariyat :
Artinya : “Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.”
(QS.az-Zariyat:56)
Mengabdi kepada Allah dapat dilakukan dengan dua jalur, jalur khusus dan jalur umum.
Jalur Khusus maksudnya adalah segala pengabdian kepada Allah secara langsung yang
syarat-syarat dan cara-caranya telah ditentukan oleh Allah dan rinciannya dijelaskan
oleh Rasul-Nya. Sedangkan jalur Umum adalah pengabdian dengan melakukan
perbuatan-perbuatan baik yang biasa disebut dengan amal shaleh.
4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi Khilafah-Nya di bumi. Menjadikan manusia
sebagai khilafah itu adalah bermaksud untuk menjadi wakil atau pemegang kekuasaan-
Nya serta menguji manusia itu apakah ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
atau tidak. Alam semesta dan bumi dengan segala isinya telah diserahkan Allah kepada
manusia sebagai amanah (kepercayaan) untuk dikelola, karena hanya manusialah yang
diserahi dan berani bertanggungjawab memegang amanah Allah. Firman Allah :

Artinya : “Sesungguhnya kami telah, mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semua enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS.Al-Ahzab : 72).

Apabila amanat itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh manusia maka akan menjadi
makhluk yang paling sempurna dan mulia. Apabila tidak dapat melaksanakannya
dengan baik maka manusia tersebut akan jatuh dalam kehinaan.

5. Disamping akal, manusia dibekali dengan perasaan dan kemauan atau kehendak.
Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk kepada Allah. Dengan akal dan
kehendaknya pula manusia dapat tidak patuh terhadap perintah Allah. Dalam Al-
Qur’an ditegaskan oleh Allah :
Artinya : “Dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barangsiapa
yang mau beriman hendaknya ia beriman, dan barangsiapa yang tidak ingin beriman,
biarlah ia kafir.” (QS.Al-Kahfi :29).
Allah telah menunjukkan jalan kepada manusia dan manusia dapat mengikuti jalan itu
dan dapat pula tidak mengikutinya. Namun dengan pilihannya itu manusia kelak akan
dimintai pertanggung jawabannya di akhirat, yaitu pada hari perhitungan mengenai
segala amal perbuatan manusia ketika masih di dunia.

6. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya hal ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an :

Artinya : “Setiap orang terikat (bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya).”
(QS.At-Thur : 21).

7. Berakhlaq. Berakhlaq adalah ciri utama manusia dibandingkan dengan makhluk lain.
Artinya manusia adalah makhluk yang diberikan Allah SWT kemampuan untuk
membedakan yang baik dengan buruk. Dalam Islam kedudukan akhlaq sangat penting,
akhlaq menjadi komponen ketiga dalam Islam. Hal ini dapat dilihat didalam sunnah
Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa beliau diutus oleh Allah SWT untuk
menyempurnakan akhlaq manusia yang saat itu berada dalam masa jahilliyah.
Kini kita akan membahas proses kejadian manusia yang telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an di dalam QS al-Mu’minun ayat 12-14, secara ringkas adalah :

a. Diciptakan dari sari pati tanah (sulalatin min thin) , lalu menjadi.
b. Air mani (muthfah disimpan dalam rahim), kemudian menjadi.
c. Segumpal darah (alaqah), diproses,
d. Kami jadikan menjadi segumpal daging (mudhghah).
e. Tulang belulang (‘idhaman).
f. Dibungkus dengan daging (lahman).
g. Makhluk yang (berbentuk) lain (janin) (Q.S Al-Mu’minun:12-14).
h. Ditiupkan ruh (dari Allah) pada hari yang ke 120 usia kandungan.
i. Lalu lahir sebagai bayi (QS. Al-Hajj:5).
j. Dia jadikan pendengaran,penglihatan dan hati(QS. An-Nahl:78).
k. Tumbuh anak-anak,lalu dewasa,tua(pikun)(Q.S Al-Hajj:5).
l. Kemudian mati (QS. Al-Mu’minun:15).
m. Dibangkit(dari kubur) di hari kiamat (QS. Al-Mu’minun:16).

Lalu tak hanya dari Al-Quran saja, namun ada juga sumber yang berasala dari hadist
yang artinya berikut :

Artinya : “Sesungguhnya setiap manusia dikumpulkan kejadiannya dalam perut


ibunya selama 40 hari sebagai nuthfah(air mani), 40 hari sebagai a’laqah(segumpal
darah) selama itu pula sebagai mudhgah(segumpal daging). Kemudian Allah
mengutus malaikat untuk meniupkan ruh(ciptaan) Allah ke dalam tubuh (janin)
manusia yang berada dalam Rahim itu.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Dari ungkapan Al-Quran dan Hadist diatas, kita dapat mengetahui bahwa ketika
masih berbentuk janin sampai berumur empat bulan, embrio manusia belum
mempunyai ruh. Ruh itu baru ditiupkan ke dalam janin setelah janin itu berumur 4
bulan (3 x 40 hari). Namun, dari teks atau nash itu dapat dipahami kalau orang
mengatakan bahwa kehidupan itu sudah ada sejak manusia berada dalam bentuk
nuthfah(H.M. Rasjidi, 1984:5).

Dalam pengertian simbolis, lumpur (tanah) hitam, menunjuk pada keburukan,


kehinaan yang tercermin dalam dimensi kerendahan. Fungsi kebebasan manusia
dapat memilih jalan yang baik atau jalan yang buruk.

Hanya manusia yang dapat menentukan tuntutan dan sifat nalurinya,


mengendalikan keinginan dan kebutuhan fisiologisnya untuk berbuat baik atau
jahat, patuh atau tidak patuh terhadap hukum hukum Allah.

Ali Syari’ati lalu memberikan rumusan tentang filsafat manusia :

Pertama, Manusia tidak saja sama, tetapi bersaudara. Perbedaan antara persamaan
dan persaudaraan adalah jelas. Persaudaraan berarti seluruh ummat manusia berasal
dari asal usul yang sama.
Kedua, Terdapat persamaan antara pria dan wanita. Yaitu sama sama berasal dari
Tuhan.

Ketiga, Manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan Malaikat
karena pengetahuannya. Ilmu pengetahuanlah yang menjadi sumber keunggulan
manusia dan karena itu pula ia mendapat amanah menjadi khilafah. Oleh karena itu
malaikat bersujud kepada manusia kecuali iblis,

Keempat, Manusia dapat bebas memilih kemana arah dan tujuannya. Namun
manusia juga harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya baik untuk
pribadinya masing masing maupun masyarakat luas.

Kehidupan manusia dibagi menjadi beberapa tahap, masing masing tahap disebut
dengan “alam” :

1. Di alam ghaib (alam ruh/arwah)


2. Di alam Rahim
3. Di alam dunia(yang fana ini)
4. Di alam barzahk
5. Di alam akhirat (yang kekal)

Dari kelima tahapan tersebut tahap ketiga yakni tahap kehidupan di dunia merupakan
tahap kehidupan yang menentukan (melalui iman, takwa, amal dan sikap) nasib manusia dalam
tahap kehidupan selajutnya adalah 4 dan 5 yang tempatnya di akhirat nanti.
Bab III
Penutup

1. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna dikarenakan penggunaan sumber yang terbatas. Oleh sebab itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan makalah ini ke depannya.

2. Kesimpulan

Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa sesuai
dengan makalah “Manusia Dalam Perspektif Islam” menyimpulkan bahwa Allah
SWT telah menciptakan kita dengan sempurna sebagai manusia. Manusia telah
diberikan Akal dan Pikirian oleh Allah SWT, namun bagi manusia yang tidak
mempergunakan Akal dan Pikiran yang telah diciptakan oleh Allah SWT,maka
manusia tersebut tidak berbeda dengan hewan.

Al-Qur’an telah menjelaskan bagaimana proses perjalanan hidup manusia dari


dalam kandungan hingga nanti kita dibangkitkan di akhirat nanti. Manusia
diciptakan untuk mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi ini , maka kita
sebagai manusia harus mengemban tugas tersebut dan tidak membuat kerusakan di
muka bumi ini.
Daftar Pustaka

 Al-Qur’an Al-Kariim.
 Masjkoery, A. Qohar dkk. 2003. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Penerbit
Gunadarma.
 https://www.kompasiana.com/honey95t/54f99cfda33311c8568b46cb/konsep-
manusia-dalam-alquran

Anda mungkin juga menyukai