Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH Konsep Manusia Dalam Islam

Dosen Pembimbing
Mohammad Muallif.M.AG

Disusun oleh :
Mikhail Bimarion Fathoni : 2331210076
Mohammad sa’dudda Roin : 2331210125
Felix Arya Ananta : 2331210116

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, nerkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang ditugaskan Di dalam
makalah ini kami membahas "Konsep Manusia Menurut Islam", suatu kajian tentang
hakikat kehidupan manusia dalam ajaran islam. Semoga dengan membaca makalah
ini, para pembaca akan lebih memahami Konsep Manusia Menurut Islam. Kritik dan
saran demi kemajuan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Terimakasih.

Malang, 09 November 2023

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………ii

BAB 1…………………………………………………………………………………7

A LATAR BELAKANG………………………………………………………………7

B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................7

C. TUJUAN……………………………………………………………………………8

BAB 2………………………………………………………………………………….9

1. PENGERTIAN MANUSIA…………………………………………………………9

2. HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM…………………………………………..9

2.1 POTENSI DALAM DIRI MANUSIA……………………………………………..11

2.2 SEGI POSITIF DAN NEGATIF MANUSIA……………………………………..13

2.3 FUNGSI KEHIDUPAN MANUSIA………………………………………………14

24 HAKIKAT HIDUP DIDUNIA DAN AKHERAT………………………………….16

3. KONSEP MANUSIA MENURUT FILSUF BARAT………………………………18

4. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP MANUSIA DALAM PANDANGAN


BARAT DAN ISLAM………………………………………………………………...22

BAB 3…………………………………………………………………………………24

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………25

6
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, manusia dan
berbagai hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan. Hampir
semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya
terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya. Para ahli telah
mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum ada kata
sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti dari banyaknya
sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economices
(manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi),
dan sebagainya.
Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah menggolongkan manusia
kedalam kelompok binatang. Hal ini berlaku selama manusia itu mempergunakan akal
pikiran dan semua karunia Allah SWT. dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika
manusia tidak mempergunakan semua karunia itu dengan benar, maka derajat manusia
akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari seekor binatang. Hal ini telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179.

‫َو َلَقْد َذ َر ْأَنا ِلَجَهَّنَم َك ِثيًرا ِم َن اْلِج ِّن َو اإلْنِس َلُهْم ُقُلوٌب اَل َيْفَقُهوَن ِبَها َو َلُهْم َأْع ُيٌن اَل ُيْبِص ُروَن ِبَها َو َلُهْم آَذ اٌن اَل َيْس َم ُعوَن ِبَها‬
‫ُأوَلِئَك َك األْنَع اِم َبْل ُهْم َأَض ُّل ُأوَلِئَك ُهُم اْلَغاِفُلوَن‬

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan
antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam. sebagai makhluk
ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di
dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah
SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan
perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam
dengan perangkat iman dan ilmu pengetahuan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Hakikat Manusia Dalam Islam?

2. Bagaimana Konsep Manusia Menurut Filosofi Barat?

7
3. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Konsep Manusia Dalam Pandangan Barat dan
Islam?

C. TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia dalam Islam.

2. Untuk Mengetahui Konsep Manusia Menurut Filosofi Barat.

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan konsep manusia dalam pandangan Barat
dan Islam.

8
BAB 2
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MANUSIA

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al- Quran menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah.

2. HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM

Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya
manusia. Berikut ini adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam

1. Sebagai Hamba Allah

Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai
seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani
segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memumikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus...." (QS:98:5).

2. Sebagai al-Nas

Dalam al-Qur'an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran
cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau
dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya (baca
keutamaan menyambung tali silaturahmi). Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman
Allah SWT berikut

"Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan
peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu." (QS: An Nisa:1).

"Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal- mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah
adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal."(QS: Al Hujurat :13).

9
3. Sebagai khalifah Allah

Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia
diciptakan oleh Allah SWt sebagai khiaifah atau pemimpin di muka bumi.(baca fungsi
alqur'an bagi umat manusia)

"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi,
maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
have nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.... (QS Shad:26).

Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung


jawabannya kelak di hari akhir.

4. Sebagai Bani Adam

Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi
kesalahpahaman bahwa manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang
disebutkan oleh Charles Darwin. Islam memandang manusia sebagai bani Adam untuk
menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya dalam masyarakat. Dalam
Alqur'an Allah SWT berfirman "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian
itu adalah sebagian dan tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai
anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua
ibu bapamu dari surga,..." (QS: Al araf 26-27). 5. Sebagai al-Insan Tidak hanya disebut
sebagai al nas, dalam Alqur'an manusia juga
disebut sebagai Al insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai ilmu dan
pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara dan melakukan hal lainnya (baca
hukum menuntut ilmu). Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut ini

"Dan jika Kamirasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut
dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi

tidak berterima kasih." (QS: Al Hud:9).

5. Sebagai Makhluk Biologis (al-Basyar)

Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia
memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan
makanan, berkembang biak dan lain sebagainya sebagaimana cin-ciri makhluk hidup pada
umumnya.
Sama seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia
sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami kematian, bedanya manusia
memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di
akhirat.
Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat
menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat
10
memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak menghilangkan hakikat utama
penciptaannya.

2.1 POTENSI DALAM DIRI MANUSIA

a) Roh

‫َو َيْس َأُلوَنَك َع ِن الُّر وِح ُقِل الُّر وُح ِم ْن َأْم ِر َر ِّبي َو َم ا ُأوِتيُتْم ِم َن اْلِع ْلِم ِإاَّل َقِلياًل‬

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

b) Fitrah

Fitrah manusia pada dasamya menghendaki adanya kebaikan, dengan memenuhi hati
nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi manusia sejati (insan Kamil).
Dalam al-Qur'an "Fitrah disamakan dengan "Nafsu Muthmainnah (jiwa yg tenang), yaitu
suatu dorongan untuk mendekati Allah Swt (Ketaqwaan).

c) Qalb

Qalb merupakan unsur yang membuat manusia memiliki rasa kebaikan, pusat penalaran,
pemikiran, dan kehendak, yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain.

‫ْبِص ُروَن اَل َأْع ُيَن َو َلُهْم ِبَها َيْفَقُهوَن ال ُقُلوب لهم واإلنس الجَّن ِم َن َك ِثيًرا ِلَجَهَّنَم َذ َر ْأَنا َو َلَقْد اْلَغاِفُلوَن ُهْم ُأولِئَك َأَض ُّل هم بل‬
‫كاألنعام أولئك بها َيْس َم ُعوَن اَل آَذ اٌن َو َلُهْم ِبَها‬

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-
ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda- tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-Araf ayat
179)

Qalb (kalbu.daya rasa) yakni alat untuk mencapai ma'rifatullah


dengan mengenal Allah sebagai dzat pencipta, pemelihara, dan penyayang atas sekalian
manusia alam.

Qalb merupakan unsur jiwa yang memiliki rasa kebaikan, pusat


penalaran, pemikiran dan kehendak untuk berfikir. Qalb merupakan wadah fitrah yang
sehat dan tumpuan dari segala perasaan manusia.

d) Aql

Aql (akal atau daya nalar). Dengan menggunakan akal memungkinkan manusia
mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah serta mengambil pelajaran darinya.

11
‫األلباب أولو يتذكر الما أغنى هو كمن الحق َر َّبَك ِم ْن ِإَلْيَك َأنَز َل اللْم َيْع َلُم َأَفَم ْن‬

"Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran,"

e) Nafs

Nafsu adalah dorongan-dorongan yang bersemayam pada jiwa manusia. Allah berfirman,

‫ َنْفِس ي َأْبَر ى َو َم ا‬: ‫َر ِح يٌم َغ ُفوٌر َر ِّبي ِإَّن َر ِّبي َر جم ما إال بالُّسوِء ألمارة الَّنْفَس ِإَّن‬

"Dan aku tidak membebaskan diriku (dan kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuail nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf 12:53)

Nafsu digolongkan menjadi 3, yaitu:

1. Nafsu mutmainnah (jiwa tentram, tenang)

2. Nafsu ammarah (jiwa labil)

3. Nafsu ammarah bis suu' (jiwa hina)

Menurut Ismail bin Sayid Muhammad Said al Qadri, nafsu dibagi menjadi 7 dan
diklasifikasikan menjadi 2:

1. Yang tergolong nafsu tercela, meliputi nafsu ammarah dan lawwamah.

Ciri-ciri ammarah : kikir, tamak, dengki, jahl (bodoh). takabur, syahwat, dan pemarah.
Sedangkan ciri-ciri lawwamah: laum (suka mencela), hawa (suka mengumbah nafsu),
menipu, bangga dg amalannya (ujub), mengumpat, riya, dusta, dan lupa

mengingat Allah. 2. Nafsu yg terpuji, meliputi lima macam, yaitu Mulhammah,

a. Mutmainnah, Radhiyah, Mardhiyah, dan Kamillah. Ciri-cirinya : a. Mulhammah


pemurah, nrima, bijak, rendah hati, sabar serta tahan uji.

b. Mutmainnah dermawan tawakkal, ibadah dengan ikhlas, syukur ridha, dan takut berbuat
maksiat.

c. Radhiyah dermawan zuhud, ikhlas, wara (menghindari larangan Allah), riyadhah, dan
menepati janji.

d. Mardiyah: berbudi luhur, meninggalkan apa saja selain Allah, kasih sayang sesama
makhluk, mengajak kebaikan memaafkan, mencintai sesamanya, dan mengamalkan sifat-
sifat terpuji

12
e. Kamillah ilmul-yakin, 'ainul yakin dan haqqal yakin,

2.2 SEGI POSITIF DAN NEGATIF MANUSIA

Walaupun manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya (positif) namun secara inhem
di dalam diri manusia terdapat kelemahan (negatif).
Disinilah pentingnya mengetahui dua unsur itu sehingga manusia bisa menentukan
alternatif pilihan hidupnya.

Adapun sisi positif manusia adalah:

1. Manusia adalah khalifah Tuhan dibumi.

‫ُك ل َّلَم اءا ِم ْن َو َجَع ْلَنا َفَتْقَناُهَم ا َر ْتًقا كانتا واَألْر َض الَّسَم اَو اِت َأْن َكَفُروا اَّلِذ يَن َيَر َأَو َلْم ُيْؤ ِم ُنوَن َأَفاَل َحَّي َش ْي ٍء‬

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui, bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga
berman?"-(QS.21:30)

2. Manusia punya intelegensi/bisa dididik.

3. Manusia punya potensi dekat dengan tuhan. Qs.7:172

4. Dalam fitrahnya memiliki unsur surgawi. Qs.32:7-9)

5. Manusia adalah pilihan tuhan.

6. Memiliki kemerdekaan, amanah.

7. Mempunyai martabat pembawaan mulia.

8. Memiliki kesadaran moral, baik dan buruk.

9. Jiwa manusia bisa damai dengan mengingat Tuhan.

10. Segala yang dialam untuk manusia.

11. Tuhan menciptakan adalah untuk menyembahnya.

12.Kalau lupa Allah akan lupa diri dan sebaliknya.

13. Hidup untuk mencapai ridha Allah.

Sedangkan segi negatif (kelemahan) manusia adalah:

1. Bersifat tergesa-gesa.

13
2. Suka membantah.

3. Sifat keluh kesah dan kikir.

4. Bersifat susah payah.

5. Sifat ingkar.

6. Berlebih-lebihan dan melampaui batas.

7. Zhalim dan bodoh.

8. Bersifat lalai.

Dengan demikian manusia adalah makhluk tertinggi di hadapan Allah, manusia diberi
akal untuk menentukan pilihan hidupnya yang harus di pertanggung jawabkan kelak.

2.3 FUNGSI KEHIDUPAN MANUSIA

‫ُيْفِس ُد لَم ِفيَها َأَتْج َع ُل َقاُلوا خليفة األْر ِض ِفي َج اِع ٌل ِإِّني ِلْلَم الِئَك ِة َر ُّبَك َقاَل َو ِإْذ ْعَلُم وَن ال َم ا َأْعَلُم ِإِّني قال لك وتقدس‬
‫بَحْمِد َك ُنَس ِّبُح َو َنْح ُن الَّد َم اَء َو َيْس ِفُك ِفيَها‬

"Ingatlah, ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih, dengan memuji Engkau, dan
mensucikan Engkau. Rabb berfirman: 'Sesungguhnya, Aku mengetahui, apa yang tidak
kamu ketahui"." (QS.2.30)

Allah menjadikan manusia sebagai makhluk tertinggi martabatnya melampaui dan


melebihi makhluk-makhluk lainnya. Allah mempercayakan amanah kepada manusia
daripada pada malaikat- malaikatnya. Amanah Allah yang dibebankan kepada manusia
merupakan acuan dari fungsi kehidupan manusia. Pada garis besamya amanah sekaligus
fungsi kehidupan manusia dapat di klasifikasikan menjadi 3 bagian:

1. FUNGSI ABDULLAH (hamba Allah)

Makna yang terkandung dari kata abd' (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam
ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.

Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan "quu anfusakun weahlikun naran"
(jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).

2. FUNGSI KHALIFATULLAH (khalifah Allah)

Tugas hidup di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan,
wakil Allah di muka bumi. serta pengolaan dan pemeliharaan alam.
14
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan, Manusia menjadi
khalifah memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan
yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.

Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah.
Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk
amal saleh.

3. FUNGSI KERAKHMATAN (mengemban sifat Allah dan Rasul-Nya)


Manusia adalah penerus perjuangan Rasul, maka manusia harus mentransformasikan
masi Rasul Rakhmatan lil 'alamin dan menyempurnakan akhlak (makarimal akhlak) dalam
kehidupan manusia,

Adapun fungsi manusia dalam kaitan kerakhmatan diantaranya:

- Mengemban sifat Rakhman dan Rakhim Allah (kasih sayang) dalam kehidupan manusia
(kepada manusia, hewan dan tumbuhan). Pengembanan sifat ini akan mencapai puncak
kemanusiaan "ma 'rifatullah".

Sebagai contoh:

 Menyelamatkan orang yang tersesat.

 Tidak merokok di kendaraan umum.

 Memeberi makan hewan.

 Tidak menebang pohon sembarangan. Memberi makan anak yatim piatu dan fakir
miskin.

2.4 HAKIKAT HIDUP DIDUNIA DAN AKHERAT

1. Hakekat Kehidupan Dunia.

a. Kehidupan temporer (sesaat).

Kehidupan dunia sekarang ini tidak ada yang langgeng dan tidak ada yang abadi
semuanya mengalami proses perubahan, kematian, dan kehancuran, dari kecil menjadi
besar, tua, dan kembali lagi menjadi kecil bahkan tidak ada lalu ada lagi. Inilah kehidupan
yang kita sebut dengan alam fana (binasa). Sebab kehidupan dunia saat ini menentukan
kehidupan akhir nanti.

b. Tempat amal shaleh-jihad.

15
Dunia adalah tempat bekerja, tempat ibadah dan tempat untuk mewujudkan tugas
kemanusiaan yaitu kekhalifahan. Jadi dunia merupakan alat atau jembatan menuju
akherat.

‫ُخ ْس ٍر َلِفي اِإل نَس اَن ِإَّن صبريال وَتَو اَص ْو ا ِباْلَح ِّق َو َتَو اَص ْو ا الَّصاِلَح اِت َو َع ِم ُلوا آَم ُنوا اَّلِذ يَن ِإاَّل‬

"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan nasehat menasehati, supaya mentaati
kebenaran, dan nasehat menasehati, supaya menetapi kesabaran." (QS.103:3)

c. Tanggung jawab individual dan kolektif.

Setiap aktivitas yang dilakukan manusia di tengah masyarakat akan membawa dampak
langsung terhadap diri sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.

‫العقاب نشده هللا أن واْعَلُم وا َخ اَّص ًة ِم لُك م مواظَة اَّلِذ يَن ُتِص يَبْن اَل ِفْتَنًة َو اَّتُقوا‬

Dan peliharalah dirimu dari siksaan, yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim
saja, di antara kamu. Dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya."-(QS.8:25)

d. Semangat kebersamaan.

Dalam kemanusiaan. Manusia tidak diperkenankan berfikir individualis, nafsi-nafsi,


kapitalistik, dan liberalistik dan tidak memperhatikan oranglain. Di dunia inilah tempat
kerja antar sesaman manusia membangun perdamaian dan kedamaian umat manusia.

Allah berfirman:

"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya, Allah amat berat siksa-Nya." (QS.5:2).

"..maka berlomba-lombalah kamu (dalam mambuat) kebaikan..." (QS. 2: 148)

2. Hakekat Kehidupan Akherat

Kehidupan akherat adalah kehidupan yang kekal abadi. "Sedang kehidupan akhirat adalah
lebih baik dan lebih kekal." (QS.87:17)

a. Akhir dari sejarah kehidupan alam semesta.

Kehidupan akherat merupakan akhir dari cerita manusia dan kemanusiaan di dunia.

16
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Sagar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula)
memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama
dengan orang-orang yang membicarakannya." (QS.74:42-45)

b. Tidak lagi terdapat kewajiban, amal shaleh.

Di akherat tidak ada kewajiban apapun bentuknya dan tidak amal shaleh. Kehidupan di
akherat merupakan akibat dari kehidupan dunia, kalau di dunia jelek di akherat jelek, jika
di dunia akheratnya baik pula.

Allah berfirman: "Barang siapa di sini (dunia) buta (tidak berilmu), maka di akherat nanti
buta pula dan lebih sesat lagi jalannya." (QS.17:72)

"Kerajaan pada hari itu hanya bagi Allah, Dia mengadili antara manusia (QS.22:56).
Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya: (QS.95:8)

"Bagi mereka yang berbuat baik di dunia mendapat kebaikan dan tentulah kebaikan di
akherat lebih lagi" (QS.16:30)

c. Pertanggung jawaban individu secara mutlak.

Apapun yang manusia laksanakan di bumi sebagai pengemban amanah Allah akan
dipertanggung jawabkan secara individu di hadapan Allah. Jadi tidak ada pertanggung
jawaban secara kolektif.

"Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan tiap-tiap kamu bertanggung jawab atas
pemimpinnya..." (HR. Bukhari Muslim)

d. Kehidupan individualistik.

Kehidupan akherat sangat berbeda dengan kehidupan. dunia, sebab kehidupan akherat
tidak ada kerjasama antar manusia, tidak ada tolong menolong semuanya ditanggung
sendiri.

Allah berfirman:

‫ُيؤخذ ال و شفاعة منها ُيقبل وال شيًئا نفس عن َنْفٌس َتْج ِز ي اَل َيْو ًم ا َو اَّتُقوا يلصُروَن ُهْم َو ال عدل ِم ْنَها‬

"Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat
membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan
tebusan darinya, dan tidaklah mereka akan ditolong." -
(QS.2:48)

3. KONSEP MANUSIA MENURUT FILSUF BARAT


17
Beberapa filsuf memberikan pandangannya dalam memahami makhluk yang bemama
manusia. Beberapa filsuf antara lain:

1. Aristoteles

Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk yang berakal budi. Dengan akal budi
itulah ia dapat berpikir dan mengambil tindakan. Manusia adalah makhluk yang rasional.
Puncak perbuatan kesusilaan manusia terletak dalam "pikiran mumi. Kebahagiaan
mnausia yang tertinggi adalah "berpikir mumi". Tetapi, puncak itu hanya dapat dicapai
oleh para Dewa. Manusia hanya dapat mencoba mendekatinya dengan mengatur
keinginannya. Manusia itu bukan sengala, melainkan ia adalah makluk yang berpikir
( animal rationale). Artinya, dengan pikirannya ia mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk dalam tindakannya. Dengan pikirannya pula, ia bisa mengatasi
naluri kebinatangannya dan bertindak lebih menusiawi. Berbekalkan akal budinya aksinya
bukan hanya merupakan actus hominis dalam arti gerakan-gerakan yang hanya dikuasai
oleh hukum-hukum biologis, melainkan merupakan actus humanus dalam arti tindakannya
sarat dengan pertimbangan-pertimbangan nilai.

2. Plato

Dalam pemikirann Plato, seorang pribadi merupakan bagian dari dunia fisik dalam
pengertian bahwa ia mempunyai tubuh yang melaluinya dia menerima impresi-impresi
indrawi. Tetapi, pada waktu yang sama ia mempunyai budi rohani yang mampu
mengetahui kebenaran-kebenaran abadi yang mengatasi dunia. la juga mempunyai daya
mengarahkan, jiwa, yang digambarkan oleh Plato sebagai pengendara kereta, yang
membimbing dan dibimbing oleh dua kuda, budi dan badan.

Budi ingin menjelajahi kawasan surgawi dari ide-ide memahami mereka; badan ingin
terlibat dalam masalah- masalah duniawi yang berkaitanm dengan indera. Jiwa manusia
terperangkap antara dua kekuatan yang berlainan ini. Jiwa mencoba mengarahkan, tetapi
terperangkap dalam penjara badan. Maka, menurut Plato, manusia tidak mempunyai
kebebasan nyata bila hidup mereka dipusatkan pada tuntutan- tuntutan fisik. Namun, jiwa
manusia dapat membebaskan diri dari belenggu ini dan mengarahkan hidup, baik di
lingkungan fisik maupun kegiatan-kegiatan intelektual. Tetapi, ini terjadi hanya setelah
eksistensi badani sehingga jiwa naik ke dunia abadi, Ide-ide. Bagi Plato, jiwa dan badan
merupakan dua hal berbeda. Jiwa itu immortal, abadi: dia mendiamni badan yang
sementara.

3. Jean-Paul Sartre

Eksistensi mendahului esensi adalah bahwa pertama- tama manusia itu eksis (ada,
hadir), menjumpai dirinya, muncul (Inggris: surges up: Jawa: mentas) di dunia dan baru
setelah itu mendefinisikan dirinya itu siapa. Jika manusia sebagai eksistensialis melihat
bahwa dirinya itu belum ditentukan. Hal itu adalah karena pada permulaannya dia itu
18
memang bukan apa- apa (nothing). Dia tidak akan menjadi apa-apa sampai tiba saatnya
ketika ia menjadi apa yang ia tentukan sendiri. Oleh karenanya, tidak ada itu yang
dinamakan kodrat manusia, sebab tidak ada Allah yang mempunyai konsepsi tentang dia
(manusia).Inilah prinsip pertama dari eksistensialisme.

Manusia tak lain tak bukan adalah dia yang menentukan dinnya sendiri mau menjadi
apa. Apakah pandangan ini tidak terlalu subyektif? Lalu, di mana tempat orang lain dalam
eksistensi si individu itu? Bagaimana dengan hal-hal tertentu yang tidak bisa kita tentukan
sendiri misalnya: kita lahir di mana, dalam keluarga apa, dibesarkan dalam lingkungan
berbahasa apa, dan macam-macam hal lainnya?.

Mengenai subjektivitas ini. Sartre mengakuinya. Namun, bukan subjektivitas


sebagaimana dimaksud oleh para pengkritiknya. Subjektivitas yang dimaksud Sartre
dalam pengertiannya tentang eksistensi, bahwa manusia itu mempunyai martabat yang
lebih luhur daripada, katakanlah, batu atau meja. Subjektivitas yang dimaksud Sartre
adalah bahwa manusia pertama-tama eksis. Bahwa manusia adalah manusia (man is),
sesuatu yang mendesak, bergerak maju menuju masa depan dan bahwa ia menyadari apa
yang ia lakukan itu. Jika memang benar bahwa eksistensi itu mendahului esensi, maka
manusia itu bertanggungjawab atas mau menjadi apa dia (what he is). Inilah dampak
paling pertama dari eksistensialisme, bahwa manusia dengan menyadari bahwa kontrol
berada penuh di tangannya, ia memikul beban eksistensinya itu, yaitu tanggungjawab, di
pundaknya. Namun hal ini tidak lantas berarti bahwa ia bertanggungjawab hanya atas
individualitasnya sendiri. Melainkan, bahwa ia bertanggungjawab atas semua umat
manusia. Kita tentu bertanya, bagaimana bisa demikian?

Untuk menjawab ini, Sartre mengadakan dua distingai atas subyektivisme. Pengertian
yang pertama adalah kebebasan subjek individu. Pengertian kedua adalah bahwa manusia
tidak bisa melampaul subjektivitas kemanusiaannya (human subjectivity). Pengertian
kedua inilah yang pengertian yang lebih mendalam dari eksistensialisme. Pengertian yang
kedua inilah yang memberikan gambaran kepada kita mengenai sifat dasar manusia yang
kreatif, yang terus menerus mencipta dan menjadi apa yang dia inginkan. Mencipta ini
berarti juga memilih dari sekian banyak kemungkinan-kemungkinan yang terbentang luas
di hadapannya.

Memilih antara ini atau itu pada saat yang bersamaan juga berarti mengafirmasi nilai
dari apa yang dipilih. Dan, yang kita pilih itu tentu apa yang kita anggap lebih baik, dan
yang lebih baik bagi kita tentu juga kita anggap baik untuk semua. Tanggung-jawab kita
lantas terletak pada kualitas pilihan kita ini. Pilihan-pilihan yang kita buat itu menyangkut
kemanusiaan sebagai suatu keseluruhan. Berangkat dan pengertian ini, kita siap memasuki
dimensi kedua dari eksistensialisme yang mau dibuktikan Sartre dalam tulisannya yaitu
tentang humanisme.

Dalam pandangan Sartre, yang membedakan humanismenya dengan humanisme yang


sudah digagas oleh banyak filsuf yang mendahuluinya terletak pada radikalitasnya. Nilai
humanisme pada era sebelumnya oleh Sartre dianggap belum radikal karena masih
mengandaikan adanya nilai-nilai yang ditentukan dari luar diri manusia itu sendiri, entah
itu Tuhan, Realitas Tertinggi, ataupun norma-norma buatan manusia yang dilanggengkan.
Individu tidak mendapatkan tempat untuk menciptakan sendiri nilai-nilai yang ia percayai
dan yang ia libati (engagement). Baginya, tidak akan ada satu perubahan apapun jika kita
19
masih menganggap bahwa Tuhan itu ada. Kita seharusnya menemukan kembali norma-
norma seperti kejujuran, kemajuan, dan kemanusiaan. Untuk itu Allah harus dibuang jauh-
jauh sebagai sebuah hipotesis yang sudah usang dan yang akan mati dengan sendirinya.
Bagi Sartre mengutip Dostoevsky. "Jika Allah tidak eksis, maka segala sesuatu akan
diizinkan". Inilah Utik berangkat dari eksistensialisme yang diacu Sartre.

Manusia lantas tidak bisa lagi menggantungkan dirinya erat-erat pada kodrat manusia
yang spesifik dan tertentu. Tidak ada determinisme. Manusia itu bebas, manusia adalah
bebas. Tidak ada lagi excuse, manusia ditinggalkan sendirian. Manusia dikutuk, terhukum
untuk menjadi bebas. Terkutuk, sebab ia tidak menciptakan dirinya sendiri namun
sungguh-sungguh bebas. Dan, terhitung sejak ia terlempar ke dunia ini ia
bertanggungjawab atas segala sesuatu yang ia lakukan. Action (tindakan), itulah kata
kunci yang mau ditunjukkan Sartre kepada kita guna memberi makna pada kemanusiaan,
Action dan bukan quietism. Dengan kata lain, "Man is nothing else but what he purposes,
he exists only in so far as he realises himself. He is therefore nothing else but the sum of
his actions, nothing else but what his life is". Jadi, jelas di sini bahwa realisasi diri
manusia lewat tindakan adalah yang sesungguhnya membuat dirinya menjadi manusia.

Namun, tindakan ini jangan dimengerti sebagai tindakan tunggal pada saat tertentu saja.
Tindakan di sini dimengerti sebagai totalitas dari rangkaian tindakan-tindakan yang sudah,
sedang, dan akan dilakukannya sepanjang hidupnya. "A man is no other than a series of
undertakings that he is the sum, the organisation, the set of relations that constitute these
undertakings. Lewat itulah muncul apa yang kita sebut komitmen. "I ought to commit
myself and then act my commitmen". Dan, komitmen itupun perlu dipahami sebagai
komitmen total dan bukan komitmen kasus-per-kasus atau tindakan tertentu. Inilah yang
membedakan Humanisme Sartre dengan humanisme sebelumnya. Konsepsi humanisme
Sartre tidak hanya bermain di level abstrak-spekulatif, namun lebih pada etika tindakan
dan self-commitment.

Konsepsi humanisme Sartre yang kedua menyangkut martabat manusia itu sendiri,
satu-satunya hal yang tidak membuat manusia menjadi sebuah objek. Dengan mengkritik
materialisme yang mendasarkan segala realitas (termasuk manusia di dalamnya) pada
materi, Sartre mau membangun kerajaan manusia (bukan Kerajaan Allah!) sebagai sebuah
pola dari nilai-nilai yang berbeda dari dunia materi. Subyektivitas. sebagaimana sudah
disinggung pada bagian satu di atas tidak bisa dipersempit artinya menjadi individual
subjectivism. Sebabnya apa? Meminjam istilah yang digunakan Descartes, namun
sekaligus mengoreksinya, dalam kesadaran cogito, aku berpikir, tidak hanya diri sendiri
yang ditemukan namun juga orang lain. Manusia tidak bisa menjadi apapun kecuali, kalau
orang lain mengakui (bukan menentukan) dirinya secara demikian. Penyingkapan jati
diriku pada saat yang bersamaan berarti penyingkapan diri orang lain sebagai sebuah
kebebasan yang berhadapan dengan kebebasanku. Berhadapan baik dalam artian "bagi"
atau "melawan." Dengan begitu, kesadaran akan diriku dalam dunia ini sifatnya adalah
inter-subjectivity. Berkenaan dengan itu, meskipun menyangkal adanya kodrat manusia.
Sartre mengakui adanya "a human universality of condition". Human universality ini
bukan sesuatu yang sudah jadi (given), namun yang harus senantiasa dibuat oleh manusia
yang melakukan tindakan pemilihan lagi, dan lagi selama hidupnya.

Sartre sudah menekankan bahwa tidak ada Tuhan yang menciptakan nilai-nilai bagi
manusia. Manusia sendirilah yang harus menemukan (invent dan bukan create) nilai-nilai
20
bagi dirinya sendiri. Dan, penemuan nilai-nilai ini berarti bahwa tidak ada yang à priori
dalam hidup. Hidup belumlah apa-apa jika belum dihayati. Dan, penghayatan ini, engkau
sendirilah yang menetukannya. Dan nilai atau makna atas kehidupan ini tak lain tak bukan
adalah sesuatu yang engkau pilih. Karenanya, menjadi jelas bahwa selalu ada
kemungkinan untuk menciptakan sebuah komunitas manusia. Dengan itu, Sartre mau
menegaskan bahwa yang ia maksud dengan humanisme. di sini bukanlah humanisme
dalam kerangka teori yang meninggikan manusia sebagai tujuan pada dirinya sendiri, dan
sebagai nilai tertinggi (supreme value).

Bagi Sartre, ini humanisme yang absurd sebab hanya anjing atau kuda yang paling
mungkin berada dalam posisi untuk melontarkan penilaian umum atas apa manusia itu.
Seorang eksistensialis tidak pernah menganggap manusia sebagai tujuan pada dirinya
sendiri sebab manusia masih harus ditentukan. Humanity yang absurd semacam ini akan
menggiring manusia pada pengkultusan, suatu sikap tertutup- pada-dirinya-sendiri
sebagaimana sudah dirintis oleh Auguste

Comte (comtian humanism), dan berpuncak pada Fasisme. Pengertian humanisme yang
diikuti Sartre adalah pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang mampu mengejar
tujuan-tujuan transenden. Karena, manusia adalah makhluk yang mampu melampaui
dirinya sendiri, self- surpassing, dan mampu meraih obyek-obyek hanya dalam
hubungannya dengan ke-self-surpassing-annya, maka ialah yang menjadi jantung dan
pusat dari transendensinya (bukan dalam pengertian bahwa Tuhan adalah Yang
Transenden, namun dalam pengertian self-surpassing). Dan, relasi antara transendensi
manusia dengan subjektivitas (dalam pengertian bahwa manusia tidak tertutup dalam
dirinya sendiri, melainkan selalu hadir dalam semesta manusia). Itulah yang disebut Sartre
dengan existential humanism. Ini disebut humanisme karena mengingatkan kita bahwa
manusia adalah legislator bagi dirinya sendiri betapapun ditinggalkan (abandoned) ia
harus memutuskan bagi dirinya sendiri. Bukan dengan berbalik pada dirinya sendiri,
namun dengan mencari, sembari melampaul dirinya, tujuan yang berupa kemerdekaan
atau sejumlah
realisasi tertentu, manusia bisa sampai pada kesadaran bahwa dirinya adalah sungguh-
sungguh manusia. Yang manusia butuhkan bukanlah bukti dari eksistensi

Tuhan, namun penemuan dirinya kembali dan untuk memahami bahwa tidak ada
satupun yang dapat menyelamatkan dirinya kecuali dirinya sendiri. Dalam terang
pengertian inilah Sartre berani mengatakan bahwa eksistensialisme itu optimistis, bukan
sebuah ajaran untuk menarik diri dari dunia ramai dan masuk ke pertapaan guna
menemukan kedamaian jiwa, melainkan sebuah ajaran untuk bertindaksecara konkret
dalam dunia
nyata, dunia sehari-hari, dunia umat manusia. Sartre mendefinisikan manusia sebagai "nol
yang me-nol- kan" pour soi yang bukan merupakan objek melainkan subjek, yang
kodratnya bebas (Loren Bagus, 2000:266)

4. Rene Descartes

Filsuf terkenal dari Perancis, mendefinisikan manusia sebagai 'animal rationale,'


binatang yang dapat berpikir, atau 'a thinking being, makhluk yang berpikir. Sementara
itu, berpikir diartikan sebagai kegiatan refleksif yang melibatkan otak sebagai organ
pengendali semua panca indera, organ yang secara auto-refleksif melakukan. fungsi
21
perencanaan, penelaahan, pengambilan keputusan, dan pengkoordinasian terhadap
program-program kerja jasmani-rohani tubuh manusia. Salah satu program kerja yang
paling penting adalah berpikir, melakukan penelaahan atas sesuatu topik yang biasanya
muncul dari adanya rangsangan atau impulsi dari luar. Topik yang muncul tersebut bisa
jadi memerlukan penelahaan yang terkait dengan sebab-akibat, dengan kemungkinan
pelaksanaannya atau terjadinya, dengan segi baik-buruknya atau untung-ruginya, dan/atau
berbagai segi lain.

4. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP MANUSIA DALAM PANDANGAN


BARAT DAN ISLAM

Menurut pandangan islam, manusia adalah sejenis makhluk Allah yang teristimewa
daripada makhluk lain. la bukan jelmaan atau hasil evolusi dari makhluk lain dan tidak
akan berevolusi menjadi makhluk lain pula. Manusia juga diberikan sifat-sifat khusus
yang membolehkannya menanggung amanah Allah yang tidak tertanggung oleh makhluk
lain. Keistimewaan manusia tidak ditentukan oleh bahan baku dari mana ia diciptakan,
melainkan dari adanya roh yang ditiupkan kepadanya dan kemampuan rohani yang
diberikan Allah kepadanya. Kejadian manusia adalah sebaik dan seindah kejadian iaitu
keindahan yang dikehendaki dalam kedua-dua unsurnya iaitu jasmani dan rohani.
Walaupun manusia dicipta dari dua unsur yang berbeza dan bercanggah tetapi dengan
kekuasaan Allah telah mencantumkan kedua-dua unsur tersebut dalam satu bentuk
kejadian yang dinamakan manusia. Manakala menurut pandangan barat, manusia
dikatakan berasal

dari hewan. la lahir di penghujung proses evolusi pada alam binatang. Darwin
menteorikan bahwa manusia dan beruk sama bermoyangkan kera-purba. Teori sains itu
adalah jawapan akal manusia. Manusia adalah makhluk yang terhad (terbatas), karena itu
akalnya terbatas sekalipun begitu tinggi ilmu dan teknologi yang dihasilkannya di zaman
moden ini. Karena terbatasnya akal, terbatas pulalah teori evolusi yang disusunnya.
Namun sesungguhnya di dalam Al-Quran telah dinyatakan tentang proses kejadian
manusia dan bukannya berasal dari hewan.

Perbedaan mendasar pada keduanya terletak pada: Dalam Pandangan Islam:

 Bersifat teosentris (segala sesuatu berpusat kepada Tuhan) Allah-lah yang menjadi
tolak ukur segala sesuatu, sedangkan manusia adalah ciptaan Allah untuk
mengabdi kepada-Nya

Dalam Pandangan Barat:

 Bersifat antroposentris (segala sesuatu berpusat kepada manusia)

 Manusia lah yang menjadi tolak ukur segala sesuatu.

22
BAB III
PENUTUPAN

KESIMPULAN
Manusia sebagai puncak ciptaan Allah Manusia dilahirkan telah memiliki potensi suci
(fitrah). Berbagai potensi manusia harus dikembangkan untuk mewujudkan fungsi
kehidupannya. Manusia bukan hanya sebagai Abdullah melainkan juga sebagai
kholiffatulah. Dengan potensi yang dimiliki manusia serta kesadaran tugas hidupnya,
manusia akan mengerti hakekat kehidupan dunia dan akherat. Kita sebagai manusia harus
menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain.

Manusia itu tidak sepenuhnya sempuma, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu
ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan
dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena
manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka
dari itu kita harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang
diciptakan tidak ada bedanya, selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan
yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.

Konsep manusia dalam pandangan filsafat Barat dan islam memiliki perbedaan yang
prinsipil. Barat melihat manusia dari sisi yang berbeda-beda setiap ilmuwan (parsial).
Berbeda dengan pemahaman ilmuwan muslim bahwa manusia merupakan makhluk yang
unik yang diciptakan sempuma dari mahluk-makluk lainnya. Dalam diri manusia terdapat
unsur-unsur ruh, nafs, qolbu dan hawa. Kendati secara harfiah keempatnya terpisah
namun dalam hakekatnya mereka menyatu. Bahkan ruh disebut-sebut ikut berpengaruh
terhadap eksistensi manusia dalam kehidupan ini.

Perbedaan pemahaman Barat dan Islam tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi
perbedaan dalam memahami konsep manusia dan kepribadiannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Handbook Pendidikan Agama Islam (Perguruan Tinggi Umum) - Polinema


https://islamagamauniversal.wordpress.com/db cover/
http://sultonimubin.blogspot.co.id/2013/08/al-muddassir-ayat-41-50-dan- terjemah.html
http://padenulis.blogspot.co.id/2016/04/memahami-konsep-manusia-dalam.html

Fridayanti, 2006. Tentang Manusia dalam Perspektif Ilmu Barat. Dalam

Sejarah Ilmu Pengetahuan, http://arc.itb.ac.id/-aris/PRIVAT/galileo. Musa Asy'ari, Filsafat


Islam tentang Kebudayaan, Yogyakarta, 1999 Smith, Linda dan William Raeper. 2004.
Ide-ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. Muhammad Abdul Halim Sani, Filsafat Manusia; Siapakah Manusia?
http://halimsani.wordpress.com/2007/09/06/

24
25
26

Anda mungkin juga menyukai