Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KONSEP MANUSIA

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun Oleh
Muhammad Vian Saefullah 5111417015
Zamrifqi Yumna Ramadhan 5111417027
Aang Ayu Khafifah 5111417029
Putri Herdiantari Pratiwi 5111417028
Lailatuz Zahro 4201417067

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat rahmat, dan
hidayahNya, kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama Islam tentang “Konsep
Manusia Menurut Islam dan Ilmu Pengetahuan”. Semoga dengan membaca makalah ini, para
pembaca akan lebih memahami Konsep Manusia Menurut Islam dan Ilmu Pengetahuan. Kritik
dan saran demi kemajuan makalah ini sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Penyusun,

Kelompok IV

1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 2
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 3
C. Tujuan………………………………………………………………………... 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Sains Tentang Manusia …………………………………………. 5
B. Pandangan Islam Tentang Manusia…………………………………………. 5
1. Asal Usul Manusia…………………………………………………... 5
2. Hakekat Manusia .………………………………………………….... 6
3. Martabat/Maqom Manusia………………………………………..…. 8
4. Tujuan Penciptaan Manusia……………………………………...….. 8
5. Fungsi Manusia Menurut Alqur’an…...…………………………….. 10
6. Tanggung Jawab Manusia……………………………………………..
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………13
B. Saran…………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siapakah manusia? Manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di
alam semesta. Asal-usul manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari
teori tentang species baru yang berasal dari spesies lain yang sebelumnya melalui proses
evolusi.
Mencari makna manusia melalui ilmu pengetahuan. Membicarakan tentang
manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada metologi yang
digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Konsep manusia dalam al-qur’an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang
saling menunjuk pada makna manusia yaitu kata basyar, insan, dan al-nas.Manusia
sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai
insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah memiliki kebabasan dalam tunduk
atau menentang takdir Allah.
Namun, pada umumnya manusia nampak lebih sering melanggar perintah Allah
dan senang sekali melakukan dosa. Jika demikian maka manusia semacam ini jauh
dibawah standar malaikat yang selalu beribadah dan menjalankan perintah Allah SWT,
padahal dijelaskan dalam Al-Qur’an, Malaikatpun sujud pada manusia. Kemudian,
bagaimanakah mempertanggungjawabkan firman Allah yang menyebutkan bahwa
manusia adalah sebaik-baiknya makhluk Allah?
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia memang memiliki kecenderungan
untuk melanggar perintah Allah, padahal Allah telah menjanjikan Dan kalau Kami
menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia
cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika
kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka)
kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

2
Dari ayat ini dapat dilihat bahwa sejak awal Allah menghendaki manusia untuk
menjadi hamba-Nya yang paling baik, tetapi karena sifat dasar alamiahnya, manusia
menggabaikan itu.
Jika manusia ingin mewujudkan potensi-potensi baik dalam dirinya, ia harus
benar-benar menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Dan tentu manusia
mampu untuk menjalani itu. Sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Quran surah al-
Baqarah ayat 286 yang berbunyi.
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-
orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang
tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah
kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
Jelas sekali bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya dengan kadar yang
tak dapat dilaksanakan oleh mereka. Kemudian, bila perintah-perintah Allah itu tak dapat
dikerjakan, hal itu karena kelalaian manusia sendiri.
Penutup Manusia adalah manusia dengan segala potensinya. Ia dapat memilih
mendayagunakan potensialitasnya atau mengabaikannya

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan sains tentang asal usul manusia?
2. Bagaimana pandangan Islam tentang asal usul manusia?
3. Bagaimana Hakikat Manusia dalam Islam?
4. Bagaimana Martabat Manusia dalam Islam?
5. Bagimana Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam?
6. Bagaimana Tanggungjawab Manusia dalam Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan sains tentang manusia
2. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia dalam Islam.
3. Untuk Mengetahui Martabat Manusia dalam Islam.

3
4. Untuk Mengetahui Tujuan Penciptaan Manusia dalam islam
5. Untuk Mengetahui Fungsi dan Peranan Manusia dalam islam.
6. Untuk Mengetahui Tanggungjawab Manusia dalam Islam

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pandangan Sains tentang Manusia
Berbicara tentang asal-usul kejadian manusia mengharuskan kita untuk berbicara tentang
asal-usul kehidupan. Teori pertama yang dapat dikenali dari Aristotle (384-322M) yang
disebut sebagai teori Abiogenesis atau Generasio Spontanea. Menurut teori ini, semua
yang hidup muncul secara terus menerus dari yang mati atau materi. Namun teori ini di
ragui oleh Lazardo Spanlazani, Frencesco Redi (dari Itali) dan Louise Pasteur (dari
Perancis), berhasil membuktikan bahawa makhluk hidup tidak dari materi yang mati.
Semenjak itu, pada tahun 1860, telah muncul teori baru yang menyatakan bahwa semua
makhluk yang hidup berasal dari yang hidup sebelumnya (omne vivum ex vivo).
Setelah itu, munculnya teori evolusi dari Charles Darwin(1809-1882).
Menurut teori evolusi Darwin, manusia adalah hewan atau binatang yang lebih maju
dibandingkan hewan atau spesies lain. Pada tahun 1842 Darwin telah menyusun
kerangka teorinya dalam sebuah buku yang setebal 250 halaman yang telah diselesaikan
pada tahun 1844, yang kemudian ia beri judul The Origin of the Species by Means of
Natural Selection pada tahun 1859 dan buku lain dengan judul The Origin of Men pada
tahun 1871 yang kemudian terkenal dengan istilahTeori Evolusi Darwin. Dalam
bukunya Darwin berpendapat bahwa Perkembangan makhluk hidup secara bertahap
dalam jangka waktu lama dari bentuk sederhana menuju bentuk yang kompleks dan
Mekanisme evolusi dilaksanakan melalui seleksi alam oleh peristiwa mutasi gen yang
terjadi secara acak dan tidak terduga pada tigkat suatu populasi.
Teori evolusi hanyalah sebatas hipotesis ilmiah tanpa bukti, atau justru sekedar doktrin
dari pendukung atheis yang tidak mempercayai adanya tuhan yang kemudian diangkat
menjadi kebenaran ilmiah oleh para pendukungnya.
Seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan modern, teori Darwin ini lambat
laun digugurkan oleh para ilmuwan-ilmuwan modern yang disebabkan karena kegagalan
Darwin dalam menjelaskan proses mekanisme transdormasi gen dari DNA kera menjadi
manusia.

5
Hal ini dapat dilihat melalui penelitian P.P Grasse yang dalam bukunya L’homme
Accusation (manusia sebagai tertuduh ) menyimpulkan bahwa baik secara
fisiologis,anatomis,maupun biologis, manusia dank era berbeda dengan kata lain
tidak terbukti.(Maurice bucaille,1989:34).

B. Pandangan Islam tentang Manusia

1. Asal Usul Manusia


Al-quran menyatakan dengan tegas bahawa manusia diciptakan dari tanah dengan
berbagai istilah seperti debu (Surah Ali Imran: 59), tanah kering dan lumpur
hitam (Surah Al-hijr: 28), tanah liat (Surah Ashshafat: 11), sari pati tanah (Surah
Al-shad:71) dan sebagainya. Semasa penciptaan Adam, Allah telah berfirman
bahawa “Jadilah,maka jadilah ia” (Surah Ali Imran: 59). Oleh itu, proses kejadian
manusia menurut Al-Quran adalah lebih sahih dan relevan karena mempunyai
bukti yang kukuh. Setalah berpandukan pada (Surah Al-A’la: 1-3), penciptaan
atau kejadian manusia terbagimenjadi tiga (3). Hal ini telah menjadi titik tolak
kepada proses kejadian manusia dan menunjukkan tanda-tanda kemuliaan
manusia. Pertama, Allah telah menciptakan manusia pertama daripada tanah
(Adam). Kedua, penciptaan manusia kedua daripada bahan baku manusia pertama
(Hawa). Ketiga, penciptaan manusia daripada bahan baku manusia pertama
(Adam) dan manusia kedua (Hawa). Oleh itu, kita sebagai anak cucu Adam
haruslah berasa bangga kerana kita ini daripada sebaik-baik kejadian dan lebih
mulia daripada makhluk yang lain. Dalam Surah Al-Qiyamah (75 : 37-
39),penciptaan manusia terbahagi menjadi empat (4) tahap. Allah telah
menyatakan bahawa manusia terjadi daripada percampuan Nutfah. Nutfah ialah
air mani. Air mani ini terdiri daripada air mani lelaki dan perempuan. Allah telah
berfirman dalam Al-Quran melalui (surah Al-Insan:2). Mafhumnya:
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia daripada setetes air mani yang
bercampur yang kami (hendak menguji dengan perintah dan larangan).
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara
terperinci melalui firman-Nya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan

6
manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta
Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW bersabda :
"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.
Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya
(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari.
Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah.
Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging.
Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk
menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya),
amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)

2. Hakekat Manusia
Ada tiga kata yang digunakan Al-Qur‟an untuk menunjuk kepada manusia,yaitu:
 Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan sin semacam
insan, ins, nas atau unas.
 Menggunakan kata basyar.
 Menggunakan kata Bani adam dan Dzuriyat Adam.
Sementara Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengatakan bahwa
istilah manusia dalam Al-Qur‟an dikenal tiga kata, yakni kata al-insân, al-basyâr
dan al-nâs.
a) Al insan
Al-Insân terbentuk dari kata ‫ ينس – نسي‬yang berarti lupa. Kata al-insân
dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43
surat. Penggunaan kata al-insân pada umumnya digunakan pada
keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi,

7
sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya. Keistimewaan
tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis disamping makhluk
pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal dan kalbu. Potensi ini
menempatkan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan
tertinggi dibandingkan makhluk-Nya yang lain
b) Basyar
Kata Al-Basyar dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 36 kali yang
tersebut dalam 26 surat.Pemaknaan manusia dengan Al-Basyar
memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis serta
memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, minum, perlu
hiburan, seks dan lain sebagainya. Karena kata Al-Basyar ditunjukkan
kepada seluruh manusia tanpa terkecuali, ini berarti nabi dan rasul pun
memiliki dimensi Al-Basyar seperti yang diungkapkan firman Allah SWT
dalam Al-Qur‟an Surat Al-Kahfi ayat 110: Artinya:
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku… (QS. Al-Kahfi 110)

c) Al annas
Kata al-nâs menunjukkan pada hakikat manusia sebagai makhluk social
dan ditunjukkan kepada seluruh manusia secara umum tanpa melihat
statusnya apakah beriman atau kafir.11 Penggunaan kata al-nâs lebih
bersifat umum dalam mendefinisikan hakikat manusia dibanding dengan
kata al-insân

Dari uraian di atas, bahwa pendefinisian manusia yang diungkap dalam Al-
Qur‟an dengan istilah Al-Insân, Al-Basyar dan al-nâs menggambarkan tentang
keunikan dan kesempurnaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Hal
ini memperlihatkan bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, antara
aspek material (fisik/jasmani), dan immaterial (psikis/ruhani) yang dipandu oleh
ruh Ilahiah.

8
3. Martabat/Maqom Manusia
Martabat/maqom manusia adalah tingkatan ketaqwaan mahluk terhadap
khalikNya. Menurut thariqot naqsabandiyah tingkatan maqom manusia ada 7
tingkatan. Dalam prakteknya keika seorang ingin menaikan tingkat maqomnya
harus dibimbing oleh seorang alim yang faham akan tingkatan maqom. Tingkat
seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai
berikut :
1. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram
2. Merasa miskin diri dari segalanya
3. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap
tuhan yang maha esa;
4. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
5. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
6. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
7. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
8. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.

4. Tujuan Penciptaan Manusia


Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah Allah. Pengertian
menyembah kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi, baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan habluminallahl (manusia
dengan Tuhan) maupun habluminannas ( manusia dengan alam semesta dan
manusia).
Faktanya Allah sama sekali tidak membutuhkan kita, kitalah yang sebenaarnya
membutuhkan Allah. Oleh karena itu penyembahan harus dilakukan secara ikhlas
dengan hati yang ridho. Dalam hal ini Allah berfirman:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyambah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku
tidak menghendaki supaya mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah,

9
Dialah maha pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (az-
Zaariyaat, 51:56-58).
“Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan
lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan degnan
dekimikian itulah agama yang lurus.” (Bayinnah, 98:5)
Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta.
Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh.
Keseimbangan pada kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan
bagian-bagian alam semesta yang lain, inilah tujuan penciptaan manusia di
tengah-tengah alam.

5. Fungsi Manusia
a) Fungsi terhadap diri sendiri
Fungsi manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan unsur-unsur tersebut secara menyeluruh agar kebutuhan
pribadi tetap terjaga. Unsur jasmani yang memerlukan makan-minum,
pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan sebagainya dipenuhi dengan
sebaik-baiknya. Akal yang merupakan salah satu segi unsur rohani kita
bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akan dipenuhi dengan
berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidup manusia.
Rasa yang juga merupakan salah satu segi unsur rohani yang selalu
merindukan keindahan, kebenaran, keadilan dan sebagainya itu kita
penuhi pula kebutuhannya dengan berbagai keseniaan yang sehat, hidup
dengan pedoman yang benar, berlaku adil dan sebagainya [Ahmad Azhar
Basyir, 1985 : 4]. Perasaan yang rindu kepada kebaikan diisi dengan nilai-
nilai moral, perasaan yang rindu kepada keindahan diisi dengan nilai-nilai
seni-budaya, perasaan yang rindu kepada kemuliaan diisi dengan taqwa,
perasaan yang rindu kepada kesucian diisi dengan usaha-usaha
meninggalkan sifat-sifat tercela, seperti dengki, takabbur, aniaya dan

10
sebagainya (Ahmad Azhar Basyir, 1984 : 8), kebutuhan tersebut dipenuhi
dengan sebaik-baiknya.
b) Fungsi manusia terhadap masyarakat
“Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, dan telah kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling
mulia di antara kamu di hadirat Allah ialah orang yang paling taqwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal" [QS.al-Hujarat: 13].
Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual,
makhluk relegius, dan makhluk sosial. "Sebagai makhluk individual
manusia mempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi, sebagai
makhluk relegi manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan
hubungan dengan kekuatan di luarnya [Allah], adanya hubungan yang
bersifat vertikal, dan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai
dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang laiannya", ...maka
kemudian terbentuklah kelompok-kelompok masyarakat [Bimo
Walgito,1987 : 41].
Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial
yang dimiliki manusia, yaitu adanya kesedian untuk selalu melakukan
interaksi dengan sesamanya. Ditegaskan dalam al-Qur'an bahwa manusia
selalu mengadakan hubungan dengan Tuhannya dan juga mengadakan
hubungan dengan sesama manusia. Kesedian untuk memperhatikan
kepentingan orang lain, dalam hal ini adalah tolong menolong. Hal ini
ditegaskan dalam al-Qur'an surat al-Maidah ayat 2, sebagai berikut :
"Dan tolong menolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebaikan
dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran".

c) Fungsi manusia terhadap Allah

11
Dalam al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 21, Allah memerintahkan manusia
untuk beribadah, sebagai berikut :
"Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa".
Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi manusia
terhadap Allah baik dalam bentuknya umum maupun dalam bentuk
khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan hidup sesuai
ketentuan-ketentuan Allah, sebagaimana diajarkan al-Qur'an dan Sunnah
Rasul. Ibadah dalam pengertiam umum mencakup segala macam
perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari.
Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus (mahdhah) yaitu berbagai macam
pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya sesuai dengan
ketentuan syara'.
Dalam bidang 'aqidah, fungsi manusia terhadap Allah adalah meyakini
bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Bertuhan
kepada selain Allah berarti suatu penyimpangan dari fungsi manusia
terhadap Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia
yaitu sifat relegius, tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia membuat
manusia harus condong kepada kebenaran yaitu mentauhidkan Allah.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberadaan manusia di muka bumi ini mempunyai misi utama, yaitu beribadah kepada
Allah SWT . Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.
Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat
perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam,
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan
kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan
pikiran oleh Allah SWT.

Hakekat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di bumi ini. Yang
mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik. Hal yang menjadikan manusia sebagai
khalifah adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya,
seperti akal dan perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling
baik, ciptaan Allah yang paling sempurna.

Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban
manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya
manusia tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini
menyebabkan adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan Allah adalah
hubungan makhluk dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia
selalu mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan
adalah ketergantungan kepada yang Maha Kuasa, yang Maha Perkasa, Yang Maha
Bijaksana, Yang Maha Sempurna, ialah Allah rabbul’alamin, Allah Tuhan Yang Maha
Esa.

13
B. Saran
Menurut saran kelompok kami, kami harap teman-teman mendapat tambahan
pengetahuan mengenai konsep manusia dalam Islam dan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menjadi seorang manusia yang bersyukur akan
anugerah yang diberikan oleh Allah SWT serta dapat berperilaku yang baik sebagai
khalifah Allah yang ada di bumi. Di samping peran manusia sebagai khalifah Allah di
muka bumi yang memiliki kebebasan, juga sebagai hamba Allah (‘abdun). Seorang
hamba Allah harus taat dan patuh kepada perintah Allah. Makna yang esensial dari kata
’abdun (hamba) adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan, yang kesemuanya hanya
layak diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan
ketundukan pada kebenaran dan keadilan.

14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anekamakalah.com/2012/06/hakikat-dan-fitrah-manusia-dalam-al.html
http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.ht
http://limubermanfaat.blogspot.com/2011/01/fungsi-dan-peran-manusia.html
http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/proses-kejadian-manusia-
dalam.html
http://www.scribd.com/doc/48595986/6/Tanggung-Jawab-Manusia-sebagai-Hamba-dan-
Khalifah-Allah
https://az-esei-jan2010.blogspot.com/2010/03/proses-kejadian-manusia-menurut-al.html
https://nasrullahrahman.blogspot.com/2013/05/asal-usul-manusia-menurut-pandangan.html
https://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/ asal-usul-manusia.html
https://bebibandel.blogspot.com/2010/02/makalah-asal-usul-manusia.html
https://rosmana12.blogspot.com/2009/02/asal-mula-manusia-teori-evolusi-dan-al.html
daftar pustaka buku modul islam Rahmatan Lil’alamin

15

Anda mungkin juga menyukai