Anda di halaman 1dari 13

KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM

DOSEN PENGAMPUH:
Yasir Arafat, S.Pdi, M.Si

DISUSUN OLEH
NAMA KELOMPOK 2:
Abd Razaq Mokoginta A23119141
Hikmah A23119045
Imroatun Fadillah A23119085
Niswana A23119121
Nur Annisa Fadhila T. A23119021
Sitti Arnisah A23119029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan atas kehadirat Tuhan yang
Maha Kuasa atas segala Rahmat dan karunianya, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas
Pendidikan Agama Islam. Tak lupa pula kami ucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan motivasi,
bimbingan, arahan, serta saran yang telah diberikan sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman yang dapat berguna
untuk menambah pengetahuan bagi para pembacanya. Kami
menyadari bahwa sepenuhnya Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mohon maaf dengan segala
kerendahan hati, semoga laporan ini berguna bagi penyusun dan
pembacanya.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia pada hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri
manusia terdapat perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan.
Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia
memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk
menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah
SWT.
Kewajiban manusia kepada Allah SWT. adalah bagian dari rangkaian hak
dan kewajiban manusia dalam hidupnya. Dalam hidup manusia tidak lepas
dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini
menyebabkan adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan Allah
adalah hubungan makhluk dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan,
hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan
tumpuan serta ketergantungannya adalah ketergantungan terhadap Allah,
Tuhan Yang Maha Esa.

1.2 Rumusan Masalah:


1. Pengertian manusia dalam prespektif islam?
2. Bagaimana penciptaan manusia dalam islam?
3. Apa saja hakikat manusia sebagai mahkluk ciptaan Allah SWT. dalam
pandangan islam?
4. Apa saja keterkaitan manusia dalam agama islam?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan manusia dalam
prespektif islam.
2. Untuk mendaskripsikan bagaimana penciptaan manusia menurut islam.
3. Untuk mendeskripsikan apa saja hakikat manusia sebagai mahkluk ciptaan
Allah SWT. dalam pandangan islam
4. Untuk mendeskripsikan apa saja keterkaitan manusia dalam agama islam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia dalam Prespektif Islam

Manusia menurut pandangan Islam adalah makhluk Allah s.w.t. yang


memiliki unsur dan daya materi yang memiliki jiwa dengan ciri-ciri berfikir,
berakal, dan bertanggungjawab pada Allah s.w.t. yang diciptakan dengan
memiliki akhlak. Secara terperinci, manusia merupakan :

1.  Makhluk yang Sempurna dan Mulia


Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, baik dari
wujud fisiknya maupun rohaninya. Manusia menjadi makhluk ciptaan
Allah yang paling sempurna dan mulia karena memiliki akal. Akal inilah
yang membedakan manusia dengan maklhuk lainnya. Akal membantu
manusia untuk melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia.
2. Makhluk yang Bertanggungjawab
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, dimintai
pertanggung jawabannya terhadap amanah yang telah diberikan Allah
s.w.t. kepadanya untuk mengelola alam semesta bagi kesejahteraan semua
makhluk. Hal ini sesuai dengan surat al-Ahzab ayat 72 berikut :

‫إنا ملنها و أشفقن منها وحملها اإل نسن إنه كان ظلوما جهوالعر‬
‫ضنا األ ما نة على السموت واألرض والجبال فأبين أن يح‬
Artinya; “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amnat itu dan mereka khawati akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh.”
Setiap manusia menurut pandangan Islam adalah seorang pemimpin,
terutama memimpin dirinya sendiri. Setiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabannya terhadap apa yang telah dipimpinnya baik lahir
maupun batin, serta di dunia maupun di akhirat.
3. Khalifah dan Hamba Allah
Manusia memiliki akal dan kalbu yang tidak dimiliki oleh makhuk
lain, maka manusia dijadikan sebagai khalifah dan sekaligus menjadi
hamba Allah. Khalifah mengandung makna bahwa Allah menjadikan
manusia sebagai pemegang kekuasaan yang bertugas untuk melaksanakan
syariat-Nya di bumi, disebut dalam surat as-Shaad ayat 26 berikut :

‫يداود إنا جعلنك خليفة فى الرض فا حكم بين الناس با لحق وال تتبع‬
‫الهوى فيضلك عن سبيل هللا إن الذين يضلون عن سبيل هللا لهم عذاب شديد بم‬
‫نسوأيوم الحساب‬
Artinya; “Wahai Dawud sesungguhnya Kami menjadikan kamu
khalifah di muka bumi, maka  berilah keputusan di antara manusia dengan
adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia kana
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat
dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupkan
hari perhitungan.”
4. Makhluk Berakhlak
Akhlak merupakan gambaran atau wujud diri manusia yang
sebenarnya, ketika manusia memiliki akhlak yang baik, maka ia memilki
kedudukan yang tinggi di mata Allah. Sebaliknya jika manusia memiliki
akhlak yang buruk, maka kedudukannya rendah di mata Allah. Akhlak
merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki manusia, karena manusia
memiliki akhlak, maka manusia mempunyai kemampuan untuk
membedakan yang hak dengan yang batil.
2.2 Proses Penciptaan Manusia dalam Islam
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna bentuknya dan
diberi keistimewaan berupa akal, seperti yang difirmankan dalam Alquran,
Q.S At-Tin ayat 4:

‫لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا اإْل ِ ن َسانَ فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬ 

Artinya; “Sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya.”

Dalam ranah biologi penciptaan manusia melalui berbagai tahap dan


terjadi di dalam rahim wanita. Ternyata Al-Quran juga sudah menjelaskan
tentang proses pembentukan manusia dimulai dari janin hingga menjadi bayi
dengan bentuk yang lengkap. Penjelasan tersebut tertera pada surat al-
Mu’minun: 12-14:

ْ ُ‫) ثُ َّم َج َع ْلنَاهُ ن‬12( ‫وَلَقَ ْد خَ لَ ْقنَا اإْل ِ ْن َسانَ ِم ْن ُساَل لَ ٍة ِم ْن ِطي ٍن‬
ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر‬
)13( ‫ار َم ِكي ٍن‬
ْ ُّ‫ثُ َّم خَ لَ ْقنَا الن‬
‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُمضْ َغةً فَخَ لَ ْقنَا ْال ُمضْ َغةَ ِعظَا ًما فَ َك َسوْ نَا ْال ِعظَا َم‬
)14( َ‫س ُن ْالخَ الِقِين‬ َ ْ‫آخَر فَتَبَا َركَ هَّللا ُ أَح‬
َ ‫خَلقًا‬ ْ ُ‫لَحْ ًما ثُ َّم أَ ْن َشأْنَاه‬

Artinya: “Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dari saripati (yang


berasal) dari tanah (12) Kemudian kami menjadikannya air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13) Kemudian, air mani itu
Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya
makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling
baik (14).”
Berikut adalah hikmah yang bisa kita ambil dari proses penciptaan
manusia :

1. Mengenal Kebesaran dan Kekuasaan Allah


Mengenal kekuasan dan kebesaran Allah pada hakikatnya tidak
mungkin dilakukan atau dihayati jika kita tidak pernah melihat
ciptaannya atau hasil karya Yang Maha Agung tersebut. Di alam ini
ada sangat banyak tanda-tanda kekuasaan Allah mulai dari alam yang
sangat mikro dan sangat makro, yang tidak mungkin semua kita dapat
jangkau.
Mencari tahu proses penciptaan manusia dan konsep manusia
dalam islam dengan ilmu yang benar membuat kita semakin mengenal
dan menghayati kebesaran Allah. Tanpa menggunakan akal dan
ilmu pengetahuan yang benar, kekuasaan dan kebesaran Allah tidak
akan mungkin tergali secara mendalam. Sampai manusia meninggal
dan habis pun populasinya tidak akan pernah bisa mengenal seluruh
ciptaan Allah Yang Maha Dahsyat keseluruhannya. Memahami
sebagian saja membuat kita kagum, apalagi mengetahui seluruhnya.
2. Semakin Tunduk Pada Allah
Manusia yang memahami kebesaran dan kekuasaan Allah lewat
proses penciptaan manusia, maka dia akan mengenal betapa hebatnya
Allah dengan segala hukum-hukumnya. Seperti dalam firman Allah
yang artinya; “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS Ali Imran
: 190-191)
Dengan begitu, ia tidak akan mungkin bisa tunduk kepada selain
Allah dan mau untuk melaksanakan fungsi agama, mengimani rukun
iman dan menjalankan rukun islam.
3. Tidak Sombong dan Angkuh
Dengan mengetahui proses penciptaan manusia maka kita tidak
akan mungkin bisa berlaku angkuh dan sombong. Kita akan menyadari
bahwa manusia tidak memiliki apapun dan tidak bisa apapun jika
dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT. Tidak ada bandingannya
jika kita mau angkuh dan sombong karena manusia tidak memiliki
apa-apa. Semuanya adalah hasil pemberian Allah dan kenikmatan yang
Allah berikan. Untuk itu, memahami proses penciptaan manusia
membuat diri kita tunduk, berserah, dan kembali menyadari betapa
kecilnya manusia.

2.3 Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam


1. Sebagai Hamba Allah
Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah
SWT. Sebagai seorang hamba maka manusia wajib mengabdi kepada
Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia wajib menjalankan
ibadah seperti shalat wajib, puasa ramadhan zakat  dan melakukan ibadah
lainnya dengan penuh keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat berikut ini:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus
…,” (QS:98:5).
2. Sebagai al- Nas
Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas
dalam Alquran cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat. Manusia
sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial
yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut;
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
istirinya, dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan
(mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan
peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1).
3. Sebagai khalifah Allah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khlaifah atau
pemimpin di muka bumi, seperti dalam firman Allah berikut ini;
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di
muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu
dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).
Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan
dimintai pertanggung jawabannya kelak di hari akhir kelak.
4. Sebagai al- Insan
Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga
disebut sebagai Al insan merujuk pada kemampuannya dalam menguasai
ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara dan
melakukan hal lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud
berikut ini
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat
itu kami cabut dari padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak
berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).
5. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)
Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar
karena manusia memiliki raga atau fisik yang dapat melakukan aktifitas
fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak dan lain
sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama
seperti makhluk lainnya di bumi seperti hewan dan tumbuhan, hakikat
manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami
kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya
harus dapat dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT


agar manusia dapat menjalankan peran dan fungsinya dalam kehidupan.
Manusia sendiri harus dapat memenuhi tugas dan perannya sehingga tidak
menghilangkan hakikat utama penciptaannya. 

2.4 Keterkaitan Manusia dengan Agama


Untuk melihat keterkaitan antara manusia dengan agama, dapat ditelusuri
dari beberapa hal, di antaranya kodrat manusia beragama, gambaran manusia
beragama, dan kebutuhan manusia akan agama.
1. Kodrat Manusia Beragama
Agama adalah kepercayaan adanya Zat Yang Maha Kuasa dan
kepada-Nya manusia bergantung dan memohon pertolongan. Maka kodrat
manusia itu beragama. Dengan demikian, keberadaan manusia tidak dapat
dipisahkan dengan agama. Menurut seorang sosiolog Francisco J. Morino,
sejarah agama berumur setua dengan sejarah manusia. Dia menambahkan,
tidak ada suatu masyarakat manusia yang hidup tanpa suatu bentuk agama.
Bahkan Max Muller, seorang sejarawan agama, yang kemudian
pendapatnya dikutip oleh Joachim Wach, mengatakan bahwa sejarah umat
manusia adalah sejarah agama.
2. Gambaran Manusia Beragama (Ekspresi Religius)
Gambaran pokok manusia beragama adalah penyerahan diri. Ia
menyerahkan diri kepada sesuatu yang Maha Agung. Ia berdo’a, shalat,
dan berpuasa sebagai hubungan kepada Allah SWT (hablun minallah) dan
ia juga berbuat segala sesuatu kebaikan untuk kepentingan sesama umat
manusia (hablun minannas), karena ia percaya bahwa semua itu
diperintahkan oleh Allah SWT.
3. Kebutuhan Manusia akan Agama Islam
Kefitrahan agama islam bagi manusia menunjukkan bahwa
manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama, karena agama merupakan
kebutuhan fitrah manusia. Dengan agama manusia dituntun untuk dapat
mengenal Allah dengan segala sifat-sifat-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak. 2010. Menjadi Cendikiawan Muslim. Jakarta. PT Magenta Bhakti


Guna.
https://bincangsyariah.com/kalam/penjelasan-penciptaan-manusia-secara-
biologis-dalam-alquran-dan-hadis/
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen
Pendidikan Agama Islam UNM.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan  Agama Islam. Makassar : Tim
Dosen Penididikan Agama Islam UNM.

Anda mungkin juga menyukai