Anda di halaman 1dari 9

KONSEP MANUSIA

Uraian materi

A. Eksistensi Martabat Manusia Dalam Islam


Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah swt dimuka bumi ini adalah sebagai
khalifah, artinya manusia adalah makhluk yang sempurna dibandingkan dengan yang
lainnya. oleh karena itu, sebagai hamba Allah yang sempurna, kita perlu bersyukur atas
segala ni’mat yang Allah berikan. tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan segala yang
diperintah-Nya dan juga menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Eksistensi
martabat manusia merupakan anugerah yang diberikan Allah swt kepada hamba-Nya
sebagai tanda kekuasaan bahwa Dia-lah yang menciptakan seluruh alam dan isinya,
sehingga manusia wajib untuk mengimani akan kebesaran dan keagungan Allah swt.
1. Pengertian, Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain

Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah sebaik-baiknya yang memiliki


kedudukan tertinggi diantara mahkluk lainnya. Manusia diberikan akal, fikiran, nafsu,
pendengaran, penglihatan, penciuman dan lain sebagainya, dengan tujuan agar manusia
dapat bertindak dengan penuh hati-hati. sebab, segala sesuatu yang kita lakukan
kaitannya adalah dengan akhlak. Baik dan buruknya tindakan adalah bergantung kepada
manusianya itu sendiri. Pada dasarnya manusia memiliki potensi yang baik juga
kemampuan yang luas dalam kehidupannya. realitasnya yaitu manusia dapat memenuhi
segala aspek kebutuhannya.
Allamah Muhammad Amin Zainuddin dalam Psikologi Pendidikan bahwa Imam
Jafar ash Shadiq mengemukakan bahwa “Akal adalah pikiran manusia, dengan akal
manusia menjadi sempurna. Dan akal adalah penuntunnya, petunjuknya dan kunci
(penyelesai) urusannya”. Dari kutipan ini dapat diketahui bahwa manusia memiliki cara
pandang yang luas dalam menyelesaikan segala perkara dalam kehidupannya. Akan
tetapi, manusia juga tidak luput dari salah dan khilaf dalam memaami dirinya. manusia
cenderung besikap menampik untuk meyakini bahwa diriny memiliki tugas dan tanggung
jawab sebagai khalifah dibumi. Islam memandang dan memberikan aturan kepada
manusia dari berbagai dimensi yang komprehensif dan al-Qur’an telah membahas tentang
gambaran manusia dan makna filosofis dari penciptaannya.
Konsep manusia pada dasarnya merupakan makhluk Allah yang sangat istimewa,
kedudukannya dan tingkatannya dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Di
dalam al-Qur’an ada tiga istilah yang biasa digunakan untuk menunjuk pengertian
manusia. Ketiga kata tersebut yaitu: al-basyar, al-insan, al-nas. Selain ketiga kata di atas,
terdapat juga penyebutan manusia dalam Al- Qur’an dengan kata bani Adam yang secara
etimologis merujuk kepada keturunan nabi Adam AS. Syahidin dkk, dalam bukunya
Pendidikan Agama Islam Kontemporen menegaskan bahwa Al- Thabrani
mengemukakan:
Pengunaan kata Bani Adam menunjukan pada manusia secara umum. Setidaknya
pada penunjukan kata ini terdapat tiga aspek yang dikaji: Pertama, anjuran untuk
berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, diantaranya adalah berpakaian guna untuk
menutup aurat; Kedua, mengingatkan kepada keturunan Adam agar jangan terjerumus
pada bujuk rayu syaitan yang mengajak pada keingkaran; ketiga, memanfaakan semua
yang ada di alam semesta dalam rangka beribadah dan mentauhidkan-Nya.

Pengertian di atas dapat dipahami bahwa dalam al-Qur’an dimana manusia selalu
diingatkan dan dibimbing agar selalu mengingat Allah dan tidak untuk menyekutukan-
Nya dengan sesuatu, sebab manusia di karunia akal, nafsu dan rasa, dengan akal manusia
dapat menciptakan kebudayaan, dengan nafsu manusia dapat melakukan apa saja
termasuk menciptakan keturunan sehingga dapat melahirkan keturunan yang tidak
mengingkari pencipta-Nya, dan dengan rasa, manusia dapat memanfaatkan sumber daya
alam agar bermanfaat bagi kehidupan dirinya dan manusia secara umum.

a.) Persamaan Manusia dengan Makhlu Lain


Pada hakikatnya manusia memiliki persamaan dengan makhluk lainnya, yaitu
sama-sama memiliki keinginan, kemauan dan tujuan. salah satunya adalah tujuan untuk
beribadah kepada Allah swt. Sebab, manusia dan makhluk lainnya sama-sama diciptakan
oleh Allah swt.Akan tetapi manusia mengemban amanah yang sangat besar untuk
beribadah kepada Allah swt. Selain itu antara jiwa dan raga manusia memiliki perbedaan,
raga manusia tergolong dalam derajat yang rendah sedangkan jiwanya adalah tergolong
derajat yang tinggi.
Adapun persamaan manusia dengan makhluk lainnya yang perlu untuk diketahui
yaitu:
1) Sama-sama diciptakan oleh Allah swt
2) Tujuannya adalah untuk beribadah kepada Allah swt
3) Segala yang diciptakan oleh Allah swt akan kembali kepada-Nya
4) Semua makhluk hidup yang ada di bumi dalam pengawasan Allah swt.
b.) Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain
Manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan mahluk lain, kelebihan itu
adalah merupakan kemampuan untuk bergerak, dalam ruang yang bagaiamanapun,
sedangkan binatang hanya dapat bergerak pada ruang yang terbatas. Mengenai kelebihan
manusia sebagaimana Allah menjelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
         
       
Terjemahannya:
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan”.(Q.S. Al- Isra [17]:70).

Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa al-Qur’an. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Karena
Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang terbaik.
       

Terjemahannya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
(QS. At- Tiin[95]:04).
Manusia akan tetap bermartabat mulia, jika tetap hidup dengan ajaran Tuhan. Dari
keterangan ayat di atas, dapat dipahami bahwa manusia akan mulia di mata sang khalik-
Nya jika selalu berada pada garis rel yang lurus, tanpa melanggar fitrah yang
sesungguhnya, Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini agar dapat
menyembah, karena sesungguhnya ibadahlah manusia diciptakan.
Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang sangat berbeda dengan mahluk lainnya
di alam semesta. Manusia memiliki karakter yang khas, bahkan dibandingkan dengan
mahluk yang lain yang paling mirip sekalipun. Adapaun kerakteristik manusia yang khas
adalah:
1) Aspek kreasi
Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah dirakit dalam tatanan yang terbaik
dan sempurnah. Hal ini bisa dibandingkan dengan mahluk lain dalam aspek
penciptaannya.
2) Aspek ilmu
Hanya manusia yang memiliki kesempatan dalam memahami lebih jauh hakikat
alam semesta di sekelilingnya. Pengetahuan hewan hanya terbatas pada naluri
dasar yang tidak bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pengajaran.
3) Aspek kehendak
Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam
hidup. Mahluk lain hidup dalam pola yang telah baku dan tidak akan pernah
berubah. Para malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi mahluk yang
sombong atau maksiat.
4) Pengarahan akhlaq
Manusia adalah mahluk yang dapat dibentuk akhlaqnya. Ada manusia yang
sebelumnya baik, tetapi karena pengaruh lingkungan tertentu ia dapat berubah
menjadi jahat. Demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu, lembaga pendidikan
diperlukan untuk mengarahkan kehidupan generasi yang akan datang.
Selain dari beberapa karakteristik yang dimiliki oleh manusia di atas, adapun
dampak edukatif (paedagogik) menurut pandangan Islam, yaitu:
a. manusia mempunyai potensi dan sumberdaya manusia,Allah telah
memberikan Aql. Lubb (galb dan fuad), hilm, hijr, dan nuhya. disamping itu
Allah memberikan pendengaran, penglihatan dan alat gerak dan perasa.
b. manusia diberi kebebasan dalam berfikir terhadap segala sesuatu, sehingga
mereka dapat mencari sendiri, menggali, mendalami, menganalisis atau
mensintesiskan pergulatan pikirannya terutama tentang kejadian dirinya.
c. manusia berkewajiban mempertanggung jawabkan atas segala usaha dan hasil
yang ditemukan dari proses berfikir. rasa tanggung jawab ini mendidik jiwa
manusia supaya sadar, selalu tanggap, terhindar ketundukan hawa nafsu,
berlakuu adil, tidak dzalim, serta istiqamah dalam segala tingkah laku dan
urusan manusia.
d. dalam pendidikan Islam dituntut dalam menggunakan pendekatan rasional
imani, emosional dan fungsi untuk mengenal jati dirinya yang pada gilirannya
nanti akan mengenal Tuhannya.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa potensi yang dimiliki oleh
manusia suungguh luar biasa sempurnanya. Allah swt tidak tanggung-tanggung dalam
memberikan ni’mat dan keberkahan kepada hambanya. semoga sebagai manusia insan
kamil, kita dapat menerapkannya dengan sebaik-baiknya potensi yang kita miliki.
2. Proses dan Tujuan di Ciptakan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah pada pencipta-Nya,
pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh di artikan secara sempit, dengan
hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan
berarti ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi, baik yang menyakngkut vertikal (manusia dengan Tuhan), maupun horizontal
(manusia dengan manusia dan alam semesta). Penyembahan yang sempurna dari manusia
akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di bumi dalam mengelola alam semesta.
Syaibani dalam tafsir mengemukakan manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu
jasmani, akal, dan ruhani.
1) Dimensi fisik manusia
Manusia tercipta dari tanah dan ruh ilahi, karena ada unsur tanah,maka manusia
dipengaruhi oleh kekuatan alam yang sama halnya dengan mahluk- mahluk lainnya yang
hidup di muka bumi.
Setiap alam biotik lahiriah, memiliki unsur material yang sama yakni terbuat dari
unsur tanah, api, udara dan air. Sedangkan manusia adalah mahluk biotik yang unsur-
unsur pembentukan materialnya bersifat proporsional antara keempat unsur tersebut,
sehingga manusia disebut sebagai mahluk yang sempurna dan terbaik penciptaannya.
Allah berfirman dalam (Q.S. Al- Tin :4)
      

Terjemannya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya” (Q.S. Al- Tin [95]: 4).
Keempat materi di atas, merupakan materi yang abiotik, Ia akan hidup jika diberi
energi kehidupan yang bersih. Energi kehidupan ini memang lazimnya disebut dengan
nyawa, karena nyawa manusia hidup. Nyawa atau daya hidup pada diri manusia telah ada
sejak adanya sel seks pria (sperma) dan wanita (ovum). Sperma dan ovum itu hidup dan
kehidupannya mampu menjalin hubungan sehingga terjadilah beni manusia (embrio).
Dengan begitu,maka Al- Hayat ada sejak adanya sel- sel kelamin, sedangkan Al- Ruh ada
setelah embrio berusia empat bulan dalam kandungan. Oleh karena itu, kematian Al-
Hayat tidak otomatis kematian Al- Ruh, sebab Al- Ruh, selalu hidup sebelum dan sesudah
adanya nyawa manusia.
2) Dimensi ruhani (psikis) manusia
Unsur manusia bukan hanya jasad saja yang berbentuk materi, manusia bukan
binatang yang sekedar makan, minum dan berhubungan seks. Dalam diri manusia ada
yang lebiuh”ruh” sebagaimana firma-Nya:
         
Terjemahnya:
“Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud”(Q.S. Al- Hijr [15]:29).

Dalam ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan sujud
disini adalah penghormatan Malaikat kepada manusia. Karena manusia sebenarnya
merasakan bahwa pada dalam dirinya terdapat sesuatu yang bebas dari tempat ruang dan
waktu yang aktif pada saat juga dan tidurnya serta dapat menerima aneka gambar dalam
mimpi serta hayalan dalam saat sadarnya.
B. Dasar Hukum Manusia dalam Al-Qur’an
Sebagaimana kita ketahui bahwa Nabi Adam adalah manusia pertama yang
diciptakan oleh Allah swt dimuka bumi ini dengan sempurna dan segala karekteristiknya
sebagai manusia atau khalifah. sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S Al-Baqarah
ayat 30 berikut ini:
           
           
      
Terjemahnya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) dimuka bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan engkau?” Tuhan
berfirman:”sesungguhnya aku mengetahui apa yan tidak kamu ketahu”.(QS.al-
Baqarah [2]: 30).

Proses penciptaan manusia telah dijelaskan di dalam al-Qur’an dimulai dari


bercampurnya antara laki-laki dan perempuan yang telah melangsungkan pernikahan
kemudian melalui tahapan pembuahan dan menjadilah janin. ditegaskan juga dalam Q.S
Al-Mu’minun ayat 12-14.
            
         
          
   

Terjemahnya:
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan
segumpal darah, dan segumpal darah itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami jadikan segumpal daging. Kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, pencipta yang paling
baik”.(Q.S.al-Mu’minun [23];12-14).

Berdasarkan firman Allah swt di atas, dapat diketahui bahwa tahapan proses
terjadinya manusia yaitu melalui lima tahapan, diantaranya adalah terbentuk dari setetes
air mani, segumpal darah, tulang belulang, segumpal daging dan kemudian menjadi
mahluk yang berbentuk.
Menurut teori embriologi, proses terjadinya manusia terbagi menjadi tiga tahapan,
diantaranya:
a. Periode pertama, periode ovum. Periode ini dimulai dari fertilasi
(pembuahan) karenaadanya pertemuan antara sel kelamin laki-laki (sperma)
dengan sel perempuan (ovum),yang kedua intinya bersatu dan membentuk
suatu zat yang baru disebut zygote. Setelahfertislasi berlangsung, zygote
membelah menjadi dua, empat, delapan, enam belas sel danseterusnya. Selama
pembelahan ini, zygote bergerak menuju ke kantong kehamilankemudian
melekat dan akhirny masuk ke dinding rahim.Peristiwa ini dikenal
denganistilahimplantasi.
b. Periode kedua, periode embrio yaitu periode pembentukan organ. Terkadang
organ tidakterbentuk dengan sempurna atau sama sekali tidak terbentuk,
misalnya jika hasilpembelahan zygote tidak bergantung atau berdempet pada
dinding rahim. Ini yang dapatmengakibatkan keguguran atau kelahiran dengan
cacat bawaan
c. Periode ketiga periode foetus yaitu periode perkembangan dan
penyempurnaan organ,dengan pertumbuhan yangamat cepat dan berakhir
dengan kelahiran.

Berdasarkan dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa ada kesesuaian antara
surah al-mu’minun dengan teori embriologi. oleh karena itu, kita tidak boleh
mengesampingkan al-qur’an, karena segala sumber hukum dasarnya adalah dari al-
Qur’andaan hadits.
C. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah
Makna yang esensial dengan kata abd, (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. Dalam hubungan dengan tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan
dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah dan dilarang menghamba kepada dirinya dan hawa
nafsunya.
Tanggung jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki
dan bersifat fluktuaktif (naik turun), yang dalam istilah hadits Nabi dikatakan “yazidu
wayangqushu” (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau
melemah).
Seorang hamba juga memiliki tanggung jawab kepada keluarga, tanggung jawab
kepada keluagra merupakan lanjutan dari tanggng jawab terhadap diri sendiri, karena
memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Karena
dalam al-Qur’an sendiri memerintahkan kepada manusia untuk menjaga diri dan keluarga
dari api Neraka. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba kepada Allah adalah
menegakkan keadilan, baik terhadap diri sendiri maupun keluarga.
a. Tanggung jawab manusia sebagai Khalifah Allah
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanah Allah dan harus di
pertanggung jawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah dimuka bumi, serta
pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Sebagai wakil
Tuhan, Tuhan mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala penciptaan-Nya dan
melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum- hukum kebenaran yang
terkandung dalam ciptaan-Nya.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan
menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Adanya
kebebesan manusia di muka bumi adalah karena kedudukannya untuk memimpin,
sehingga pemimpin tidak tunduk kepada siapapun.
Oleh karena itu, kebebasan manusia sebagia khalifah dimuka bumi bertumpu pada
landasan Tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia
bertindak sewenang-wenang. Kebebasan manusia dengan kekhalifaannya merupakan
implementasi dari ketundukan dan ketaatan. Ia tidak tunduk kepada siapaun kecuali
hanya kepada Allah.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan diatasi oleh aturan- aturan dan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum- hukum
Tuhan baik yang tertulis dalam kita suci yaitu al-Qur’an maupun yang tersirat dalam
kandungan alam semesta. Allah berfirman dalam Q.S. al-faathir ayat 39:
             
           
 
Terjemahanya:
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa
yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada
sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka”. (Q.S. Al-Faathir[35]39).

Ayat di atas memberi peringatan kepada manusia bahwa ketika memangku jabatan
terpenting ingatlah bahwa sesungguhnya pemimpin sangat dekat pada kekafiran
disebabkan karena kekuasaan yang dimiliki. Manusia harus sadar bahwa Allah lah yang
memberi jabatan di muka bumi lewat perantaraan manusia lainnya.
Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi, sebagai khalifah dan abd yang
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup, yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai- nilai kebenaran.
Oleh karena itu, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah, kerja keras yang
tiada henti, sebab bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal saleh.
Manusia sebagai khalifah dan abd (hamba Allah) bukanlah dua hal yang bertentangan,
melainkan satu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan. Kekhalifaan adalah realisasi
dair pengabdian manusia kepada Allah yang menciptakaanya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat- sifat tertentu yang
menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah. Manusia
sebagai khalifah dan hamba Allah merupakan kesatuan yang menyempurnakan nilai
kemanusiaan sebagai mahluk yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus
menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada keterbatasan.
RANGKUMAN
Dua peran yang dipegang manusia di muka bumi, sebagai khalifah dan abd yang
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup, yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai- nilai kebenaran.
Oleh karena itu, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah, kerja keras yang
tiada henti, sebab bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal saleh.
Manusia sebagai khalifah dan abd (hamba Allah) bukanlah dua hal yang bertentangan,
melainkan satu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan. Kekhalifaan adalah realisasi
dair pengabdian manusia kepada Allah yang menciptakaanya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian
rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat- sifat tertentu yang
menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah. Manusia
sebagai khalifah dan hamba Allah merupakan kesatuan yang menyempurnakan nilai
kemanusiaan sebagai mahluk yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus
menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada keterbatasan.

Anda mungkin juga menyukai