Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ANTICIPATORY GUIDANCE

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :

SULTAN SETIAWAN MARHUM AFANDI


202001036 202001137

DINDA FRADINA PUTRI DINA APRILYA


202001008 202001007

CINDY NURUL FARADILLA PEBRIANI


202001006 202001027

PUTRI INDRIANI A.S. LUMPENG PUJI LESTARI


202001029 202001028

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
“ANTICIPATORY GUIDANCE”
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Keperawatan Anak pada program studi S1 N e r s Stikes Widya Nusantara
Palu. Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk
itu, kami mengharapkan saran serta kritik dalam penyempurnaan makalah
ini.

Akhirnya, semoga Makalah Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat


bagi pembaca sekalian, khususnya kepada mahasiswa Stikes Widya
Nusantara Palu.

Palu, 13 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Definisi...........................................................................................................
B. Penyebab........................................................................................................
C. Batasan Karakteristik.....................................................................................
D. Proses terjadinya masalah..............................................................................
E. Mekanisme Koping........................................................................................
F. Asuhan Keperawatan.....................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................


A. Kesimpulan....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, pertumbuhan dan perkembangan anak semakin meningkat
apabila dibandingkan dengan 10 atau 20 tahun lalu. Pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah gizi yang baik. Pesatnya perkembangan seorang anak dapat dilihat
dengan aktifnya anak bergerak serta mudahnya anak bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.

Hal ini menimbulkan ketakutan tersendiri dalam diri orang tua. Anak yang
semakin aktif bergerak tentu akan memiliki resiko cedera lebih besar apabila
dibandingkan dengan anak yang cenderung pasif. Anak yang aktif bergerak akan
diiringi dengan rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga anak tersebut akan
menyentuh semua alat atau barang yang ia pikir menarik untuk dipelajari, tanpa
anak tersebut sadari bahwa barang tersebut berbahaya untuk disentuh. Kejadian
yang tidak dalam pengawasan orang tua akan menimbulkan kecelakaan pada
anak, untuk itu dibutuhkan anticipatory guidance bagi keluarga sebagai pedoman
untuk menghindari kecelakaan pada anak. Kecelakaan yang terjadi seringkali
mengakibatkan ketidaknyamanan bagi si anak bahkan dapat mengakibatkan anak
masuk rumah sakit, mengalami kecacatan permanen bahkan kematian. Akibat
kecelakaan tersebut anak-anak sering mengalami luka iris, memar, radang, luka
bakar, patah tulang dan gangguan lainnya.

Menurut penelitian yang dilakukan WHO (2005) tentang kejadian


kecelakaan pada anak didapatkan bahwa 34% kematian disebabkan oleh
kendaraan bermotor, 5% oleh jatuh, 4% oleh kebakaran, 13% oleh tenggelam, dan
21% oleh cidera tidak disengaja. Dengan adanya penjelasan di atas, maka penulis
tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai kecelakaan pada anak,
diantaranya adalah kecelakaan yang sering terjadi sesuai usia anak dimulai dari
bayi, balita, prasekolah, masa sekolah hingga remaja, serta anticipatory guidance
yang dapat menjadi pedoman orang tua.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah definisi dari anticipatory guidance?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan pada anak?
3. Apa saja pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukan oleh keluarga
kepada anak sesuai usianya dimulai dari bayi, balita, prasekolah, masa
sekolah hingga remaja?
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi anticipatory guidance
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan pada
anak.
3. Untuk mengetahui pencegahan kecelakaan yang dapat dilakukan oleh
keluarga kepada anak sesuai usianya. Dimulai dari bayi, balita, prasekolah,
masa sekolah hingga remaja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Anticipatory Guidance


Anticipatory guidance adalah upaya bimbingan kepada orang tua tentang
tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak. Kecelakaan merupakan kejadian
yang dapat menyebabkan kematian pada anak. Kepribadian adalah faktor
pendukung terjadinya kecelakaan. Orang tua bertanggungjawab terhadap
kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan
waspada terhadap faktor-faktor lingkungan yang mengancam keamanan anak
(Yupi, 2004).
Bimbingan antisipasi atau anticipatory guidance adalah bantuan perawat
terhadap orang tua dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan melalui
upaya pertahanan nutrisi yang adekuat, pencegahan kecelakaan, dan supervisi
kesehatan. Anak mempunyai karakteristik yang khas yang memerlukan
kecermatan orang tua untuk mengenalinya sehingga dapat mencegah terjadinya
kecelakaan yang potensial dialami anak (Yupi, 2004).

Anticipatory guidance adalah upaya bimbingan kepada orang tua tentang


tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan apa yang terjadi dan dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak. Kecelakaan merupakan kejadian
yang dapat menyebabkan kematian pada anak. Kepribadian adalah faktor
pendukung terjadinya kecelakaan. Orang tua bertanggungjawab terhadap
kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku yang menimbulkan kecelakaan
waspada terhadap faktor-faktor lingkungan yang mengancam keamanan anak
(Yupi, 2004).

Dengan demikian, dalam upaya memberikan bimbingan dan arahan pada


masalah-masalah yang kemungkinan timbul pada setiap fase pertumbuhan dan
perkembangan anak, ada petunjuk-petunjuk yang perlu dipahami oleh orang tua.
Dengan demikian, orang tua dapat membantu untuk mengatasi masalah anak pada
setiap fase pertumbuhan dan perkembangan dengan cara yang benar dan wajar
(Nursalam dkk, 2008).

B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kecelakaan


Fakor pertama yang menyebabkan kecelakaan pada anak adalah jenis
kelamin, biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih aktif di rumah. Faktor
kedua yaitu usia, pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin besar akan
semakin tahu mana yang berbahaya. Faktor ketiga adalah lingkungan, adanya
penjaga atau pengasuh cenderung dapat mengurangi angka kejadian kecelakaan
pada anak (Yupi, 2004).

C. Panduan Antisipasi
1. Bayi (Nursalam dkk, 2008)
Jenis kecelakaan: Aspirasi benda, jatuh, luka bakar, keracunan, kurang
oksigen.
Pencegahan
a. Aspirasi : posisikan kepala bayi lebih tinggi saat menyusui
b. Kurang oksigen: ibu jangan menyusui bayi dengan posisi tidur,
sebaiknya saat menyusui posisi ibu duduk.
c. Jatuh: tempat tidur ditutup, pengaman (restrain), jangan meletakkan
bayi di kursi atau tempat yang terlalu tinggi.
d. Luka bakar: cek air mandi sebelum dipakai.
e. Keracunan: simpan bahan beracun dilemari atau jauh dari jangkauan.
D.

Kebanyakan individu secara subyektif mengalami perasaan


ketidakberdayaan dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam situasi.
Individu sering menunjukkan respon apatis, marah atau depresi terhadap
kehilangan kontrol (Carpenito-Moyet, 2007). Pada ketidakberdayaan, klien
mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal
tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan
berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan. Perawat harus hati-hati untuk
mendiagnosis ketidakberdayaan yang berasal dari perspektif pasien bukan dari
asumsi. Perbedaan budaya dan individu terlihat pada kebutuhan pribadi, untuk
merasa mempunyai kendali terhadap situasi (misalnya untuk diberitahukan bahwa
orang tersebut mempunyai penyakit yang fatal (Wilkinson, 2007).
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
1) Tidak ada riwayat keturunan (salah satu atau kedua orang tua
menderita gangguan jiwa)
2) Gaya hidup (tidak merokok, alkhohol, obat dan zat adiktif) dan
Pengalaman penggunaan zat terlarang
3) Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa)
4) Ada riwayat menderita penjakit jantung, paru-paru, yang
mengganggu pelaksana aktivitas harian pasien
5) Adanya riwayat sakit panas lama saat perkembangan balita
sampai kejang-kejang atau pernah mengalami riwayat trauma
kepala yang menimbulkan lesi pada lobus frontal, temporal dan
limbic.
6) Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, misalnya: sklerosis multipel, kanker terminal
atau AIDS
b. Psikologis
1) Pengalaman perubahan gaya hidup akibat lingkungan tempat
tinggal
2) Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan mempunyai
kemampuan komunikasi verbal yang kurang atau kurang dapat
mengekspresikan perasaan terkait dengan penyakitnya atau
kondisi dirinya
3) Ketidakmampuan menjalankan peran akibat penyakit yang secara
progresif menimbulkan ketidakmampuan, misalnya: sklerosis
multipel, kanker terminal atau AIDS
4) Kurang puas dengan kehidupannya (tujuan hidup yang sudah
dicapai)
5) Merasa frustasi dengan kondisi kesehatannya dan kehidupannya
yangsekarang.
6) Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang
terlalu otoriter atau terlalu melindungi/menyayangi
7) Motivasi: penerimaan umpan balik negatif yang konsisten selama
tahap perkembangan balita hingga remaja, kurang minat dalam
mengembangkan hobi dan aktivitas sehari-hari
8) Pengalaman aniaya fisik, baik sebagai pelaku, korban maupun
sebagai saksi
9) Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi,
mudah cemas, rasa takut akan tidak diakui, gaya hidup tidak
berdaya
10) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.
c. Sosial budaya
1) Usia 30-meninggal berpotensi mengalami ketidakberdayaan
2) Jenis kelamin laki-laki ataupun perempuan mempunyai
kecenderungan yang sama untuk mengalami ketidakberdayaan
tergantung dari peran yang dijalankan dalam kehidupannya
3) Pendidikan rendah
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung lebih dari 6
bulan)
5) Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai
kontrol (misalnya kontrol lokus internal).
6) Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan
orang lain, tidak mampu berpartisipasi dalam sosial
kemasyarakatan secara aktif, enggan bergaul dan kadang
menghindar dari orang lain
7) Pengalaman sosial, kurang aktif dalam kegiatan di masyarakat
8) Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
secara pasif.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat menstimulasi klien jatuh pada kondisi
ketidakberdyaan dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal dimana pasien kurang dapat menerima perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Kondisi eksternal biasanya keluarga dan
masyarakat kurang mendukung atau mengakui keberadaannya yang
sekarang terkait dengan perubahan fisik dan perannya. Sedangkan durasi
stressor terjadi kurang lebih 6 bulan terakhir, dan waktu terjadinya dapat
bersamaan, silih berganti atau hampir bersamaan, dengan jumlah stressor
lebih dari satu dan mempunyai kualitas yang berat. Hal tersebut dapat
menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat kondisi
ketidakberdayaan yang dialami oleh klien.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan faktor presiptasi timbulnya
ketidakberdayaan adalah sebagai berikut:
a. Biologis
1) Menderita suatu penyakit dan harus dilakukan terapi tertentu,
Program pengobatan yang terkait dengan penyakitnya (misalnya
jangka panjang, sulit dan kompeks) (proses intoksifikasi dan
rehabilitasi).
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3) Dalam enam bulan terakhir mengalami infeksi otak yang
menimbulkan kejang atau trauma kepala yang menimbulkan lesi
pada lobus frontal, temporal dan limbic
4) Terdapat gangguan sistem endokrin
5) Penggunaan alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6) Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7) Kurang mampu menyesuaikan diri terhadap budaya, ras, etnik
dan gender
8) Adanya perubahan gaya berjalan, koordinasi dan keseimbangan
b. Psikologis
1) Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2) Tidak dapat menjalankan pekerjaan, hobi, kesenangan dan
aktivitas sosial yang berdampak pada keputusasaan.
3) Perasaan malu dan rendah diri karena ketidakmampuan
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari akibat tremor, nyeri,
kehilangan pekerjaan.
4) Konsep diri: gangguan pelaksanaan peran karena
ketidakmampuan melakukan tanggungjawab peran.
5) Kehilangan kemandirian atau perasaan ketergantungan dengan
orang lain.
c. Sosial budaya
1) Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatan
atau kehidupannya yang sekarang.
2) Tinggal di pelayanan kesehatan dan pisah dengan keluarga
(berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3) Hambatan interaksi interpersonal akibat penyakitnya maupun
penyebab yang lain
4) Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses
penuaan (misalnya: pensiun, defisit memori, defisit motorik,
status finansial atau orang terdekat yang berlangsung dalam 6
bulan terakhir)
5) Adanya perubahan dari status kuratif menjadi status paliatif.
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat.
3. Faktor penilaian terhadap stressor (Wilkinson, 2007)
a. Kognitif
1) Mengungkapkan ketidak pastian tentang fluktuasi tingkat energi
2) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi kemampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya
3) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
4) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai
kendali atau pengaruh terhadap situasi, perawatan diri atau hasil.
5) Mengungkapkan ketidak puasan karena ketergantungan dengan
orang lain.
6) Kurang dapat berkonsentrasi
b. Efektif
1) Merasa tertekan atau depresi terhadap penurunan fisik yang terjadi
dengan mengabaikan kepatuhan klien terhadap program
pengobatan
2) Marah
3) Iritabilitas, ketidaksukaan
4) Perasaan bersalah
5) Takut terhadap pengasingan oleh pemberian perawatan
6) Perasaan cemas atau ansietas
c. Fisiologis
1) Perubahan tekanan darah
2) Perubahan denyut jantung dan frekuensi pernapasan
3) Muka tegang
4) Dada berdebar-debar dan keluar keringat dingin
5) Gangguan tidur, terutama kalau disertai dengan ansietas
d. Perilaku
1) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas
2) Tidak ada pertambahan pada praktik perawatan diri ketika
ditantang
3) Tidak memantau kemajuan pengobatan
4) Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau mengambil keputusan
pada saat diberikan kesempatan
5) Kapasifan hingga apatis
6) Perilaku menyerang
7) Menarik diri
8) Perilaku mencari perhatian
9) Gelisa atau tidak bisa tenang
e.Sosial
1) Enggan untuk mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya
2) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
3) Tidak mampu bersosialisasi dengan orang lain
4. Faktor Koping
a. Personal ability
1) Keterampilan pemecahan masalah: kemampuan mencari sumber
informasi, kemampuan mengidentifikasi masalah yang
berhubungan ketidakberdayaan, kekuatan dan faktor pendukung
serta keberhasilan yang pernah dicapai. Kemampuan
mempertimbangkan alternative aktifitas yang realistik. Kemapuan
melaksanakan rencana kegiatan dan memantau kemajuan dari
kodisi pengobatannya
2) Kesehatan secara umum: mempunyai keterbatasan mobilitas yang
dapat dikendalikan oleh pasien
3) Keterampilan sosial: kemampuan dalam berkomunikasi secara
efektif terutama dalam pencairan sumber informasi untuk
mengatasi ketidakberdayaan
4) Pengetahuan: kemampuan memahami perubahan fisik dan peran
atau kondisi kesehatan dan kehidupannya
5) Integritas ego: pasien mempuanyai pedoman hidup yang realistis,
mengerti arah dan tujuan hidup yang diinginkan secara matang
b. Sosial support
1) Kualitas hubungan antara pasien dengan keluarga dan anggota
masyarakat disekitarnya
2) Kualitas dukungan sosial yang diberikan kelurga, anggota
masyarakat tentang keberadaan pasien saat ini
3) Komitmen masyarakat dan keluarga dalam menjalankan kegiatan
atau perkumpulan dimasyarakat
4) Tinggal dilingkungan keluarga dan masyarakat yang mempunyai
norma tidak bertentangan dengan nilai budaya yang ada
c. Material asset
1) Pasien atau keluarga mempunyai penghasilan yang cukup dan
stabil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
2) Pasien mempunyai fasilitas ansuransi kesehatan, jamkesmas,
SKTM atau akses
3) Mempunyai asset keluarga: tabungan, tanah, rumah untuk
mengantisipasi kebutuhan hidup
4) Terdapat pelayanan kesehatan, dan mempu mengakses pelayanan
kesehatan yang ada
d. Positive belief
1) Keyakinan dan nilai: pasien mempunyai keyakinan bahwa
penyakitnya akan dapat disembuhkan dan menyadari adanya
perubahan fisik akibatnya penyakitnya akan berdampak pada
kehidupannya
2) Motifasi: dengan perubahan gaya hidup yang terjadi klien dapat
menjalani hidup dengan semangat
3) Orientasi terhadap pencegahan: pasien berfikir bahwa lebih baik
mencegah daripada mengobati

E. Mekanisme Koping

a. Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup yang realistis
2) Mempunyai penilaian yang nyaman dengan perubahan fisik dan peran
yang dialami akibat penyakitnya
3) Dapat menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan keterbatasa
yang terjadi akibat perubahan status kesehatannya
4) Kreatif: pasien secara kreatif mencari informasi terkait perubahan
status kesehatannya sehingga dapat beradaptasi secara normal
5) Ditengah keterbatasan akibat perubahan status kesehatan dan peran
dalam kehidupan sehari-har, pasien masi tetap produktif menghasilkan
sesuatu
6) Mampu mengembangkan minat dan hobi baru sesuai dengan prubahan
status kesehatan dan peran yang telah dialami
7) Peduli terthadap orang lain disekitarnya walaupun mengalami
perubahan kondisi kesehatan
b. Destruktif
1) Tidak kreatif/kurang memiliki keinginan dan minat melakukan
aktifitas harian (pasif)
Perasaan menolak kondisi perubahan fisik dan status kesehatan yang dialam
dan marah-marah dengan situasi tersebut :

1) Tidak mampu mengekspesikan perasaan terkait dengan perubahan


kondisi kesehatannya dan menjadi menjadi tertekan atau depresi
2) Kurang atau tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang lain,
kurang minat dalam interaksi sosial sehingga mengalami menarik diri
dan isolasi sosial
3) Tidak mampu mencari informasi kesehatan dan kurang mampu
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang dapat berakhir pada
penyerangan terhadap orang lain
4) Ketergantungan terhadap orang lain (regresi)
5) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya (respirasi/supresi)

1. Asuhan Keperawatan Distres spiritual


1. Pengkajian
Data subjektif (tanda dan gejala mayor): pasien menyatakan frustasi atau
tidak mampu melaksanakan aktifitas sebelumnya (PPNI 2016)
Data objektif (tanda dan gejala mayor): bergantung pada orang lain (PPNI
2016).
2. Diagnosa
Ketidak berdayaan berhubungan dengan program keperawatan atau
pengobatan yang kompleks atau jangka panjang yang ditandai dengan
bergantung pada orang lain (PPNI 2016)
3. Intervensi
Intervensi utama dari ketidakberdayaan adalah promosi harapa dengan
intervensinya sebagai berikut:
a. Observasi
1) Identiviaksi harapa pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup
b. Terapeutik
1) Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
2) Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
3) Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
4) Kembangkan rencana keperawatan yang melibatkan tingkat
pencapaian tujuan sederhana sampai dengan kompleks
5) Berikan kesempatan pasien dengan keluarga terlibat dalam
dukungan kelompok
4. Edukasi
1) Anjurkan menggungkapkan perasaan terhadap kondisi realitas
2) Latih menyusun tujuan sesuai harapan
Latih cara mengembangkan spiritual diri (PPNI, 2018)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya


tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. Menurut
Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang
penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan
keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap
kejadian atau situasi tertentu. Kebanyakan individu secara subyektif mengalami
perasaan ketidakberdayaan dalam berbagai tingkat dalam bermacam-macam
situasi. Individu sering menunjukkan respon apatis, marah atau depresi terhadap
kehilangan kontrol (Carpenito-Moyet, 2007). Pada ketidakberdayaan, klien
mungkin mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal
tersebut di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan
berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi
lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik
Klinis Edisi 9 alih bahasa Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan professional
Jiwa. Jakarta: EGC.

NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification


2015 2017. Philadhelpia.

Kartono R. Ketidakberdayaan (Powerlessness) Orang Dengan Hiv/Aids (Odhal Di


Kota Malang. Sosio Konsepsia. 2017 May 17:16(3):295-313.

Stuart GW. Principles and practice of psychiatric nursing-e-book. Elsevier Health


Sciences. 2014Apr14

Keliat BA, Akemat S. Daulima NH. Nurhaeni H. Keperawatan kesehatan jiwa


komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC. 2011.

Anda mungkin juga menyukai