Anda di halaman 1dari 51

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh :
Kelompok 5
Alma Anisa Annisa Ferisa
Melina Nurdiansyah Seli Juliani
Maretha Athur Sina Selvi Syahidah
Maya Sophiani Agustin Sisi Putri Lestari
Neneng Tari Lestiani Tijar Jar Kasih

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas Keperawatan anak
yang berjudul “Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir” dengan tepat pada waktunya.
Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW., keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang senan tiasa
bertasbih sepanjang masa.
Makalah ini berisikan tentang bagaimana konsep pemeriksaan fisik pada
bayi baru lahir dengan ini kami harapkan makalah ini dapat memberikan
informasi mengenai pembahasan tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesepurnaan makalah ini.
Akhir kata, ucapan terimaksih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT.
Senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin…

Garut, 28 Agustus 2019

i
DATAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan ......................................................................................................2
D. Manfaat ....................................................................................................2
BAB II TEORI .......................................................................................................4
A. Pengertian ................................................................................................4
B. Tujuan ......................................................................................................4
C. Waktu Pemeriksaan Bayi Baru Lahir ......................................................5
D. Persiapan ..................................................................................................5
E. Pengkajian Fisik .......................................................................................7
F. Melakukan Penilaian dan Insiasi Pernapasan Spontan ............................9
G. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................26
H. Prosedur Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir ........................................39
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................47
A. Kesimpulan ............................................................................................47
B. Saran ......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Yang dikatan sebagai bayi baru lahir (Newborn)/ neonatus adalah
bayi,dari lahir sampai usia 4 minggu,biasanya dengan usia gestasi 38-42
minggu (Wong,1996). Sedangkan menurut Arkanda, S (1986) neonatus sehat
adalah : bayi yang lahir dalam kehamilan 38-40 minggu atau 42 minggu,
panjang 47-50 cm dengan berat badan lebih dari 2,5 kg , warna merah, segar
setelah lahir tangisannya kuat, adanya gerkan-gerakan bayi, tonus
ototnnyakenya dan kekar.
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram,
cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital
(cacat bawaan) yang berat. (Kukuh Rahardjo, 2014 : 5). Sedangkan, asuhan
pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir
tersebut selama satu jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang
baru lahir akan menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan.
(Prawirohardjo, 2009 : 28). Adapun permasalahan yang terjadi pada bayi baru
lahir adalah asfiksia neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang,
BBLR, hipotermi, dll. (Muslihatun, 2010 : 6).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 kira-kira
3% (3,6juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami Asfiksia, hampir 1 juta bayi
ini kemudian meninggal. Pada tahun 2012 jumlah angka kematian Bayi Baru
Lahir (neonatal) di Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran hidup. Masalah
ini perlu mendapatkan perhatian yang serius. Adapaun penyebab kematian
bayi tersebut diantaranya adalah Bayi Berat Lahir Rendah, Asfiksia, Trauma
Jalan Lahir, Infeksi dan lain-lain. Dari beberapa faktor yang menyebabkan
kematian bayi, Asfiksia merupakan penyebab kedua kematian Bayi Baru lahir
setelah Bayi Berat Lahir Rendah (WHO, 2012).

1
Sustainable Development Goals (SDGs) menargetkan angka kematian
bayi dan balita masing-masing maksimum 12 dan 25 setiap 1.000 kelahiran
hidup di tahun 2030. Akan tetapi, berdasarkan data SDKI 2012 angka
kematian bayi dan balita, 32 dan 40 per 1.000 kelahiran hidup (SHRS dan
Agenda 2030, 2015).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan fisik bayi baru lahir?

C. Tujuan
1. Tujuan umum:
Untuk melakukan asuhan keperawatan anak dengan mengetahui
bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir yang
sesuai dengan teori.
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengeahui pengertian dari pemeriksaan fisik pada bayi baru
lahir
b. Untuk mengtahui tujuan dari pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
c. Untuk mengetahui waktu untuk pemeriksaan bayi baru lahir
d. Untuk mengeahui persiapan apa saja yang harusdipersiapkan dalam
pemeriksaan pada bayi baru lahir
e. Untuk mengetahui cara melakukan Penilaian dan Insiasi Pernapasan
Spontan
f. Untuk mengetahui cara melakukan pengkajian pada bayi baru lahir
g. Untuk mengetahui mengenai pemeriksaan fisik bayi baru lahir
h. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemeriksaan fisik bayi baru
lahir.

D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan : Sebagai bahan informasi dan wahana untuk
menambah kepustakaan khususnya perawatan pada bayi baru lahir.

2
2. Bagi Penulis : Dengan dilakukannya pemeriksaan Fisik bayi baru lahir ini
kami bisa mendapat pengalaman nyata di lapangan serta dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama
menempuh pendidikan di DIII Keperawatan.
3. Bagi Pembaca : Dengan adanya makalah ini, mahasiswa dapat
menerapkan dan mengaplikasikan pemeriksaan fisik bayi baru lahir ini di
lapangan sesuai dengan prosedur dan teori.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal
teradap bayi setelah berada di dunia luar yang betujuan untuk memeriksa
adanya kelainan fisik dan ada atau tidaknya reflex primitif. Pemeriksaan ini
dilakukan setelah kondisi bayi stabil, biasanya enam jam setelah lahir.
Pemerikaan fisik pada bayi baru lahir memerlukan pengetahuan dan
keterampilan yang adekuat sehingga tidak akan menimbulkan risiko yang
dapat membahayakan bayi. Pada pemerisaan ini yang paling penting adalah
cara menjaga agar bayi tidak mengalami hipotermia dan bayi tidak mengalami
trauma karena tindakan yang kita lakukan. Lengkapi semua tindakan dengan
informed consent terlebih dahulu apabila bayi telah dirawat gabungkan dengan
ibunya.

B. Tujuan
Hari pertama kelahiran bayi sangat penting. Banyak perubahan yang
terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim ke
kehidupan di luar rahim.
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika
terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama
(Kementerian Kesehatan RI, 2010: Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatus
Esensial).
Adapun tujuan dari pemeriksaan fisik bayi baru lahir, diantaranya:
1. Mendapatkan hasil yang valid
2. Mengetahui keadaan fisik secara umum
3. Mengetahuikondisinormal/abnormal

4
(Intan kumalasari, 2015: panduan praktik laboratorium perawatan
antenatal, intranatal, postnatal,bayi baru lahir dan kontrasepsi).
4. Untuk menentukan kelainan yang segera memerlukan pertolongan &
sebagai dasar untukpemeriksaan selanjutnya.
5. Mempu memperagakan pemeriksaan kepala sampai kaki pada bayi
6. Menyebutkan niai pemeriksaan nilai pemeriksaan bayi normal pada
masing-masing daerah pemeriksan fisik
7. Mengidentifikasi minimal 6 variasi bayi yang lazim ditemukan
(Sri Sukamti, Dkk,2009: Keterampilan Dasar Asuhan Kebidanan Bahan
Ajar Pemeriksaan Fisikpada Bayi Dan Anak)

C. Waktu Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


Waktu pemeriksaan BBL:
1. Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
2. Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
3. Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
4. Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
(Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Neonatus Esensial).

D. Persiapan
1. Persiapan alat dan tempat Alat yang digunakan untuk memeriksa:
a. Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan kehangatan.
b. Air bersih, sabun, handuk kering dan hangat
c. Sarung tangan bersih
d. Kain bersih
e. Stetoskop
f. Jam dengan jarum detik
g. Termometer
h. Timbangan bayi
i. Pengukur panjang bayi

5
j. Pengukur lingkar kepala.
2. Lingkungan
Gunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat
resusitasi yang bersih, kering, hangat, datar, rata dan cukup keras,
misalnya meja atau dipan atau di Radiant Warmer. Atau bisa
menggunakan lampu pijar 60 watt dengan jarak 60 cm dari bayi
sebagai alternatif bila pemancar panas tidak tersedia, suhu kamar tidak
kuang dari 25oC.

Gambar Radiant Warmer


Adapun prinsif yang harus di perhatikan dalam pemeriksan fisik
bayi baru lahir adalah:
1. Ruangan harus hangat, terang, dan bersih
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
3. Gunakan alat pelindung diri (APD): celemek dan sarung tangan
4. Yakinkan alat pemeriksaan bersih
5. Lakukan pemeriksaan secara sistematis head to toe: inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi
6. Jika ada kelainan lakukan tindakan kolaborasi atau rujuk
7. Lakukan pendokumentasian
(Intan kumalasari, 2015: panduan praktik laboratorium perawatan antenatal,
intranatal, postnatal,bayi baru lahir dan kontrasepsi).

6
E. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi
tentang anak dan keluarganya dengan menggunakan semua pancaindra baik
sedara subjektif maupun objektif. Pengkajian BBL dan perkembangannnya
dilakukan bersamaan pada waktu melakukan pemeriksaan secara infeksi
maupun observasi.
Keterampilan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, papasi, perkusi, dan
auskultasi. (urutan pada bagian abdomen adalah inspeksi, auskultasi,
perkusi,dan palpasi). Kemahiran keterampian ini membutuhkan kesabarana,
latihan,dan perbaikan yang kontinu.
1. Panduan Inspeksi
a. Inspeksi adalah sederhana, tetapi merupakan teknikyang memerlukan
keterampilan yang terlatih.
b. Inspeksi melibatkan pengklihatan,pendengaran, dan penghidu dala
pengkajian yang sistematik pada bayi dan anak.
c. Inspeksi esensial pada permulaan pengkajian kesehatan untuk
mendeteksi dengan jelas keluhan kesehatan dan untuk menetapkan
prioritas.
d. Inspeksi harus teliti dan harus mencakup setiap bagian tubuh.
e. Bagian tubuh dikaji untuk bentuk, warna, kesimetrisan, bau dan
abnormalitas.
f. Inspeksi yang saksama membutuhkan pencahayaan yang baik.
2. Panduan Palpasi
a. Palpasi dilakukan dengan jari dan telapak tangan untuk menentukan
suhu, hidrasi, tekstur, bentuk, gerakan dan area nyeri tekan.
b. Hangatkan tangan sebelum memulai palpasi.
c. Jaga kuku jari tetap pendek.
d. Daerah lunak atau rentan dipalpasi terakhir.
e. Lakukan palpasi dengan ujung jari untuk pulsasi, ukuran, bentuk,
tekstur dan hidrasi.
f. Lakukan palpasi dengan telapak tangan untuk vibrasi.

7
g. Lakukan palpasi dengan punggung tangan untuk suhu.
h. Perawat dapat membantu anak yang mudah geli dengan pertama-tama
menempatkan tangan anak diatas kulit dan perlahan-lahan
menyelipkan tangannya dibawah tangan anak atau tangan anak tetap
diatas tangan perawat selama pemeriksaan.
i. Gerakan tangan dengan mantap tanpa ragu-ragu.
3. Panduan Perkusi
a. Perkusi dilakukan dengan ketukan untuk menghasilkan gelombang
bunyi, yang ditandai dengan intensitas, nada, durasi, dan kualitas
b. Perkusi bisa secara langsung dan tidak langsung
c. Perkusi langsung dilakukan dengan memukul bagian tubuh secara
langsung dengan satu atau dua jari.
Perkusi tidak langsung dilakukan dengan pleksimeter dan pleksor.
Letakan jari tengah (pleksimeter) tangan nondominan perlahan ke kulit
anak. Ketuk sendi distal dari pleksimeter dengan ujung jari tengah
(pleksor) tangan yang dominan. Ketukan pada pleksimeter harus
nyaring dan pleksor harus tegak lurus.
4. Panduan Untuk Auskultasi
a. Auskultasi merupakan proses mendengarkan bunyi tubuh.
b. Bel (bagian kubah) stetoskop digunakan untuk bunyi dengan bunyi
rendah (sebagian contoh, bunyi kardiovaskular), dan diafragma (bagian
datar) untuk bunyi dengan nada tinggi (sebagai contoh, gangguan pada
paru-paru dan usus).
c. Stetoskop ditempelkan dengan rapat pada bagian tubuh. Pemeriksa
harus menghindari tekanan yang terlalu kuat menyebabkan kulit
menjadi rata dan vibrasi berkurang.
d. Sandarkan tumit tangan ketubuh anak akan membantu menghindari
tekanan yang berlebihan.
Pemeriksa harus berlatih mengidentifikasi bunyi-bunyi normal
sebelum mencoba mengidentifikasi bunyi abnormal (Joynce
Engel,2009: pengkajian pediatric).

8
F. Melakukan Penilaian dan Insiasi Pernapasan Spontan
Sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukan usaha pernapasan spontan
dengansedikit bantuan atau gangguan. Segera setelah bayi lahir, maka perlu
dilakukan upaya inisiasi. Pernapasan spontan (0-30 detik) secara cepat dan
tepat, dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Melakukan penilaian kondisi bayi baru lahir secara cepat dan tepat , bayi di
letakkan di atas perut ibu yang dilapisi dengan handuk. Pertanyaan yang perlu
di pertimbangkan yaitu sebagai berikut.
a. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium?
b. Apakan bayi bernafas spontan?
c. Apakah kulit bayi berwarna kemerahan?
d. Apakah tonus/kekuatan otot bayi cukup kuat?
e. Apakah kehamilan ini cukup bulan?
Bila kelima pertanyaan di atas jawabannya “ya”, maka bayi dapat
diberikan kepada ibunya untuk segera menciptakan hubungan emosional,
kemudian dilakukan asuhan bayi baru lahir normal.
a. Evaluasi data yang terkumpul, buat diagnosis, dan tentukan rencana untuk
asuhan bayi baru lahir.
b. Melakukan rangsangan taktil untuk mengaktifkan refleks pada tubuh bayi baru
lahir salah satu teknik dalam melakukan rangsangan adalah dengan
mengeringkan bayi. Cara ini dapat merangsang pernapasan spontan pada bayi
yang sehat.
Rangsangan taktil harus dilakukan secara lembut dan hati-hati.
Rangsangan taktil yang dapat dilakukan,adalah sebagai berikut.
1) Dengan lembut gosok punggung,tubuh,kaki atau tangan (ekstremitas)
satu atau dua kali.
2) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau dua kali)
Rangsangan yang kasar, keras, atau terus menerus, tidak akan
banyak menolong Malahan dapat membahayakan bayi.

9
2. Penilaian APGAR SCORE
Tanda-tanda 0 1 2

A:Appreance Pucat atau Tubuh Seluruh Tubuh


(warna kulit] Biru Merah Merah
P: Pulse Tak ada <100x/menit >100x/menit
(frekuensi detak jantung Lemah dan Detak jantung
jantung) Lamban kuat
G:Gremace Tidak ada Menyeringai Menangis
(Reaksi thdp respon atau Kecut
rangsang)
A: Activity Tidak ada Ada sedikit Seluruh
(Tonus otot) gerakan ekstermitas
bergerak aktif
R: Respiratori Tak ada Pernapasan Menangis Kuat
perlahan,
Bayi
terdengar
marah
Interpretasi APGAR:
7-10 : bayi normal
4-6 : asfiksia sedang
0-3 : asfiksia berat
Jika jumlah skor berkisar di 7 – 10 pada menit pertama, bayi
dianggap normal. Jika jumlah skor berkisar 4 – 6 pada menit pertama,
bayi memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang
menyumbat jalan napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk
membantunya bernapas. Biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi
akan membaik dan Skor Apgar pada menit kelima akan naik.
Jika nilai skor Apgar antara 0 – 3, diperlukan tindakan medis yang
lebih intensif lagi.
Perlu diketahui, Skor Apgar hanyalah sebuah tes yang didisain
untuk menilai keadaan bayi secara menyeluruh, sehingga dapat ditentukan
secara cepat apakah seorang bayi memerlukan tindakan medis segera.
Skor Apgar bukanlah patokan untuk memperkirakan kesehatan dan
kecerdasan bayi dimasa yang akan datang.

10
3. Membebaskan Jalan Nafas
Apabila bayi tidak langsung menangis setelah dilakukan inisiasi
pernapasan spontan, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara
sebagai berikut.
a. Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang kering dan hangat
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi
lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit
tengadah ke belakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi
dengan kain kering dan kasar
e. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang
steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah di tempat.
f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
g. Memantau dan mencatat usaha bernafas yang pertama (Apgar Score)
h. Warna kulit, adanya cairan, atau mekoniumdalam hidung atau mulut harus
diperhatikan.
4. Pencegahan Kehilangan Nafas
Mekanisme kehilangan panas adalah sebagai berikut.
a. Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh
bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera di keringkan
b. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur, timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh
bayi bila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
c. Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin, suhu ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas

11
angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan (suhu
kamar tidak kuang dari 25oC).
d. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-
benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu bayi tersebut, karena
benda-benda menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan langsung)
5. Cara mencegah kehilangan panas adalah sebagai berikut.
a. Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan
rangsangan taktil untuk membantu bayi melalui pernapasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat.
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan
selimut atau kain yang baru (hangat,bersih,dan hangat)
c. Selimuti bagian kepala bayi.
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.
e. Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan
mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai
dalam waktu 1 jam kelahiran.
f. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
g. Oleh karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuh
nya,sebelum melakukan penimbangan,terlebih dahulu selimuti bayi
dengan kain atau selimut bersih dan kering.berat badan bai dapat di nilai
dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/di selimuti di kurangi dengan
berat pakaian/selimut.bayi sebaik nya di mandikan sedikit nya 6 jam
setelah lahir. Praktik memandikan bayi yang di anjurkan adalah sebagai
berikut (Depkes RI,200)

12
h. Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih
lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermia)
i. Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila
antara 36,5-37’C)
j. Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah
pernapasan
k. Sebelum bayi di mandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak
ada tiupan angina. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan
tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih serta
kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
6. Merawat Tali Pusat
a. Setelan plasenta di lahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat dan
jepitkan klem plastic tali pusat pada punting tali pusat
b. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya
c. Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
d. Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain
bersih dan kering
e. Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat
f. Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling
ujungtali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci di
bagian tali pusat pada sisi yang berlawanan
g. Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klorin
0,5%
h. Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian
kepala bayi tertutup dengan baik
7. Mempertahankan Suhu Bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi
baru lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur

13
kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil.
Suhu bayi harus di catat (Prawiroharjo,2002)
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperature tubuhnya secara
memadai dan dapat dengan cepat kedinginanjika kehilangan panas tidak
segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) beresiko
tinggo untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau
tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipotermia, meskiupun berada
dalam ruangan yang relative hangat. Bayi premature atau berat lahir rendah
sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.
Pencegahan terjadinya kehilangan panas yaitu sebagai berikut (Depkes
RI,2002)
a. Keringkan bayi secara seksama
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering, hangat
c. Tutup bagian kepala bayi
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
e. Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
8. Penilaian BALLARD SCORE
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD
untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian
neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square
window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver.
a. Penilaian Maturitas Neuromuskular
1) Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat
istirahat dan adanya tahanan saat otot diregangkan (Gambar II.3).
Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami
peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana
ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal
kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi
bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi,

14
kemudian diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi
prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan, sedangkan
pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus
fleksi pasif yang progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan
pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi
nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan
manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi
atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi
dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan
gambaran seperti posisi kaki kodok.

Gambar II.3. Postur Bayi


2) Square Window
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap
peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan
tangan. Pemeriksa meluruskan jarijari bayi dan menekan punggung
tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara
telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm
diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90 °, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °
(Gambar II.4).

Gambar II.4. Square Window

15
3) Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps
dengan mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan
ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi
terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah
sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan
lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan
tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °, Skor 2:
fleksi parsial 110140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4:
kembali ke fleksi penuh (Gambar II.5).

Gambar II.5. Arm Recoil

4) Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi
lutut dengan menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap
ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha
ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh.
Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki
satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung
sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan
pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu
interpretasi.

16
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap
ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di
daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus menunggu
sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan
ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu
manuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi
mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes
harus diulang setelah pemulihan telah terjadi (Gambar II.6).

Gambar II.6. Popliteal Angle


5) Sraf sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan
bayi berbaring telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis
tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas
dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa
diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati
badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja
dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan
bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada
tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris
puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis
aksila ipsilateral (4) (Gambar II.7)

17
Gambar II.7. Scarf Sign
6) Heal to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang
panggul dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-
otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi terlentang lalu
pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin
dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan
meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat
ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji
mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat
sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1);
hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan
femoralis (4) (Gambar II.8).

Gambar II.8. Heel to Ear


b. Penilaian Maturitas Fisik
1) Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur
intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari
lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit

18
menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan
dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa
terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin
tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin.
Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum
corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa.
Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus,
menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang
menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin
dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat
mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas,
pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.
2) Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada
extreme prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo.
Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan
biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika
memasuki minggu ke 28.
Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah.
Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan
maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah
lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak
ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-
masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan
hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari
ibu dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat banyak.
Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada
daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah
atas dan bawah dari punggung bayi (Gambar II.9).

19
Gambar II.9. Lanugo
3) Permukaan Plantar
Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior
ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam
kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis
telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam
dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga
timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan.
Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak
didasarkan atas ras atau etnis tertentu.
Bayi very premature dan extremely immature tidak
mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai
maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka
dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak
kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga
50 mm diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor
di tabel (Gambar II.10).

Gambar II.10. Permukaan Plantar

20
4) Payudara
Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh
akibat stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung
dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai ukuran areola dan
menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan
papilaMontgomery (Gambar II.11). Kemudian dilakukan palpasi
jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk
mengukur diameternya dalam milimeter .

Gambar II.11. Payudara Neonatus


5) Mata/Telingan
Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago
seiring perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang
dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian
pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan
dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga
ketika dilepaskan ke posisi semulanya (Gambar II.12)

21
Gambar II.12. Pemeriksaan Daun Telinga
Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat
ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan
berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka
dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan menggunakan
jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara
akan menempel erat satu sama lain (Gambar II.13). Dengan
bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun
hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya.
Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor
dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan
palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini
dikarenakan terdapat faktor seperti stres intrauterin dan faktor
humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.

Gambar II.13. Palpebra Neonatus Prematur

6) Genital (Pria)
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke
dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis
kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu
ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis
inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga
34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi
lebih tebal dan membentuk rugae (Gambar II.14) .

22
Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila
terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely
premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa
dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus
matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum
dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring.
Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena
kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika
dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia
kehamilan yang sama.

Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat


di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely premature
scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis
kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga
posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat
menyentuh kasur ketika berbaring.
Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena
kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika
dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan
yang sama.

Gambar II.14. Pemeriksaan Genitalia Neonatus laki-laki


7) Genital (wanita)
Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka
neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang

23
lebih 45o dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat
menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol
sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora
9
.
Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris
sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan
berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu
menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia
kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung
tertutupi oleh labia majora yang membesar (Gambar II.15).
Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya
bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat
menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi.
Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora
cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur
dan labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.

Gambar II.15. Penilaian Genitalia Neonatus Wanita


c. Interpretasi Hasil
Masing-masing hasil penilaian baik maturitas neuromuskular maupun
fisik disesuaikan dengan skor di dalam tabel (Tabel II.2) dan
dijumlahkan hasilnya.
Interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel skor.
Tabel The New Ballard Score

24
25
G. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Secara keseluruhan (perbandingan bagian tubuh bayi
proposional/tidak)
b. Bagian kepala, badan dan ekstremitas (pemetiksan ada/tidak)
c. Tonus otot, tingkat aktivitas (gerakan bayi aktif/tidak)
d. Warna kulit dan bibir (kemerahan/kebiruan)
e. Tangisan bayi (melengking, merintih, normal)
(Intan kumalasari, 2015: panduan praktik laboratorium perawatan antenatal,
intranatal, postnatal,bayi baru lahir dan kontrasepsi).
2. Pemeriksaan Antropometri
Meliputi Circumferentia Mento Occipitalis (CMO), Circumferentia
Fronto Occipitalis (CFO), Diameter Mento Occiitalis (DMO), Diameter
Fronto Occipitalis (DFO), BBL, PBL, LILA, lingkar dada.
3. Refleks
Refleks Bayi
Refleks Deskripsi Metode pengkajian Makna Temuan

Berkedip Kelopak mata Sorotkan cahaya ke Jika refleks ini tidak


menutup sebagai mata bayi di jumpai menunjukan
respon terhadap kebutaan
cahaya terang di
jumpai pada tahun
pertama
Tanda Babinski Jari kaki Gores telapak kaki Pengembangan jari
mengembang dan ibu sepanjang tepi terluar, kaki dan ibu jari kaki
jari dorsofleksi. mulai dari tumit dorsofleksi setelah
Dijumpai sampai usia usia 2 tahun
2 tahun menunjukan lesi
ekstrapiramidal
Merangkak Bayi membuat Letakkan bayi Ketidaksimetrisan
gerakan merangkak tengkurap di atas gerakan menunjukkan

26
dengan lengan dan permukaan yang rata gangguan neurologi
kaki jika di letakkan
di atas abdomennya
(tengkurap)
Menari atau melangkah Kaki bayi bergerak ke Gendong bayi Refleks yang menetap
atas dank e bawah sehingga kakinya lebih dari 4-8 minggu
jika kaki di sentuhkan sedikit menyentuh merupakan keadaan
ke permukaan keras. permukaan keras abnormal
Dijumpai selama 4-8
jam minggu pertama.
Ekstrusi Lidah ekstensi kea rah Sentuh lidah dengan Ekstensi lidah yang
luar jika di sentuh. ujung spatel lidah persisten menunjukan
Dijumpai sampai usia Sindrom Down
4 bulan

Gallant (inkuvarsi Punggung bergerak Gores punggung bayi Tidak adanya refleks
badan) kea rah samping jika sepanjang sisi tulang menunjukan lesi
distimulasi. Dijumpai belakang dari bahu medulla spinalis
selama 4-8 minggu sampai bokong transversa

Moro Lengan ekstensi, jari- Ubah posisi bayi Refleks yang menetap
jari mengembang, dengan tiba-tiba atau lebih dari 4 bulan
kepala jatuh ke pukul meja menunjukkan
belakang dan tungkai kerusakan otak.
sedikit ekstensi. Menetap lebih dari 6
Lengan kembali ke bulan
tengah dengan tangan Menunjukkan
menggenggam. kerusakan otak.
Tulang belakang dan Respons yang tidak
ekstremitas bawah simetris menunjukkan

27
ekstensi. Lebih kuat hemiperasis, fraktur
selama 2 bulan klavikula atau cedera
pertama. Menghilang pleksus brakialis.
pada usia 3-4 bulan Tidak adanya respons
pada ekstremitas
bawah menunjukan
dislokasi panggul
kongenital atau cedera
medulla spinalis
bagian bawah
Neck knighting Jika bayi telentang, Letakkan bayi dalam Tidak adanya refleksi
bahu dan badan, posisi telentang. Coba ini atau refleks yang
kemudian pelvis menarik perhatian menetap lebih dari 10
berotasi ke arah bayi bayi dari satu sisi bulan menunjukkan
berputar. Dijumpai gangguan system saraf
selama 10 bulan pusat
pertama.
Menggenggam (palmar Jari-jari bayi Letakkan jari di Fleksi yang tidak
grasp) melengkung di sekitar telapak tangan bayi simetris menunjukkan
jari yang di letakkan dari sisi ulnar. Jika paralisis. Refleks
di telapak tangan bayi refleks lemah atau menggenggam yang
dari sisi ulnar. Refleks tidak ada, beri bayi menetap menunjukkan
ini menghilang pada botol atau dot karena gangguan serebral
usia 3-4 bulan mengisap
menguatkan refleks
Rooting Bayi memutar kea rah Gores sudut mulut Tidak adanya refleks
pipi yang di gores. bayi atau garis tengah menunjukkan
Refleks ini bibir gangguan neurologi
menghilang pada usia berat. Refleks rooting
3-4 bulan, tetapi bias yang berlebihan

28
menetap sampai usia disertai kemampuan
12 bulan, terutama mengisap yang tidak
selama tidur efektif dikaitkan
dengan ibu
ketergantungan kokain
Kaget (startle) Bayi mengekstensi Bertepuk tangan Tidak adanya refleks
dan memfleksi lengan dengan keras menunjukan gangguan
sebagai respons pendengaran
terhadap suara keras.
Tangan tetap rapat.
Refleks ini akan
menghilang setelah
usia 4 bulan kecuali
terdapat kerusakan
neurologic.
Bayi dengan
kerusakan neurologic
dapat ditandai dengan
peningkatan
sensitivitas terhadap
suara
Mengisap Bayi mengisap Beri bayi botol atau Refleks yang lemah
dengan kuat sebagai dot atau tidak ada
respons terhadap menunjukkan
stimulasi. Refleks ini kelambatan
menetap selama masa perkembangan atau
bayi dan mungkin abnormalitas
terjadi selama tidur neurologi
tanpa stimulasi

29
Tonic Neck Bayi melakukan Putar kepala dengan Dianggap tidak
perubahan posisi jika cepat satu sisi normal jika respons
kepala diputar ke satu terjadi setiap kali
sisi lengan dan kepala diputar. Jika
tungkai ekstensi kea menetap,
rah sisi putaran kepala menunjukkan
dan fleksi pada sisi kerusakan serebral
berlawanan. mayor.
Normalnya refleks ini
tidak terjadi setiap
kali diputar. Tampak
kira-kira pada usia 2
bulan dan menghilang
pada usia 6 bulan
(Joynce Engel,2009: pengkajian pediatric)
4. Pengukuran tiga komponen pertumbuhan
a. Berat badan
Ditimbang setiap hari, BB < 2.500 g: prematur atau small for
gestational age (SGA), BB > 4.000 g: post term atau large for
gestational age (LGA). Perlu mengetahui usia kehamilan secara
akurat. Perhatikan glikemia pada BB kurang atau berlebihan. Bayi baru
lahir akan kehilangan 10% pada minggu pertama, bila kehilangan
berlebihan kemungkinan kurang ASI, dehidrasi, dan bila berat badan
sangat berbeda dengan kemarin, maka tibang dua kali. Berat badan
akan kembali pada usia dua minggu. Kenaikan berat badan diharapkan
adalah 30 g/hari.
b. Panjang badan
Diukur dari ubun-ubun sampai tumit bayi, posisi terlentang,
sendi lutut dan panggul harus ekstensi penuh. Normal 45-53 cm.
Diukur saat masuk dan setiap minggu serta dibandingkan dengan berat
badan.

30
c. Lingkar kepala
Diukur saat masuk dan setiap minggu. Cara mengukur dengan
menghubungkan empat titik yaitu dua frontal bosses dan dua occipital
protuberances,normal 33-38 cm. Letakkan pita ukur pada bagian
paling menonjol ditulang oksiput dan dahi. Pengukuran sedikitnya
sehari sekali jika bayi baru lahir engalai gangguan neurologis
(perdarahan intraventrikular, hidrosefalus, asfiksia).
5. Tanda-tanda Vital
a. Periksa laju napas dengan melihat tarikan napas pada dada
menggunakan petunjuk waktu. Laju nafas normal 40-60 per menit,
tidak ada whezzing dan ronki.
Variasi pernafsan menurutusia:
Usia Frekuensi
(Napas/Menit)
Bayi Prematur 40-90
Neonatus 30-80
1 tahun 20-40
2 tahun 20-30
3 tahun 20-30
5 tahun 20-25
10 tahun 17-22
15 tahun 15-20
20 tahun 15-20
Dari Lowrey GN: Growth and Development of Children, ed 8, St
Louis,1986,Mosbi
(Joynce Engel,2009: pengkajian pediatric)
b. Periksa laju jantung dengan mengguanakan stetoskop dan petunjuk
waktu. Laju jantung normal 120-160 kali per menit,tidak terdengar
murmur jantung. Bila > 160 kali per menit (takikardia) merupakan
tanda infeksi, hipovolemia, hipertermia, anemia,konsumsi obat ibu.

31
Bila <100 kalier menit (bradikardia) merupakan tanda BBL cukup
bulan sedang tidur, atau kekurangan O2.
(Intan kumalasari, 2015: panduan praktik laboratorium perawatan
antenatal, intranatal, postnatal,bayi baru lahir dan kontrasepsi)
Usia Istirahat Istirahat Aktivitas dan
(Terjaga) (Tidur) Demam
Lahir 100-180 80-160 Sampai 220
1 bln 100-220 80-180 Sampai 220
3bln - 2 thn 80-150 70-120 Sampai 200
2-10 thn 70-110 60-100 Sampai 180
10 thn- dewasa 55-90 50-90 Sampai180
Dari Wong DL: Whaley & Wong’s nursing care of infants and chindren,ed.5,
St. Lois,1995, Mosby (Joynce Engel,2009: pengkajian pediatric)
c. Pengukuran suhu tubuh menggunakan thermometer aksila.suhu normal
36,5-37,2oC
Usia Suhu (oC)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Dimodifikasi dari Lowrey GH: Growth and Development of
children,ed 8, St Louis, 1986, mosby (Joynce Engel,2009: pengkajian
pediatric)
6. Pemeriksaan Fisik Persistem
Pemeriksaan fisik pada bayi secara persistem:
a. Integumen
1) Amati warna dan pigmentasi kulit. Jika dicurigai terjadi perubahan
warna, lakukan inspeksi dengan saksama diarea tubuh yang
mengandung sedikit melanin (bantalan kuku,daun telinga, sklera,

32
konjungtiva, bibir, mulut). Lakukan inspeksi abdomen (bagian
yang kurang terpajan sinar matahari) dan badan. Gunakan cahaya
matahari untuk pengkajian jika ikterus dicurigai. Menekan slide
kaca pada kulit menghasilkan warna yang memucat,memberi
kontras dan kemungkinan pengkajian lebih teliti tentang adanya
ikterus. Jika bayi mempunyai pigmentasi yang berbeda dari
pigmentasi orang tua yang mendampingi, tanyakan tentang
pengenalan ciri-ciri herediter pada orang tua aslinya.
2) Amati kelembapan area kulit yang terbuka membran mukosa. Buka
lipatan-lipatan tubuh dengan lembut. Bandingkan lipatan-lipatan
tubuh, satu dengan lainnya.
3) Lakukan palpasi kulit dengan punggung tangan untuk menentukan
suhu. Bandingkan masing-masing sisi tubuh dengan sisi yang lain,
dan ekstremitas atas dengan ekstremitas bawah.
4) Lakukan inspeksi dan palpasi terhadap tekstur kulit. Catat adanya
jaringan parut dan jaringan parut yang berlebihan (keloid).
5) Lakukan palpasi pada kulit untuk menentukan edema dengan
menekan bagian kulit yang keliatan bengkak denga telunjuk.
6) Lakukan inspeksi dan palpasi pada kukit untuk menentukan lesi.
Perhatikan distribusi, bentuk, warna, ukuran,dan konsistensi lesi
dan tanda lahir.
b. Kepala dan leher
1) Amati bentuk dan kesimetrisan kepala bayi dan sudut yang
berbeda. Jika mungkin, perhatikan juga bentuk dan kesimetrisan
kepala orang tuanya.
2) Lakukan palpasi pada garis sutura bayi.
3) Amati dan lakukan palpasi pada fontanel, jika terbuka, ketika bayi
dalam posisi duduk.
4) Ukur lebar leher dan panjang fontanel anterior yang terbuka.
5) Perkusi tulang pariental di masing-masing dengan mengetukan jari
telunjuk ke permukaannya.

33
6) Periksa leher terhadap pembengkakan, massa, kista, selaput,
lipatan kulit tambahan
7) Lakukan palpasi trakea dengan menempatkan ibu jari di salah satu
sisi trakea danjari telunjuk ke atas dan ke bawah ketika leher anak
agak,hiperektensi.
c. Telinga
1) Periksa penempatan dan posisi telinga.
2) Amati penonjolan atau pendarahan telinga.
3) Periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak normal.
4) Berdiri di belakang bayi dan bunyikan bel kecil, bunyi jari-jari,
atau tepuk tangan. Hati-hati jangan mendobrak mejaperiksakarena
ini menimbulkan respon palsu dari bayi.
d. Mata
1) posisi dan Penempatan
a) Perhatikan apakah jarak mata lebar (hipertelorisme) atau lebih
dekat (hipotelorisme) ukur jarak antara kantus dalam, jika ragu-
ragu.
b) Amati lipatan vertikal yang menutupi kantus dalam sebagian
atau seluruhnya.
c) Amati kemiringan pandangan mata dengan menggambar garis
khayal melewati kntus dalam.
d) Amati kelopak mata terhadap penempatan yang tepat.
2) Alis Mata
Periksa alis mata terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan
rambutnya. Alis mata tidak bertemu di garis tengah.
3) Kelopak Mata
a) Amati distribusi dan kondisi bulu mata.
b) Periksa kelopak mata terhadap warna, pembengkakan, rabas,
dan lesi.
c) Periksa warna konjungtiva bulbi.
d) Periksa warna sklera.

34
4) Pupil dan Iris
a) Periksa warna, bentuk,dan ukuran iris dan apakah ada
peradangan.
b) Periksa ukuran, kesamaan, dan respons pupil terhadap cahaya.
Perhatikan dan catat ukuran pupil dengan cahaya ruangan yang
normal.
c) Pada bayi kurang dari 5 bulan, periksa reaksi pupil dengan
menutup masing-masing mata dengan satu tangan dan
kemudian buka mata. Pupil yang sama ,bulat, dan bereaksi
terhadap cahaya dan akomodasi dicatat sebagai PERRLA.
e. Wajah, Hidung, dan Rongga Mulut
1) Amati bentuk dan ukuran roman wajah.
2) Amati dengan saksama ekspresi wajah, terutama disekitar mata dan
mulut.
3) Amati keseimbangan lipatan-lipatan nasolabial ketika bayi
menangis.
4) Amati ukuran dan bentuk hidung. Gambar sebuah garis khayal ke
bawah pusat wajah antara kedua mata dan ke bawah takik bibir
atas.
5) Amati nares eksternal terhadap pelebaran,rabas,pengelupasan,dan
bau.
6) Uji kepatenan nares dengan meletakan diafragma stetoskop di
bawah salah satu libang hidung sementara lubang hidung yang lain
ditutup. Lapisan tipis tampak di atas diafragma jika nares paten.
7) Miringkan kepala ke arah belakang dan dorong ujung daun hidung
ke atas untuk melihat rongga hidung internal. Gunakan penlight
atau senter untuk pencahayaan yang lebih jelas. Amati
integritas,warna,dan konsistensi mukosa,posisi septum, dan untuk
perforasi septum. Perforasi akan ditunjukkan dengan penyinaran
melalui perforasi pada hidng yang lain.

35
8) Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembapan,
pembengkakan, lesi,dan fisura.
9) Periksa batas tepi bukal, gusi, lidah, dan palaum terhadap
kelembapan, keutuhan, dan perdaraha.
10) Pada anak todler dan bayi, menggunakan spatula adalah penting,
kecuali visualisasi yang baik memungkinkan pada anak saat
menangis. Jika menggunakan spatula lidah, selipkan di sepanjang
sisi lidah.
11) Gunaka sarung tangan dan senter untuk penglihatan yang lebih
jelas pada kelainan-kelainan yang dicurigai.
12) Amati adanya bau atau halitosis.
f. Thoraks dan Paru-paru
1) Kaji dada terhadap stridor,serak,dengkur,mengi,dan batuk .
2) Amati pengembangan daun hidung.
3) Amati bantalan kuku terhadap warna dan tanda jari tubuh (melebar
dan memanjang) falang distal.
4) Periksa toraks terhadap konfigurasi,kesimetrisan,dan abnormalitas.
5) Lakukan pengukuran dada dengan pita mengelilingi dada sejajar
puting. Untuk keakuratan yang lebih baik, catat pengukuran selama
inspirasi dan ekspirasi dan rata-rata keduanya. Ukuran dada adalah
sangat penting dalam hubungannya dengan lingkar kepala pada
bayi.
6) Amati dada terhadap retraksi atau tertarik ke dalam,di area
supraklavikula (diatas klavikula), trakea (di takik
sternal),substernal (dibawah sternum) dan interkostal (diantara
tulang iga). Pembengkakan atau penonjolan di area ini mungkin
juga di jumpai.
7) Amati jenis pernapasan bayidan amati kedalaman dan regularitas
pernapasan serta lama inspirasi dan ekspirasi.

36
Palpasi
8) Palpasi terhadap fremitus taktil dengan menggunakan jari telunjuk
atau permukaan telapak tangan. Gerakan secara simetris pada bayi,
fremitus dapat dirasakan saat bayi menangis.
Auskultasi
9) Dengan menggunakan diafragma dan bel stetoskop, lakukan
auskultasi lapang paru secara sistematis dan simetris dari apeks ke
dasar paru. Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada
rendah,diafragma untuk nada tinggi.
10) Gubakan diafragma dan stetoskop pediatrik untuk bayi d
g. Jantung
Inspeksi
1) Amati postur tubuh anak
2) Amati bayi terhadap sianosis,bercak,dan edema.
3) Amati bayi terhadap tanda kesulitan bernapasan (merintih, reaksi
iga, hidung mengembang ,bunyi napas tambahan)
4) Periksa dada anterior dari satu sudut
5) Amati kesimetrisan gerakan dada, pulsasi yang terlihat, gerakan
naik dan turun yang difus.
Palpasi
6) Dengan menggunakan ujung jari tangan,lakukan palpasi dada
anterior terhadap denyut apikal atau titik impuls maksimal (TIM).
Ujung jari lebih berguna dalam mendeteksi pulasi,dan permukaan
palmar/telapak tangan yang merupakan dasar jari-jari untuk
mendeteksi getaran vibrasi atau precordinal friction cub.
Perkusi
7) Perkusi biasanya digunakan untuk memperkirakan ukuran jantung
dengan menentukan batas jantung. Perkusi merupakan teknik
yang sulit dan mempunyai manfaat yang terbatas untuk mengkaji
jantung pada bayi dan anak kecil. Lokasi TIM merupakan

37
indikator yang lebih membantu untuk memperkirakan ukuran
jantung.
Auskultasi
8) Gunakan bel (untuk frekuensi rendah;bunyi S3 S4) dan diafragma
stetoskop (untuk frekuensi tinggi) untuk auskultasi bunyi jantung.
Dimulai dari sela iga kanan kedua (area aorta), secara sistematis
menggerakan stetoskop dari area aorta ke area pulmonal. S2
paling baik terdengar di dasar jantung (area aorta dan area
pulmonal).Bergerak kebawah ke titik Erb dan kemudian ke area
trikuspid dan area mitral. S1 terdengar pada awal nadi apikal yang
mempermudah membedakan S1 dengan S2.
9) Lakukakn auskultasi terhadap bunyi tambahan,seperti S3 dan
S4,yang paling baik dikaji dengan posisi bayi atau anak berbaring
miring ke kiri. Kaji terhadap bunyi abnormal, seperti
klik,murmur,dan prelordinal friction rub.
h. Abdomen
Inspeksi
1) Periksa kontur abdomen ketika bayi atau anak sedang berdiri dan
sedang berbaring terlentang.
2) Periksa warna dan keadaan kulit abdomen terhadap gerakan pada
posisi berdiri dengan mata sejajar abdomen.
3) Peruksa umbilikus terhadap warna bau, rabas, Inflasi, herniasi.
Auskultasi
4) Lakukan asukultasi bising usus dengan menekan bel dan diafragma
stetoskop rapat diatas abdomen.
5) Dengarkan di keempat kuadran dan hitung bising usus disetiap
kuadran selama 1 menit penuh. Sebelum memutuskan bahwa
bising usus tidak ada, perawat harus mendengarkan minimal
selama 5 menit. Bising usus dapat distimulasi, jika ada, dengan
mengusap abdomen dengan ujung jari.
Perkusi

38
6) Dengan menggunakan perkusi secara tidak langsung, lakukan
perkusi secara sistematik disemua area abdomen.
i. Genelita
Pada bayi laki laki panjang penis 3-4 cm dan lebR 1-1,3 cm.
Periksa posisi lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan
menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia dan epispadia.
Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.
Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia
minora. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina. Terkadang
tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina,hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormon ibu (withdrawal bedding).
j. Anus dan rectum
Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya. Mekonium
secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belum
keluar kemungkinan adanya meconium plug syndrome, megakolon,
atau obstruksi saluran pencernaan.
(Joynce Engel,2009: pengkajian pediatric) dan
(Intan kumalasari, 2015: panduan praktik laboratorium perawatan
antenatal, intranatal, postnatal,bayi baru lahir dan kontrasepsi).

H. Prosedur Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

DAFTAR TILIK
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI
DAN ANAK

Nama Mahasiswa :
NIM :
Beri nilai setiap langkah yang telah dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:

39
PENILAIAN
Nilai 1 ( satu ) = Perlu Perbaikan, : Langkah atau tugas tidak dikerjakan
dengan benar atau dihilangkan
Nilai 2 ( Dua ) = Mampu, : Lagkah benar dan berurutan, tetapi kurang
tepat atau pembimbing perlumembantu atau mengingakan hal kecil yang
tidak terlalu berarti
Nilai 3 ( Tiga ) = Mahir, : Langkah dikerjakan dengan benar, tepat, dan
tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan dan sesuai urusan.
Beri tanda ceklis (√) pada kolom penilain
No Prosedur Score
1 2 3
A. Persiapan alat
1 Baki dengan alasnya
2 Timbangan bayi/anak
3 Stetoskop
4 Spighmonamometer anak
5 Bak instrumen berisi tounge spatel, tissue, sarung tangan.
6 Pen light
7 Pita ukur
8 Termometer
9 Jam tangan / stopwatch
10 Spekulum hidung
11 Comp berisi kapas alkohol
12 Bengkok
13 Mainan (disesuaikan dengan usia)
B. Persiapan lingkungan
14 Mempersiapkan lingkungan yang aman untuk menghindari bayi
jatuh (pasang pengaman tempat tidur, jauhkan benda tajam,
menempatkan bayi pada tempat yang bersih dan hangat)
15 Menciptakan suasana ruangan yang menunjang pengkajian (atur

40
cahaya, siapkan meja atau tempa tidur pengkajian).
C. Persiapan klien dan keluarga
16 Menjelaskan prosedur dan tujuannya kepada ibu/keluarga bayi
17 Mengadakan pendekatan pada bayi sesuai tahap perkembangan.
18 Menjaga privasi
19 Mengatur posisi bayi (berbaring terlentang).
D. Mengukur denyut nadi
20 Cuci tangan
21 Lakukan pengukuran denyut nadi (frekuensi, pola nadi, kekuatan 
z kali/menit, teratur, nadi teraba kuat) selama 1 menit penuh.
Pengukuran pada daerah apical untuk anak < 2 tahun
menggunakan stetoskop.
Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri
setinggi apeks kordis.
Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali per menit.
E. Mengukur tekanan darah
22 Pasang manset di daerah arteri brachialis
23 Pompa manset sampai nadi di arteri radialis tidak teraba kemudian
tambahkan tekanan 20 mmHg.
24 Lepaskan manset dengan kecepatan 2-3 mmHg
25 Baca hasil auskultasi sistolik dan diastolik.
F. Mengukur pernafasan
26 Buka area inspeksi pengukuran pernafasan.
27 Lakukan pengukuran dengan mengamati gerakan abdomen pada
infant dan toodler. Hitung frekuensi, irama, dan pola nafas
G. Mengukur suhu tubuh
28 Keringkan ketiak dengan tissue jika basah.
29 Pastikan termometer dibawah 36,50 C
30 Pasang termometer di ketiak pegang 3-5 menit.
31 Angkat termometer dan baca hasil

41
Suhu normal adalah 36,5 - 37,5º C
32 Lap termometer dengan kapas alkohol dan keringkan dengan tissue.
H. Melakukan pemeriksaan fisik
33 Melakukan pemeriksaan antropometri: TB, BB, LK, LLA, LP.
a. Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil
dikurangi selimut.
1) Berat lahir 2,5-4 kg.
2) Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun
dahulu baru kemudian naik kembali dan pada usia 2
minggu umumnya telah mencapai berat lahirnya.
Penurunan berat badan maksimal untuk bayi baru lahir
cukup bulan maksimal 10%, untuk bayi kurang bulan
maksimal 15%.
b. Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi
1) Panjang lahir normal 48-52 cm.
Meakukan pengukuran panjang badan:
Letakkan bayi menggunakan alat pengukur panjang
badan dari kepala sampai tumit dengan kaki/badan bayi
diluruskan.
2) Lingkar kepala normal 33-37 cm.
Pengukuran dilakukan dari dahi kemudian melingkar
kepala kembali lagi ke dahi.
34 Pemeriksaan kepala :
Infant → lakukan pemeriksaan satura, fontanel anterior dan
posterior
Lihat dan raba bagian kepala:
Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian pada saat
proses persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam. Ubun-ubun
besar rata atau tidak membonjol, dapat sedikit membonjol saat
bayi menangis.

42
35 Pemeriksaan mata : Posisi dan penempatan (jarak kantus dalam
sekitar 2,5 cm), alis, bulu mata, kelopak mata, bola mata,
kebersihan, konjungtiva (anemis atau putih, ananemis atau pink),
sklera (ikterik atau kuning, unikterik atau putih), refleks kornea dan
pupil dengan menggunakan penlight, lapang pandang, kemampuan
visual, dan lihatlah ada kotoran/secret.
36 Pemeriksaan hidung : Bentuk, struktur, perforasi septum, kebrsihan
mengguanakn speculum hidung.
Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada kedalam ketika
bayi sedang tidak menangis.
Frekuensi napas normal 40-60 kali per menit. Tidak ada tarikan
dinding dada kedalam yang kuat.
37 Pemeriksaan telinga : Posisi, struktur telinga luar, kebersihan, tes
pendengaran, pemeriksaan otoskopik untuk melihat serumen dan
membran timpani (anak< 3 tahun: tarik lobules telinga ke bawah
dan keluar dan masukkan speculum ke lubang telinga, pada anak <
3 tahun: arahkan speculum keatas).
38 Pemeriksaan mulut : Warna, kesimetrisan , keutuhan, kelembaban,
kemampuan membuka mulut, gusi (normal atau edema), lidah
(gerakan dan bentuk), tonsil (normal/bengkak), palatum (keutuhan,
durum : keras, mole : lunak), kaji pengeluaran saliva berlebihan.
39 Pemeriksaan faring : Kaji adanya hyperemia, edema faring, abses
baik retrofaringeal atau peritonsilar.
40 Pemeriksaan laring : Kaji adanya obstruksi pada laring.
41 Pemeriksaan leher : Pergerkan, posisi trakea, kelenjar tiroid,
peningkatan JVP (normal 2 cm), pembesaran kelenjar getah bening,
refleks menelan.
42 Pemeriksaan dada : Inspeksi (kesimetrisan, gerakan dada,
deformitas atau tidak, retraksi atau tidak, penonjolan,
pembengkakakn), palpasi (kesimetrisan, fremitus suara, dan

43
krepitasi subkutis), perkusi (pembesaran patu, suara perkusi
normal resonan), auskultasi (bunyi nafas normal : bronkhial,
bronkhovesikuler, vesikuler, bunyi tambahan : rales, ronkhi,
wheezing, pleural, frichtion rub, krepitasi).
43 Pemeriksaan jantung : Inspeksi dan palpasi ( denyut apikal atau titik
impuls maksimum, < 7 tahun :ICS ke 4, perkusi (kaji adanya
pembesaran pada daerah jantung, suara perkusi dullnes),
auskultasi area aorta pada ICS kanan ke 2, pulmonal pada ICS kiri
k -2, titik erb pada ICS kiri ke 3, apikal atau mitral pada ICS kiri ke
4 atau 5/6, dan triskuspid pada ICS kanan ke-4 atau 5/6 (bunyi
jantung normal: S2 dikatup aorta dan pulmonal dan S1 di katup
mitral dan triskuspid/ terdapat bunyi jantung tambahan).
44 Pemeriksaan Abdomen : inspeksi (ukuran dan bentuk abdomen, lesi
atau luka post operasi), Auskultasi (bising usus dan diatas
umbilical, iliaka, dan renalis), perkusi di 4 kuadran (suara perkusi
normal timpani dan pekak, hepar : sejajar midklavikula kanan
panjangnya 6-12 cm, sejajar midsternal panjangnya 4-8 cm, dan
limpa : sejajar midklavikula kiri terdengar dullnes pekak di ICS 6-
11),
Lihat & raba perut dan tali pusat
Perut bayi datar, teraba lemas. Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat atau
kemerahan sekitar tali pusa
45 Pasang sarung tangan
46 Pemeriksaa Genetalia :
Lihat dan raba alat kelamin luar.
Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air kecil
Laki-laki ukuran, bentuk penis (hipospadia atau normal), testis,
fimosis, prepitium tertutup, peradangan. Bayi laki-laki terdapat
lubang uretra pada ujung penis.

44
perempuan labia minora tertutup oleh labia mayora, lubang uretra
dan vagina terpisah, kebersihan. vagina Bayi perempuan kadang
terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan
Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah lahir.
47 Pemeriksaan Anus :
Lihat lubang anus. Hindari memasukkan alat atau jari dalam
memeriksa anus - Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang
air besar.
Terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium sudah keluar.
Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir.
Inspeksi kulit sekitar anus terhadap warna, ruam, kebersihan, fisura
(sobek pada mukosa), hemoroid (penonjolan berwarna hitam),
polip (penonjolan merah terang), skin tag (pertumbuhan keluar
yang kecil/pertumbuhan kulit di lubang anus).
48 Lepaskan sarung tangan
49 Pemeriksaan tulang belakang dan ektremitas :
Lihat punggung dan raba tulang belakang.
Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang
belakang
kaji adanya kelainan tulang belakang (lordosis, kifosis, cterus s)
Lihat ekstremitas
Hitung jumlah jari tangan dan kaki. Lihat apakah kaki posisinya
baik atau bengkok ke dalam atau keluar. Lihat gerakan ekstremitas
simetris atau tidak.
kaji adanya spasme otot, paralisis, atropi atau hipertropi, kontraktur,
kelemahan atau kelumpuhan, epolidaktili, clubbing finger,
CRT→Pada bayi di tumit
50 Pemeriksaan kulit:
Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus berwarna merah muda,
tanpa adanya kemerahan atau bisul.

45
turgor kulit (kencang, lembek), warna kulit (sianosis, ikterus),
kelembaban, penyakit pada kulit (eksim, purpura, eritema, makula,
papula, vesikula, ulkus, lesi)
51 Pemeriksaan refleks (lampiran hal
52 Pemeriksaan neuromuskular : pada bayi menggunakan ballard
score→pengukuran untukmelihat usia gestasi untuk 48 jam pertama,
dan
Pemeriksaan neuromuskular : pemeriksaan nervus pada bayi lebih
kecil dilakukan bersamaan pemeriksaan fisik dengan cara praktis
berikut ini :
a. Reflek cahaya dan pupil isokor : NK II-III
b. Saat anak menangis atau membuka mulut :
c. Posisi ovula dan laring : NK IX
d. Posisi lidah ditengah : NK XII
e. Reflek hisap baik : NK VII,IX,X,XII
53 Rapihkan bayi
54 Puji bayi dan keluarga
55 Dokumentasikan hasil pengkajian
56 Cuci tangan

(Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan


Neonatus Esensial).

46
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian dan pemeriksaan fisik awal pada bayi baru lahir dilakukan
oleh tenaga kesehatan setelah lahir. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
adalah pemeriksaan awal teradap bayi yang betujuan untuk memeriksa
adanya kelainan fisik dan ada atau tidaknya reflex primitif.
Pemerikaan fisik pada bayi baru lahir ini memerlukan pengetahuan
dan keterampilan yang adekuat sehingga tidak akan menimbulkan risiko yang
dapat membahayakan bayi.
Pada pemeriksaanfisik kita juga melakukan pengkajian fisik dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi tentang anak dan keluarganya dengan
menggunakan semua pancaindra baik sedara subjektif maupun objektif.
Adapun komponen dalam pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah:
1. Pemeriksaan umum
2. Pemeriksaan antrometri
3. Refleks
4. Pemeriksaan tiga komponen pertumbuhan
5. Tanda- tanda vital
6. Pemeriksaan fisik secara persistem

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan, pada saat pemeriksan fisk pada bayi baru
lahir/neonates harus dilakukan dengan memahami, cermat, teliti dan penuh
kehati-hatian. Jaga tetap bayi dalam kondisi aman, terjaga, dan hangat.
Lakukanlah setiap tindakan yang kita lakukan sesuai dengan prosedur atau
SOP. Dan jika ditemukan data yang abnormal atau terdapat kelainan, maka
sebaiknya kolaborasi dengan tim medis yang lain.

47
DAFTAR PUSTAKA

Apgar, Virginia M.D. The Newborn (Apgar) Scoring System: Reflection and Advice.
New York: The National Foundation http://130.14.81.99/ps/access/CPBBJY.pdf
Dongeus. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Engel Joynce . 2009. Pengkajian Pediatric. Jakarta :Penerbit buku Kedokteran.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatus Esensial.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Kumalasari Intan, 2015. Panduan Praktik Laboratorium Perawatan Antenatal,
Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir Dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba
Medika.
Maryunani Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta Timur: CV
Trans Info Media.
Sukamti Sri, Dkk. 2009: Keterampilan Dasar Asuhan Kebidanan Bahan Ajar
Pemeriksaan Fisik pada Bayi Dan Anak. Jakarta: Trans Info Media.

48

Anda mungkin juga menyukai