OLEH :
LENI MARWATI
201000414901006
Oleh:
1. DEFRITA ASMIRA
2. ELFITRI LAWRA
3. RISI YANTI
4. DEWI AKTIVA
5. AKHRIJUN TANJUNG
CI AKADEMIK CI KLINIK
Pengertian
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
1. Puerperium Dini
2. Puerperium Intermedial
Yaituu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yng lamanyaa 6-8
minggu.
3. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
Periode post partum yaitu masa enam minggu setelah bayi lahir sampai
Immediate post partum –> Berlangsung dlm 24 jam pertama, Early post
partum, yaitu :
Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada ibu masa nifas yaitu perubahan
pada uterus, vagina, vulva dan lokia,. Pada masa nifas, uterus akan
berada kurangg lbh pertengahn antara simfisiss dann umbiilikus, atau sedkit
lebih tinggi. Korpus uteri pada masa ini sebagiann besar terdiri dari
berikutnya, uterus masih pada ukuran yang sama lalu mengerut. Pada hari
kedalam rongga pelvis dan tidak dapat lagi diraba diatas simfisis.
Involusi
berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai langsung setelah plasenta lahir
implantasi plasenta. Di hari pertama ibu nifas tinggi fundus uteri kira-
kira satu jari bawah pusat (1 cm). Di hari yang kelima nifas, uterus
menjadi 1/3 jarak antara pusat ke symphisis. Dan hari ke 10 fundus sukar
hamil.
Tabel uterus
Lochea
a. Pengertian
dengan sisa cairan. Lokia yaitu campuran antara darah dan desidua
pasca persalinan.
persalinan.
seperti nanah.
Laktasi
a. Pengertian
dan menelan ASI. Laktasi bisa juga diartikan sebagai dann pengeluaran
air susu ibuu (ASI), yng merupakan makanan pokok terbaik bagii bayi
yang bersifat alamiah. Pada setiap ibu yang melahirkan akan tersedia
makanan bagi bayinya, dan pada si anak akan merasa puas dalam
akann kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang penting
ASI bahkann tidk terjadi produksi ASI. Pekerjaan rumah tangga yang
keadaan tenang.
b. Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, yaitu :
1. Refleks Prolaktin
lain. Tanda lain dari let-down yaitu tetesan pada payudara lain
yang sedang dihisap oleh bayi. Ini juga dipengaruhi oleh kejiwaan
ibu.
Menurut Dewi (2009), perubahan pada tubuh ibu setelah proses hamil dan
lokia, vulva dan vagina. Proses involusi yang dialami uterus dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dua belas
jam pasca post partum tinggi fundus uteri mencapai lebih kurang 1 cm
dengan cepat. Fundus turun 1-2 cm per 24 jam. Pada hari keenam
pasca partum uterus belum masuk panggul, kemungkinan akan ada sub
involusi. Sub involusi dapat terjadi karena infeksi atau perdarahan lanjut
warna merah sampai putih. Involusi uterus terjadi secara normal atau tidak
bisa dilihat pada perubahan warna dan jumlah lokia yang dikeluarkan. Lokia
cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina wanita normal. Lokia
memiliki bau amis yang tidak terlalu menyengat dengan volume yang
peluruhan desidua, eritrosit, bakteri dan sel epitel. Di hari kedua post partum
warna merah dan mengandung darah dari robekan atau luka pada plasenta
dan serabut dari chorion dan desidua. Pada hari ke empat post partum,
cairan yang keluar berwarna kecoklatan dan berlendir yang dinamakan lokia
disebut lokia serosa yang mengandung serum, leukosit dan robekan atau
albaa, mengandung leukosit, selaput lendir serviks, sel epitel, sel desidua,
dan serabut jaringan yang mati. Lokia ini muncul selama 2-6 minggu post
partum (Dewi,2009).
infeksi pada bagian tersebut dan sering terjadi edema. Serviks yang
harinya. Pada hari ke 4-6 muara serviks berukuran lebih dari 2 cm.
.
Konsep dasar SC
Pengertian
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi,
edema dan protein uria tetapi tidak menujukkan tanda-tanda kelainan
keadaan pada kehamilan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 160
mmHg atau diastolic lebih dari 110 mmHg pada dua kali pemeriksaan
Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru
a. Kulit
1) Lapisan Epidermis
jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan sel- selnya sangat
rapat.
2) Lapisan dermis
Dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen jaringan fibrosa dan
3) Lapisan subkutan
pembuluh darah dan ujung syaraf. Lapisan ini mengikat kulit secara
dinding uterus.
b. Fasia
camper`s fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa, fasia profunda
fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas perut. Di bawah
c. Otot perut
dan pubis di bagian bawah. Otot itu di silang oleh beberapa pita
bawah dan atas ; serat obliqus internus berjalan ke atas dan ke depan
(gibson, J. 2002)
Etiologi
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
2) Letak Sungsang
kaki.
Manifestasi Klinis
Ada beberapa hal tanda dan gejala post Sectio Caesarea (SC) :
1. Pusing
2. Mual muntah
3. Nyeri sekitar luka operasi
a. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang di
b. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara
c. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang terkadang disertai dengan
muntah.
Patofisiologi
bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang
masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari
dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang
tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup.
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap
konstipasi.
“WOC SECTIO CAESAREA “
Indikasi Janin : Gawat janin, Letak Lintang Janin, Presentasi Bokong dan Janin Besar
Indikasi Ibu : CPD, KPD, Plasenta Previa, Tumor Jalan Lahir,
Preeklamsia, partus tidak Maju dan Partus Lama
SECTIO CAESAREA
Progesterone
Anastesi Spinal, Epidural
Insisi Bedah dan eksterogen
menurun
perubahan
Trauma jaringan kelenjer
MK : Gangguan Mobilitas Fisik Intestinal
31
Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram ( EEG )
b. Pemindaian CT
otak.
e. Uji laboratorium
3. Panel elektrolit.
5. AGD
32
Penatalaksanaan
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi, Latihan
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3
5. Pemberian obat-obatan
Antibiotik
Obat-obatan lain
6. Perawatan luka : Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi,
1. Anti hipertensi
a) Tekanan darah sistolis > 180 mmHg, diastolis > 110 mmHg.
umumnya.
kali/24 jam.
2. Kardiotonika
Komplikasi
2. Perdarahan
gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan
prematuritas
Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
yang berusia belasan tahun. Selain itu juga sering terjadi pada wanita
2009)
(Cunningham 2005)
b. Riwayat kesehatan
2012).
2008).
persalinan, pada klien post partum dengan seksio sesaria, hal ini
4) Pola eleminasi
Pada klien post partum terjadi perubahan pada pola istirahat dan
tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri pada luka post
SC.
6) Pola hubungan dan peran
jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
bayinya.
perubahn konsep diri antara lain dan ideal diri dan body image.
seksual atau fungsii dri seksual yang tdak adekuat krena adnya
d. Pemeriksaan fisik
dengan keadaan dalam masa hamil. Pada hari ke-3 dan ke-4
payudara membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air
e. Data penunjang
Urine : protein urune pada PEB bersifat (+), kadarprotein urine >5
Diagnosa keperawatan
dan perawat dapat memberikan intervensi secar pasti untuk menjaga status
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah
perubahan.
6. Menyusui tidak efektif b/d pemisahan ruangan bayi dngan ruangan ibu
post partum
Intervensi
DATA POSTNATAL
1. Payudara
Kesan umum :biasa
Putting susu : normal/ puting susu kehitaman sekitar areola mamae
5. Perineum
Utuh, Episiotomi, Ruptur : utuh, tidak ada jahitan, tidak ada robekan, keadaan baik
REEDA Sign : tidak ditemukan kelainan
…………………………………………………………………………………
Keadaan : terpasang poly catheter no. 16
……………………………………………………………………………………….
Kebersihan : bersih
……………………………………………………………………………………….
1. ANALISA DATA
N DATA MASALAH ETIOLOGI
o
KEPERAWATAN
1 DS: Nyeri akut Agen pencedera fisik
- Klien mengatakan nyeri
pada bekas operasi
- Klien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul
DO:
- Skala Nyeri 6
- TD: 150/75 mmhg
- Nadi : 109/i
- RR : 20 x/i
- Klien tampak meringis
2 Resiko infeksi Efek prosedur invasif
DS:
- Klien mengatakan nyeri
pada luka operasi
- Klien mengatakan takut
untuk bergerak
DO:
- Tampak luka operasi
diatas simpisis dibawah
pusat
- Perban tampak bersih
3 - Suhu: 37,80 C Menyusui tidak efektif Ketidakadekuatan pengeluaran
ASI
DS:
- Klien mengatakan
ASInya sedikit
- Klien mengatakan Asi
diberikan dengan cara
dipompa
DO:
- Payudara ibu terasa
lembek
- Payudara ketika dipencet
hanya sedikit
mengeluarkan ASI
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
3) Menyusui tidak efekti berhubungan dengan ketidakadekuatan pengeluaran ASI
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No Aktivitas
Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan Tujuan :tingkat nyeri Observasi Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan agen pencedera menurun. Kriteria Hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
fisik Kemampuan nyeri
menuntaskan aktifitas Identifikasi skala nyeri
meningkat Identifikasi respon nyeri non verbal
Keluhan nyeri Identifikasi factor yang memperberat
menurun dan memperingan nyeri
Meringis menurun Identifikasi pengetahuan dan
Sikap protektif keyakinan tentang nyeri
menurun Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Frekuensi nadi respon nyeri
membaik Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi
komplementer
Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Diagnosis Paraf
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
1 Jumat Nyeri akut Identifikasi lokasi, karakteristik, S:
2 April 2021 berhubungan dengan durasi, frekuensi, kualitas, - Pasien mengatakan nyeri mulai
Jam 13.00 wib agen pencedera fisik intensitas nyeri berkurang
Identifikasi skala nyeri - Pasien mengatakan masih takut
Identifikasi respon nyeri non verbal untuk banyak bergerak
Identifikasi factor yang
memperberat dan memperingan O:
nyeri - Skala nyeri 5
Identifikasi pengetahuan - Pat masih tampak meringis
dan keyakinan tentang - TD: 145/80 mmhg
nyeri - HR : 103x/i
Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri A:
Identifikasi pengaruh nyeri Masalah teratasi sebagian
pada kualitas hidup
P:
Monitor keberhasilan
Intervensi dilanjutkan
terapi komplementer
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
2. Jumat S:
Resiko infeksi
2 April 2021 Monitor tanda dan gejala infeksi - Pasien mengatakan takut untuk
berhubungan
Jam 14.00 local dan sistemik bergerak
dengan efek
Batasi jumlah pengunjung - Pasien mengatakan nyeri pada
prosedur invasif
Berikan perawatan kulit pada area luka op
edema O:
Cuci tangan sebelum dan sesudah - Tampak luka operasi pada
kontak dengan pasien dan perut
lingkungan pasien - Perban tampak bersih
- Tidak ditemukan tanda-tanda
Pertahankan teknik aseptic pada
infeksi
pasien beresiko tingg
- Suhu : 37,20 C
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci A:
tangandengan benar Masalah teratasi
Ajarkan etika
batuk P:
Ajarkan cara memeriksa kondisi Intervensi dihentikan
luka atau luka operasi
Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan
meningkatkan asupan S:
3 Sabtu
Nyeri akut cairan - Pasien mengatakan nyeri mulai
3 April 2021
berhubungan dengan berkurang
Jam 09.00 wib
agen pencedera fisik - Pasien sudah mau bergerak
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal O:
- Skala nyeri 3
Monitor keberhasilan
- Ekspresi wajah mulai agak tenang
terapi komplementer
Monitor efek samping - TD: 132/78 mmhg
penggunaan analgetik - HR : 93x/i
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk A:
mengurangi rasa nyeri Masalah teratasi, pasien diizinkan
Kontrol lingkungan pulang
yang memperberat rasa
nyeri P:
Fasilitasi istirahat dan tidur Intervensi dihentikan
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC
Manuaba, Ida A.C. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC
PPNI DPD SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta : DPP PPNI