Oleh :
Secara sederhana, ciri anak sehat dilihat dari segi fisik, psikis dan sosialisasi adalah:
1. Dilihat dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani
yang normal.
2. Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar, pikiran
bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan bersosialisasi baik.
3. Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Selain itu, tanda anak yang sehat adalah perkembanganya sesuai dengan KMS (Kartu
Menuju Sehat) atau agenda tumbuh kembang balita dari dokter jadikanlah alat untuk
memantau perkembangan balita. Bila ada penyimpangan, jangan tunda konsultasikan
dengan dokter agar segera ditangani.
3. Definisi Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio
(Hidayat, A, 2005). Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif.
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan
dibuat oleh individu itu sendiri, contohnya adalah kekebalan pada janin yang
diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan
imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme
oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh
sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara
alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama dari pada kekebalan pasif karena
adanya memori imunologik (Ranuh, et al. 2008).
Menurut Ranuh, dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi adalah pemindahan
atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan vaksinasi dimaksudkan sebagai
pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas
(antibody) dari sistem imun di dalam tubuh. Imunitas secara pasif dapat diperoleh
dari pemberian dua macam bentuk, yaitu immunoglobulin yang non-spesifik atau
Gamaglobulin dan Immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor
yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi
penyakit tertentu.
4. Imunsasi MR
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk anak sehat adalah :
1. Pemeriksaan antropometri (BB dan TB)
2. Pemeriksaan fisik
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk anak sehat :
1. Pemberian imunisasi dasar sesuai dengan waktu pemberian
a. BCG (Bacille Calmette-Guérin)
Manfaat: Mencegah penyakit tuberkulosis atau TB (bukan lagi disingkat
TBC), yaitu infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, walaupun pada sepertiga
kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang
Waktu pemberian: Sejak bayi lahir.
Catatan khusus: Bila mama ketinggalan dan umur si kecil sudah lebih dari 3
bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. Uji ini untuk mengetahui
apakah di dalam tubuh anak sudah terdapat bakteri penyebab TB atau tidak.
BCG baru bisa diberikan, bila uji tuberkulin negatif.
b. Hepatitis B
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Hepatitis B, yang bisa menyebabkan
kerusakan pada hati.
Waktu pemberian: Dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1
bulan, lalu saat 3 - 6 bulan.
Catatan khusus: Jarak antara pemberian pertama dengan kedua minimal 4
minggu.
c. Polio
Manfaat: Melindungi tubuh terhadap virus polio, yang menyebabkan
kelumpuhan.
Waktu pemberian: Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir.
Selanjutnya, vaksin ini diberikan tiga kali, yakni saat bayi berumur 2, 4, dan 6
bulan.
Catatan khusus: Pemberian vaksin ini harus diulang (boost) pada usia 18 bulan
dan 5 tahun.
d. DTP (Diphteria, Tetanus, Pertussis)
Manfaat: Mencegah tiga jenis penyakit, yaitu difteri (infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan bakteri), tetanus (infeksi bakteri pada bagian
tubuh yang terluka), dan pertusis (batuk rejan, biasanya berlangsung dalam
waktu yang lama).
Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat bayi berumur lebih dari enam
minggu. Pemberian selanjutnya pada usia 4 dan 6 bulan.
Catatan khusus: Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada usia
12 tahun, vaksin ini diberikan lagi, biasanya di sekolah.
e. Campak
Manfaat: Melindungi anak dari penyakit campak yang disebabkan virus.
Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak
kedua diberikan pada saat anak SD kelas 1 (6 tahun).
Catatan khusus: Jika belum mendapat vaksin campak pada umur 9 bulan, anak
bisa diberikan vaksin kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman
(MMR atau Measles, Mumps, Rubella) di usia 15 bulan.
7. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
a. Identitas Anak dan/atau Orang Tua
Nama, Alamat, Telepon, Tempat dan tanggal lahir, Ras/kelompok entries,
Jenis kelamin, Agama, Tanggal wawancara.
b. Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang
akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan
terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat
memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu,
perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara
langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum
diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus
dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin
tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat,
hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan
anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan
panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai
penyakitnya.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai
petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi. Riwayat penyakit dahulu
mencangkup :
1) Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
2) Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya
3) Alergi.
4) Pengobatan terbaru.
5) Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
6) Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi
dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang
sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara
langsung pada anak ataupun keluarganya).
7) Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
e. Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan
terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga
yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan
bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami
sakit.
f. Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama
terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat
sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat
imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak
terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan
keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya
sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
g. Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan
sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada
sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada
anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek
sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami
pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk
mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum
begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk
memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
2. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data
yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses
imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam
melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal
penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar
pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip
yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan
warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan
bagi anak, dan menyediakan makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak
menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama,
tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan
pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan
mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak
mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri
kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak
yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui
nasehat petugas.
a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil,
seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain,
serta apakah kehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg
tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak.
Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat
diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara
normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam
kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara
kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka
gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam
pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di
lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar
kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila
dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji
pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan
lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan, berikut
ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:
1) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah
sebagai berikut:
a) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah
ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang
digunakan dapat berupa dacin atau timbangan injak.
b) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal
tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang berusia
1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan dacin.
Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan
dapat dilakukan dengan posisi berdiri.
a) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran.
Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
b) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan
timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan
gendongan ke timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas
timbangan injak tanpa dipegangi.
c) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas
tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat
ditimbang.
d) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang
berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan
ditimbang. Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat
badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat rumus berikut.
BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
e) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada
timbangan
f) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar
yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang, atau
buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan
dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan anak berada
pada kurva berwarna hijau, kuning, atau merah.
2) Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan
menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih.
Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah
sebagai berikut :
a) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita
pengukur (meteran).
b) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut
sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).Luruskan bagian puncak
kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja
pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
c) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa
garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi.
Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.
8. Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016), diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada anak sehat adalah :
a. Kesiapan peningkatan pengetahuan
b. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
9. Rencana Keperawatan
Intervensi (SIKI)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI)
1. Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen imunisasi atau vaksinasi
manajemen kesehatan ditandai selama 1x30 menit diharapkan kesiapan o Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
dengan peningkatan manajemen kesehatan o Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (misalnya,
Gejala dan tanda mayor tercapai dengan kriteria hasil : reaksi anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya dan atau sakit
Subjektif o Meningkatkan tindakan untuk parah dengan atau tanpa demam)
o Mengekspresikan keinginan mengurangi faktor risiko o Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan kepelayanan
untuk mengelola masalah o Menerapkan program perawatan kesehatan
kesehatan dan o Aktivitas hidup sehari-hari efektif o Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
pencegahannya memenuhi tujuan kesehatan o Dokumentasikan informasi vaksinasi (misalnya, nama
Objektif produen, tanggal kedaluwarsa)
o Pilihan hidup sehari-hari o Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
tepat untuk memenuhi o Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan
tujuan program kesehatan
efek samping
Gejala dan tanda minor
o Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
Subjektif
(misalnya, hepatitis B, BCG, difteri, tetanus, pertussis, h.
o Mengekspresikan tidak
influenza, polio, campak, measles, rubella)
adanya hambatan yang
o Informasikan imunisasi yang meindungi terhadap penyakit
berarti dalam
mengintegrasikan program namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah (misalya,
yang ditetapkan untuk influenza, pneumokokus)
megatasi masalah kesehatan o Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (misalnya,
o Menggambarkan rabies, tetanus)
berkurangnya faktor risiko o Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
terjadinya masalah mengulang jadwal imunisasi kembali
kesehatan o Informasikan penyedia layanan pecan imuisasi nasional
Objektif yang menyediakan vaksin gratis
o Tidak ditemukan adanya
gejala masalah kesehatan Edukasi Nutrisi Anak
atau penyakit yang tidak o Jelaskan kebutuhan gizi seimbang pada anak
terduga o Anjurkan menghindari makanan jajanan yag tidak sehat
(misalnya, mengandung pemanis buatan, pewarna buatan,
pengawet, penyedap)
o Ajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
(misalnya, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci
tangan dengan sabun setelah ke toilet)
2 Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi kesiapan penerimaan informasi
Pengetahuan selama …x …. jam pasien mampu
Identifikasi informasi yang akan disampaikan
meningkatkan kesiapan pengetahuan
Gejala dan Tanda Mayor Identifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat
dengan kriteria hasil :
ini
Subjektif :
Tingkat pengetahuan Identifikasi kesiapan penerimaan informasi
Mengungkapkan minat Lakukan penguatan potensi dan keluarga untuk
Keberlanjutan pelayanan rutin
dalam belajar menerima informasi
komunitas
Menjelaskan Libatkan pengambilan keputusan dalam keluarga untuk
Ketersediaan pelayanan
pengetahuan tentang kesehatan menerima informasi
suatu topik Ketersediaan sumber daya untuk Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yangyang
Menggambarkan memenuhi kebutuhan dasar membutuhkan layanan keperawatan
pengalaman sebelum Kesiapan komunitas untuk Dahulukan menyampaikan informasi baik (positif)
yang sesuai dengan topik tanggap krisis sebelum menyampaikan informasi kurang baik
Objektif : Adaptasi komunitas terhadap ( negative) terkait kondisi pasien
perubahan Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi jika pasien
Prilaku sesuai dengan
Motivasi membutuhkan bantuan
pengetahuan
Catat identitas dan nomor kontak pasien untuk
Upaya mencari sumber sesuai
meningkatkan atau follow up kondisi pasien
kebutuhan
Fasilitasi askes pelayanan pada saat dibutuhkan
Upayakan mencari dukungan
Berikan informasi berupa alur, leaflet atau gambar
sesui kebutuhan
untuk memudahkan pasien mendapatkan informasi
Prilaku bertujuan inisiatif
kesehatan
Proses informasi
Anjurkan keluarga mendapingi pasien selama fase akut,
Tingkat kepatuhan
progresif atau terminal, jika memungkinkan
Status kognitif
Edukasi Kesehatan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.