Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK SEHAT DENGAN IMUNISASI


MEASLES RUBELLA (MR)

Oleh :

I WAYAN SURIPTA, SST.Kep


NIM. P07120320115

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK SEHAT DENGAN IMUNISASI
MEASLES RUBELLA (MR)

I. Konsep Dasar Anak Sehat dan Imunisasi


1. Definisi Anak Sehat
Sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan baik segenap badan serta bagian –
bagiannya atau suatu hal ini yang mendatangkan kebaikan. Kesehatan sendiri dapat
diartikan sebagai keadaan sehat (terbebas dari penyakit) dan kebaikan keadaan (badan
atau yang lainnya). Kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik,
mental dan social yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (WHO,2019)
Anak yang sehat adalah anak yang keadaan fisik, mental, intelektual, social
dan kesejahteraan emosional terbebas dari sakit dan kelemahan. Anak-anak yang
hidup sehat dalam keluarga, lingkungan dan komunitas akan berkesempatan mencapai
potensi perkembangan yang maksimal (WHO, 2007).
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat adalah tumbuh
dengan baik, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya, tampak aktif /
gesit dan gembira, mata bersih dan bersinar, nafsu makan baik, bibir dan lidah tampak
segar, pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, serta
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2. Tanda dan Gejala Anak Sehat


Menurut Depkes RI (1993) ciri anak sehat ada 9, yaitu:
a. Ciri anak sehat ia akan tumbuh dengan baik,  yang dapat dilihat dari naiknya berat
dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
b. Tampak aktif atau gesit dan gembira.
c. Mata bersih dan bersinar.
d. Anak sehat nafsu makannya baik.
e. Bibir dan lidah tampak segar.
f. Pernapasan tidak berbau.
g. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering.
h. Ciri anak sehat lainnya, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
i. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya.
Umur Perkembangan Anak
1 bulan          Tangan dan kaki bergerak aktif
         Kepala menoleh kesamping kanan kiri
         Bereaksi terhadap bunyi lonceng
        Menatap wajah ibu atau pengasuh
2 bulan         Mengangkat kepala ketika tengkurap

         Bersuara ooooooo........oooooo


         Tersenyum spontan
3  bulan          Kepala tegak ketika didudukan
         Memegang makanan
         Tertawa dan berteriak
        Memandang tangan
4  bulan         Tengkurap

         Terlentang sendiri


5  bulan          Meraih, menggapai sesuatu yang diberikan
         Menoleh kesuara
         Merah mainan
6  bulan          Duduk tanpa berpegangan
         Memasukan benda ke mulut

7 bulan          Mengambil dengan tangan kanan ataupun kiri


        Bersuara ma.ma atau pa.pa
8 bulan         Berdiri berpegangan
9 bulan         Menjimpit, menmbalik tangan

10 bulan         Memukul mainan dengan kedua tangan

         Bertepuk tangan


11 bulan          Memanggil papa dan mama
        Menunjuk dan meminta
12 bulan         Berdiri tanpa berpegangan

         Memasukan mainan ke cangkir


        Bermain dengan orang lain
14 bulan         Berjalan jalan

         Mulai berbicara satu atau dua kata


         Gigi mulai tumbuh
        Dapat minum menggunakan gelas
15 bulan         Berjalan

         Mencoret-coret sekeliling


         Berbicara dua kata
         Dapat minum menggunakan gelas
1,5 tahun          Lari
         Menumpuk mainan
         Berbicara
         Makan mengunakan sendok
        Menyuapi boneka
2 tahun         Menendang bola

         Menumpuk empat mainan


         Menumpuk gambar
         Melepaskan pakaian
         Memakai pakaian
         Menyikat gigi dengan sendirinya
2,5 tahun          Melompat
         Menunjuk bagian tubuh
         Mencuci tangan
         Mengeringkan tangan
3 tahun          Menggambar garis tegak
         Menyebut warna benda
         Menyebut nama teman
3,5 tahun          Naik sepeda roda tiga
         Menggambar lingkaran
         Bercerita singkat
         Menyebutkan penggunaan benda
         Memakai baju kaos
4 tahun          Menggambat tanda tambah
         Mengenakan baju tanpa bantuan

Secara sederhana, ciri anak sehat dilihat dari segi fisik, psikis dan sosialisasi adalah:
1. Dilihat dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani
yang normal.
2. Segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar, pikiran
bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan bersosialisasi baik.
3. Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Selain itu, tanda anak yang sehat adalah perkembanganya sesuai dengan KMS (Kartu
Menuju Sehat) atau agenda tumbuh kembang balita dari dokter jadikanlah alat untuk
memantau perkembangan balita. Bila ada penyimpangan, jangan tunda konsultasikan
dengan dokter agar segera ditangani.

3. Definisi Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio
(Hidayat, A, 2005). Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif.
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan
dibuat oleh individu itu sendiri, contohnya adalah kekebalan pada janin yang
diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan
imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme
oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh
sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara
alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama dari pada kekebalan pasif karena
adanya memori imunologik (Ranuh, et al. 2008).
Menurut Ranuh, dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi adalah pemindahan
atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan vaksinasi dimaksudkan sebagai
pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas
(antibody) dari sistem imun di dalam tubuh. Imunitas secara pasif dapat diperoleh
dari pemberian dua macam bentuk, yaitu immunoglobulin yang non-spesifik atau
Gamaglobulin dan Immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor
yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi
penyakit tertentu.

4. Imunsasi MR

5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk anak sehat adalah :
1. Pemeriksaan antropometri (BB dan TB)
2. Pemeriksaan fisik

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk anak sehat :
1. Pemberian imunisasi dasar sesuai dengan waktu pemberian
a. BCG (Bacille Calmette-Guérin)
Manfaat: Mencegah penyakit tuberkulosis atau TB (bukan lagi disingkat
TBC), yaitu infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, walaupun pada sepertiga
kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang
Waktu pemberian: Sejak bayi lahir. 
Catatan khusus: Bila mama ketinggalan dan umur si kecil sudah lebih dari 3
bulan, harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu. Uji ini untuk mengetahui
apakah di dalam tubuh anak sudah terdapat bakteri penyebab TB atau tidak.
BCG baru bisa diberikan, bila uji tuberkulin negatif.
b. Hepatitis B
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus Hepatitis B, yang bisa menyebabkan
kerusakan pada hati.
Waktu pemberian: Dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1
bulan, lalu saat 3 - 6 bulan.
Catatan khusus: Jarak antara pemberian pertama dengan kedua minimal 4
minggu.
c. Polio 
Manfaat: Melindungi tubuh terhadap virus polio, yang menyebabkan
kelumpuhan.
Waktu pemberian: Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama setelah lahir.
Selanjutnya, vaksin ini diberikan tiga kali, yakni saat bayi berumur 2, 4, dan 6
bulan.
Catatan khusus: Pemberian vaksin ini harus diulang (boost) pada usia 18 bulan
dan 5 tahun.
d. DTP (Diphteria, Tetanus, Pertussis)
Manfaat: Mencegah tiga jenis penyakit, yaitu difteri (infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan  bakteri), tetanus (infeksi bakteri pada bagian
tubuh yang terluka), dan pertusis (batuk rejan, biasanya berlangsung dalam
waktu yang lama). 
Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat bayi berumur lebih dari enam
minggu. Pemberian selanjutnya pada usia 4 dan 6 bulan. 
Catatan khusus: Ulangan DTP diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada usia
12 tahun, vaksin ini diberikan lagi, biasanya di sekolah.
e. Campak 
Manfaat: Melindungi anak dari penyakit campak yang disebabkan virus.
Waktu pemberian: Pertama kali diberikan saat anak umur 9 bulan. Campak
kedua diberikan pada saat anak SD kelas 1 (6 tahun).
Catatan khusus: Jika belum mendapat vaksin campak pada umur 9 bulan, anak
bisa diberikan vaksin kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman
(MMR atau Measles, Mumps, Rubella) di usia 15 bulan.

7. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
a. Identitas Anak dan/atau Orang Tua
Nama, Alamat, Telepon, Tempat dan tanggal lahir, Ras/kelompok entries,
Jenis kelamin, Agama, Tanggal wawancara.
b. Keluhan Utama (KU)
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang
akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan
terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat
memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu,
perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara
langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum
diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus
dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin
tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat,
hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan
anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan
panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai
penyakitnya.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau
pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai
petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi. Riwayat penyakit dahulu
mencangkup :
1) Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
2) Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya
3) Alergi.
4) Pengobatan terbaru.
5) Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
6) Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi
dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang
sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara
langsung pada anak ataupun keluarganya).
7) Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
e. Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan
terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga
yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan
bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami
sakit.
f. Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama
terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat
sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat
imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak
terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan
keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya
sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
g. Riwayat Keluarga       
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan
sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada
sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada
anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek
sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami
pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk
mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum
begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk
memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
2. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data
yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses
imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam
melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal
penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar
pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip
yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan
warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan
bagi anak, dan menyediakan makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak
menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama,
tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan
pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan
mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak
mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri
kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak
yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui
nasehat petugas.

Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga


memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan
kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah
melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu dikaji adalah

a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil,
seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain,
serta apakah kehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg
tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak.
Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat
diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara
normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam
kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara
kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka
gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam
pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di
lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar
kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila
dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji
pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan
lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan, berikut
ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:
1) Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah
sebagai berikut:
a) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah
ditera (distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang
digunakan dapat berupa dacin atau timbangan injak.
b) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal
tersebut dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang berusia
1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan dacin.
Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan
dapat dilakukan dengan posisi berdiri.

Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:

a) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran.
Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
b) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan
timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan
gendongan ke timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas
timbangan injak tanpa dipegangi.
c) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas
tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat
ditimbang.
d) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang
berat badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan
ditimbang. Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat
badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya,
dapat dilihat rumus berikut.
BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu
e) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada
timbangan
f) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar
yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal, kurang, atau
buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan
dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan anak berada
pada kurva berwarna hijau, kuning, atau merah.
2) Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan
menjadi untuk usia kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih.
Pengukuran tinggi badan pada anak usia kurang dari 2 tahun adalah
sebagai berikut :
a) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita
pengukur (meteran).
b) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut
sampai menempel pada meja (posisi ekstensi).Luruskan bagian puncak
kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja
pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
c) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberi tanda pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa
garis atau titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi.
Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita pengukur.

Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun


atau lebih adalah sebagai berikut :

a) Tinggi badan diukur dengan  posisi berdiri tegak, sehingga tumit


rapat, sedangkan bokong, punggung, dan bagian belakang kepala
berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada alat pengukur.
b) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah
papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur
sesuai dengan skala yang tertera.
3) Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi
dan terendah dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas
kurva normal, berarti ukuran kepala besar (macrocephali), sedangkan bila
ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran kepala kecil
(microcephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan
perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala :
a) Siapkan pita pengukur (meteran)
b) Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau
supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior
kemudian tentukan hasilnya
c) Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
4) Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya
perlu diketahui :
a) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada
lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan siku.
Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa aktivitas
lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga ukurannya
lebih stabil.
b) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan
pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat
pengukuran.
c) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada
pita pengukur.
d) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status
anak.
5) Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang
dilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas biasa (mid
respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura subternalis). Pengukuran lingkar
dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar,
sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar
dada adalah sebagai berikut :
a) Siapkan pita pengukur
b) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
c) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.
d. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan
perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca
pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
e. Data Kebutuhan Bio-Psiko-Sosio dalam sehari-hari
1) Bernafas
Pada pola ini, kaji anak mengenai :
a) Apakah anak mengalami kesulitan bernafas ?
Jika iya apa kesulitan yang dirasakan ?
b) Bagaimana suara napas anak ?
2) Makan dan Minum
Pada pola ini kaji anak mengenai :
Pada bayi :
a) Berapa kali sehari anak diberikan ASI ?
b) Sampai umur berapa anak diberikan ASI ?
c) Apakah ada makanan pendamping ASI ?
Jika ada makanan apa yang diberikan ?
d) Umur berapa mulai diberikan makanan cair (air buah/sari buah) ?
e) Umur berapa diberikan bubur susu ?
f) Umur berapa anak mulai diberi nasi tim saring ?
g) Umur berapa anak diberi nasi tim ?
h) Berapa kali sehari anak diberi makan ?
Pada anak-anak :
a) Bagaimana nafsu makan anak sehari-hari ?
b) Apa jenis makanan pokok, lauk, sayuran, dan jenis buah anak ?
c) Apakah anak memiliki kebiasaan jajan ?
3) Eliminasi (BAB/BAK)
Pada pola ini kaji anak mengenai :
a) Apakah anak bisa memberitahu jika ingin BAB/BAK ?
b) Apakah anak melakukan BAB/BAK sendiri/ditolong ?
c) Berapakali anak BAB/BAK dalam sehari ?
d) Bagaimana bau, warna, dan konsistensi feses dan urine anak ?
4) Aktifitas
Pada pola ini kaji anak mengenai :
a) Apakah anak suka bermain ?
b) Apa permainan yang disukai anak ?
c) Apakah anak memiliki teman bermain ?
d) Apa mainan yang dimiliki anak ?
5) Rekreasi
Pada pola ini kaji anak mengenai :
a) Apakah anak pernah/jarang/sering melakukan rekreasi ?
b) Jenis rekreasi apa yang disukai anak ?
6) Istirahat dan Tidur
Pada pola ini kaji anak mengenai :
a) Bagaimana kebiasaan istirahat anak ?
b) Bagaimana kebiasaan tidur anak (mencuci kaki sebelum tidur,
mengompol, mengorok, mengigau, sering terjaga atau kebiasaan tidur
lain)?
c) Jam berapa anak mulai tidur malam dan bangun pagi ?
d) Apakah anak tidur sendiri atau ditemani?
e) Apakah anak biasa tidur siang ? berapa jam ?
7) Kebersihan Diri
Pada pola ini kaji anak mengenai:
a) Apakah anak mandi sendiri atau dibantu ?
b) Dimana anak mandi ?
c) Dikeringkan dengan handuk atau tidak ?
d) Apakah anak gosok gigi sendiri atau ditolong ?
e) Kapan anak menggosok gigi ? apakah menggunakan pasta gigi ?
8) Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pola ini kaji anak mengenai pengaturan suhu tubuhnya
9) Rasa Nyaman
Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami nyeri atau tidak
10) Rasa Aman
Pada pola ini kaji anak apakah anak mengalami ketakutan atau kecemasan
11) Belajar (anak dan orang tua)
Pada pola ini kaji anak dan orangtua mengenai pengetahuan tentang
mkanan, kesehatan lingkungan, personal hygiene, tumbuh kembang anak
12) Prestasi
Pada pola ini kaji anak mengenai apa kepandaiannya sekarang dan apa
prestasi yang dimiliki anak
13) Hubungan Sosial Anak
Pada pola ini kaji anak mengenai hubungan anak dengan inter keluarga
(hubungan paling dekat, orang yang dominan, orang yang disegani,
hubungan, komunikasi anak dan orang tua, serta anggota keluarga lain)
14) Melaksanakan Ibadah
Pada pola ini kaji anak mengenai bagaimana kebiasaan sembahyang anak
dan bantuan yang diperlukan Selama anak sakit

8. Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016), diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada anak sehat adalah :
a. Kesiapan peningkatan pengetahuan
b. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
9. Rencana Keperawatan
Intervensi (SIKI)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI)

1. Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen imunisasi atau vaksinasi
manajemen kesehatan ditandai selama 1x30 menit diharapkan kesiapan o Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
dengan peningkatan manajemen kesehatan o Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (misalnya,
Gejala dan tanda mayor tercapai dengan kriteria hasil : reaksi anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya dan atau sakit
Subjektif o Meningkatkan tindakan untuk parah dengan atau tanpa demam)
o Mengekspresikan keinginan mengurangi faktor risiko o Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan kepelayanan
untuk mengelola masalah o Menerapkan program perawatan kesehatan
kesehatan dan o Aktivitas hidup sehari-hari efektif o Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
pencegahannya memenuhi tujuan kesehatan o Dokumentasikan informasi vaksinasi (misalnya, nama
Objektif produen, tanggal kedaluwarsa)
o Pilihan hidup sehari-hari o Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
tepat untuk memenuhi o Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan
tujuan program kesehatan
efek samping
Gejala dan tanda minor
o Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
Subjektif
(misalnya, hepatitis B, BCG, difteri, tetanus, pertussis, h.
o Mengekspresikan tidak
influenza, polio, campak, measles, rubella)
adanya hambatan yang
o Informasikan imunisasi yang meindungi terhadap penyakit
berarti dalam
mengintegrasikan program namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah (misalya,
yang ditetapkan untuk influenza, pneumokokus)
megatasi masalah kesehatan o Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (misalnya,
o Menggambarkan rabies, tetanus)
berkurangnya faktor risiko o Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
terjadinya masalah mengulang jadwal imunisasi kembali
kesehatan o Informasikan penyedia layanan pecan imuisasi nasional
Objektif yang menyediakan vaksin gratis
o Tidak ditemukan adanya
gejala masalah kesehatan Edukasi Nutrisi Anak
atau penyakit yang tidak o Jelaskan kebutuhan gizi seimbang pada anak
terduga o Anjurkan menghindari makanan jajanan yag tidak sehat
(misalnya, mengandung pemanis buatan, pewarna buatan,
pengawet, penyedap)
o Ajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
(misalnya, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci
tangan dengan sabun setelah ke toilet)

Promosi Perilaku Upaya Kesehatan


o Anjurkan memberi bayi ASI eksklusif
o Anjurkan menimbang balita setiap bulan
1. Pengajaran keselamatan : anak
a. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk mengawasi anak
diluar ruangan
b. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk mendidik anak
mengenai bahaya melempar dan memukul
c. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk menjauhkan anak
dari stop kontak, kabel, listrik, senjata tajam, dan
benda-benda berbahaya lainnya
d. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk mengistruksikan
anak bahaya jalan
e. Instruksikan orangtua/pengasuh untuk memilih mainan
sesuai rekomendasi umur dari pabriknya

2 Kesiapan Peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi kesiapan penerimaan informasi
Pengetahuan selama …x …. jam pasien mampu
 Identifikasi informasi yang akan disampaikan
meningkatkan kesiapan pengetahuan
Gejala dan Tanda Mayor  Identifikasi pemahaman tentang kondisi kesehatan saat
dengan kriteria hasil :
ini
Subjektif :
Tingkat pengetahuan  Identifikasi kesiapan penerimaan informasi
 Mengungkapkan minat  Lakukan penguatan potensi dan keluarga untuk
 Keberlanjutan pelayanan rutin
dalam belajar menerima informasi
komunitas
 Menjelaskan  Libatkan pengambilan keputusan dalam keluarga untuk
 Ketersediaan pelayanan
pengetahuan tentang kesehatan menerima informasi
suatu topik  Ketersediaan sumber daya untuk  Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yangyang
 Menggambarkan memenuhi kebutuhan dasar membutuhkan layanan keperawatan
pengalaman sebelum  Kesiapan komunitas untuk  Dahulukan menyampaikan informasi baik (positif)
yang sesuai dengan topik tanggap krisis sebelum menyampaikan informasi kurang baik
Objektif :  Adaptasi komunitas terhadap ( negative) terkait kondisi pasien
perubahan  Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi jika pasien
 Prilaku sesuai dengan
Motivasi membutuhkan bantuan
pengetahuan
 Catat identitas dan nomor kontak pasien untuk
 Upaya mencari sumber sesuai
meningkatkan atau follow up kondisi pasien
kebutuhan
 Fasilitasi askes pelayanan pada saat dibutuhkan
 Upayakan mencari dukungan
 Berikan informasi berupa alur, leaflet atau gambar
sesui kebutuhan
untuk memudahkan pasien mendapatkan informasi
 Prilaku bertujuan inisiatif
kesehatan
 Proses informasi
 Anjurkan keluarga mendapingi pasien selama fase akut,
 Tingkat kepatuhan
progresif atau terminal, jika memungkinkan
 Status kognitif
Edukasi Kesehatan

 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima


informasi
 Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi prilaku hidup bersih dan sehat
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
 Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan prilaku hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan prilaku hidup bersih dan sehat
Daftar Pustaka

Depkes RI.1993. Pedoman perawatan anak sehat. Jakarta

Hidayat, A.A.A.2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba


Medika

Riyadi, S. Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

WHO. 2019. What is the WHO definition of Health. https://www.who.int/about/who-


we-are/frequently-asked-questions. Diperoleh pada 20 Agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai