Anda di halaman 1dari 12

ASKEP ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR

I. DISKRIPSI SINGKAT
Asfiksia neonatorum atau asfiksia bayi baru lahir (BBL) adalah
keadaan BBL gagal untuk bernapas sendiri secara spontan dan teratur
beberapa saat setelah lahir. Menurut WHO definisi Asfiksia perinatal adalah
kegagalan untuk memulai dan memelihara napas pada saat lahir. Disebut
asfiksia sedang bila Skor Apgar 4-6 pada menit ke 1 dan BBL bernapas
megap megap. Asfiksia berat atau tidak ada napas bila Skor Apgar 03 pada
saat menit ke 1. Definisi lain menyebutkan : Asfiksia neonatorum adalah
keadaan bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta
transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan
O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini paserta mampu melakukan asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir dengan Asfiksia.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat menjelaskan tentang asuhan
keperawatan pada bayibaru lahir dengan asfiksia neonatorum yang meliputi
pengkajian,diagnosa, intervensi keperawatan dan manajemen ventilasi
mekanik bayi paska resusitasi.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1. Pengkajian keperawatan bayi baru lahir.
2. Diagnosa dan intervensi keperawatan bayi baru lahir dengan asfiksia.
3. Manajemen ventilasi mekanik pada bayi baru lahir paska resusitasi.
4. Peran perawat pada resusitasi bayi baru lahir.

IV. BAHAN BELAJAR


1. LCD
2. Makalah

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Perkenalan
2. Penyampaian tujuan pembelajaran
3. Penyampaian materi
4. Diskusi dan Tanya jawab

VI. URAIAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR.
Untuk menjamin keberhasilan dan memelihara kondisi bayi baru lahir,
perlu diperhatikan Aspek asuhan keperawatan, masalah dan pengkajian
keperawatan .

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


Pengkajian fokus.
a. Pernafasan yang cepat
b. Pernafasan cuping hidung
c. Sianosis
d. Nadi cepat
e. Refleks lemah
f. Warna kulit biru atau pucat
g. Penilain Skor Apgar menunjukan adanya asfiksia,
1) seperti asfiksia ringan ( 7-10),
2) sedang ( 4-6),
3) berat (0-3)

Pengkajian faktor risiko.


a. Faktor ibu :
1) Cacat bawaan
2) Hipoventilasi selama anastesi
3) Penyakit jantung sianosis
4) Gagal bernafas
5) Keracunan CO Tekanan darah rendah
6) Gangguan kontraksi uterus
7) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
8) Sosial ekonomi rendah
9) Hipertensi pada penyakit eklampsia.
b. Faktor janin / neonatorum :
1) Kompresi umbilikus
2) Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
3) Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
4) Prematur
5) Gemeli
6) Kelainan congential
7) Pemakaian obat anestesi
8) Trauma yang terjadi akibat persalinan .

c. Faktor plasenta :
1) Plasenta tipis
2) Plasenta kecil
3) Plasenta tidak menempel
4) Solusio plasenta .
d. Faktor persalinan
1) Partus lama
2) Partus tindakan.

Pengkajian faktor predisposisi :


a. Faktor dari ibu :

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


1) Gangguan his, misalnya: hipertoni dan tetani
2) Hipotensi mandadak pada ibu karena perdarahan, misalnya:
plasenta previa
3) Hipertensi pada eklampsia
4) Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasentae
b. Faktor dari janin :
1) Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
2) Depresi pernafasan karena obat – obatan yang diberikan kepada
ibu
3) Ketuban keruh.

Pengkajian umum.
a. Identitas.
b. Penanggung jawab.

2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR


DENGAN ASFIKSIA.
Diagnosis/ masalah keperawatan
a. Gangguan pertukaran
b. Penurunan cardiac out put
c. Intolerensi aktifitas
d. Gangguan perfusi jaringan
e. Resiko tinggi terjadi infeksi
f. Kurangnya pengetahuan.

Intervensi keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas.
Monitoring gas darah, mengkaji denyut nadi, monitoring system jantung
dan pari ( resustansi ), memberikan O2 yang adekuat.

b. Penurunan Cardiac out put


Monitoring jantung paru, mengkaji tanda vital, memonitoring perfusi
jaringan tiap 2-4 jam, monitor denyut nadi, memonitoring ontake dan out
put serta melakukan kolaborasi dalam pemberian vasodilator
c. Intolerensi aktifitas
Menyediakan stimulasi lingkungan yang minimal, menyediakan
monitoring jantung paru, mengurangi sentuhan, melakukan kolaborasi
analgetiksesuai kondisi, memberikan posisi yang nyaman
d. Gangguan perfusi jaringan
Kolaborasi medis untuk pemberian diuretic sesuai dengan indikasi, monitor
laboraturium urine, monitor intake output.
e. Risiko tinggi terjadi infeksi
Dengan melakukan pencegahan.
f. Kurang pengetahuan.

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


Edukasi dengan bahasa yang mudah dimengerti, berikan informasi setiap
perubahan keadaan pasien.

3. MANAJEMEN VENTILASI MEKANIK PADA BAYI BARU LAHIR


PASKA RESUSITASI.

Prinsip umum dari penanganan pasca resusitasi neonatus diantaranya


melanjutkan dukungan kardiorespiratorik, stabilitas suhu, koreksi
hipoglikemia, asidosis metabolik, abnormalitas elektrolit, serta penanganan
hipotensi. Salah satu acuan yang telah mempunyai bukti ilmiah yang kuat
dalam melaksanakan stabilisasi pasca resusitasi neonatus dikenal
sebagai S.T.A.B.L.E., yaitu tindakan stabilisasi yang terfokus pada 6 dasar
penanganan yang direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics
(AAP), bertujuan untuk meningkatkan keamanan pasien, baik dalam
manajemen, mencegah kemungkinan adanya kesalahan, serta mengurangi
efek samping. Stabilisasi neonatus yang tepat terbukti menurunkan tingkat
morbiditas dan mortalitas.

S (SUGAR AND SAFE CARE)


Merupakan langkah untuk menstabilkan kadar gula darah neonatus. Pada awal
kehidupan, kelangsungan pasokan nutrisi terhenti setelah pemotongan tali
pusat. Bayi baru lahir memerlukan kelangsungan nutrisi untuk
mempertahankan asupan glukosa. Kecukupan glukosa diperlukan agar
metabolisme sel tetap berlangsung terutama sel otak.

Ada 3 faktor risiko yang mempengaruhi kadar gula darah:


a. Cadangan glikogen terbatas
b. Hiperinsulinemia

c. Peningkatan penggunaan glukosa

Stabilisasi bayi:
Bila terjadi hipoglikemia, mulai terapi
Infus mengandung Dekstrosa (Dex 10%), 80 ml/kg/hari
Target setidaknya : GIR = 4-6 mg/kg/menit

Sebelum bayi dirujuk, sebaiknya.


a. Pasang akses intra vena
b. Perhatikan keamanan saat melakukan pemasangan infus , sterilitas,
fiksasi, amati kemungkinan emboli/klot

T (TEMPERATURE)

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


Merupakan usaha untuk mempertahankan suhu normal bayi dan mencegah
hipotermia. Pada bayi dengan hipotermi akan terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah sehingga mengakibatkan ketidakcukupan sirkulasi di jaringan tubuh.
Selain itu kondisi hipotermia dapat meningkatkan metabolism dalam rangka
untuk meningkatkan kalori tubuh, kondisi ini akan meningkatkan kebutuhan
tubuh terhadap oksigen.
Beberapa bayi mempunyai risiko hipotermia:
a. Bayi prematur, BBLR
b. Bayi sakit berat
c. Bayi dengan resusitasi lama
d. Bayi dengan kelainan (bagian mukosa terbuka: gastroschisis, spina bifida,
omfalokel dll)

A (AIRWAY)
Masalah pernapasan menjadi morbiditas yang sering dialami bayi yang
mendapat perawatan di NICU. Saat resusitasi dilakukan upaya membuka
alveoli paru, pasca resusitasi alveoli paru belum sepenuhnya terbuka.
Beberapa faktor predisposisi :
a. Prematuritas
b. Persalinan seksio cesaria
c. Sindroma aspirasi mekoneum (MAS)
d. Proses inflamasi
e. Pneumotoraks: komplikasi, spontan
f. Kelainan bawaan : CDH, kista paru,
g. Masalah lain di luar paru (hipotermia, hipoglikemia, kelainan jantung, dll)
h. Problema sumbatan jalan napas

Deteksi dini kegawatan napas dan evaluasi terapi, termasuk menilai progresifitas
gangguan pernapasan sangat penting. Salah satu penilaian dini gangguan
pernapasan yang mudah adalah menggunakan Skor Down.

Skor Down
0 1 2
Kecepatan < 60- > 80x/menit
napas 60x/menit 80x/menit
Retraksi Tidak ada Retraksi Retraksi berat
retraksi ringan
Sianosis Tidak ada Tidak Sianosis (+)
sianosis tampak dg. O2
sianosis dg
O2

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


Udara (+) Udara Tidak ada
masuk masuk udara masuk
berkurang
Megap- Tidak Terdengar Terdengar
megap megap- melalui tanpa
megap stetoskop menggunakan
peralatan

Skor Gangguan pernapasan ringan


<4
Skor Gangguan pernapasan sedang
4-5
Skor Gangguan pernapasan berat
≥6 (diperlukan analisis gas darah)

Selain mengamati tanda kegawatan pernapasan, penting untuk menilai


kebutuhan oksigen dan peningkatan kebutuhan, bila memungkinkan lakukan
pemeriksaan analisis gas darah (data penting: pCO2 dan BE)

B (BLOOD PRESSURE)
Syok terjadi akibat adanya gangguan perfusi dan oksigenasi organ.
Penyebab tersering pada neonatus adalah:
a. Kehilangan darah saat intrauterin/persalinan
b. Kehilangan darah setelah lahir
c. Dehidrasi
Neonatus seyogyanya dicegah agar jangan sampai jatuh pada kondisi syok.
Gejala dini gangguan sirkulasi pada neonatus lebih sering berupa gangguan
pernapasan seperti : takipnu, kerja nafas meningkat, takikardi
Pada fase lanjut akan terjadi: megap-megap/apnu, bradikardi, nadi perifer
lemah, hipotensi, mottle sign (perfisi perifer buruk)
Prinsip penanganan :
a. Identifikasi syok
b. Beri bantuan ventilasi
c. Beri cairan fisiologis 10 cc/kg BB
d. Sambil cari penyebab, kolaborasi medis pemberian bikarbonas natrikus,
hindari terapi Biknat secara agresif. Bila perlu berikan Dopamine 5-10
mcg/kg/menit

Pesan penting

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


a. Gejala dini syok merupakan gangguan pernapasan,
b. Pada bayi dengan gangguan pernapasan, selalu pikirkan kemungkinan
terjadinya insufisiensi sirkulasi

c. Merujuk bayi dengan gangguan napas, selain bantuan ventilasi, jangan


lupa memasang akses vaskular + bolus NaCl 0,9% 10cc/kgBB (30-60
menit)

d. Hindari pemberian biknat (tidak rutin), intravaskular harus diisi lebih


dahulu. (Pemberian biknat yang agresif, selain berbahaya terhadap
jaringan tubuh, juga memicu iskemi sel otak).

L (LABORATORY)
Pada bayi yang akan dirujuk, wajib dilakukan pemeriksaan laboratorium
untuk kemungkinan infeksi (bila fasilitas memadai). Perlu dilakukan juga
pada bayi berisiko infeksi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau bila dicurigai adanya infeksi, berikan


antibiotika sesaat sebelum bayi dirujuk. Menanggulangi infeksi dengan gejala
yang lebih jelas atau dengan komplikasi akan lebih sulit.
E (EMOTIONAL SUPPORT)
Kelahiran anak merupakan saat yang dinantikan dan membahagiakan. Bila
kondisi tidak seperti yang diharapkan akan mengganggu emosi. Orangtua
biasanya akan memiliki perasaan bersalah, menyangkal, marah, tidak percaya,
merasa gagal, takut, saling menyalahkan, depresi. Dukungan emosi terhadap
orangtua atau keluarga bayi sangat penting.

Setelah kita evaluasi dengan Down Score, jika neonatus butuh bantuan
ventilasi mekanik yang dirawat di NICU yang perlu kita perhatikan adalah
a. Pastikan mode ventilator sesuai dengan order medis dan kondisi pasien.
b. Monitor keadaan umum pasien, meliputi ABCD sekunder yaitu
Apakah ada DOPES, bagaimana kesadaran pasien, apakah setting
ventilator yang diberikan terlihat nyaman (tidak ada fighting), posisi ETT
sesuai, bersihan jalan nafas.
c. Monitor tanda-tanda vital, monitor tanda-tanda syock.
d. Monitor tanda-tanda komplikasi pemasangan ventilator.

4. PERAN PERAWAT PADA RESUSITASI BAYI BARU LAHIR.

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


Kewajiban dan tanggung jawab perawat atau bidan dalam hal resusitasi
menurut AAP (American Academic of Pediatrics ) dan AHA (American Heart
Association ) secara ringkas tindakan resusitasi terdiri dari :
a. Penilaian awal
1) Setiap neonatus harus dinilai dengan 3 pertanyaan :
i. Apakah sukup bulan ?
ii. Apakah bernapasspontan atau menangis ?
iii. Apakah tonus otot baik ?
2) Bila ketiga pertanyaan tersebut jawabannya “Ya “ berarti bayi baik,
bugar dan harus dilakukan perawatan rutin untuk BBL. Apabila 1 atau
lebih jawaban nya “ Tidak “ maka harus dilakukan Lngkah awal.

b. Langkah awal
Terdiri dari :
a. Hangatkan bayi (biasanya sudah diletakkan di bawah Alat Pemancar
panas / radiant warmer )
b. Posisikan kepala bayi dalam posisi menghidu/setengah ekstensi
c. Bersihkan/isap lendir di jalan napas (kalau perlu)
d. Keringkan seluruh bayi dengan kkain yang kering dan hangat, kemudian
ganti yang basah dengan kain yang kering
e. Mereposisi kepala bayi
f. Menilai ; Bayi dinilai :
i. Apakah sudah bernapas ?
ii. Berapa denyut jantung bayi ?
iii. Bagaimana oksigenasi ? dengan memasang oksimetri nadi /pulse
oxymeter di lengan kanan.

Diagram alur resusitasi

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


Sumber : American Heart Association and American Academy of
Pediatrics.

c. Ventilasi tekanan positip


1) Ventilasi tekanan positip ( Posttive pressure ventilation ) meruapakan
Langkah atau tindakan yang paling penting dan efektip pada resusitasi
neonatal.
2) Hal hal yang perlu diperhatikan pada Langkah VTP ( ventilasi tekanan
positip ), yaitu :
i. Indikasi VTP : bayi apnu, napas megap megap atau sianosis
ii. Perhatikan betul sebelum dimulai tindakan :
a. Periksa alat untuk VTP : sungkup, balon resusitasi
b. Periksa alat berfungsi baik: tidak ada bocoran pada ikatan
lekatan mulut dan sungkup

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


c. Perhatikan gerakan kembang dada : apabila tidak terjadi
kembang dada, maka piirkan kemungkinan ada kendala yang
harus segera dikoreksi :
 S= sungkup nya, perhatikan lekatan sungkup mulut
apakah sudah erat, apakah ada kebocoran pada lekatan
atau sungkup bocor
 R = reposisikan kembali kepala bila belum benar ,pada
posisi menghidu atau setengah ekstensi
 I = Isap lender bila masih ada lender yang tertinggal di
saluran napas
 B = buka mulut sedikit agar memudahkan ventilasi
 T = tambah tekanan ventilasi
 A= alternatip lain jalan napas, kemungkinan perlu
dilakukan pemasangan pipa intubasi.
d. Kompresi dada :
a. Indikasi kompresi dada : apabila setelah dilakukan VTP secara
efektip selama 30 detik, frekuensi jantung masih < 60 x/menit .
b. Tujuan melakukan kompresi dada adalah :
1) Melakukan semacam pijat jantung / cardiac massage
2) Melakukan kompresi kea rah tulang belakang
3) Melakukan tekanan intra toraks
4) Memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital.
c. Cara melakukan kompresi dada :
1) Dilakukan secara terkoordinasi dengan VTP selama 45 – 60 detik
2) Dilakukan oleh dua orang :
a. Pelaksana kompresi : menilai dada dan meletakkan poooosisi
tangan dengan benar
b. Pelaksana VTP : posisi di kepala bayi, melakukan VTP dengan
efektip, melekatkan sungkup dengan mulut, mengawasi gerakan
dada
3) Dilakukan dengan cara :
a. Teknik 2 jari : menggunakan jari tengah dan jari telunjuk,
dilakukan di tengah sternum, ini lebih mudah dilakukan saat
bersamaan pemberian obat
b. Teknik 2 ibu jari :
i. Ibu jari menekan sternum, semua jari lain na kedua tangan
melingkari dada dan menopang punggyng
ii. Lebih baik dalam mengontrol kedalaman dan tekanan
konsisten
iii. Lebih unggul dalam meningkatkan puncak sistolik dan
tekanan perfusi koroner .
4) Lokasi penekanan :
a. Gerakkan jari menelusuri lengkung kosta, sampai menemukan
prosesus sifoideus
b. Letakkan ibu jari atau kedua jari pada sternum di atas sifoid.
Inilah lokasi penekanan
5) Kedalaman dan tekanan :

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


a. Kedalaman ± 1/3 diameter anteroposterior dada
b. Lama penekanan lebih pendek dari lama pelepasan sehingga
menyebabkan curah jantung maksimum
6) Kecepatan VTP 30 x/menit dan kompresi dada 90 x/menit berarti
120 kegiatan per menit.
7) Satu siklus terdiri dari 3 kompresi dada + 1 VTP dalam 2 detik
8) Selama kompresi dada pastikan bahwa VTP efektip( terjadi gerakan
dada ).
9) Tugas lain adalah kolaborasi dengan tenaga medis / dokter dalam
hal : pemasangan pipa endokrakeal, pemasangan infus kateter
umbilical dan pemberian obat obatan.

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA


5. DAFTAR PUSTAKA
1. Stabilisasi Neonatus Pasca Resusitasi/ Pra-rujukan . Artikel Ilmiah, dr.
Rudy Firmansyah B. Rifai, SpA . 2013
2. American Heart Association and American Academy of Pediatrics.
Textbook of neonatal resuscitation. J Kattwinkel, et al. (Eds). 6th Ed 2010.
3. Shah VA. Asphyxia neonatorum. (Internet ) (Cited May 26, 2013 ).
Available in : http://www.slideshare.net/varshatul/asphyxia-neonatorum.
4. Kattwinkel J. Perlman JM. Aziz K, et al. Neonatal resuscitation : 2010.
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular. Care.Pediatrics 2010;126
;e1400. Original published online October 18,2010; DOI:
10.1542/peds.2010-2972 E.
5. Sunshine P. Perinatal asphyxia : an overview. (Internet )(Cited May 26,
2013) , Available in : www. cambridge.org.

MODUL 17 : ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA

Anda mungkin juga menyukai