A. PENGERTIAN
Angka kejadian sectio caesaria di Indonesia menurut survei nasional tahun
2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari
seluruh persalinan di Jawa tengah tercatat dari 17.665 angka kelahiran
terdapat 35.7% - 55.3% ibu melahirkan dengan proses sectio caesaria (Kasdu,
2005). Di Indonesia angka persalinan caesar di 12 Rumah Sakit pendidikan
antara 2,1 % – 11,8 %. Angka ini masih di atas angka yang diusul oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1985 yaitu 10 % dari seluruh persalinan
Caesar nasional. Di Propinsi Gorontalo, khususnya di RS rujukan angka
kejadian SC pada tahun 2008 terdapat 35 % dan meningkat menjadi 38 %
pada tahun 2009 (Depkes RI, 2009).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka perut dan dinding rahim. Tujuan dasar pelahiran adalah
memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan anak. Atau SC adalah
suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin diatas 500 gram.
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim.
Sectio caesareamenurut Todman (2007) yang dikutip oleh Mulyawati
(2011) berasal dari bahasa latin caesere yang berarti memotong atau
menyayat.
Sectio caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi pada
dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerotomy) (Rasjidi,
2009).
Disproporsi Kepala Panggulmencakup panggul sempit, fetus yang
tumbuhnya terlampau besar, atau adanya ketidakseimbangan relatif antara
ukuran bayi dan ukuran pelvis. Yang ikut menimbulkan masalah disproporsi
adalah bentuk pelvis, presentasi fetus serta kemampuannya untuk
moulageatau masuk panggul, kemampuan terdilatasi pada serviks dan
keefektifan kontraksi uterus (Oxorn, 2010).
B. KLASIFIKASI
a) Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Tipe ini yang paling banyak dilakukan. Segmen bawah uterus
tidak begitu banyak mengandung pembuluh darah dibanding segmen atas
sehingga resiko perdarahan lebih kecil. Karena segmen bawah terletak
diluar kavum peritonei, kemungkinan infeksi pasca bedah juga
tidak begitu besar. Di samping itu resiko rupture uteri pada kehamilan
dan persalinan berikutnya akan lebih kecil jika jaringan parut hanya
terbatas pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka biasanya baik
karena segmen bawah merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif.
Indikasi SC yang berasal dari ibu:
1. Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk
2. Terdapat kesempitan panggul
3. Solusio Plasenta tingkat I-II
4. Komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia, eklamsia
5. Setelah operasi plastic vaginam:
a. Bekas luka / sikatriks yang luas
b. Fistula vesika-vaginal, rekto-vaginal
6. Gangguan perjalanan persalinan, karena :
a. Kista ovarium
b. Mioma uteri
c. Karsinoma serviks
d. Kekakuan serviks
e. Rupture uteri iminem
7. Kehamilan yang disertai penyakit seperti :
a. Penyakit jantung
b. DM
Indikasi yang berasal dari janin :
1. Fetal distress/ gawat janin
2. Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin
3. Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil
4. Kegagalan persalinan vakumatau forseps ekstraksi
Pertolongan persalinan SC tidak akan dipertimbangkan pada :
1. Janin yang telah meninggal
2. Kelainan congenital
3. Terdapat kesempitan panggul absolute (CD ≤ 5 cm)
Keuntungan insisi segmen bawah rahim menurut kehier :
1. Segmen bawah rahim lebih tenang
2. Kesembuhan lebih baik
3. Tidak banyak menimbulkan perlekatan
Kerugiannya :
1. Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin
2. Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan b.
b) Sectio sesarea klasik (korporal) menurut Sanger Insisi dibuat pada korpus
uteri. Dilakukan kala segmen bawah tidak terjangkau karena melekat
eratnya dinding uterus pada perut karena section sesarea yang sudah-
sudah, insisi disegmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan
banyak berhubung dengan letaknya plasenta pada plasenta previa, atau
apabila dikandung maksud untuk melakukan histerektomi setelah janin
dilahirkan.
Indikasi :
1. SC yang dengan sterilisasi
2. Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi
robekan segmen bawah rahim dan perdarahan
3. Janin kepala besar dalam letak lintang
4. Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul
Keuntungan :
1. Mudah dilakukan karena lapangan operasi relative luas
Kerugian :
1. Kesembuhan luka operasi relative sulit
2. Kemungkinan terjadinya rupture uteri pada kehamilan berikutnya
lebih besar
3. Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen
lebih besar
c) Sectio sesarea ekstraperitoneal Dahulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya infeksi puerperal, sekarang tidak banyak dilakukan karena sulit
dalam tehniknya dan seringkali terjadi sobekan peritoneam.
d) Sectio sesarea histerektomi menurut Porro Operasi SC Histerektomi
dilakukan secara
Histerektomi supra vaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin
dengan indikasi :
1. SC disertai infeksi berat
2. SC dengan Antonio uteri dan perdarahan
3. SC disertai uterus coovelaire (solusio plasenta)
C. INDIKASI
a. Indikasi Ibu :
1) Panggul sempit
2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3) Stenosis serviks uteri atau vagina
4) Plassenta praevia
5) Disproporsi janin panggul
6) Rupture uteri membakat
7) Partus tak maju
8) Incordinate uterine action
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak :
a) Letak lintang
b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
c) Latak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
d) Presentasi ganda
e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama
2) Gawat Janin
c. Indikasi Kontra(relative)
1) Infeksi intrauterine
2) Janin Mati
3) Syok/anemia berat yang belum diatasi
4) Kelainan kongenital berat
D. ETIOLOGI
Menurut Sulaiman, penyebab dari timbulnya kelainan panggul seseorang
adalah sebagai berikut :
a) Kelainan karena gangguan pertumbuhan
1) Panggul sempit seluruh
2) Panggul picak
3) Panggul sempit picak
4) Panggul corong
5) Panggul belah yaitu symfisisterbuka
b) Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
1) Panggul Rachitis
2) Panggul osteomalasia
3) Radang artikulasi sakroiliaka
c) Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
1) Kifosis
2) Skoliosis
d) Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah
1) Koksitis
2) Luksasi
3) Atrofi
E. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkanbayi tidak dapat lahir secara normal atau spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, Cephalopelvik
Disproportion, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea(SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkanpasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Efek anestesi juga dapat menimbulkan otot
relaksasi dan menyebabkan konstipasi. Kurangnya informasi mengenai proses
pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf -saraf di sekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut).
Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan
menimbulkan luka post SC, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah resiko infeksi.
Setelah kelahiran bayi prolaktin dan oksitosin meningkat menyebabkan
efeksi ASI, efeksi ASI yang tidak adekuat menimbulkan masalah
ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Awasi Tanda –Tanda Vital sampai pasien sadar
2. Mobilisasi decara dini dan bertahap
3. Atasi nyeri yang ada
4. Pemberian cairan dan diit
5. Jaga kebersihan luka operasi
6. Berikan obat antibiotik dan analgetik
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit
4. Golongan darah
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Menurut Fauziah dan Sutejo (2012) identitas klien meliputi:
a) Nama : untuk mengetahui nama klien agar mempermudah dalam
komunikasi dan tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b) Umur : untuk mengetahui faktor risiko yang ada hubungannya
dengan klien
c) Pendidikan : untuk mengetahui pendidikan terakhir klien.
d) Pekerjaan : untuk mengetahui sosial ekonomi klien.
e) Suku bangsa : untuk mengetahui faktor pembawaan atau ras.
f) Agama : untuk memberikan motivasi sesuai agama yang dianut
klien.
g) Alamat : untuk mengetahui alamat klien agar mempermudah
mencari alamat jika terjadi sesuatu.
h) Identitas suami atau penanggung jawab : untuk mengetahui yang
bertanggung jawab atas klien selama perawatan.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan menurut Fauziah dan Sutejo (2012) adalah:
a) Keluhan utama : ditanyakan alasan klien datang dan keluhan-
keluhannya.
b) Riwayat Kesehatan sekarang : ditanyakan penyakit yang diderita
dan pernah diderita baik akut maupun kronis serta penyakit
menular dan keturunan.
c) Riwayat menstruasi : ditanyakan fisiologis reproduksi (usia
menarche, siklus, lama menstruasi, masalah-masalah menstruasi,
perdarahan irreguler, nyeri hebat, perdarahan sampai
menggumpal selama menstruasi dan lain-lain).
d) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi.
e) Riwayat penyakit dahulu dan operasi sebelumnya.
f) Riwayat kesehatan keluarga : ditanyakan penyakit-penyakit dan
masalah kesehatan dalam keluarga.
c. Riwayat Obstetrik
Untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, abortus, dan anak
hidup yang dimiliki saat periksa sekarang. Riwayat Obstetrik
menurut Fauziah dan Sutejo (2012) adalah :
a) Paritas ibu hamil dituliskan G P A, yang artinya :
G = jumlah kehamilan sampai saat ini
P = jumlah kelahiran
A = abortus yang pernah dialami.
Selain G P A, dalam paritas ibu hamil juga ditulis G T P A
L, yang artinya :
G = jumlah kehamilan sampai saat ini
T = kehamilan term jumlah kehamilan cukup bulan
P = kehamilan prematur
A = aborsi (jumlah aborsi spontan atau elektif)
L = living (jumlah anak hidup saat ini).
2. Penggunaan obat-obatan selama kehamilan, paparan penyakit dan
paparan toksin ditanyakan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari
masalah-masalah tersebut.
3. Adaptasi kehamilan serta reaksi bagi ibu hamil, pasanganatausuaminya,
maupun keluarga ditanyakan untuk mengetahui penerimaan klien,
pasangan, dan keluarga terhadap kelahiran bayi yang dapat
mempengaruhi pemeliharaan bayi.
4. Riwayat persalinan.
5. Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan Dasar Manusia menurut Fauziah dan Sutejo (2012) adalah :
a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pengetahuan tentang
keperawatan kehamilan sekarang.
b) Pola nutrisi atau metabolik : intake makanan dan cairan selama
perawatan.
c) Pola eliminasi, defekasi, dan miksi.
d) Pola aktivitas dan latihan : kemampuan perawatan diri meliputi
makan, minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat
tidur, berpindah, ambulasiatauROM.
e) Pola tidur dan istirahat : lama tidur, gangguan tidur, bantuan dan
kebiasaan untuk membantu tidur, serta perasaan saat bangun tidur.
f) Pola persepsual : penglihata, pendengaran, pengecap dan
sensasinyeri.
Nyeri adalah suatu kondisi yang menyebabkan suatu ketidaknyamanan.
Rasa ketidaknyamanan dapat di sebabkan oleh terjadinya kerusakan saraf sensori
atau juga diawali rangsangan aktivitas sel T ke korteks serebri dan menimbulkan
persepsi nyeri (Smeltzer,2010).
Pengkajian analisis symptom meliputi (PQRST) : P (Paliatif/Profocatif=
yang menyebabkan timbulnya masalah), Q (Quality= kualitas nyeri yang
dirasakan), R (Regio = lokasi nyeri), S (Severity= keparahan), T (Time= waktu)
(Kneale & Davis, 2011).
Pengukuran nyeri, terdapat beberapa cara yaitu pengukuran nyeri menurut
Kneale & Davis (2011) adalah :
a) Skala Nilai Numerik (NRS, Numerical Rating Scale)
Skala NRS digunakan dengan meminta klienuntuk menilai nyeri yang
dirasakan dengan angka, secara umum menggunakan skala 0-10 dengan 0
tidak ada nyeri dan 10 nyeri yang tak tertahankan atau sangan nyeri. Beberapa
unit menggunakan skala 0-3 atau 0-5 dengan dasar yang sama. Diperlukan
instruktur yang cermat terutama jika klienmengalami nyeri yang hebat.
Keuntungan menggunakan NRS adalah skala ini memiliki sensitivitas
yang lebih besar dan menghindari kesalahpahaman yang terjadi ketika kita
menginterprestasikan nyeri secara lisan. Keterbatasan berhubungan dengan
individu yang memiiki kesulitan untuk membayangkan nyeri yang dirasakan
dalam bentuk angka.
b) Skala Nilai Visual (VAS, Visual Analogue Scale)
Skala ini digambarkan dengan garis lurus, biasanya panjangnya mencapai
10 cm (Gambar 1.2). Salah satu ujungnya ditandai tidak ada nyeri dan ujung
lainnya ditandai nyeri hebat. Skala ini digunakan secara vertikal atau
horizontal, sambil meminta klienuntuk menandai garis pada titik yang
menggambarkan derjat nyeri yang mereka rasakan saat ini.Metode ini
digunakan secara luas, terutama dalam penelitian.
Kelebihan VAS adalah :
1. klien dapat menandai derajat nyeri yang dirasakan dengan akurat.
Gambar 1.3 Skala Analog Visual Sumber : Kneale & Davis, 2011