Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KASUS PERSALINAN

NORMAL PADA NY. P

Dosen Pembimbing : Hj. Ernawati ,


Skp,M.Kep

Ci ruangan :

DI susun oleh :

Dina Andrini
Rofiah
Novika Ana Lely H
Nyimas Siti Suraya
Ika Minarsih
Salina

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 - 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir, serta berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan
(Ardriaansz, 2017).

Persalinan terdiri dari empat kala yaitu, kala I dimulai sejak pembukaan serviks
hingga pembukaan lengkap (10 cm), kala II dari pembukaan lengkap sampai bayi
lahir, kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan kala IV dari lahirnya plasenta sampai dua
jam pertama postpartum Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap (10
cm) sampai dengan pengeluaran bayi. Setelah serviks membuka lengkap janin
akan segera keluar. Pada kala pengeluaran, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih
lama, kira – kira 2 -3 menit lamanya 60-90 detik. Kepala janin telah turun masuk
ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot – otot dasar panggul yang
menimbulkan rasa mengedan. Terjadi tekanan pada rectum, ibu merasa ingin
buang air besar, dan tanda anus terbuka (Ilmiah, 2015).

Setiap persalinan beresiko mengalami komplikasi persalinan yang berdampak


pada terjadinya kematian ibu. Salah satu gangguan saat persalinan adalah
terjadinya nyeri melahirkan, nyeri selama proses persalinan merupakan kondisi
yang fisiologis. Namun, jika dibiarkan nyeri dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa
mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamia yang menaikkan
aktivitas sistem saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung,
pernapasan dan akibatnya memengaruhi lama persalinan, kecemasan dan
kelelahan atau kekuatan ibu akan habis saat persalinan (Rahmawati et al., 2013).

Menurut WHO dari seluruh persalinan didapatkan lebih dari 80% proses
persalinan berjalan normal dan sekitar 15-20 % terjadi komplikasi persalinan. Pada
tahun 2015 angka ibu bersalin di Indonesia mencapai 5.007.191 kasus (Susetyoaji,
2017). Berdasarkan Riskesdes tahun 2018, angka ibu bersalin di Indonesia
mencapai 79% dengan proporsi 15% di Rumah Sakit pemerintah dan 18% swasta
(Kementerian Kesehatan, 2018).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atasi dapat merumuskan Bagaimana


Gambaran Asuhan Keperawatan pasien Ny. P

3. Tujuan

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah melakukan penyusunan laporan kasus diharapkan mahasiswa dapat


mengelola pasien dengan persalinan normal

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melakukan penyusunan laporan kasus diharapkan mahasiswa dapat:


A. Mengetahui konsep persalinan normal

B. Melakukan pengkajian pada pasien dengan persalinan normal


C. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien dengan persalinan normal
D. Melakukan intervensi keperawatan evaluasi tindakan dan dokumentasi

4.Manfaat
a. Bagi masyarakat
Hasil seminar ini dapat memberikan suatu pemikiran untuk masyarakat agar
dapat menanggulangi nyeri melahirkan pada persalinan normal
b. Bagi tenaga kesehatan
Hasil dari seminar ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada persalinan normal
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep

1. PENGERTIAN
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu,
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Saifuddin, 2006). Persalinan adalah proses
pergerakan keluar janin, plesenta, dan membran dari dalam
rahim melalui jalan lahir.
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada
kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur), mempunyai
omset yang spontan (tidak di induksi), selesai setelah 4 jam
dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus
presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal)
dengan persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput pada
bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial
(seperti forseps), tidak mencakup komplikasi (seperti
perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang normal
(Forrer, 2001).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dari


persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm 37-42 minggu), pada janin letak
memanjang dan presentasi belakang kepala, yang disusul
dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu
berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau
pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.
2. ETIOLOGI
Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan
etiologi dari persalinan adalah meliputi:
a Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses
persalinan mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen
dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila
kadar progesterone menurun.
b Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta
akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah,hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
c Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan
meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,sehingga
mengganggu sirkulasi utero plasenter
d Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion
servikal (fleksus frankenhauser), bila ganglion ini di geser
dan di tekan misalnya oleh kepala janin,akan timbul kontraksi
rahim.
e Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi,
oksitosin drip dan sexio caesarea.

3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


Berdasarkan Winkjosastro (2005) bahwa faktor yang
mempengaruhi persalinan sebagai berikut:
a Power : his dan tenaga mengejan.
b Passage : ukuran panggul dan otot-otot persalinan.
c Passenger : terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.
d Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu
dalam menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi
selama proses persalinan.
e Provider (penolong) : tenaga terlatih dalam bidang kesehatan

4. FISIOLOGI PERSALINAN
Fisiologi persalinan berdasarkan (Winkjosastro, 2005)
yang menyatakan bahwa sebab-sebab terjadinya persalinan
masih merupakan teori yang komplek. Perubahan-perubahan
dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan
mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar
hormon progesteron dan estrogen. Progesteron merupakan
penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini
terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin
meningkat menimbulkan kontraksi myometrium. Keadaan uterus
yang membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemi otot-otot
uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari
fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus
berkontraksi.
5. PATHWAY PERSALINAN NORMAL

Kehamilan umur 36-42

Progesteron menurun
Uterus membesar dan tegang
dan prostaglandin
sehingga terjadi iskemi otot uterus,
meningkat sehingga
adanya tekanan pada ganglion
menimbulkan kontraksi
servikale dari fleksus frankenhauser
myometrium
di belakang servik menyebabkan
uterus berkontraksi

Kontraksi uterus dan


Dx. Ansietas
tanda inpartu
lainnya
Dx. Kerusakan
Partus integritas jaringan
Dx. Nyeri akut

Perdarah
an Episiotom
i

Dx. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit Dx. Risiko infeksi
6. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN
Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda
menjelang persalinan sebagai berikut:
a Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada
minggu 36 yang disebut lightening
b Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
c Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian
bawah dan menekan kandung kemih.
d Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria
e Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri
mulai lunak, sekalipun terdapat pembukaan
f Braxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:
- Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam
10 menit
- Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan
serviks dapat mulai muncul.
- Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.
- Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu
his semakin frekuen dan persalinan dapat dimulai.

Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda mulai


persalinan adalah timbulnya his persalinan dengan ciri :
a Fundul dominant
b Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin
pendek c Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar
ke pinggang
d Menimbulkan perubahan progresif pada serviks
berupa perlunakan dan pembukaan
e Dengan aktivitas his persalinan makin bertambah

Berdasarkan Waspodo (2007) menyatakan bahwa


persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks. Tanda dan gejala inpartu
sebagai berikut:
a Penipisan dan pembukaan serviks
b Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada
serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
c Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina

7. PROSES PERSALINAN
Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002),
bahwa proses persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu:
a Kala I : Pembukaan serviks.
b Kala II : Kala pengeluaran janin.
c Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
d Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta
lahir. Tanda-tanda dan gejala inpartu :
a Penipisan dan pembukaan serviks.
b Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit ).
c Cairan lender bercampur darah (show) melalui
vagina. d Adanya HIS.

His sesungguhnya His


palsu
a Rasa sakit : a Rasa sakit :
 teratur  tidak teratur
 Interval makin pendek  interval panjang
 semakin lama semakin  kekuatan tetap
kuat
 dirasakan kuat di
 dirasakan paling sakit di daerah
 daerah punggung  perut
 intensitas makin kuat  tak ada perubahan
kalau
 penderita walaupun
berjalan. b Keluar  penderita
“show” berjalan b Tidak
c Serviks membuka dan keluar “show”
menipis. c Serviks tertutup dan tak ada
pembukaan.
Tabel1. Pembeda his sesungguhnya dan his palsu

Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam


(2002), menyatakan bahwa fase-fase dalam
persalinan:
i. Kala 1
1) Fase Laten
 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks.
 Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
 Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2) Fase Aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat, memadai jika terjadi
tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung
selama 40detik atau lebih).
 Dari pembukaan 4 cm hingga mencaspai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan dapat dilakukan
dengan menggunakan partograf. Partograf adalah alat bantu yang
digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari
penggunaan partograf adalah:
a Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan
menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini
setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :
a Kesejahteraan janin, meliputi pemeriksaan denyut jantung janin (setiap
½ jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam),
penyusupan sutura (setiap pemeriksaan dalam).
b Kemajuan persalinan, meliputi pemeriksaan frekuensi dan
lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks
(setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam).
c Kesejahteraan ibu , meliputi pemeriksaan nadi (setiap ½ jam),
tekanan darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin
, aseton dan protein ( setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum.

Proses persalinan pada kala I :


a Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi
uterus yang teratur, makin sering, makin nyeri; disertai
pengeluaran darah-lendir (tidak lebih banyak dari darah haid).
b Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada
periksa- dalam bibir porsio tidak dapat diraba lagi). Selaput
ketuban biasanya pecah pada akhir kala I.
c Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida ± 12 jam,
multigravida ± 7 jam.
d Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai berikut :
kontraksisegmen atas uterus dan retraksi (regangan) segmen
bawah
uterus yang mengakibatkan pembukaan serviks. Akhirnya
segmen bawah uterus makin menipis, dan segmen atas uterus
(korpus) makin menebal.
Tabel2. Perbedaan antara his dan his palsu

His persalinan His


palsu
 Mules-mules teratur(1jam 5  Tidak teratur.
kali)
 Tidak ada perubahan.
 Makin lama makin sering.
 Tidak ada perubahan.
 Makin lama makin nyeri dan
 Nyeri terutama di depan.
makin lama.
 Tidak ada perubahan.
 Nyeri dimulai dari
 Tidak ada hubungan.
belakang menjalar ke
 Tidak keluar apa-apa.
depan
 Tidak ada perubahan.
 Berjalan menambah nyeri.
 Belum turun.
 Berhubungan dengan
 Kepala tetap bebas.
pengerasan uterus.
 Sedativa dapat
 Keluar darah lendir. menghentikan
 Serviks mendatar dan  mules-mules.
membuka
 Bagian terbawah sudah turun.
 Kepala tidak dapat digerakkan
pada waktu mules.
 Sedativa tidak menghentikan
mules-mules.

Pada primigravida retraksi (regangan, penipisan)


mendahului pembukaan serviks, sedangkan pada multigravida
berlangsung bersama- sama. Inilah yang menentukan lamanya kala
I. Kecepatan pembukaan pada sepertiga pertama lambat, dan pada
dua per tiga kedua cepat. Pembukaan lengkap = 10 cm.

e His
- Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan 2-3
kali/10 menit pada akhir kala I.
- Lamanya : kurang lebih satu menit.
- Nyerinya : berasal dari regangan seviks yang membuka.
- Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
- Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan.
- Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba
dengan uterus.
- Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat
aliran darah dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi
75 mmHg akan menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his
terlampau kuat, terlampau lama, atau terlampau sering dapat
menimbulkan gawat janin.
f Darah lendir
- Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat
pergeseran selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu
pembukaan seviks.

ii. Kala 2
Persalinan kala 2 sebagai berikut:
a Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan
menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap,
pembukaan 10 cm). Tanda-tanda klinik lainnya ialah nyeri his yang
sangat hebat, pasien merasa “ingin mengejan”; “darah-lendir”
bertambah banyak; selaput ketuban pecah; perasaan seperti “mau
buang air besar”; hemoroid fisiologik mulai tapak.
b Berakhir dengan lahirnya janin.
c Lamanya, pada primigravida kira-kira 1 jam, multipara ½ jam.
d Mengejan, disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum.
Berakibat meningkatnya tekanan intraabdominal yang memperkuat
kontraksi uterus. Jangan dibiarkan kalau serviks belum membuka
lengkap atau dilakukan di luar his, karena regangan yang
berlebihan pada ligamentum serviks lateralis dapat menimbulkan
prolapsus uteri (turun peranakan) di kemudian hari.
e Perineum yang menggembung, terjadi pada waktu kepala janin
mencapai introitus vagina. Bertambah gembung pada setiap
kontraksi uterus, yang
dapat mengakibatkan robekan perineum, kecuali kalau
dilakukan episotomi.
f Kepala mulai tampak diantara labia minora
(crowning). g Mekanisme persalinan.

iii. Kala 3
Persalinan kala 3 meliputi:
a Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap, dan
berakhir dengan lahirnya plasenta.
b Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15 menit.
c Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus
setelah lahirnya janin yang akan menekan pembuluh-pembuluh
darah ibu. Kontraksinya berlangsung terus-menerus (tidak
memanjang lagi ototnya).
d Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar,
atau kalau ditarik tidak ada tahanan, segumpal darah keluar dari
vagina

iv. Kala 4
Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan
merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja
mengalami perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari
perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke
dunia luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk
memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil
tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi.
Penanganan yang dapat dilakukan seorang penolong persalinan
dalam menghadapi persalinan kala 4 sebagai berikut:
- Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 - 30
menit selama jam kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan
menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini
dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan
pasca persalinan.
- Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap
15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
- Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan
tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
- Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
- Anjurkan ibu untuk istirahat.
- Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
- Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat untuk
kedekatan bayi dan ibu serta dapat mencegah perdarahan karena
uterus berkontraksi.
- Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam
pascapersalinan.

Catatan penilaian selama kala IV antara lain :


a kontraksi uterus
b tinggi fundus
c tanda – tanda vital
d jumlah urine dan adanya distensi kandung kemih
e jumlah darah keluar

Tanda – tanda bahaya postpartum yaitu :


a demam
b perdarahan aktif
c keluar banyak bekuan darah dan bau busuk dari vagina

d pusing

e lemas luar biasa


f nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
8. MEKANISME PERSALINAN
Berdasarkan Cuningham (2005) dan Winkjosastro (2005)
menyatakan bahwa mekanisme persalinan normal sebagai berikut:
a Engagement (fiksasi) = masuk
Engangement adalah masuknya kepala dengan lingkaran
terbesar (diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala
janin mulai turun pada umur kehamilan kira-kira 36 minggu,
sedangkan pada multigravida pada kira-kira 38 minggu, kadang-
kadang baru pada permulaan partus. Engagement lengkap terjadi
bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi
maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya
seolah-olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu engagement
sering juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala
dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang sesuai
dengan bentuk yang bulat lonjong. Seharusnya pada waktu kepala
masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di tengah yang
disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat
bergeser kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus.
Asynclitismus dibagi 2 jenis :
- Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis
bergeser mendekati promontorium.
- Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis
mendekati symphisis.
b Descensus = penurunan
Descensus adalah penurunan kepala lebih lanjut kedalam
panggul. Faktor-faktor yang mempengaruhi descensus adalah
tekanan air ketuban, dorongan langsung fundus uteri pada bokong
janin, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi badan janin.
c Fleksi
Fleksi ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati
sternum sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil  suboksipito
bregmatikus (9,5cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala terdorong His
kebawah kemudian
menemui jalan lahir. Pada waktu kepala tertahan jalan lahir,
sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak
menekan kebawah.
d Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Putaran paksi dalam adalah berputarnya oksiput ke arah
depan, sehingga ubun -ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII).
Faktor-faktor yang mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan
PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan
lonjong.
e Defleksi
Defleksi ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum.
Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan
panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada
waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan
suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis
sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan
akhirnya dagu.
f Putaran paksi luar (external rotation) ialah berputarnya kepala
menyesuaikankembali dengan sumbu badan (arahnya sesuai
dengan punggung bayi).
g Expulsi adalah lahirnya seluruh badan bayi.

9. ASUHAN DALAM PERSALINAN


Tujuan Asuhan Persalinan adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Wiknjosastro, 2005)
Berikut upaya asuhan yang dapat dilakukan dalam
persalinan: a Kala I, asuhan yang dapat diberikan sebagai
berikut:
1) Memberikan dorongan emosional, anjurkan suami dan anggota
keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama proses
persalinan
Membantu pengaturan posisi, anjurkan suami dan pendamping
lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berdiri,
berjalan-jalan duduk, jongkok, berbaring miring, merangkak
dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering juga
mempersingkat waktu persalinan
2) Memberikan cairan atau nutrisi, makanan ringan dan cairan yang
cukup selama persalinan memberikan lebih banyak energi dan
mencegah dehidrasi. Apabila dehidrasi terjadi dapat
memperlambat atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan
kurang efektif.
3) Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur, ibu harus berkemih
paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering jika ibu ingin
berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat mengakibatkan :
a) Memperlambat penurunan bagian terendah janin dan mungkin
menyebabkan partus macet
b) Menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
c) Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang
disebabkan oleh atonia uteri
d) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
e) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan
4) Pencegahan infeksi, sangat penting dalam penurunan kesakitan
dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan
menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang baik melindungi
penolong persalinan terhadap resiko infeksi
5) Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan
sesuai partograf

b Kala II
Kala II asuhan yang dapat diberikan sebagai berikut:
1) Menjaga kebersihan ibu
2) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
atau ketakutan ibu
3) Mengatur posisi ibu
4) Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk berkemih
5) Berikan cukup minum terutama minuman yang manis
6) Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk
mengambil nafas diantara kontraksi
7) Perikda DJJ setiap selesai kontraksi
8) Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak divulva
9) Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
10)Tahan perineum dengan satu tangan yang lain
11)Jika kepala telah lahir, usap dengan kasa dari lendir dan darah
12)Periksa adanya lilitan tali pusat
13)Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya
14)Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
15)Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan
bahu anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.
16)Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian
dengan tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai seluruhnya
lahir. Lakakukan penilaian selintas meliputi: apakah bayi menangis/
bernafas tanpa kesulitan, warna kulit dan bergerak aktif atau tidak.
17)Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai
pernafasannya APGAR) dalam menit pertama
18)Lakukan jepit, potong, ikat tali pusat
19)Pastikan bayi tetap hangat

c Kala III
Asuhan yang dapat diberikan pada kala III adalah:
1) Pastikan tidak ada bayi yang kedua
2) Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera setelah bayi lahir.
3) Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan
menegangkan tali pusat sementara tangan kiri dengan arah
dorsokranial mencengkram uterus.
4) Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali
pusat kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai
plasenta nampak divulva lalu tangan kanan menerima plasenta
kemudian memutar kesatu
arah dengan hati-hati sehingga tidak ada selaput plasenta yang
tertinggal dalam jalan lahir
5) Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase
fundus uteri untuk menimbulkan kontraksi
6) Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya
7) Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina
hingga perineum.
8) Lakukan penjahitan jika diperlukan

d Kala IV
Asuhan yang dapat diberikan pada kala IV sebagai berikut:
1) Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
2) Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi
3) Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
4) Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
a) Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan kontraksi
b) Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
c) Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pertama

10. LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL


1. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning
sebesar 5 sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi
dengan perineum yang kaku dapat dilakukan episiotomi
median/mediolateral atau lateral
2. Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi
sakit. Tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur
sehingga mudah mengait dan melakukan adaptasi.
3. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum
sehingga tidak terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan
kepala untuk mengendalikan ekspulsi
4. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka
dan hidung dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk
melakukan putar paksi dalam guna menyesuaikan os aksiput kearah
punggung
5. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik
curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas
untuk melahirkan bahu belakang setelah kedua bahu lahir ketiak
dikaitr untuk melahirkan sisa badan bayi
6. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan
menghisap lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis
dengan nyaring pertanda jalan nafas bebas dari hambatan
7. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan :
a) Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi
telah berkembang dengan sempurna
b) Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan
pada bayi yang aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar
50 cc
c) Pada bayi prematur pemotongan tali pusat dilakukan segera
sehingga darah yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu
besar untuk mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus
8. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya
9. Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan
a) Kateterisasi kandung kemih
b) Menjahit luka spontan atau luka episiotomy

11. KOMPLIKASI
Berdasarkan (Hachermoore, 2001) bahwa
komplikasi dari persalinan sebagai berikut:
a. Infeksi.
b. Retensi plasenta.
c. Hematom pada vulva.
d. Ruptur uteri.
e. Emboli air ketuban.
f. Ruptur perineum .

12. PROSEDUR DIAGNOSTIK


Berdasarkan (Saifuddin, 2002) bahwa cara menentukan
persalinan sudah pada waktunya adalah :
a Melakukan anamnesa dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut:
- Permulaan timbulnya kontraksi
- Pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau
cairan ketuban
- Riwayat kehamilan, riwayat medik, riwayat sosial, masalah
kesehatan ibu dan kesehatan reproduksi yang pernah dialami
b Pemeriksaan Umum meliputi tanda vital, BB, TB, oedema,
kondisi puting susu, kandung kemih
c Pemeriksaan Abdomen meliputi bekas luka operasi, Tinggi
Fundus Uteri (TFU), kontraksi, penurunan kepala, letak janin,
besar janin, denyut jantung janin (DJJ)
d Pemeriksaan vagina meliputi pembukaan dan penipisan servik,
selaput ketuban penurunan dan molase, anggota tubuh janin
yang sudah teraba
e Pemeriksaan Penunjang berupa:
- Urine : warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain
- Darah : Hb, BT/CT, dan lain-lain.
-
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang
riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini
digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk
menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan
atau perawatan yang sesuai, meliputi :
1) Nama, umur, dan alamat
2) Gravida dan para
3) Hari pertama haid terakhir
4) Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5) Riwayat alergi obat-obat tertentu
6) Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
7) Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi,
gangguan jantung, berkemih, dan lain-lain)
8) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan,
pusing atau nyeri epigastrum bagian atas)

Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi


kesehatan ibu dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin,
meliputi; pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen digunakan
untuk :
1) Menentukan tinggi fundus uterus
2) Memantau kontraksi usus
3) Memantau denyut jantung janin
4) Menentukan presentasi
5) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Berdasarkan (Prawirohardjo, 2006) bahwa pemeriksaan dalam
diperlukan untuk menilai:
1) Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
2) Keadaan serta pembukaan serviks
3) Kapasitas panggul
4) Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
5) Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya
bartholmitis, urethritis, sistitis, dan sebagainya
6) Pecah tidaknya ketuban
7) Presentasi kepada janin
8) Turunnya kepala dalam ruang panggul
9) Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
10)Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus
telah berlangsung.
Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam
patograf meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan
persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang
diberikan, kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik, mencatat dan
mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik (Waspodo, 2007).

2. Diagnosa Keperawatan

Data Diagnosa NANDA Diagnosa SDKI

1. Nyeri Nyeri persalinan Nyeri melahirkan


2. kontraksi uterus
3. Kelelahan Resiko Cidera Pada Resiko Cidera Pada
Janin Janin
4. Ketuban pecah Resiko Cidera Pada Ibu Resiko Cidera Pada
Ibu
1. Mengalami Keletihan Keletihan
peningkatan
energi
2. Lelah karena
kehamilan
3. Rencana Tindakan Keperawatan pada Persalinan Normal

Diagnosa NOC NIC


Keperawatan

Nyeri melahirkan Tingkat nyeri Manajemen nyeri


berhubungan dengan nyeri, 1. Nyeri yang dilaporkan tidak ada 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
perineum tertekan,kontraksi 2. Dapat beristirahat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
uterus ditandai dengan 3. Frekusi nafas normal 2. Identifikasi skala.
proses persalinan 4. Tekanan darah normal 3. Identifikasi faktor yang memperberat rasa
5. Mengerang dan menangis tidak ada nyeri
6. Berkeringat tidak berlebihan 4. Berikan terapi komplementer untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Terapi musik)
5. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri.
6. Ajarkan terapi komplementer untuk
mengurangi nyeri (mis. Relaksasi)
7. Kolaborasi pemberian analgesik jika
diperlukan
Resiko cedera pada janin Status janin intrapartum Pemantauan frekuensi denyut jantung
ditandai dengan persalinan 1. Dasar denyut jantung janin (120-160) 1. Identifikasi adanya penggunaan obat,
kala I dan II, kelelahan. tidak terganggu. diet, dan merokok.
2. Posisi janin tidak terganggu. 2. Monitor tanda vital ibu.
3. Warna cairan ketuban tidak terganggu. 3. Anjurkan berbaring ditempat tidur.
4. Atur posisi pasien.
1 2 3
5. Periksa denyut jantung janin selama
satu menit.
6. Jelaskan tentang tindakan yang
dilakukan

Resiko cedera pada ibu Tingkat kecemasan Teknik menenangkan


ditandai dengan persalinan 1. Dapat istirahat. 1. Buat kontrak
kala I dan II, cemas 2. Perasaan gelisah tidak ada. 2. Diskusikan masalah yang dialami.
berlebihan, ketuban pecah . 3. Tekanan darah normal 3. Ciptakan ruangan yang tenang dan
4. Berkeringat dingin tidak ada. nyaman.
5. Wajah tegang tidak ada 4. Minta untuk mendengarkan musik yang
6. Rasa cemas yang disampaikan secara lembut dan yang disukai.
lisan tidak ada 5. Mimbing untuk berdoa, berdzikir,
membaca kitab suci, ibadah sesuai
dengan agama yang dianut.
6. Lakukan hingga perasaan menjadi tenang.
Keletihan berhubungan Status Maternal: antepartum Manajemen energy
dengan merasa letih, 1. Tekanan darah normal 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengalami peningkatan 2. Hb normal mengakibatkan kelelahan
energi, lelah karena hamil 3. Tidak ada mual 2. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
ditandai dengan kehamilan 4. Tidak muntah stimulus (mis.cahaya, suara, kunjungan)
5. Nyeriabdomen berkurang 3. Anjurkan tirah barang
4. Monitor pola dan jam tidur
Sumber: SDKI (2016).
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan
(aterm 37-42 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala, yang
disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam
waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.
Dalam melakukan pencegahan banyaknya angka kematian ibu ataupun anak saat proses
persalinan, perlu dilakukan asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV sebagai berikut :
a. Kala I, tahap pembukaanin partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur
darah, karena serviks mulai membuka dan mendatar.
b. Kala II , pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali.
c. Kala III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta setelah pengeluaran janin.
d. Kala IV, tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam.

B. Saran
1. Dalam menolong persalinan berpedoman pada 58 langkah asuhan persalinan normal
serta aseptik dan antiseptik dalam penanganannya lebih memperhatikan kebutuhan
klien baik fisik dan mental yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga
dapat memberikan asuhan yang komprehensif.
2. Hendaknya keluarga selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu
membantu ibu dalam proses persalianan dan  memenuhi kebutuhannya.

Anda mungkin juga menyukai