Anda di halaman 1dari 9

Studi Kasus

Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada


Asuhan Keperawatan Pasien Congestive Heart Failure

Yulianti Yulianti1, Chanif Chanif1


1 Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Semarang

Informasi Artikel Abstrak


Riwayat Artikel: Penyakit Congestive Heart Failure (CHF) memiliki tanda dan gejala utama
• Submit 16 September yaitu sesak napas yang dapat mempengaruhi terjadinya penurunan saturasi
2020 oksigen dan peningkatan respirasi rate, karena pada pasien CHF jantung
• Diterima 27 Juli 2021 tidak mampu untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna
• Diterbitkan 5 Agustus memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan
2021 meskipun aliran balik vena adekuat. Perubahan posisi dapat membantu
untuk memberikan posisi tubuh dalam meningkatkan kesejahteraan atau
Kata kunci: kenyamanan fisik dan psikologis.Studi kasus ini bertujuan menerapkan
Frekuensi napas; Saturasi perubahan posisi (head up 30o, semi fowler 45o dan high fowler 90o) untuk
Oksigen; CHF; Perubahan peningkatan saturasi oksigen & penurunan respirasi rate pada asuhan
Posisi keperawatan pasien congestive heart failure di IGD RSUD Tugurejo
Semarang. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan proses asuhan keperawatan. Subjek studi kasus adalah pasien
penyakit CHF. Subjek studi kasus berjumlah 3 orang, yang didapatkan secara
insidental. Subjek studi kasus telah menandatangani informed
consent sebelum dilakukan pengambilan data. Hasil studi kasus
menunjukkan bahwa posisi semi fowler 45o dapat meningkatkan saturasi
oksigen dengan rata-rata 6 poin dan menurunkan respirasi rate dengan rata-
rata 10 poin. Perubahan posisi dapat menjadi implementasi keperawatan
dalam meningkatkan saturasi oksigen dan menurunkan respirasi rate.

PENDAHULUAN jiwa meninggal akibat penyakit jantung


(WHO, 2020). Resiko kematian akibat gagal
Gagal jantung kongestif adalah suatu jantung antara 5-10% pertahun pada gagal
keadaan di mana jantung tidak mampu jantung ringan yang akan meningkat
untuk mepertahankan curah jantung yang menjadi 30-40% pada gagal jantung berat
adekuat guna memenuhi kebutuhan (Kasron, 2012).
metabolik dan kebutuhan oksigen pada
jaringan meskipun aliran balik vena Prevalensi penyakit gagal jantung
adekuat (Stillwel, 2011). Congestive Heart berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia
Failure (CHF) termasuk salah satu penyakit pada tahun 2013 sebesar 0,13% atau
urutan tertinggi dalam daftar penyebab diperkirakan sekitar 530.068 orang,
kematian di beberapa negara barat dan di sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/
negara tropis (Naga, 2012). World health gejala sebesar 0,3% atau 229.696 orang.
organization (WHO) menyampaikan bahwa Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke
pada tahun 2008 diperkirakan 17,3 juta 3 dengan diagnosisi/gejala, estimasi jumlah

Corresponding author:
Yulianti
yuliantiyuli0797@gmail.com
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021
e-ISSN: 2723-8067
DOI: https://doi.org/10.26714/nm.v2i2.6275
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 82-90 83
Yulianti - Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Congestive Heart Failure

penderita gagal jantung yaitu sebesar farmakologi yang dapat diberikan untuk
72.268 orang atau 0,3% (InfoDatin, 2014). pertolongan pertama adalah pemberian
Kasus penyakit tidak menular (PTM) di kota terapi oksigen untuk mencegah terjadinya
Semarang dengan jumlah penyakit jantung hipoksemia dan hipoksia yang akan
sebanyak 55.506 jiwa (Dinkes Jateng, mengakibatkan kematian sel (Patria &
2018). Data prevalensi dari IGD RSUD Fairuz, 2012). Terapi non farmakologi salah
Tugurejo Semarang pada tahun 2020 satunya dengan pemberian positioning.
selama 1 bulan terakhir yaitu pada bulan Positioning adalah tindakan yang dilakukan
Februari mendapat kunjungan sebanyak 15 dengan sengaja untuk memberikan posisi
penderita CHF. tubuh dalam meningkatkan kesejahteraan
atau kenyamanan fisik dan psikologis
Tanda dan gejala dari CHF adalah dyspnea, (Muzaki & Ani, 2020). Positioning juga
ortopnea, dyspnea deffort, dan Paroxysmal merupakan salah satu tindakan
Nocturnal Dypsnea (PND), edema paru, keperawatan yang dapat membantu
asites, pitting edema, berat badan meminimalkan bendungan sirkulasi
meningkat, dan bahkan dapat muncul syok (Khasanah, 2019). Pengaturan posisi tidur
kardioganik (Smeltzer & Bare, 2014). dengan meninggikan punggung bahu dan
Munculnya tanda gejala tersebut disebakan kepala dengan 30o, 45o dan 90o
oleh jantung yang mengalami kegagalan memungkinkan rongga dada dapat
dalam memompa darah guna mencukupi berkembang secara luas dan
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrient dan pengembangan paru meningkat. Kondisi ini
oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010). akan menyebabkan asupan oksigen
Penyakit CHF jika tidak segera ditangani membaik sehingga proses respirasi kembali
maka akan menurunkan cara kerja jantung normal (Smeltzer & Bare, 2014).
yang menyebabkan gangguan pernafasan
dan menimbulkan kematian (Kasan & Hasil penelitian sebelumnya ada perbedaan
Sutrisno, 2020). Masalah utama yang di SaO2 dan respirasi rate pada posisi head up
rasakan oleh pasien adalah sesak napas 30o, semi fowler 45o dan high fowler 90o yang
atau dyspnea dengan masalah keperawatan menunjukkan bahwa perubahan status
pola nafas tidak efektif. pernafasan menjadi lebih baik pada posisi
semi fowler dan high fowler dari pada posisi
Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi head up (Khasanah et al., 2019).
dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan Berdasarkan penelitian lainnya bahwa pada
ventilasi adekuat (Tim pokja SDKI DPP pasien gagal jantung menunjukkan status
PPNI, 2017). Ketidakefektifan pola napas pernafasan yang lebih baik berdampak pada
merupakan suatu keadaan dimana individu kualitas tidur dengan posisi semi fowler 45o
mengalami kehilangan yang aktual atau (Shahab et al., 2016).
potensial yang berhubungan dengan
perubahan pola pernafasan (Carpenito, Posisi semi fowler mampu memaksimalkan
2012). Pernafasan melibatkan oksigen saat ekspansi paru dan menurunkan upaya
inspirasi dan karbondioksida saat ekspirasi, penggunaan alat bantu otot pernapasan.
oksigen mempunyai peran penting dalam Ventilasi maksimal membuka area
tubuh, jika terjadi gangguan pola napas dan atelektasis dan meningkatkan gerakan
tidak segera ditangani maka akan sekret ke jalan napas besar untuk
menyebabkan kematian (Asmadi, 2008). dikeluarkan (Muttaqin, 2009). Posisi semi
fowler mengakibatkan terjadinya gaya
Penanganan kegawatdaruratan pada pasien gravitasi, sehingga membantu
CHF adalah dengan memberikan terapi pengembangan paru dan mengurangi
farmakologi dan nonfarmakalogi. Terapi tekanan dari abdomen pada diafragma

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 82-90 84
Yulianti - Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Congestive Heart Failure

(Smeltzer et al., 2010). Tujuan dari tindakan istirahat 10 menit), selanjutnya di posisikan
ini adalah untuk menurunkan konsumsi O2 high fowler 90o.
dan menormalkan ekspansi paru yang
maksimal, serta mempertahankan Penulis menggunakan panduan cara ukur
kenyamanan. Posisi semi fowler bertujuan tindakan tersebut dengan menggunakan
mengurangi risiko statis sekresi pulmonar SOP memposisikan pasien yang di adopsi
dan mengurangi resiko penurunan oleh penulis dari Khasanah 2019 yang telah
pengembangan dinding dada (Masrifatul, di kembangkan oleh peneliti sebelumnya.
2012). SpO2 atau saturasi oksigen adalah ukuran
seberapa banyak prosentase oksigen yang
Studi ini bertujuan untuk menerapkan terikat oleh Hb, yang di ukur dengan
perubahan posisi (head up 30o, semi fowler menggunakan bedside monitor setelah
45o dan high fowler 90o) untuk dilakukan perubahan posisi. Sedangkan,
meningkatkan saturasi oksigen dan respirasi rate (RR) adalah jumlah frekuensi
menurunkan respirasi rate pada asuhan pernafasan yang di ukur dengan
keperawatan dengan pasien congestive menggunakan bedside monitor selama 1
heart failure di IGD RSUD Tugurejo menit dengan melihat naik turunya dinding
Semarang. dada setelah di lakukan perubahan posisi.
Penerapan perubahan posisi ini dilakukan
METODE setelah pasien mendapatkan terapi
oksigenasi.
Studi kasus ini menggunakan desain studi
kasus deskriptif yang menggambarkan Proses pengambilan data pada studi kasus
pengelolaan kasus dalam mengaplikasikan ini dilakukan dengan cara melihat data
evidence based nursing practice dengan sekunder dari rekam medis pasien,
menggunakan pendekatan proses asuhan kemudian melakukan pendekatan pada
keperawatan. Pemberian asuhan pasien dengan cara mengobservasi,
keperawatan dilakukan pada pasien CHF melakukan pengkajian, dan pemeriksaan
berjumlah 3 pasien yang didapatkan secara fisik, setelah itu penulis menjelaskan
insidental. Kriteria inklusi pada subjek ini mengenai tujuan dari tindakan yang akan
adalah pasien Congestive Heart Failure, usia diberikan, meminta persetujuan pasien,
50-75 tahun, laki-laki, dyspnea dengan serta pasien menyetujui dilakukan tindakan
ditandai SaO2 <94% dan RR 26 - 45 pada inform consent. Alat pengumpul data
x/menit, NYHA II & III. Studi kasus ini yang digunakan adalah bedside monitor.
dilakukan di IGD RSUD Tugurejo Semarang Metode analisis data yang digunakan pada
pada bulan Februari 2020. Adapun penerapan studi kasus ini dilakukan dengan
perubahan yang di amati adalah nilai SpO2 cara deskripsi sederhana menggunakan
dan respirasi rate. rata-rata.

Intervensi pada penerapan ini adalah HASIL


perubahan posisi sebagai berikut :
pemberian posisi head up 30o yang Pengkajian dilakukan pada bulan Februari
dilakukan selama 15 menit, selanjutnya 2020 dengan tanggal yang berbeda pada
dilakukan pengukuran SpO2 dan RR (waktu masing-masing pasien. Subjek studi kasus
pengukuran dengan istirahat 10 menit), berjumlah 3 pasien, ketiganya berjenis
selanjutnya pasien di posisikan semi fowler kelamin laki-laki dengan CHF sepeti pada
45o selama 15 menit, kemudian pengukuran tabel di bawah.
SpO2 dan RR (waktu pengukuran dengan
Tabel 1

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 82-90 85
Yulianti - Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Congestive Heart Failure

Data Demografi Pasien CHF masing-masing pasien. Tn. B 54 tahun


Data Pasien Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3 datang ke IGD RSUD Tugurejo pada tanggal
Inisial Pasien Tn. B Tn. S Tn. D
10 Februari pukul 21.00 WIB dengan
Umur 54 tahun 72 tahun 63 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki keluhan sesak sesak napas sejak 2 jam yang
Pendidikan SMA SMA S1 lalu, sesak bertambah berat ketika
Pekerjaan Swasta Swasta Pensiun berbaring, pasien mengatakan mudah lelah
Agama Islam Islam Islam ketika beraktivitas dan sesak berkurang
Suku Jawa Jawa Jawa
dengan istirahat, serta pasien mengeluh
lemes dan pusing. Dari hasil observasi
tampak pasien menggunakan otot bantu
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa napas. Tanda-tanda vital pada Tn. B pada
ketiga pasien masuk dalam kategori usia awal masuk di dapat TD : 178/123 mmHg,
lanjut yaitu rata-rata usia 63 tahun, dengan HR : 103x/menit, RR : 35x/menit, SpO2 :
usia paling muda 54 tahun dan paling tua 91%, suhu 36,5oC, hasil EKG sinus
usia 72 tahun, berjenis kelamin laki-laki tachycardia left axis deviation, Troponin T
dengan pendidikan dua pasien SMA dan +270 terpasang nassal canul 3 lpm, akral
satu pasien Sarjana, semua pasien dingin. Therapy yang di dapat, yaitu Aspilet
beragama Islam dengan suku Jawa serta dua 1x80 mg, ISDN 5 mg, Inj. Furosemid 10
pasien bekerja sebagai swasta dan satu mg/ml 1 amp, Inj. Ranitidin 25 mg/ml 1
pasien sudah mengalami pensiun. amp, infus RL 20 tpm.
Tabel 2
Data yang berhubungan dengan hemodinamik Hasil pengkajian pasien ke 2 Tn. S 72 tahun
(SpO2, RR) pada pasien Congestive Heart Failure datang ke IGD RSUD Tugurejo pada tanggal
Inisial Pasien 18 Februari 2020 pukul 12.00 WIB dengan
Faktor yang terkait Pasien Pasien Pasien keluhan sesak napas sejak 1 minggu yang
1 2 3 lalu, dirumah pasien mengatakan sesak
Keturunan Tidak Tidak Tidak
Riwayat merokok Ya Ya Ya
bertambah dengan posisi berbaring
Stres Ya Ya Ya sehingga sulit untuk tidur, sehingga harus di
Riwayat CHF Tidak Tidak Ya beri ganjalan dengan 2-3 bantal, pasien
Obesitas IMT >22,5 Tidak Ya Ya sering mengalami pusing dan lemes ketika
Kurang olahraga Ya Ya Ya beraktivitas sehari-hari. Dari hasil
observasi tampak pasien menggunakan otot
bantu napas. Tanda-tanda vital Tn. S pada
Berdasarkan tabel 2 di atas bahwa sebagian awal masuk di dapat TD : 160/76 mmHg, HR
besar pasien tidak memiliki riwayat : 105x/menit, RR : 30x/menit, SpO2 : 92%,
keturunan CHF dari orang tuanya, semua suhu 37oC, hasil EKG sinus tachycardia left
pasien memiliki riwayat merokok pada axis deviation, Troponin T +55, terpasang
masa muda, terdapat dua pasien tidak nassal canul 3 lpm, akral dingin. Therapy
memiliki riwayat CHF dan satu pasien yang di dapat, yaitu Aspilet 1x80 mg, ISDN 5
memiliki riwayat CHF. Terdapat satu pasien mg, Atorvastatin 1x20 mg, Inj. Furosemid 10
dengan berat badan normal dan dua pasien mg/ml 1 amp, Inj. Ranitidin 25 mg/ml 1
memiliki berat badan obesitas dengan IMT amp, infus RL 10 tpm.
24-25, kategori normal menurut WHO yaitu
(18,5 – 22,5). Semua pasien mengatakan Sementara hasil pengkajian pasien ke 3 Tn.
jarang melakukan aktivitas fisik seperti D 63 tahun tanggal 24 Februari 2020 pukul
olahraga. 21.00 WIB dengan keluhan batuk-batuk
hingga mengalami sesak sejak tadi magrib,
Pengkajian dilakukan pada bulan Februari sesak berkurang jika dibawa beristirahat
2020 dengan tanggal yang berbeda pada dengan duduk, pasien juga mengatakan jika

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 82-90 86
Yulianti - Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Congestive Heart Failure

berbaring dan batuk akan bertambah sesak. perubahan 3 posisi, pasien diberi
Pasien juga mengeluh mudah lelah ketika kesempatan untuk memilih posisi tidur
malakukan aktivitas seperti menyapu yang membuat napas tidak berat dan
halaman rumah. Dari hasil observasi nyaman.
tampak pasien menggunakan otot bantu
napas. Tanda-tanda vital Tn. S pada awal Status pernafasan pada Tn. B sebelum
masuk di dapat TD : 150/85 mmHg, HR : diberikan intervensi didapat SpO2 91% dan
113x/menit, RR : 43x/menit, SpO2 : 90%, RR 35x/menit. Penulis memberikan posisi
suhu 36oC, pemeriksaan fisik thorak I : dada head up 30o, setelah itu terdapat perubahan
simetris, Pa : fremitus raba meningkat, Pe : yaitu SpO2 93%, RR 28x/menit, setelah 15
redup, Au : ronkhi. Hasil EKG sinus menit kemudian diberikan posisi semi
tachycardia with occasional and consecutive fowler 45o ditemukan peningkatan pada
premature, Troponin T +263, terpasang SpO2 menjadi 100% dan RR menurun
nassal canul 4 lpm, akral dingin. Therapy menjadi 20x/menit serta pasien
yang di dapat, yaitu Aspilet 1x80 mg, ISDN 5 mengatakan lebih nyaman dengan posisi
mg, Atorvastatin 1x20 mg, CPG 4 tab, Inj. sekarang daripada sebelumnya, 15 menit
Furosemid 10 mg/ml 1 amp, Inj. Ranitidin kemudian dilakukan perubahan posisi yaitu
25 mg/ml 1 amp, infus RL 8 tpm. high fowler 90o didapat SpO2 97% dan RR
24x/menit dan pasien mengatakan lebih
Berdasarkan dari data ketiga pasien nyaman dengan posisi semi fowler.
tersebut diagnosis yang muncul adalah pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan Tn. S memiliki status pernafasan yang
posisi tubuh yang menghambat ekspansi kurang baik pada awal masuk IGD yaitu
paru. Perencanaan keperawatan pada dengan SpO2 92% dan RR 30x/menit.
ketiga subjek tersebut dengan melakukan Penulis juga memberikan perlakukan yang
perubahan posisi (posisi head up 30o, semi sama seperti pasien sebelumnya, yaitu
fowler 45o dan high fowler 90o). Tujuan di membrikan posisi head up 30o selama 15
tetapkan sesuai dengan SLKI yaitu menit kemudian ditemukan perubahan
peningkatan saturasi oksigen dan SpO2 menjadi 95% dan RR 27x/menit.
penurunan respirasi rate dengan Setelah itu tahap selanjutnya memberikan
diharapkan pola napas efektif dengan posisi semi fowler 45o selama 15 menit dan
kriteria hasil : dispnea menurun dan didapatkan hasil SpO2 100% dan RR
frekuensi napas membaik. 18x/menit serta pasien mengatakan sesak
berkurang pada posisi saat ini. Posisi high
Semua pasien diberikan perlakuan yang fowler 90o selama 15 menit di dapatkan
sama, awal masuk IGD di lakukan hasil SpO2 98% dan RR 22x/menit, pasien
pemasangan bedside monitor untuk mengatakan pada posisi ini sesak
mengukur RR dan SpO2 sebelum diberikan berkurang, namun pasien mengatakan lebih
perubahan posisi, kemudian di berikan nyaman dengan posisi setengah duduk.
oksigen nassal canul dengan konsentrasi 3-
4 lpm. Setelah itu pasien diberikan posisi Sementara itu pada Tn. D awal masuk di
head up 30o selama 15 menit, kemudian dapat status pernafasan yang jelek dengan
dilakukan pengukuran SpO2 dan RR dengan SpO2 90% dan RR 43x/menit. Penulis
selang waktu istirahat 10 menit, setelah itu segera memberikan posisi head up 30o
pasien diposisikan semi fowler 45o selama kemudian didapat nilai SpO2 92% dan RR
15 menit, selanjutnya diberi waktu istirahat 37x/menit, pasien tidak menyukai posisi ini
10 menit serta mengukur SpO2 dan RR, karena menurunya tidak terdapat
selanjutnya pasien diposisikan high fowler perubahan sehingga pada posisi head up 30o
90o selama 15 menit. Setelah dilakukan tidak mencapai waktu 15 menit hanya

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 82-90 87
Yulianti - Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Congestive Heart Failure

sekitar 2-3 menit. Setelah itu pasien rileks dengan posisi semi fowler, nilai SpO2
langsung diberikan posisi semi fowler 45o 100% dan RR 18x/menit. Sementara itu Tn.
selama 15 menit, kemudian pasien D mengatakan lebih nyaman serta leluasa
mengatakan sesak berkurang dengan hasil bernapas pada posisi high fowler dengan
SpO2 98% dan RR 24x/menit. Tahap nilai SpO2 100% dan RR 20x/menit.
selanjutnya pasien diberikan posisi high
fowler 90o selama 15 menit didapatkan hasil Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
SpO2 100% dan RR 20x/menit, pasien setelah dilakukan aplikasi perubahan posisi
mengatakan posisi ini lebih cocok untuknya, (head up 30o, semi fowler 45o, high fowler
selain sesak napas berkurang posisi ini 90o) dengan masing-masing perubahan
lebih nyaman dari sebelumnya. posisi dilakukan selama 15 menit dalam
waktu observasi 2 jam di IGD mengalami
Berdasarkan tabel 3 diatas bahwa tiga peningkatan saturasi oksigen dari posisi
pasien CHF yang dijadikan sebagai head up ke posisi semi fowler dengan rata-
responden terdapat menggunakan terapi rata 6 point dan penurunan respirasi rate
farmakologi yaitu oksigenasi dan dari posisi head up ke posisi semi fowler
furosemid, perubahan posisi hanya sebagai dengan rata-rata 10 point. Sedangkan, dari
tindakan pendamping untuk membantu posisi semi fowler ke high fowler terdapat
toleransi bertahan dalam mencukupi dua pasien mengalami penurunan saturasi
kebutuhan oksigen dengan berbagai oksigen 2-3 point dan satu pasien
mekanisme penyebab. mengalami peningkatan 2 point. Begitupun
pada nilai respirasi rate dari posisi semi
Evaluasi masing-masing dari ketiga subjek fowler ke high fowler terdapat dua pasien
setelah dilakukan observasi selama 2 jam di mengalami peningkatan 2-4 point dan satu
IGD, penulis melakukan monitoring pasien mengalami penurunan 4 point.
pernafasan didapatkan data Tn. B Terdapat beberapa perbedaan peningkatan
mengatakan lebih nyaman dengan posisi saturasi oksigen dan penurunan respirasi
semi fowler karena napas tidak berat dan rate pada setiap pasien, hal ini dikarenakan
sesak berkurang, nilai SpO2 100% dan RR tingkatan stres yang di alami pasien yang
20x/menit. Tn. S tidak jauh berbeda dengan berbeda dan kebiasaan sehari-hari pada
Tn.B, Tn. S mengatakan lebih nyaman dan masing-masing pasien.

Tabel 3
Manajemen Saturasi Oksigen dan Respirasi Rate pada Pasien CHF
Inisial Manajemen Head Up Semi Fowler High Fowler Waktu
Pasien Sesak Napas
Pasien 1 Farmakologi Oksigenasi Oksigenasi & Furosemid Oksigenasi & Furosemid 15 menit
Nonfarmakologi Pengaturan Pengaturan posisi semi Pengaturan posisi high 15 menit
posisi head up fowler fowler
Pasien 2 Farmakologi Oksigenasi Oksigenasi & Furosemid Oksigenasi & Furosemid 15 menit
Nonfarmakologi Pengaturan Pengaturan posisi semi Pengaturan posisi high 15 menit
posisi head up fowler fowler
Pasien 3 Farmakologi Oksigenasi Oksigenasi & Furosemid Oksigenasi & Furosemid 15 menit
Nonfarmakologi Pengaturan Pengaturan posisi semi Pengaturan posisi high 15 menit
posisi head up fowler fowler

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 82-90 88
Yulianti - Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Congestive Heart Failure

Tabel 4
Data Evaluasi Saturasi Oksigen dan Respirasi Rate Sebelum dan Setelah Aplikasi Perubahan Posisi (Head Up 30o ,
Semi Fowler 45o, High Fowler 90o)
Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3
Variabel Head Semi High Head Semi High Head Semi High
Pre Pre Pre
Up Fowler Fowler Up Fowler Fowler Up Fowler Fowler
SpO2 (%) 91 93 100 97 92 95 100 98 90 92 98 100
RR (x/mnt) 35 28 20 24 30 27 18 22 43 37 24 20

PEMBAHASAN pola nafas salah satunya adalah dengan


memberikan positioning.
Studi kasus ini pada pasien CHF muncul
dengan 3 diagnosa keperawatan, yang Kondisi yang mempengaruhi hemodinamik
pertama pola nafas tidak efektif, kedua (SpO2 & RR) dapat dilihat dari suatu
penurunan curah jantung, ketiga intoleransi keadaan yang melibatkan faktor biologis,
aktivitas. Pola nafas tidak efektif psikologis dan sosial pada orang tersebut.
merupakan diagnosa keperawatan yang Secara biologis, sesak nafas yang dialami
paling utama dari diagnosa lainnya karena oleh pasien CHF karena terjadinya gagal
menurut Hierarki Maslow pemenuhan jantung pada ventrikel kiri dalam
kebutuhan oksigen adalah bagian dari memompa darah, curah jantung akan
kebutuhan fisiologis, kebutuhan oksigen menurun. Darah tidak lagi dapat di
diperlukan untuk proses kehidupan pompakan secara efektif ke seluruh tubuh,
seseorang. Kebutuhan oksigen dalam tubuh darah ini akan kembali ke atrium kiri dan
harus terpenuhi karena apabila kebutuhan kemudian ke dalam paru-paru sehingga
oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi kongesti paru dan menyebabkan
terjadi kerusakan pada jaringan otak dan terjadinya gangguan difusi di alveolus
apabila hal tersebut berlangsung lama akan (Kowalak, 2011). Secara psikologis, pasien
terjadi kematian (Hidayat & Uliyah, 2009). CHF mengalami kecemasan karena mereka
Kemudian dalam konsep kegawatdaruratan sulit mempertahankan osigenasi yang
pola nafas tidak efektif masuk kedalam adekuat sehingga mereka cenderung sesak
primary survey, yaitu breathing dengan napas dan gelisah (Smeltzer et al., 2010).
keadaan yang mengancam nyawa Sementara secara sosial kondisi pasien CHF
dibandingkan dengan circulation (Yayasan dengan sesak napas dapat dipicu dengan
Ambulans Gawat Darurat 118 & PT lingkungan yang tidak nyaman, posisi yang
Ambulan Satu Satu Delapan, 2018). tidak dapat menunjang pengembangan
ekspansi paru, serta ramai dengan
Keluhan sesak nafas yang muncul pada pengunjung lainnya di ruangan IGD.
pasien CHF disebabkan karena jantung
tidak dapat memompa darah ke seluruh Terjadinya peningkatan saturasi oksigen
tubuh secara cukup, sehingga suplai dan penurunan respirasi rate setelah di
oksigen didalam tubuh tidak adekuat, kadar lakukan perubahan posisi (head up, semi
oksigen dalam darah mempengeruhi fowler dan high fowler) secara fisiologis
saturasi (SpO2) dalam tubuh. Akibatnya sel- semakin menurunnya aliran balik darah ke
sel dan organ dalam tubuh mengalami jantung maka darah yang menuju paru dari
kekurangan asupan oksigen sehingga atrium dan ventrikel kanan juga akan
menyebabkan sesak nafas (Smeltzer & Bare, menurun sehingga pada akhirnya dapat
2014). Oleh karenaya tindakan menurunkan udem paru (Guyton & Hall,
keperawatan nonfarmakologi yang di 2014). Teori ini sejalan dengan penelitian
lakukan pada kasus ini untuk memperbaiki sebelumnya yang menyatakan pada posisi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 82-90 89
Yulianti - Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Congestive Heart Failure

semi fowler aliran balik darah ke jantung sebelum diberikan intervensi ke posisi head
lebih menurun dibandingkan pada posisi up tidak mengalami kenaikan lebih banyak
head up. Posisi high fowler aliran balik darah jika di bandingkan dengan semi fowler dan
semakin menurun dibandingkan pada high fowler. Hal ini menyatakan bahwa
posisi semi fowler (Khasanah et al., 2019). posisi head up kurang efektif jika diberikan
Posisi semi fowler gravitasi menarik pada pasien gagal jantung. Kesimpulan dari
diafragma ke bawah, memungkinkan penerapan studi kasus ini adalah tindakan
ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih perubahan posisi (head up, semi fowler,
besar (Kozier, 2010). Posisi semi fowler high fowler) hanya sebagai tindakan
membuat oksigen didalam paru-paru pendamping dalam meningkatkan saturasi
semakin meningkat sehingga memperingan oksigen dan menurunkan respirasi rate.
kesukaran napas. Posisi ini akan Rekomendasi pada temuan studi kasus ini
mengurangi kerusakan membran alveolus adalah perawat dapat mengkaji perbedaan
akibat tertimbunnya cairan. Hal tersebut status pernafas (SaO2 & RR) pada pasien
dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga O2 CHF dengan posisi semi fowler dan high
delivery menjadi optimal (Supadi, 2008). fowler sesuai dengan kebutuhan pasien.
Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan posisi semi UCAPAN TERIMAKASIH
fowler pada pasien akan mengakibatkan
peningkatan aliran bilik ke jantung tidak Penulis mengucapkan terimakasih banyak
terjadi secara cepat. Aliran bilik yang kepada subjek studi kasus ini yang telah
lambat maka peningkatan jumlah cairan berpartisipasi seluruh unit yang terkait
yang masuk ke paru berkurang, sehingga dalam proses penyusunan studi kasus ini.
udara di alveoli mampu mengabsorbsi
oksigen (Melanie, 2014). Namun, tindakan REFERENSI
perubahan posisi hanya sebagai tindakan
pendamping sebelum diberikannya Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan,
tindakan selanjutnya yaitu pemberian obat konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Salemba Medika.
diuretik yang membantu mengeluarkan
cairan untuk mengurangi terjadinya udem Carpenito, L. J. (2012). Buku saku diagnosis
keperawatan Ed.13. EGC.
paru, sehingga di alveolus terjadi difusi
oksigen dan karbondioksida secara optimal. Dinkes Jateng. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Selain itu juga di maksimalkan dengan Tengah Tahun 2018.
Www.Dinkesjatengprov.Go.Id.
pemberian oksigenasi untuk memenuhi
kebutuhan oksigen, sebagai akibat dari Guyton, A. ., & Hall, J. . (2014). Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Elseiver.
ketidakcukupan darah mengalir ke seluruh
tubuh karena terjadinya gagal pompa Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2009). Kebutuhan dasar
jantung. manusia. EGC.
InfoDatin. (2014). Situasi Kesehatan Jantung.
SIMPULAN Www.Kemkes.Go.Id.
Kasan, N., & Sutrisno. (2020). Efektifitas posisi
Hasil studi kasus pada dua responden semifowler terhadap penurunan respiratori
menunjukkan nilai saturasi oksigen dan rate pasien gagal jantung kronik. Journal of
TSCNers, 5(1), 1–8.
respirasi rate dari posisi head up ke semi
fowler meningkat lebih tinggi, sedangkan Kasron. (2012). Buku Ajar Gangguan Sistem
pada satu responden menunjukkan nilai Kardioaskuler. Nuha Medika.
saturasi oksigen dan respirasi rate Khasanah. (2019). Perbedaan saturasi oksigen dan
mengalami peningkatan lebih tinggi pada respirasi rate pasien congestive heart failure
pada perubahan posisi. Jurnal Ilmu
posisi high fowler. Namun dari posisi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Ners Muda, Vol 2 No 2, Agustus 2021/ page 82-90 90
Yulianti - Penerapan Perubahan Posisi Terhadap Perubahan Hemodinamik Pada Asuhan Keperawatan Pasien
Congestive Heart Failure

Keperawatan Medikal Bedah, 2(1), 1–54. Shahab, S., Fauzan, S., & Budiharto, L. (2016).
Pengaruh posisi tidur semi fowler 45˚ terhadap
Khasanah, S., Yudono, D. T., & Surtiningsih. (2019).
kualitas tidur pasien gagal jantung di ruang
Perbedaan saturasi oksigen dan respirasi rate
ICCU RSUD dr. Soedarso Pontianak. Jurnal
pasien congestive heart failure pada
Keperawatan, 2(1).
perubahan posisi. Jurnal Ilmu Keperawatan
Medikal Bedah, 2(1), 1–13. Smeltzer, S. C. O. C., & Bare, B. G. (2014). Buku ajar
keperawatan medikal bedah. EGC.
Kowalak, J. . (2011). Buku ajar patofisiologi. EGC.
Smeltzer, S. C. O. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever,
Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Nursing.
K. H. (2010). Brunner & suddarth’s textbook of
EGC.
medical-surgical nursing. Wolters Kluwer
Masrifatul. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Health.
Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Stillwel. (2011). Pedoman Keprawatan Kritis (3rd
Salemba Medika.
ed.). EGC.
Melanie, R. (2014). Analisi pengaruh sudut posisi
Supadi, E. . (2008). Hubungan analisa posisi tidur
tidur dan tanda vital pada pasien gagal jantung
semi fowler dengan kualitas tidur pada pasien
di ruang Rawat Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin
gagal jantung di RSU Banyumas Jawa Tengah.
Bandung. Jurnal Keperawatan, 12(3).
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 4(2).
Muttaqin, A. (2009). Asuhan keperawatan
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis
perioperatif: konsep, proses dan aplikasi.
Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan
Salemba Medika.
pengurus pusat PPNI.
Muzaki, A., & Ani, Y. (2020). Penerapan posisi semi
Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan kardiovaskuler.
fowler terhadap ketidakefektifan pola nafas
Penerbit Salemba Medika.
pada pasien congestive heart failure (CHF).
Nursing Science Journal, 1(1), 19–24. WHO. (2020). Health Topics Cardiovaskuler Disease.
Www.Who.Int.
Naga, S. (2012). Buku Panduan Lengkap Ilmu
Penyakit Dalam. Diva Press. Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, & PT
Ambulan Satu Satu Delapan. (2018). Basic
Patria, Y. N., & Fairuz, M. (2012). Aplikasi Klinis
Trauma & Cardiac Life Support (Edisi Ketu).
Terapi Oksigen. EGC.
Ambulans Gawat Darurat 118.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Anda mungkin juga menyukai