Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN MEMORI PADA LANSIA

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal 19 – 24 September 2022

Oleh :
Ajrina Nurwidya Sari, S.Kep
NIM. 2130913320050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN MEMORI PADA LANSIA

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal 19 – 24 September 2022

Oleh :
Ajrina Nurwidya Sari, S.Kep
NIM. 2130913320050

Banjarbaru, 19 September 2022

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan,

Lola Illona Elfani Kausar, S.Kep., Ns., M.Kep dr. Aditya Anin Primasari
NIP. 19921103 202203 2011 NIP.19831107 2010012 005
GANGGUAN MEMORI

A. Pengertian Gangguan Memori


Memori (daya ingat) merupakan kemampuan individu untuk menyimpan informasi,
informasi tersebut dapat dipanggil kembali untuk dapat dipergunakan beberapa waktu
kemudian. Proses ingat dan lupa (remembering and forgetting) saling berkesinambungan
dengan proses belajar dan mengingat (learning and memory). Orang yang dapat mengingat
dengan baik umumnya mempunyai kemampuan belajar yang baik pula (Prasetya, A.,
Adyaksa, G., & Purwoko, Y., 2015).
Gangguan memori adalah kondisi di mana otak memiliki kesulitan untuk menyimpan,
mengendalikan, dan mengingat kembali informasi yang telah lampau. Memori memiliki arti
penting yang lain, kontroversi di antara para psikolog dewasa ini mengenai keakuratan
memori menunjukan bahwa memori memiliki tempat khusus, lebih dari sekedar fiksi
(Prasetya, A., Adyaksa, G., & Purwoko, Y., 2015).
B. Klasifikasi Gangguan Memori
Memori mempunyai 3 tipe antara lain memori jangka pendek (short-term memory), memori
jangka panjang (long-term memory) dan memori kerja (working memory (Prasetya, A.,
Adyaksa, G., & Purwoko, Y., 2015):
1) Memori jangka pendek (short term memory, STM)
Memori jangka pendek dapat untuk mencerminkan kemampuan dari pikiran manusia
yang dapat menyimpan seberapa informasi dalam waktu yang relatif singkat dan
terbatas.
2) Memori jangka panjang (long term memory, LTM)
Penyimpanan yang luas dari pengetahuan dan catatan dari peristiwa sebelumnya/masa
lalu.
3) Memori kerja (working memory)
Memori kerja tidak seluruhnya berbeda dengan memori jangka pendek. Ini adalah istilah
untuk merujuk pada memori yang digunakan untuk merencanakan dan melaksanakan
suatu tindakan. Sebagai contoh, yang bergantung pada memori kerja adalah ketika ingin
menyelesaikan masalah aritmatika tanpa menggunakan kertas, untuk menghubungkan
dan menyimpulkan suatu pendapat yang panjang, atau ketika membuat suatu masakan,
tidak melakukan kesalahan seperti dua kali memasukan bumbu masakan yang sama.
C. Penyebab Gangguan Memori
Penyebab gangguan memori adalah di sebabkan karena orang dengan lanjut usia, penurunan
fungsi otak, penurunan daya ingat, anemia berat, gangguan memori, stress akibat informasi
berlebihan, efek samping obat (Ramli, R., & Fadhillah, M. N., 2020).
D. Gejala Gangguan Memori
Gejala yang umum dari gangguan memori (Sigalingging, G., Sitopu, S. D., & Sihaloho, L.,
2020):
1) Konfabulasi (misalnya, memori ciptaan atau memori asli teringat secara berurutan).
2) Linglung.
3) Depresi.
4) Kesulitan mengatasi tugas sehari-hari, seperti mengerjakan neraca buku tabungan,
memenuhi janji pertemuan, ataupun menyiapkan makanan.
5) Melupakan orang, fakta, dan kejadian yang sebelumnya diketahui dengan baik.
6) Tersesat atau salah menaruh barang.
7) Semakin kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau melakukan pendekatan tahap demi
tahap untuk tugas familiar.
8) Lekas marah.
9) Masalah bahasa, seperti mencampur kata-kata atau kesulitan mengingat kata.
10) Gangguan neurologis (misalnya, tremor atau gerakan tidak terkoordinasi).
11) Performa buruk dalam tes memori.
12) Mengulangi cerita dan/atau pertanyaan yang sama.
E. Pencegahan Gangguan Memori
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk tetap sehat dan mencegah gangguan ingatan
antara lain (Nugroho W,2014) :
1) Aktif melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga rutin
2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat otak berpikir dapat mengurangi risiko
mengalami gangguan ingatan. Kegiatan-kegiatan bisa berupa mengisi teka-teki silang,
melakukan permainan yang mengasah otak, mempelajari hobi baru, dan sebagainya.
3) Bersosialisasi dengan orang-orang terdekat dapat mengurangi depresi dan stress
4) Tidur dan berstirahat yang cukup
5) Memiliki pola makan yang sehat
F. Diagnosis Keperawatan
1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas,
mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga,
dan tingkah laku agresif.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron
ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak
mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau
integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur,
nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan,
otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
G. NTERVENSI KEPERAWATAN
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah diberikan tindakan  Jalin hubungan saling mendukung  Untuk membangan kepercayaan dan rasa
keperawatan diharapkan klien dapat dengan klien. nyaman.
beradaptasi dengan perubahan  Orientasikan pada lingkungan dan  Menurunkan kecemasan dan perasaan
aktivitas sehari- hari dan lingkungan rutinitas baru. terganggu.
dengan KH :  Kaji tingkat stressor (penyesuaian diri,  Untuk menentukan persepsi klien tentang
 mengidentifikasi perubahan perkembangan, peran keluarga, akibat kejadian dan tingkat serangan.
 mampu beradaptasi pada perubahan status kesehatan)  Konsistensi mengurangi kebingungan dan
perubahan lingkungan dan  Tentukan jadwal aktivitas yang wajar meningkatkan rasa kebersamaan.
aktivitas kehidupan sehari-hari dan masukkan dalam kegiatan rutin  Menurunkan ketegangan, mempertahankan
 cemas dan takut berkurang  Berikan penjelasan dan informasi yang rasa saling percaya, dan orientasi.
 membuat pernyataan yang positif menyenangkan mengenai kegiatan/
tentang lingkungan yang baru. peristiwa.
2 Setelah diberikan tindakan  Kembangkan lingkungan yang  Mengurangi kecemasan dan emosional.
keperawatan diharapkan klien mampu mendukung dan hubungan klien-  Kebisingan merupakan sensori berlebihan
mengenali perubahan dalam berpikir perawat yang terapeutik. yang meningkatkan gangguan neuron.
dengan KH:  Pertahankan lingkungan yang  Menimbulkan perhatian, terutama pada klien
 Mampu memperlihatkan menyenangkan dan tenang. dengan gangguan perceptual.
kemampuan kognitif untuk  Tatap wajah ketika berbicara dengan  Nama adalah bentuk identitas diri dan
menjalani konsekuensi kejadian klien menimbulkan pengenalan terhadap realita dan
yang menegangkan terhadap  Panggil klien dengan namanya. klien.
emosi dan pikiran tentang diri.  Gunakan suara yang agak rendah dan  Meningkatkan pemahaman. Ucapan tinggi dan
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
 Mampu mengembangkan strategi berbicara dengan perlahan pada klien. keras menimbulkan stress yg mencetuskan
untuk mengatasi anggapan diri konfrontasi dan respon marah.
yang negative.
 Mampu mengenali tingkah laku
dan faktor penyebab.
3  Setelah diberikan tindakan  Kembangkan lingkungan yang suportif  Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan
keperawatan diharapkan dan hubungan perawat-klien yang kecemasan pada klien.
perubahan persepsi sensori klien terapeutik.  Meningkatkan koping dan menurunkan
dapat berkurang atau terkontrol  Bantu klien untuk memahami halusinasi.
dengan KH: halusinasi.  Keterlibatan otak memperlihatkan masalah
 Mengalami penurunan  Kaji derajat sensori atau gangguan yang bersifat asimetris menyebabkan klien
halusinasi. persepsi dan bagaiman hal tersebut kehilangan kemampuan pada salah satu sisi
 Mengembangkan strategi mempengaruhi klien termasuk tubuh.
psikososial untuk mengurangi penurunan penglihatan atau  Untuk menurunkan kebutuhan akan halusinasi.
stress. pendengaran.  Piknik menunjukkan realita dan memberikan
 Mendemonstrasikan respons  Ajarkan strategi untuk mengurangi stimulasi sensori yang menurunkan perasaan
yang sesuai stimulasi. stress curiga dan halusinasi yang disebabkan
 Ajak piknik sederhana, jalan-jalan perasaan terkekang.
keliling rumah sakit. Pantau aktivitas.
4 Setelah dilakukan tindakan  Jangan menganjurkan klien tidur siang  Irama sirkadian (irama tidur-bangun) yang
keperawatan diharapkan tidak terjadi apabila berakibat efek negative tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang
gangguan pola tidur pada klien terhadap tidur pada malam hari. yang singkat.
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
dengan KH :  Evaluasi efek obat klien (steroid,  Deragement psikis terjadi bila terdapat
 Memahami faktor penyebab diuretik) yang mengganggu tidur panggunaan kortikosteroid, termasuk
gangguan pola tidur.  Tentukan kebiasaan dan rutinitas perubahan mood, insomnia.
 Mampu menentukan penyebab waktu tidur malam dengan kebiasaan  Mengubah pola yang sudah terbiasa dari
tidur inadekuat. klien(memberi susu hangat). asupan makan klien pada malam hari terbukti
 Melaporkan dapat beristirahat  Memberikan lingkungan yang nyaman mengganggu tidur.
yang cukup. untuk meningkatkan tidur(mematikan  Hambatan kortikal pada formasi reticular akan
 Mampu menciptakan pola tidur lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu berkurang selama tidur, meningkatkan respon
yang adekuat. yang sesuai, menghindari kebisingan). otomatik, karenanya respon kardiovakular
 Buat jadwal tidur secara teratur. terhadap suara meningkat selama tidur.
Katakan pada klien bahwa saat ini  Penguatan bahwa saatnya tidur dan
adalah waktu untuk tidur. mempertahankan kesetabilan lingkungan.
5 Setelah dilakukan tindakan  Kaji derajat gangguan kemampuan,  Mengidentifikasi risiko di lingkungan dan
keperawatan diharapkan Risiko tingkah laku impulsive dan penurunan mempertinggi kesadaran perawat akan bahaya.
cedera tidak terjadi dengan KH : persepsi visual. Bantu keluarga Klien dengan tingkah laku impulsi berisiko
 Meningkatkan tingkat aktivitas. mengidentifikasi risiko terjadinya trauma karena kurang mampu mengendalikan
 Dapat beradaptasi dengan bahaya yang mungkin timbul. perilaku. Penurunan persepsi visual berisiko
lingkungan untuk mengurangi  Hilangkan sumber bahaya lingkungan. terjatuh.
risiko trauma/ cedera.  Alihkan perhatian saat perilaku  Klien dengan gangguan kognitif, gangguan
 Tidak mengalami cedera. teragitasi/ berbahaya, memenjat pagar persepsi adalah awal terjadi trauma akibat
tempat tidur. tidak bertanggung jawab terhadap kebutuhan
 Kaji efek samping obat, tanda keamanan dasar.
No
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
keracunan (tanda ekstrapiramidal,  Mempertahankan keamanan dengan
hipotensi ortostatik, gangguan menghindari konfrontasi yang meningkatkan
penglihatan, gangguan risiko terjadinya trauma.
gastrointestinal).  Klien yang tidak dapat melaporkan
 e. Hindari penggunaan restrain terus- tanda/gejala obat dapat menimbulkan kadar
menerus. Berikan kesempatan keluarga toksisitas pada lansia. Ukuran dosis/
tinggal bersama klien selama periode penggantian obat diperlukan untuk
agitasi akut. mengurangi gangguan.
 Membahayakan klien, meningkatkan agitasi
dan timbul risiko fraktur pada klien lansia
(berhubungan dengan penurunan kalsium
tulang).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah .Vol 1 & 2. EGC
: Jakarta.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3 Alih Bahasa I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC : Jakarta.
Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. EGC : Jakarta.
Kushariyadi.2010. Askep Pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika : Jakarta
Silvia.A.Price & Wilson, Patofisiologi. Ed.8. Jakarta. EGC.2006
Stanley,Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC; Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai