Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIMENSIA PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH :

OKTARIANI AULIAWILMAR
1814201212

DOSEN PEMIMBING :

Yaslina M.Kep,Ns.Sp.Kep.Kom

Fakultas Ilmu Kesehatan


Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Perintis Indonesia
TA 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

POKOK BAHASAN : PENCEGAHAN KEPIKUNAN/DEMENSIA PADA LANSIA


PELAKSANAAN :
Hari/Tgl : Senin, 15 november 2021
Waktu : 10 menit
Tempat : Di Ruangan AULA UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
SASARAN & TARGET
Sasaran : Di Ruangan AULA UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
Target : Warga Gulai Bancah terdiri dari : bapak, ibu dan lansia.

Latar Belakang
Praktik klinik keperawatan gerontik komunitas bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang ditujukan pada lansia. Pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan proses
keperawatan. Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan. Tujuan dari
pengkajian adalah untuk mendapatkan data-data lansia terutama mengenai masalah kesehatan.
Dari hasil pendataan tersebut, akan diketahui masalah kesehatan yang dirasakan lansia sehingga
bisa dilakukan intervensi yang tepat.

I. RENCANA KEGIATAN
a. Masalah Keperawatan
A. Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan memori berhubungan dengan neorologis
2. Resiko jatuh berhubungan dengan lingkungan
3. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan
keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu
menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas
kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
perawatan diri.
5. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai
dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.
6. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot
tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan
1 Perubahan proses Setelah diberikan - Kembangkan 1. Mengurangi kecemasan
tindakan keperawatan lingkungan yang dan emosional, seperti
pikir berhubungan
diharapkan klien mendukung dan kemarahan,
dengan perubahan mampu mengenali hubungan klien- meningkatkan
perubahan dalam perawat yang pengembangan evaluasi
fisiologis (degenerasi
berpikir dengan KH: terapeutik diri yang positif dan
neuron ireversibel) o Mampu - Kaji derajat mengurangi konflik
memperlihatkan gangguan psikologis
ditandai dengan
kemampuan kognitif, seperti 2. Memberikan dasar
hilang ingatan atau kognitifuntuk perubahan perbandingan yang
menjalani orientasi, rentang akan datang dan
memori, hilang
konsekuensi perhatian, memengaruhi rencan
konsentrsi, tidak kejadian yang kemampuan intervensi. Catatan:
menegangkan berpikir. evaluasi orientasi
mampu
terhadap emosi dan Bicarakan dengan secara berulang dapat
menginterpretasikan pikiran tentang diri keluarga meningkatkan respon
mengenai yang negative/tingkat
stimulasi dan menilai  Mampu
mengembangkan perubahan frustasi
realitas dengan strategi untuk perilaku 3. Kebisingan merupakan
mengatasi anggapan - Pertahankan sensori berlebihan yang
akurat.
diri yang negative lingkungan yang meningkatkan
 Mampu mengenali menyenangkan dan gangguan neuron
perubahan dalam tenang 4. Pendekatan terburu-
berpikir atau tingkah - Lakukan buru menyebabkan
laku dan factor pendekatan dengan klien bingung,
penyebab cara perlahan dan kesalahan
 Mampu tenang persepsi/perasaan,
memperlihatkan - Tatap wajah ketika terancam
penurunan tingkah berbicara dengan 5. Menimbulkan
laku yang tidak klien perhatian, terutama
diinginkan, - Panggil klien pada klien dengan
ancaman, dan dengan namanya gangguan perceptual
kebingungan - Gunakan suara yang 6. Nama adalah bentuk
agak rendah dan identitas diri dan
berbicara dengan menimbulkan
perlahan pada klien pengenalan terhadap
- Gunakan kata-kata realita dan klien
pendek, kalimat dan 7. Meningkatkan
Ulangi instruksi pemahaman. Ucapan
tersebut sesuai tinggi dank eras
kebutuhan menimbulkan
- Berhenti sejenak di stress/marah yang
antara mencetuskan
kalimat/pertanyaan. konfrontasi dan respons
Beri isyarat marah
tertentu, gunakan 8. Seiring perkembangan
kalimat terbuka penyakit, pusat
- Dengarkan dengan komunikasi dalam otak
penuh perhatian terganggu sehingga
pembicaraan klien. menghilangkan
Interpretasikan kemampuan klien
pertanyaan, arti, dan dalam respons
kata. Beri kata yang penerimaan pesan dan
benar percakapan secara
- Hindari kritikan, keseluruhan
argumentasi, dan 9. Menimbulkan respons
konfrontasi verbal, meningkatkan
negative pemahaman. Isyarat
- Gunakan distraksi. menstimulasi
Bicarakan tentang komunikasi, memberi
kejadian yang pengalaman positif
sebenarnya saat 10. Mengarahkan perhatian
klien dan penghargaan.
mengungkapkan ide Membantu klien
yang salah, jika dengan alat bantu
tidak meningkatkan proses kata dalam
kecemasan menurunkan frustasi
- Hindari klien dari 11. Provokasi menurunkan
aktivitas dan harga diri dan
komunikasi yang merupakan ancaman
dipaksakan yang mencetuskan
- Gunakan hal yang agitasi yang tidak
humoris saat sesuai
berinteraksi pada 12. Lamunan membantu
klien dalam meningkatkan
disorientasi. Orientasi
pada realita
meningkatkan perasaan
realita klien,
penghargaan diri dan
kemuliaan
(kebahagiaan) personal
13. Keterpaksaan
menurunkan
keikutsertaan dan
meningkatkan
kecurigaan, delusi
14. Tertawa membantu
dalam komunikasi dan
meningkatkan
kestabilan emosi

2 Perubahan persepsi Setelah diberikan - kembangkan 1. Keterlibatan otak


tindakan keperawatan lingkungan yang memperlihatkan masalah
sensori berhubungan
diharapkan perubahan suportif dan yang bersifat asimetris
dengan perubahan persepsi sensori klien hubungan perawat menyebabkan klien
dapat berkurang atau –klien terapeutik kehilangan kemampuan
persepsi, transmisi
terkontrol dengan KH: - Bantu klien untuk pada salah satu sisi
atau integrasi sensori  Mengalami penurunan memahami tubuh (gangguan
halusinasi halusinasi unilateral). Klien tidak
(penyakit neurologis,
 Mengembangkan - beri informasi dapat mengenali rasa
tidak mampu strategi psikososial tentang sifat lapar
untuk mengurangi halusinasi ,hubung 2. Untuk menurunkan
berkomunikasi,
stress atau mengatur annya dengan kebutuahan akan
gangguan tidur, prilaku. stressor halusinasi
 Mendemonstrasikan /pengalaman 3. Meningkatkan masukan
nyeri) ditandai
respon yang sesuai emosional yang sensori,membatasi
dengan cemas, apatis, stimulasi traumatic,pengoba /menurunkan kesalahan
 Perawat mampu tan dan cara interpretasi stimulasi
gelisah, halusinasi.
mengidentifikasi mengatasi
factor eksternal yang - kaji derajat
berperan terhadap sensori atau
perubahan gangguan persepsi
kemampuan  persepsi dan bagaimana hal
sensori tersebut
mempengaruhi
klien termasuk
penurunan
penglihatan atau
pendengaran
- ajarkan strategi
untuk mengurangi
stress anjurkan
untuk
menggunakan
kaca mata atau
alat bantu
pendengaran
sesuai keperluan

3 Perubahan pola Setelah dilakukan - Jangan 1. Aktivitas fisik dan


tindakan keperawatan menganjurkan mental yang lama
tidur berhubungan
diharapkan tidak terjadi klien tidur siang mengakibatkan
dengan perubahan gangguan pola tidur pada apabila berakibat kelelahan yang dapat
klien dengan KH: efek negative meningkatkan
lingkungan ditandai
 Memahami factor terhadap tidur kebingungan, aktivitas
dengan keluhan penyebab gangguan pada malam hari yang terprogram tanpa
pola tidur -          - Evaluasi efek stimulasi berlebihan
verbal tentang
Mampu menentukan obat klien meningkatkan waktu
kesulitan tidur, terus- penyebab tidur (steroid ,diuretik) tidur
inadekuat yang 2. Risiko gangguan sensori,
menerus terjaga,
 Mampu memahami mengganggu meningkatkan agitasi
tidak mampu rencana khusus untuk tidur dan menghambat waktu
menangani/mengoreks - Tentukan istirahat
menentukan
i penyebab tidur tidak kebiasaan dan 3. Peningkatan
kebutuhan/ waktu adekuat rutinitas waktu kebingungan,
 Mampu menciptakan tidur malam disorientasi, tingkah laku
tidur.
pola tidur yang dengan tidak kooperatif
adekuat dengan kebiasaan klien (sindrom sundower)
penurunan terhadap (memberi susu dapat mengurangi tidur
pikiran yang hangat) 4. Penguatan bahwa
melayang-layang - Memberika saatnya tidur dan
(melamun) lingkungan yang mempertahankan
 Tampak atau nyaman untuk kestabilan lingkungan.
melaporkan dapat meningkatkan Catatan : penundaan
beristirahat yang tidur (mematikan waktu tidur
cukup lampu, ventilasi diindikasikan agar klien
ruang adekuat, membuang kelebihan
suhu yang energy dan memfasilitasi
sesuai, tidur
menghindari 5. Meningkatkan relaksasi
kebisingan) dengan perasaan
- Buat jadwal mengantuk
intervensi untuk 6. Menurunkan kebutuhan
memungkinkan akan bangun untuk
waktu tidur lebih berkemih selama malam
lama(memeriksa hari
tanda vital, 7. Menurunkan stimulasi
mengubah sensori dengan
posisi) menghambat suara lain
- Berikan dari lingkungan sekitar
kesempatan yang akan menghambat
untuk tidur tidur
sejenak, anjurkan
latihan saat siang
hari, turunkan
aktivitas
mental/fisik pada
sore hari
- Hindari
penggunaan
“pengikatan”
secara terus
menerus
- Evaluasi tingkat
stress/orientasi
sesuai
perkembangan
hari demi hari
- Buat jadwal tidur
secara teratur.
Katakan pada
klien bahwa saat
ini adalah waktu
untuk tidur
- Berikan
makanan kecil
sore hari, susu
hangat, mandi,
dan masase
punggung
- Turunkan jumlah
minuman sore.
Lakukan
berkemih
sebelum tidur
- Putarkan musik
yang lembut atau
“suara yang
jernih”
- Irama sirkadian
(siklus tidur-
bangun)yang
tersinkronisasi
disebabkan oleh
tidur siang yang
singkat
- Derangement
psikis terjadi bila
terdapat
penggunaan
kortikosteroid,
termasuk
perubahan mood,
insomnia
- Mengubah pola
yang sudah
terbiasa dari
asupan makan
klien pada
malam hari
terbukti
mengganggu
tidur
- Hambatan
kortikal pada
formasi reticular
akan berkurang
selama tidur,
emningkatkan
respons
otomatik,
karenanya
respons
kardiovaskular
terhadap suara
meningkat
selama tidur
- Gangguan tidur
terjadi dengan
seringnya tidur
dan mengganggu
pemulihan
sehubungan
dengan
gangguan
psikologis dan
fisiologis,
sehingga irama
sirkadian
terganggu
A. Tujuan Umum
Setelah mendapat pendidikan kesehatan, diharapkan warga Gulai Bamcah mengetahui,
memahami, mencegah dan mengatasi kepikunan pada lansia dengan baik. Sehingga
mengurangi risiko timbulnya kepikunan pada lansia.
B. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kepikunan atau demensia selama 10
menit, warga Gulai Bancah akan mampu:
1. Menjelaskan demensia atau kepikunan sesuai dengan bahasa sendiri.
2. Menguraikan kembali tanda dan gejala yang muncul pada kepikunan/demensia yang
dialami lansia.
3. Menyebutkan serta menjelaskan faktor penyebab kepikunan/demensia dengan tepat.
4. Menjelaskan bagaimana langkah pengobatan apabila ditemukan tanda dan gejala
kepikunan/demensia pada lansia, yaitu siapa yang perlu ditemui dan pengobatannya.
5. Menjelaskan peran keluarga dalam pencegahan kepikunan/demensia pada lansia.
6. Menyebutkan kembali hal-hal yang dilakukan untuk pencegahan kepikunan/demensia
pada lansia dengan bahasa sendiri.

II.      MATERI PEMBELAJARAN


A. Pengertian kepikunan atau demensia pada lansia.
B. Tanda dan gejala kepikunan atau demensia pada lansia.
C. Faktor penyebab kepikunan atau demensia pada lansia.
D. Siapa yang perlu ditemui dan pengobatan yang Tersedia pada kepikunan atau demensia
E. Peran keluarga pada kepikunan/demensia pada lansia.
F. Pencegahan dan perawatan demensia (kepikunan) pada Lansia oleh keluarga.

III.   METODE PEMBELAJARAN


Metode Ceramah Tanya Jawab
IV.   KEGIATAN PEMBELAJARAN
NO TAHAP KEGIATAN RESPON YANG
DIHARAPKAN
1 Pra Interaksi 1. Salam pembuka 1. Warga menjawab salam
2. Perkenalan 2. Warga menerima
3. Penyampaian tujuan perkenalan warga
4. Kontrak waktu 3. Warga mengerti tujuan
5. Apersepsi tentang penkes
4. Warga menyetujui
kontrak waktu
5. Warga mampu
menyampaikan
pendapatnya
2 Interaksi Menjelaskan isi dari materi Warga mau mendengarkan
yang diberikan  pencegahan dengan baik dan kooperatif
dini kepikunan (Demensia)
pada lansia.

3 Terminasi 1. Evaluasi pelaksanaan 1. Warga mampu


penkes menjwab pertanyaan
2. Kesimpulan dari penkes perawat
3. Kontrak waktu yang akan 2. Warga memperhatikan
dating 3. Warga menyetujui
4. Salam penutup 4. Warga menjawab salam

VI.   MEDIA DAN ALAT BANTU BELAJAR


A. Laptop.
B. Proyektor.
C. Power point tentang kepikunan atau demensia.
D. Leaflet tentang kepikunan atau demensia.
VII. EVALUASI BELAJAR
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan warga sudah terlaksana dengan baik berupa : kontrak waktu, topic dan
tempat.
b. Persiapan PPT, Leafle, Laptop dan Infocus
2. Evaluasi Proses
a. Warga mau mengikuti penkes dengan baik dan sampai dengan selesai.
b. Warga kooperatif dalam mengikuti penkes
c. Warga dapat bekerjasama dengan perawat
d. Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik.
e. Lingkungan mendukung untuk pelaksanaan penkes.
3. Evaluasi Has
a. Evaluasi Kognitif
Setelah mengikuti penkes, diharapkan warga mampu menjawab:
1) Menjelaskan pengertian hingga pencegahan dan perawatan kepikunan/demensia
dalam bahasanya sendiri.
2) Menyebutkan dan menjelaskan tanda dan gejala pada kepikunan atau demensia.
3) Dll - sesuai dengan tujuan khusus yang ditetapkan.
b. Evaluasi Afektif
1)  Warga berjanji akan menjaga pola hidup untuk mencegah timbulnya kepikunan
atau demensia
2) Warga berjanji akan merawat orang tua yang sudah lansia dengan baik sehingga
terhindar dari kepikunan atau demensia
3) Warga berjanji akan merawat orang tua yang sudah lansia dengan baik yang
telah menderita kepikunan atau demensia
c. Evaluasi Psikomotor
Setiap warga dapat memberikan perawatan guna pencegahan kepikunan atau
demensia pada lansia.
VIII.       SUMBER PUSTAKA
Nugroho,Wahjudi.1999 Keperawatan Gerontik.Edisi2.Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Stanley,Mickey. 2007.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2.Jakarta:EGC

Nasrullah,Dede.2016.Buku Ajar Keperawatan Gerontik jilid.1 Dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan NANDA,NIC dan NOC.Jakarta:CV. Trans Info Media
LAMPIRAN MATERI

A. Pendahuluan
Lanjut usia tidak identik dengan pikun (dementia) dan perlu diketahui bahwa pikun bukanlah
hal normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai
gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti dialami oleh lansia dengan demensia.
Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang diderita lansia. Tapi
kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis
kelamin.
Berdasarkan dari sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia seringkali terjadi
pada lansia yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. demensia dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
1. Demensia senilis (> 60 tahun)
2. Demensia prasenilis (<60 tahun). sekitar 56,8% lansia mengalami demensia dalam
bentuk demensia alzheimer (4% dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16% pada
usia 85 tahun dan 32% pada usia 90 tahun). sampai saat ini diperkirakan kurang lebih 30
juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai sebab.
B. Pengertian
Kepikunan atau Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati
secara abnormal. Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak
degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila
mengalami demensia. Penyakit kepikunan ditandai dengan hilangnya ingatan atau kesulitan
seseorang untuk memperoleh informasi yang sudah tersimpan di dalam otak. Meskipun
kepikunan merupakan bagian umum dari penuaan, kondisi ini juga dapat berubah sebuah
gejala penyakit atau efek samping dari konsumsi obat-obatan atau suatu tindakan.
Ingatan dapat dipengaruhi oleh proses penuaan. Semakin tua seseorang, berbagai macam
proses dan reaksi kimia terjadi pada beberapa organ vital, salah satunya adalah otak.
Perubahan ini disisi lain dapat mempengaruhi bagian pada otak yang bertanggung jawab
dengan sistem saraf panca indera dan ingatan. Ini dapat menjelaskan bagaimana orang yang
usianya lebih tua, lebih sulit belajar hal yang baru atau menginta informasi yang baru.
Pada umumnya demensia terjadi pada usia lanjut (>65 tahun) dan merupakan gangguan
yang ditandai oleh gangguan kognitif, emosional dan psikomotor yang menyebabkan
penderita tidak mampu mengikuti aktifitas sosial dan mengurus diri untuk keperluannya
sehari-hari. Pada demensia terjadi kemerosotan mental yang terus menerus, makin lama
makin buruk (progresif) meliputi penurunan daya ingat akan hal yang baru saja terjadi,
kemunduran kemahiran berbahasa, kemunduran intelektual, perubahan perilaku dan fungsi-
fungsi otak lainnya sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari.
C. Tanda dan gejala
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan kepribadian dan
tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan
dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita
demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana
Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal
dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa
meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah
hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang
terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang
semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan
perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik
penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka
menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti
oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini
mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah
keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah
menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak
semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala
demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu
waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya
ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar
belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan
sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan
tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah
laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para
anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku
(Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya
adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial,
ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal.

Tanda dan gejala:


1. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi
bagian keseharian yang tidak bisa lepas. Kesulitan mengingat atau ingatan jangka
pendek.
2. Kesulitan dalam mengingat nama atau mengenali wajah.
3. Tersesat di lokasi yang sudah familiar.
4. Sering salah menyebutkan nama benda.
5. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada.
6. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita
yang sama berkali-kali.
7. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama
televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan
gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-
perasaan tersebut muncul.
8. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
9. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
10. Sering mengulang kata-kata
11. Cepat marah dan sulit di atur.
12. Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
13. Kurang konsentrasi.
14. Kurang koordinasi gerakan.
15. Kurang kebersihan diri.
16. Apatis, tidak ada minat beraktivitas atau bersosialisai
17. Menghindari tugas yang biasa dikerjakan
18. Suasana hati mudah berubah-ubah

Gejala yang umumnya dirasakan dari segi kognitif meliputi:


1. Hilang ingatan.
2. Kesulitan berkomunikasi.
3. Kesulitan berbahasa dan betutur kata.
4. Sulit memecahkan masalah atau merencanakan sesuatu.
5. Konsentrasi menurun.
6. Sulit menilai situasi dan mengambil keputusan.
7. Sulit mengkoordinasikan pergerakan tubuh.
8. Merasa bingung.

Sedangkan gejala yang dirasakan dari segi psikologis meliputi:


1. Depresi.
2. Gelisah.
3. Perubahan perilaku dan emosi.
4. Merasa ketakutan (paranoid)
5. Agitasi
6. Halusinasi.

D. Faktor penyebab
1. Pertambahan usia
2. Makanan yang tidak seimbang, kekurangan vitamin B1, B6, B12 dan asam folat.
3. Kebiasaan enggan berfikir atau sering mengosongkan pikiran.
4. Kurang bergerak atau kurang beraktivitas.
5. Kurang berkomunikasi atau bersosialisasi pada sesama.
6. Akibat dari stres atau depresi. Orang yang stres cenderung tidak terkontrol dalam makan
dan berperilaku. Pada saat seseorang mengalami stres maka sel-sel hippocampus (bagian
otak sebelah dalam) terpaksa bekerja lebih keras sehingga otak menjadi lelah dan mudah
rusak.
7. Kebiasaan merokok.
8. Kebiasaan buruk minum-minuman alkohol.
9. Jenis kelamin yang mempengaruhi
10. Kurangnya istirahat atau tidur yang kurang efektif bagi lansia.
11. Menurunnya fungsi sel syaraf otak menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit
pikun. Sel syaraf otak yang rusak akan membuat kemampuan mengingat dan berpikir
seseorang menjadi lemah.

E. Siapa yang Perlu Ditemui dan Pengobatan yang Tersedia


Untuk mendiagnosa seseorang terkena demensia atau tidak, dibutuhkan waktu untuk benar-
benar mempelajari gejala yang timbul. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah
berkonsultasi dengan dokter keluarga atau dokter umum. Pemeriksaan meliputi penyelidikan
terhadap kegiatan keseharian pasien, dan kapan gejala-gejala tersebut timbul. Pemeriksaan
fisik, laboratorium, dan kemampuan mental juga dibutuhkan untuk mendiagnosa demensia.
Ketika demensia sudah terdiagnosis, dokter umum dapat merujuk pasien kepada dokter
spesialis, tergantung pada umur dan gejala yang dirasakan pasien. Dokter spesialis yang
mungkin ditemui adalah ahli geriatrik (khusus pasien lanjut usia) atau dokter spesialis saraf.
Salah satu tahap penting dari pengobatan demensia adalah menentukan jenisnya. Ada
demensia yang dapat disembukan asalkan penyebab demensia ini dapat dihilangkan. Namun
jika pasien mengidap demensia yang tidak dapat disembuhkan, maka satu-satunya cara
adalah mengendalikan gejala demensia. Pengobatan yang tersedia adalah sebagai berikut:
1. Penghambat Kolinesterase – adalah sebuah terapi yang mengaktifkan beberapa zat
kimia yang dapat meningkatkan kemampuan mengingat dan berpikir pasien.
2. Memantine – bila digabungkan bersama dengan penghambat kolinesterase akan
memberikan hasil yang lebih baik.
3. Terapi pekerjaan – Penderita demensia membutuhkan bantuan untuk menjalankan
kehidupan kesehariannya dan perawatan yang teratur.

Kapan Perlu Menemui Dokter Spesialis Demensia?


Ketika terdapat kecurigaan timbulnya gejala dari demensia pada anggota keluarga, pasien
dianjurkan untuk berkonsultasi dengan seorang spesialis. Berikut adalah gejala yang sering
ditemukan:
1. Bermasalah dengan ingatan sehari-hari atau pikun.
2. Bermasalah dalam memusatkan perhatian, membuat sebuah perencanaan atau
pengaturan.
3. Bermasalah dalam menemukan kata-kata untuk dalam berkomunikasi.
4. Bermasalah mengenai gambar dan ruang.
5. Bermasalah mengenai arah.

F. Pencegahan dan perawatan demensia (kepikunan) pada Lansia oleh keluarga


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya
adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak. Keluarga
memiliki peran penting dalam pencegahan dan perawatan lansia denagn kepikunan, selain
dari tindakan media. Karena keluarga yang selalu dekat pada lansia, sehingga dapat
mengontrol setiap aktivitas lansia.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia
yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah,
tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal
demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat
catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam
menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia
cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan
aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-
harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin
sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi yang dialami
Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari
selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal
dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita
lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga
yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita demensia tidak
mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan
gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri
beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang
dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.

Yaitu sebagai berikut:


1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan.
2. Memperbaiki asupan makanan bagi lansia, yaitu dengan menyajikan makanan yang
bergizi tinggi dan seimbang. Makanan yang disajikan untuk makanan yang baru, atau
bukan makanan yang telah mengalami pemasakan berulang dan proses masak yang
tepat. Sehingga asupan gizi pada makanan dapat terserap baik oleh lansia.
a. Vitamin E, untuk memperlambat Alzheimer dan kondisi demensia terkait. Vitamin
E biasanya dikonsumsi dalam dosis rendah untuk menghindari komplikasi seperti
kematian, khususnya bagi penderita penyakit jantung.
b. Asam folat omega 3. Walau masih memerlukan riset lebih lanjut, omega 3
dipercaya dapat membantu menekan risiko seseorang terserang demensia.
c. Makanan yang disarankan : buah berrie, kuning telur, ikan laut, minyak ikan,
kacang-kacangan, buah bit, dan sayuran.
3. Memberikan bacaan berupa buku, majalah atau koran yang merangsang otak untuk
berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
4. Memfasilitasi lansia dengan pemberian terapi musik, yaitu musik yang disukai lansia.
Atau kegiatan seni yang disukai oleh lansia. Sehingga dapat memberikan aktivitas otak
pada lansia.
5. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
a. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
b. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
6. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
7. Ajak lansia untuk berkomunikasi, dengan mengingatkan pada suatu peristiwa yang
pernah dialami lansia. Akan lebih baik jika komunikasi dilakukan bersama anak dan
cucu. Sehingga menimbulkan perasaan nyaman, aman dan tenang. Selain itu, kasih
sayang dan kehangatan yang tinggi dari keluarga, menghindarkan lansia dari
pengosongan pikiran, dimana hal tersebut akan memunculkan kepikunan.
8. Ajak lansia untuk beraktivitas ringan, seperti membersihkan rumah, berjalan,
berolahraga bersama atau kegiatan lain yang biasa dilakukan lansia
9. Ajarkan pada lansia untuk selalu membersihkan diri, memilih pakaian yang serasi, dan
pemantasan diri dengan baik.
10. Ajarkan lansia untuk menempatkan barang atau benda dengan tepat, sehingga dapat
terhindar dari lupa.
11. Hindarkan lansia sendiri, karena berisiko untuk mengalami perubahan kepribad
12. Mengajak lansia untuk bersosialisasi di masyarakat, sehingga lansia dengan orang-orang
yang ada di sekitar rumah.
13. Beristirahat dengan cukup.

Anda mungkin juga menyukai