Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPUTUSASAAN

Diajukan ntuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar: Praktik Keperawatan Jiwa

Oleh:

Refi Ista’shama

JNR0210085

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

2021/2022
A. Kasus (Masalah Utama)
Keputusasaan

B. Pengertian, Etiologi, Tanda dan gejala


1. Pengertian
Kondisi subjektif ketika individu melihat keterbatasan atau ketiadaan
alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi
untuk kepentingan individu (Wilkinson & Ahern, 2011).
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak
dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).
Keputusasaan merupakan kondisi subjektif sseorang individu memandang
keterbatasan atau tiidak adanya alternatif pemecahan asalah dan tidak ampu
memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri (NANDA-I, 2018)

2. Etiologi
Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu:
1) Faktor kehilangan
2) Kegagalan yang terus menerus
3) Faktor Lingkungan
4) Orang terdekat ( keluarga )
5) Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
6) Adanya tekanan hidup
7) Kurangnya iman

3. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala menurut keliat (2005) adalah:
 Sering mengeluh dan murung
 Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
 Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul
 Menarik diri dari lingkungan
 Kontak mata kurang
 Mengangkat bahu tanda masa bodo
 Menurun atau tidak adanya selera makan

Sedangkan menurut, keliat dkk (2006) adalah:

1) Mayor
Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam,berlebihan
dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagi hal yang
mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.
a) Fisiologis:
 Respon terhadap stimulus melambat
 Tidak ada energi
 Tidur bertambah
b) Emosional
 Individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan
perasaannya tapi dapat merasakan
 Tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan
tuhan
 Tidak dapat memiliki makna atau tujuan hidup
 Hampa dan letih
c) Individu memperlihatkan:
 Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan
 Penurunan verbalisasi
 Penurunan afek
 Ketidak mampuan mencapai sesuatu
 Hubungan interpersonal yang terganggu
d) Kognitif
 Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan
membuat keputusan
 Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan
masalah yang dihadapi saat ini.
 Penurunan fleksibelitas dalam proses pikir
 Kaku
 Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan

2) Minor (Mungkin ada)


a) Fisiologis
 Anoreksia
 BB menurun
b) Emosional
 Individu merasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
 Merasa berada diujung tanduk
 Tegang
 Muak
 Kehilangan kepuasaan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
 Rapuh
c) Individu memperlihatkan:
 Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara
 Penurunan motivasi
 Keluh kesah
 Kemandirian
 Sikap pasrah
 Depresi
d) Kognitif
Penurunan kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima:
 Hilangnya persepsi waktu tentang masa lalu, masa sekarang, masa
datang
 Bingung
 Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
 Distrosi proses pikir dan asosiasi
 Penilaian yang tidak logis
C. Faktor predisposisi
1) Biologi
Faktor predisposisi biologis meliputi latar belakang genetik, status nutrisi,
kepekaan biologis, kesehatan secara umum (riwayat penyakit) dan keterpaparan
pada racun,

2) Psikologi
Predisposisi psikologis meliputi intelegensi, keterampilan verbal, kepribadian,
pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan psikologis dan lokus diri
atau suatu perasaan pengendalian terhadap nasib sendiri

3) Sosial Budaya
Predisposisi sosial budaya meliputi usia, gander, pendidikan, penghasilan,
pekerjaan, pengalaman sosialisasi dan tingkat integrasi atau keterhubungan misal
status pernikahan

D. Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan keputusasaan adalah:
 Faktor kehilangan
 Kegagalan yang terus menerus
 Faktor Lingkungan
 Orang terdekat ( keluarga )
 Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
 Adanya tekanan hidup
 Kurangnya iman

E. Pohon Masalah
Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Harga diri rendah


(Keliat,2005)
F. Masalah keperawatan dan data yang harus dikaji
Masalah keperawatan:
1. Harga diri rendah
2. Keputusasaan
3. Ketidakberdayaan
Data yang perlu dikaji:
1. Kaji dan dokumentasikan kemungkinan bunuh diri
2. Pantau afek dan kemampuan membuat keputusan
3. Pantau nutrisi: Asupan dan berat badan

G. Diagnosa keperawatan
Keputusasaan

H. Rencana tindakan keperawatan


Tujuan Tujuan khusus Intervensi Rasional
Umum

Klien Klien 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya


mampu mampu :  Ucapkan salam merupakan dasar untuk
mampu 1. Membina  Perkenalkan diri: sebutkan menjalin hubungan trust
mengek hubungan nama dan panggilan yang antara perawat klien
spresikan saling disukai
harapan percaya  Tanyakan nama klien
positif 2.Mengenal dan panggilan yang
tentang masalah disukai
masa depan, keputusasaan  Jelaskan tujuan pertemuan
mengekspre 3. Berpartisi  Dengarkan klien dengan
sikan tujuan pasi dalam
penuh perhatian
dan arti aktivitas Klien akan dapat mengatasi
 Bantu klien penuhi
kehidupan masalah keputusasaannya
kebutuhan dasarnya
jika inti masalah diketahui

2. Klien mengenal
masalah
keputusasaannya
 Beri kesempatan bagi klien
untuk mengungkapkan
perasaan
sedih/kesendirian/keputusasa
annya
 Tetapkan adanya
Klien yang aktif dalam
perbedaan antara cara
beraktifitas dapat
pandang klien terhadap
menghindarkan dirinya
kondisinya dengan cara
dari pemikiran yang
pandang perawat terhadap
berlarut mengenai
kondisi klien
keputusasaannya
 Bantu klien
mengidentifikasi tinghkah
laku yang mendukung putus
asa: pembicaraan
abnormal/negative,
menghindari interaksi
dengan kurnagnya
partisipasi dalam aktivitas
 Diskusikan dengan klien
cara yang biasa dilakukan
untuk atasi masalahnya,
tanyakan manfaat dari cara
yang digunakan
 Dukung klien untuk
menggunakan koping efektif Dukungan keluarga
yang selama ini digunakan merupakan dukungan
oleh klien. terdekat yang dibutuhkan
 Beri alternatif oleh klien yang mengalami
penyelesaian masalah keputusasaan.
atau solusi
 Bantu klien identifikasi
keuntungan dan kerugian dari
tiap alternatif
 Identifikasi kemungkinan
klien untuk bunuh diri
(putus asa adalah factor
risiko terbesar dalam ide
untuk bunuh diri):
tanyakan tentang
rencana, metode, dan cara
bunuh diri.

3. Klien berpartisipasi
dalam aktivitas
 Identifikasi aspek positif
dari dunia klien („keluarga
anda menelepon RS setiap
hari untuk menanyakan
keadaanmu”)
 Dorong klien untuk berfikir
yang menyenangkan dan
melawan rasa putus asa
 Dukung klien untuk
mengungkapkan
pengalaman yang
mendukung pikiran dan
perasaan positif
 Berikan penghargaan yang
sungguh-sungguh terhadap
usaha klien dalam mencapai
tujuan, memulai perawatan
diri, dan berpartisipasi dalam
aktifitas
4. Klien menggunakan
keluarga sebagai sistem
pendukung
 Bina hubungan saling
percaya dengan keluarga:
1) Ucapkan salam
2) Perkenalkan diri: sebutkan
nama dan panggilan yang
disukai
3) Tanyakan nama
keluarga, panggilan yang
diisukai dan hubungan
dengan klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Buat kontrak pertemuan
 Identifikasi masalah yang
dialami keluarga terkait
kondisi putus asa klien
 Diskusikan upaya yang telah
dilakukan keluarga untuk
membantu klien atasi masalah
dan bagaimana hasilnya
 Tanyakan harapan keluarga
untuk membantu klien atasi
masalahnya
 Diskusikan dengan keluarga
tentang keputusasaan:
1) Arti, penyebab, tanda-tanda,
akibat lanjut bila tidak diatasi
2) Psikofarmaka yang diperoleh
klien: manfaat, dosis, efek
samping, akibat bila tidak patuh
minum obat
3) Cara keluarga merawat klien
Askes bantuan bila keluarga tidak
dapat mengatasi kondisi klien
(puskesmas, RS)
I. Daftar pustaka
Budi Anna Keliat, dkk. (2019) Asuhan Keperawatan Jiwa Jakarta: Penebit
Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda. (2014). Nursing care plans: Transitional patient and
family centered care.6th Ed. USA : Lippincott Williams and Wilkins.

Cotton, C., Range, M. (1996). Suicidality, hopelessness, and attitudes


toward life and death in clinical and nonclinical adolescents.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10169709

Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani,
I, Y., dkk. (2006).

Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK


UI dan WHO Wilkinson, J.M & Ahern, N.R. (2011). Prentice Hall
Nursing Diagnosis Handbook : NANDA

Diagnosis, NIC Interventions, NOC Outcome. Terj Esti Wahyuningsih


& Dwi Widiarti. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai