Dosen Koordinator :
Disusun Oleh :
A. KELUHAN UTAMA
DS : Pasien mengatakan merasa sedih, tidak ada harapan, tidak napsu makan, dan
tidak dapat tidur.
Do : klien tampak lesu, tidak mampu berkonsentrasi, tangan dingin, dan pola tidur
berubah.
Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau objek)
yang dihargai telah berubah, tidak ada lagi, atau menghilang. Seseorang dapat
kehilangan citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang
milik pribadi, keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan.
Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap sebagai sebuah
pengalaman traumatik. Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis, baik
krisis situasional ataupun krisis perkembangan (Mubarak & Chayatin, 2007).
C. PENGKAJIAN
1. Menurut BPPSDM (2016) Hasil pengkajian didapatkan yaitu:
2. Perasaan sedih, menangis
3. Perasaan putus asa, kesepian
4. Mengingkari kehilangan
5. Kesulitan mengekspresikan perasaan
6. Konsentrasi menurun
7. Kemarahan yang berlebihan
8. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
9. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
10. Reaksi emosional yang lambat
11. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
D. ANALISA DATA
Setelah data dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan pengelompokan data secara
objektif dan subjektif untuk menentukan masalah keperawatan
E. POHON MASALAH
Berikut merupakan pohon masalah pada proses kehilangan
Pohon Masalah
Isolasi Sosial
(menarik diri) Efek
Kehilangan
disfungsional Masalah utama
Kematian Pasangan
Causa
F. Diagnosa Keperawatan
1. Kehilangan disfungsional
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49678/Chapter;jsessionid=BBAECF9
BC639095E9DB5F4ABAA9F1D29?sequence=4. Diakses pada tanggal 24 Februari
2021.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung:PT Refika Aditama
Mubarak, dkk. (2007). Buku Ajar kebutuhan Dasar:Teori dan Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta: EGC
STRATEGI PELAKSANAAN
SP 2: Melakukan aktivitas yang disukai dan meningkatkan interaksi dengan orang lain
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS: klien sudah mulai menerima kematian suaminya, klien masih merasa gelisah dan
susah tidur.
DO: klien sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan terhadap kehilangan. Namun,
ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Ia juga masih
melamun.
2. Diagnosa Keperawatan: Berduka Disfungsional
3. Tujuan Khusus
Klien tidak menarik diri lagi dan dapat membina hubungan baik kembali dengan
lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualikum ibu…., masih ingat tidak dengan saya? Iya betul saya perawat
… betul yah dengan ibu….(sambil tersenyum).”
b. Evaluasi
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari kemarin? Bagus
kalau begitu” “Nah apa saja yang ibu lakukan kemarin? coba saya lihat buku
kegiatan ibu? “
“wah bagus bu, ibu sudah melakukan teknik rileksasi secara mandiri”
“Sekarang coba ibu praktekkan lagi cara teknik rileksasi tersebut” “ bagus sekali
bu”
c. Kontrak
1) Topik
“Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita bertemu untuk
membicarakan hobi Ibu tujuannya supaya ibu dapat melakukan aktifitas yang
sukai dan ibu dapat berinteraksi dengan orang-orang disekeliling ibu
2) Waktu
“Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?” “baik 20 menit ya bu”
3) Tempat
“Ibu maunya berbincang-bincang dimana? Baik disini saja ya bu”
2. Fase Kerja
“Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”
“Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain voli lho, Bu.”
“Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”
“Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu menunjukkan
sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”
“Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup bagus.”
“Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu biasanya
bermain voli dalam seminggu?”
“Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli sudah terlatih.”
“Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya dalam
bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli antarwarga di daerah
rumah Ibu.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain untuk
bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin bermain voli. Ibu
bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang lain.”
“Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersamasama. Ibu M ini
jago bermain voli, lho.”
“Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam bermain bola
voli?”
“Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”
“Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya, Ibu bisa
melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat
membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak merasa
kesepian lagi.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik
dibandingkan kemarin?”
2) Objektif : “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat Ibu
dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”
b. Kontrak
1) Topik
“Nah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi untuk melihat
bagaimana hasil dari perbincangan dan latihan kita kemarin?.”
2) Waktu
“ibu maunya jam berapa?” “baik jam 09.00 pagi saya akan kemari”
3) Tempat
“ibu mau kita diskusi dimana?” “baik di ruangan ibu ya”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang merasa emosi.”
“Bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”
“Bagaimana jika kegiatan bermain voli ini juga dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari. Ibu maunya berapa kali main voli dalam satu minggu? Kira-kira jam
berapa ibu nanti mau main voli?”
“Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan lupa mengisi buku
kegiatan ya”