Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN KEHILANGAN

Dosen Koordinator :

Dinarti SKp., MAP

Disusun Oleh :

Aji Muminun (P17120019001)

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA I

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PASIEN DENGAN KEHILANGAN

A. KELUHAN UTAMA
DS : Pasien mengatakan merasa sedih, tidak ada harapan, tidak napsu makan, dan
tidak dapat tidur.
Do : klien tampak lesu, tidak mampu berkonsentrasi, tangan dingin, dan pola tidur
berubah.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh
setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda (Yosep, 2011).

Kehilangan adalah situasi aktual atau potensial ketika sesuatu (orang atau objek)
yang dihargai telah berubah, tidak ada lagi, atau menghilang. Seseorang dapat
kehilangan citra tubuh, orang terdekat, perasaan sejahtera, pekerjaan, barang
milik pribadi, keyakinan, atau sense of self baik sebagian ataupun keseluruhan.
Peristiwa kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap sebagai sebuah
pengalaman traumatik. Kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis, baik
krisis situasional ataupun krisis perkembangan (Mubarak & Chayatin, 2007).

2. Faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi kehilangan (Suliswati, 2005):


a) Genetik
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan sikap optimistik dalam
menghadapi suatu permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.
b) Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang sedang mengalami gangguan fisik.
c) Kesehatan jiwa/mental
Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama mempunyai riwayat
depresi, yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya, pesimistik, selalu
dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka terhadap
situasi kehilangan.
d) Pengalaman kehilangan di masa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna di masa kanak-
kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi
kehilangan di masa dewasa.

C. PENGKAJIAN
1. Menurut BPPSDM (2016) Hasil pengkajian didapatkan yaitu:
2. Perasaan sedih, menangis
3. Perasaan putus asa, kesepian
4. Mengingkari kehilangan
5. Kesulitan mengekspresikan perasaan
6. Konsentrasi menurun
7. Kemarahan yang berlebihan
8. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
9. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
10. Reaksi emosional yang lambat
11. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

D. ANALISA DATA
Setelah data dikumpulkan maka selanjutnya dilakukan pengelompokan data secara
objektif dan subjektif untuk menentukan masalah keperawatan

No. Data Masalah


1. Subjektif : Kehilangan
 Klien mengatakan sangat sedih karena
kehilangan suaminya karena kecelakaan
 Klien mengatakan jika suaminya belum
meninggal
 Klien mengatakan ingin sendiri dan tidak mau
diganggu siapapun
 Klien mengatakan susah tidur karena kepikiran
suaminya
Objektif :
 TD 130/80 mmHg, Nadi 80x/menit, RR: 20
x/menit.
 Klien tampak sering melamun
 Klien tampak mengingkari kehilangan dan
menangis
 Klien tampak menyendiri
 Klien tampak gelisah
 Badan klien terlihat kurus dengan lingkar mata
yang menghitam

E. POHON MASALAH
Berikut merupakan pohon masalah pada proses kehilangan
Pohon Masalah

Isolasi Sosial
(menarik diri) Efek

Kehilangan
disfungsional Masalah utama

Kematian Pasangan
Causa
F. Diagnosa Keperawatan
1. Kehilangan disfungsional

G. Rencana Asuhan Keperawatan


Langkah selanjutnya setelah Anda menegakkan diagnose keperawatan dan
menentukan masalah utama pada kasus kehilangan adalah melakukan tindakan
keperawatan. Tindakan keperawatan pada pasien kehilagan bertujuan agar pasien
mampu:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawata dank lien
dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaanya
c. Klien merasa lebih tenang
Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien agar tujuan berhasil
adalah:
a. Membina hubungan saling percaya dengan Pasien
b. Berdiskusi mengenai kondisi Pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan, fisik,
sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa kehilangan dan
hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa kehilangan yang terjadi).
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
3) Cara sosial (sharing melalui kelompok)
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk
saling memberikan pengalaman dengan seksama.
e. Membantu Pasien memasukkan kegiatan dalam jadual harian.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas
Tindakan keperawatan untuk keluarga:
Tindakan keperawatan terhadap keluarga pada keluarga bertujuan agar keluarga
mampu:
a. Mengenal masalah kehilangan dan berduka.
b. Memahami cara merawat Pasien berduka berkepanjangan.
c. Mempraktikkan cara merawat Pasien berduka disfungsional
d. Memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat
Sedangkan tindakan keperawatan yang dilakukan agar tujuan keperawatan berhasil
adalah:
a. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka dan
dampaknya pada Pasien.
b. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami oleh
Pasien
c. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat Pasien dengan berduka
disfungsional
d. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat dimanfaatkan
oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami oleh Pasien
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49678/Chapter;jsessionid=BBAECF9
BC639095E9DB5F4ABAA9F1D29?sequence=4. Diakses pada tanggal 24 Februari
2021.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung:PT Refika Aditama
Mubarak, dkk. (2007). Buku Ajar kebutuhan Dasar:Teori dan Aplikasi Dalam Praktik.
Jakarta: EGC
STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

SP 1: Latihan menerima kehilangan dan teknik relaksasi napas dalam


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS: klien mengatakan sedih karena kehilangan suaminya karena kecelakaan, klien
mengatakan suaminya belum meninggal, klien mengatakan ingin sendiri dan tidak
mau diganggu, klien mengatakan susah tidur karna kepikiran suaminya
DO: klien tampak sering melamun, klien tampak mengingkari kehilangan dan
menangis, klien tampak menyendiri, klien tampak gelisah, badan klien terlihat kurus
dengan lingkar mata yang menghitam
2. Diagnosa Keperawatan: Berduka disfungsional
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
c. Klien merasa lebih tenang
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu. Perkenalkan nama saya ….. Ibu bisa
memanggil saya suster ….. Saya perawat yang akan merawat ibu pagi ini. Nama
Ibu siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Coba ceritakan”
“Sejak tadi saya perhatikan ibu tampak melamun. Apa yang sedang ibu
pikirkan?”
c. Kontrak
1) Topik
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang
keadaan ibu? Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang bu dalam menghadapi
keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita dengan saya, kesedihan ibu
mungkin bisa berkurang”
2) Waktu
“Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?”
3) Tempat
“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah”
2. Fase Kerja
“Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu M saat ini?”
“Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi sebenarnya
memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
“Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu
pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu karena beliau
memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, bu. Ibu harus
berusaha menerima kenyataan ini.”
“Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan. Meninggalnya suami
Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu
orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
“Ibu sudah bisa memahaminya?”
“Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba mencari pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya percaya Ibu mempunyai keahlian
yang bisa digunakan. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-
saudara, anak-anak dan orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.”
“Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi yang saya
lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam melalui hidung, tahan selama 3
detik, kemudian hembuskan perlahan-lahan melalui mulut”.
“Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai
memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”
2) Objektif : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan
dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah
kita lakukan.”
b. Kontrak
1) Topik
“bagaimana kalau besok kita membicarakan tentang hobi ibu?”
2) Waktu
“ibu maunya jam berapa?” “baik jam 10.00 WIB saya akan kemari ya”
3) Tempat
“tempatnya mau dimana bu?” “baik disini lagi saja ya”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Nah ibu, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat melakukan teknik yang sudah
kita latih tadi ya. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima dengan kenyataan
ini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari ini”
“Bu, ini ada buku kegiatan untuk ibu. Bagaimana kalau kegiatan teknik relaksasi
ibu masukkan kedalam jadwal kegiatan ibu?” “Ibu setuju?”
“Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan, ibu bisa
mengisi kegiatan tenik rileksasi pada kolom kegiatan. Kira-kira jam berapa ibu
nanti melakukan teknik rileksasi bu?”
“Cara mengisi buku kegiatan ini: jika ibu melakukannya tanpa dibantu atau
diingatkan oleh orang lain ibu tulis “M” disini, jika ibu di bantu atau diingatkan
ibu tulis “B” dan jika ibu tidak melakukannya ibu tulis “T”. Ibu paham Bu?”
“Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya”

SP 2: Melakukan aktivitas yang disukai dan meningkatkan interaksi dengan orang lain
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS: klien sudah mulai menerima kematian suaminya, klien masih merasa gelisah dan
susah tidur.
DO: klien sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan terhadap kehilangan. Namun,
ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-orang sekitarnya. Ia juga masih
melamun.
2. Diagnosa Keperawatan: Berduka Disfungsional
3. Tujuan Khusus
Klien tidak menarik diri lagi dan dapat membina hubungan baik kembali dengan
lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualikum ibu…., masih ingat tidak dengan saya? Iya betul saya perawat
… betul yah dengan ibu….(sambil tersenyum).”
b. Evaluasi
“Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih baik dari kemarin? Bagus
kalau begitu” “Nah apa saja yang ibu lakukan kemarin? coba saya lihat buku
kegiatan ibu? “
“wah bagus bu, ibu sudah melakukan teknik rileksasi secara mandiri”
“Sekarang coba ibu praktekkan lagi cara teknik rileksasi tersebut” “ bagus sekali
bu”
c. Kontrak
1) Topik
“Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita bertemu untuk
membicarakan hobi Ibu tujuannya supaya ibu dapat melakukan aktifitas yang
sukai dan ibu dapat berinteraksi dengan orang-orang disekeliling ibu
2) Waktu
“Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?” “baik 20 menit ya bu”
3) Tempat
“Ibu maunya berbincang-bincang dimana? Baik disini saja ya bu”

2. Fase Kerja
“Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?”
“Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain voli lho, Bu.”
“Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?”
“Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu menunjukkan
sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?”
“Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup bagus.”
“Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu biasanya
bermain voli dalam seminggu?”
“Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli sudah terlatih.”
“Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya dalam
bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli antarwarga di daerah
rumah Ibu.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang lain untuk
bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga ingin bermain voli. Ibu
bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-sama dengan yang lain.”
“Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersamasama. Ibu M ini
jago bermain voli, lho.”
“Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam bermain bola
voli?”
“Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.”
“Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya, Ibu bisa
melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu, kegiatan ini juga dapat
membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan yang lainnya dan Ibu tidak merasa
kesepian lagi.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah lebih baik
dibandingkan kemarin?”
2) Objektif : “Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat Ibu
dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.”
b. Kontrak
1) Topik
“Nah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi untuk melihat
bagaimana hasil dari perbincangan dan latihan kita kemarin?.”
2) Waktu
“ibu maunya jam berapa?” “baik jam 09.00 pagi saya akan kemari”
3) Tempat
“ibu mau kita diskusi dimana?” “baik di ruangan ibu ya”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang merasa emosi.”
“Bu, ibu sudah mempunyai buku kegiatan harian kan?”
“Bagaimana jika kegiatan bermain voli ini juga dimasukkan menjadi kegiatan
sehari-hari. Ibu maunya berapa kali main voli dalam satu minggu? Kira-kira jam
berapa ibu nanti mau main voli?”
“Nah nanti kalau ibu melakukan kegiatan ini, ibu jangan lupa mengisi buku
kegiatan ya”

Anda mungkin juga menyukai