Disusun oleh:
NURUL KHOTIMAH
NIM 20317109
KOTA TANGERANG
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
BERDUKA/KEHILANGAN
2. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stresor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.
Stresor ini dapat berupa stresor yang nyata ataupun imajinasi individu itu
sendiri, seperti kehilangan biopsikososial yang meliputi kehilangan harga
diri, pekerjaan, seksualitas, posisi dalam masyarakat, milik pribadi (harta
benda, dan lain-lain). Berikut beberapa stresor kehilangan tersebut.
a) Kehilangan kesehatan
b) Kehilangan fungsi seksualitas
c) Kehilangan peran dalam keluarga
d) Kehilangan posisi dalam masyarakat
e) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f) Kehilangan kewarganegaraan
3. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering dipakai individu dengan respon
kehilangan antara lain : pengingkaran, regresi, intelektualisasi, disosiasi,
supresi, dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari intesitas stres
yang dirasakan sangat menyakitkan. Dalam keadaan patologi, mekanisme
koping sering dipakai secara berlebihan atau tidak memadai (Abdul, 2015).
4. Rentang Respons
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap – tahap
sebagai berikut:
Tahap pengingkaran → marah → tawar – menawar → depresi
→penerimaan
a) Tahap pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya, mengerti, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar
– benar terjadi. Sebagai contoh orang atau keluarga dari orang yang
menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari informasi
tambahan
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mulai,
diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan
sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat
berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa tahun
b) Tahap marah
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul
sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang
mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif,
berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan
menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respons fisik yang sering
terjadi, antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal, dan seterusnya
c) Tahap tawar – menawar
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya
kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus
atau terang – terangan seolah – olah kehilangan tersebut dapat dicegah.
Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar – menawar dengan
memohon kemurahan tuhan
d) Tahap depresi
Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang –
kadang bersikap sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh
diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain menolak makan, susah
tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain – lain
e) Tahap penerimaan
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya
dan mulai memandang ke depan. Gambaran tentang objek atau orang
yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan
beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap
tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat
mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan
secara tuntas. Kegagalan masuk ke tahap penerimaan akan memengaruhi
kemampuan individu tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya (Yusuf, A et al., 2019)
•
Berduka
Core Problem
Kehilangan Penyebab/Kausa
• Masalah yang sering muncul pada berduka dan kehilangan adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan konsep diri
b. Berduka
c. Kehilangan
Videbeck, S.L. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: EGC.