Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


BERDUKA/KEHILANGAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh:

NURUL KHOTIMAH

NIM 20317109

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI

KOTA TANGERANG

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
BERDUKA/KEHILANGAN

1.1 Kasus (Keluhan Utama)


Kehilangan (loss) adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat
dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik
sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi
perasaan kehilangan (Stuart, 2016).
Grieving (berduka) adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi
bersamaan dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun
kematian. Sedangkan istilah bereavement adalah keadaan berduka yang
ditunjukkan selama individu melewati rekasi atau masa berkabung (mourning)
(Videbeck, 2014).

1.2 Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Prediposisi
- Faktor genetik. Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga
dengan riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan, termasuk dalam menghadapi perasaan
kehilangan
- Faktor fisik. Individu dengan fisik, mental, serta pola hidup yang teratur
cenderung mempunyai kemampuan dalam mengatasi stres yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan jasmani
- Faktor mental. Individu yang mengalami gangguan jiwa, terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya
dan pesimis, selalu dibayangi masa depan peka dalam menghadapi situasi
kehilangan
- Pengalaman kehilangan di masa lalu. Kehilangan atau perpisahan dengan
orang yang dicintai pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi
kemampuan individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa
dewasa
- Struktur kepribadian. Individu dengan konsep diri negatif dan perasaan
rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri rendah dan tidak objektif
terhadap stres yang dihadapi (Sutejo, 2019).

2. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stresor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan.
Stresor ini dapat berupa stresor yang nyata ataupun imajinasi individu itu
sendiri, seperti kehilangan biopsikososial yang meliputi kehilangan harga
diri, pekerjaan, seksualitas, posisi dalam masyarakat, milik pribadi (harta
benda, dan lain-lain). Berikut beberapa stresor kehilangan tersebut.
a) Kehilangan kesehatan
b) Kehilangan fungsi seksualitas
c) Kehilangan peran dalam keluarga
d) Kehilangan posisi dalam masyarakat
e) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f) Kehilangan kewarganegaraan

3. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering dipakai individu dengan respon
kehilangan antara lain : pengingkaran, regresi, intelektualisasi, disosiasi,
supresi, dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari intesitas stres
yang dirasakan sangat menyakitkan. Dalam keadaan patologi, mekanisme
koping sering dipakai secara berlebihan atau tidak memadai (Abdul, 2015).

4. Rentang Respons
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap – tahap
sebagai berikut:
Tahap pengingkaran → marah → tawar – menawar → depresi
→penerimaan
a) Tahap pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya, mengerti, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar
– benar terjadi. Sebagai contoh orang atau keluarga dari orang yang
menerima diagnosis terminal akan terus berupaya mencari informasi
tambahan
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mulai,
diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan
sering kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat
berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa tahun
b) Tahap marah
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul
sering diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang
mengalami kehilangan juga tidak jarang menunjukkan perilaku agresif,
berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan
menuduh dokter atau perawat tidak kompeten. Respons fisik yang sering
terjadi, antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur,
tangan mengepal, dan seterusnya
c) Tahap tawar – menawar
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya
kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus
atau terang – terangan seolah – olah kehilangan tersebut dapat dicegah.
Individu mungkin berupaya untuk melakukan tawar – menawar dengan
memohon kemurahan tuhan
d) Tahap depresi
Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang –
kadang bersikap sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusasaan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh
diri. Gejala fisik yang ditunjukkan, antara lain menolak makan, susah
tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain – lain
e) Tahap penerimaan
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang. Individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya
dan mulai memandang ke depan. Gambaran tentang objek atau orang
yang hilang akan mulai dilepaskan secara bertahap. Perhatiannya akan
beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat memulai tahap
tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat
mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan
secara tuntas. Kegagalan masuk ke tahap penerimaan akan memengaruhi
kemampuan individu tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya (Yusuf, A et al., 2019)

5. Klarifikasi Jenis dan Sifat Masalah


a. Kehilangan
- Kehilangan objek eksternal (misalnya kecurian atau kehancuran
akibat bencana alam)
- Kehilangan lingkungan yang dikenal (misalnya berpindah rumah,
dirawat di rumah sakit, atau berpindah pekerjaan)
- Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti (misalnya pekerjaan,
kepergian anggota keluarga dan teman dekat, perawat yang dipercaya,
atau binatang peliharaan)
- Kehilangan suatu aspek diri (misalnya anggota tubuh dan fungsi
psikologis atau fisik)
- Kehilangan hidup (misalnya kematian anggota keluarga, teman dekat,
atau diri sendiri)
b. Berduka
- Berduka normal
Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan. Misalnya kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan
menarik diri dari aktivitas untuk sementara.
- Berduka antisipatif
Yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan dan
kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika menerima
diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan dan
menyelesaikan berbagai

1.3 POHON MASALAH


• Pohon Masalah:
Gangguan Konsep Diri Efek/Akibat


Berduka
Core Problem

Kehilangan Penyebab/Kausa

• Masalah yang sering muncul pada berduka dan kehilangan adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan konsep diri
b. Berduka
c. Kehilangan

1.4 Diagnosa Keperawatan


a. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual atau kehilangan yang
dirasakan
b. Berduka antisipatif berhubungan dengan perpisahan atau kehilangan.
c. Berduka disfungsional berhubungan dengan kehilangan orang/benda yang
dicintai atau memiliki arti besar.

1.5 Rencana Tindakan Keperawatan


a. Tujuan umum: klien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas
b. Tujuan khusus:
- Klien mampu membina hubungan saling percaya
- Mampu mengungkapkan perasaan berduka
- Menjelaskan makna kehilangan
- Klien dapat mengungkapkan kemarahannya secara verbal
- Klien dapat mengatasi kemarahannya dengan koping yang adaptif
- Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
- Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
- Klien dapat menghindari tindakan yang dapat menghindari tindakan
yang dapat merusak diri
- Klien dapat menerima kehilangan
- Klien dapat bersosialisasi kembali dengan keluarga atau orang lain
c. Tindakan keperawatan:
1. Membina dan meningkatkan hubungan saling percaya
- Mendengarkan klien berbicara
- Memberi dorongan agar klien mau mengungkapkan perasaannya
- Menjawab pertanyaan klien secara langsung, menunjukkan sikap
menerima dan empati
2. Memberi dukungan terhadap respons kehilangan klien
- Menjelaskan kepada klien atau keluarga bahwa sikap mengingkari,
marah, tawar-menawar, depresi, dan menerima adalah wajar dalam
keadaan kehilangan
- Memberi gambaran tentang cara mengungkapkan perasaan yang bisa
diterima
- Menguatkan dukungan keluarga atau orang yang berarti
DAFTAR PUSTAKA

Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Stuart, G.W. 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sutejo. 2019. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Videbeck, S.L. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta: EGC.

Yusuf, A; Fitriyasari, R; Nihayati, H.E; Tristiana, D. 2019. Kesehatan Jiwa :


Pendekatan Holistik dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana
Media.

Anda mungkin juga menyukai