Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN JIWA

“DEFISIT PERAWATAN DIRI”

Kelompok 1 :

Afifah Nadia Balqis (183110241)

Anne Silvana (183110242)

Annisa Rahmatillah (183110243)

Aulia Ihsan (183110244)

Ayu Syuraya Asfia (183110245)

Bernica Ifada (183110246)

David Kurdinawan (183110247)

2.C

DOSEN PEMBIMBING:

Heppi Sasmita, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidaya-nya kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Defisit Perawatan Diri”. Dalam penyusunan makalah ini,
penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun sendiri maupun kepada pembaca umumnya, makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan sehingga penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang
sifatnya membangun.

Padang, 23 Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………………..…...3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………...…………………….…..4
B. Rumusan Masalah…………………………………....…………….…4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri ……….…….……...........................5
B. Penyebab Defisit Perawatan Diri...........................................................5
C. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri… ……….………………....6
D. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ……………..............……...12
E. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri..…………………………......9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………......15

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….........16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan diri (personal hygiene) mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk
memenuhi aktivitas sehari-hari, yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-
hari (ADLs). Aktivitas ini dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur
hidup. Kegiatan perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan
(kebersihan, mandi, berpakaian, toilet, makan), tetapi juga berapa, kapan, dimana, denagn
siapa, dan bagaimana (Miller dalam Carpenito-Moyet, 2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut
dengan defisit perawatan diri. Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit
perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien gangguan jiwa.
Klien gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negative dan menyebabkan klien dikucilkan, baik dalam
keluarga maupun masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Defisit Perawatan Diri?
2. Penyebab Defisit Perawatan Diri?
3. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri?
4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri?
5. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kesehatan mental dan penyakit mental
2. Megetahui tentang Defisit Perawatan Diri

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defisit Perawatan Diri

1. Pengertian
Perawatan diri (personal hygiene) mencakup aktivitas yang dibutuhkan untuk memenuhi
aktivitas sehari-hari, yang biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs).
Aktivitas ini dipelajari dari waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur hidup. Kegiatan
perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus dilakukan (kebersihan, mandi, berpakaian,
toilet, makan), tetapi juga berapa, kapan, dimana, denagn siapa, dan bagaimana (Miller dalam
Carpenito-Moyet, 2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut dengan defisit perawatan
diri. Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada klien gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negative dan
menyebabkan klien dikucilkan, baik dalam keluarga maupun masyarakat.

2. Etiologi
Menurut Potter dan Perry (2009), terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene, yaitu:
a. Citra Tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.
Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu untuk tidak
peduli terhadap kebersihannya.
b. Status Sosial Ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah pasien
dapat mencakupi perlengkapan perawatan diri yang penting, seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah penggunaan

5
perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial yang dipraktikan oleh
kelompok sosial pasien.
c. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Kurangnya pengetahuan tantang pentingnya
perawatan diri dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik
perawatan diri.
d. Variabel Kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diri mempengaruhi perawatan diri.
Orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik kesehatan
yang berbeda pula. Disebagian masyarakat, misalnya, ada yang menerapkan mandi
setiap hari, tetapi masyarakat dengan lingkup budaya yang berbeda hanya mandi
seminggu sekali.
e. Kondisi Fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien dengan kondisi fisik yang
tidak sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.
3. Proses Terjadi

Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit
perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan
diri yang signifikan. Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi
terutama selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-
ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari (stuart&laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan
adalah pada perilaku maladaptif pasien (Townsend, 2005). Secara biologi riset
neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat
melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.

6
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial
masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah
mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia,
2005). Menyimpan dan menyatukan informasi  berhubungan dengan emosi, tempat
penyimpanan memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan
menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan
kebribadian (Kaplan, Saddock & Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam
perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem limbik
(Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi
serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi
fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan
serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak
mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini
menunjukkan gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum
yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya
adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan
motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi
sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini
sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih
banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart
& Laraia, 2005).
Gangguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan
dari beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine fungsinya mencakup regulasi
gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter (Boyd
& Nihart,1998 ; Suliswati, 2002). Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab
gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)
kondisi ini pada klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang

7
menyimpang seperti tidak  berkeinginan untuk melakukan perawatan diri (Hawari,
2001). Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam  perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah.
Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam
perasaan) dan psikomotor (perilaku) (Hawari, 2001). Jika terjadi penurunan serotonin
akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada klien
dengan defisit  perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan tidak
adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian,
makan dan toileting (Wilkinson,2007).
 Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi; proses
pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan dapat
mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien cendrung negatif
seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau berhias dan toileting
(Boyd & Nihart, 1998; Suliswati,2002)

4. Lingkup Defisit Perawatan Diri


a. Kebersihan Diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi.
b. Berdandan atau Berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut, atau
mencukur kumis.
c. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa makanan dan
piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari piring.
d. Toileting
Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau
berkemih tanpa bantuan.

8
5. Penatalaksanaan
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan
medis, karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi
kejiwaan melalui komunikasi terapeutik atau dengan cara pemberian pendidikan
kesehatan.
Menurut NANDA NIC-NOC (2010) penatalaksanaan defisit perawatan
diri yaitu:
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3) Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan.
4) Ciptakan lingkungan yang mendukung.

B. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada klien terjadi akibat adanya perubahan proses piker, yang
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri. Defisit
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan individu merawat kebersihan diri, makan,
berhias, dan eliminasi (buang air besar atau buang air kecil) secara mandiri.

1. Batasan Karakteristik
NANDA (2016) menjelaskan Batasan karakteristik yang terdapat pada lingkup
defisit perawatan diri. Batasan karakteristik pada tiap lingkup tersebut meliputi:
a. Defisit Perawatan Diri: Mandi (Bathing self-care deficit)
Hal ini merupakan gangguan kemampuan melakukan atau menyelesaikan
aktivitas mandi untuk diri sendiri. Batasan karakteristiknya meliputi:
1) Gangguan kemampuan mengeringkan tubuh.
2) Gangguan kemampuan untuk mengakses kamar mandi.
3) Gangguan kemampuan untuk mengakses air.
4) Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan mandi.
5) Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi.
6) Gangguan kemampuan membasuh tubuh.

9
b. Defisit Perawatan Diri: Berhias/Berpakaian (Dressing self-care deficit)
Defisit perawatan diri: berhias/berdandan merupakan gangguan kemampuan
dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian untuk diri sendiri.
1) Ketidakmampuan memilih pakaian.
2) Ketidakmampuan memadupadankan pakaian.
3) Ketidakmampuan mempertahankan penampilan yang memuaskan.
4) Ketidakmampuan mengambil pakaian.
5) Ketidakmampuan mengenakan pakaian pada bagian bawah tubuh.
6) Ketidakmampuan mengenakan pakaian di bagian atas tubuh.
7) Ketidakmampuan memakai berbagai item pakaian (mis: kemeja, kaus kaki).
8) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian (mis: kemeja, kaus kaki,
sepatu).
9) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu.
10) Ketidakmampuan menggunakan resleting.
11) Ketidakmampuan mengancing pakaian.

c. Defisit Perawatan Diri: Makan (Feeding self-care deficit)


Defisit perawatan diri: makan merupakan gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan (Self-feeding) (NANDA, 2016).
Batasan karakteristik defisit perawatan diri meliputi:
1) Ketidakmampuan mengambil dan memasukkan makanan ke mulut.
2) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu.
3) Ketidakmampuan mengunyah makanan.
4) Ketidakmampuan memanipulasi makanan di mulut.
5) Ketidakmampuan membuka kontainer/wadah makanan.
6) Ketidakmampuan mengambil cangkir.
7) Ketidakmampuan meletakkan makanan ke alat makanan.
8) Ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk dimakan.
9) Ketidakmampuan makan dengan tata cara yang bisa diterima.
10) Ketidakmampuan menelan makanan.
11) Ketidakmampuan menelan jumlah makanan yang memadai.

10
12) Ketidakmampuan memegang alat makan.
13) Ketidakmampuan menghabiskan makanan secara mandiri.

d. Defisit Perawatan Diri: Toileting


Gangguan kemampuan melakukan atau menyelesaikan kegiatan toileting sendiri
(self-toileting). Batasan karakteristik dalam gangguan defisit perawatan diri ini
meliputi gangguan:
1) Kemampuan untuk melakukan hygiene eliminasi secara komplet.
2) Kemampuan untuk menyiram toilet.
3) Kemampuan untuk memanipulasi pakaian untuk toileting.
4) Kemampuan untuk mencapai toilet.
5) Kemampuan untuk naik ke toilet.
6) Kemampuan duduk di toilet.

2. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu
kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri meliputi:
a. Faktor Psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien, sehingga
klien menjadi begitu bergantung dan perkembangan inisiatifnya terganggu. Pasien
gangguan jiwa, misalnya, mengalami defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan
realitas yang berkurang. Hal ini menyebabkan klien tidak peduli terhadap diri dan
lingkungannya, termasuk perawatan diri.
b. Faktor Biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit
fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Selain itu, faktor herediter (keturunan) berupa anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, juga turut menjadi penyebab.
c. Faktor Sosial

11
Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya.

3. Faktor Presipitasi
Faktor persipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya motivasi, kerusaksan
kognitif atau persepsual, cemas, dan kelelahan yang dialami klien.

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri,
antara lain:
a. Data Subjektif
Klien mengatakan tentang:
1) Malas mandi.
2) Tidak mau menyisir rambut.
3) Tidak mau menggosok gigi.
4) Tidak mau memotong kuku.
5) Tidak mau berhias atau berdandan.
6) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau kebersihan diri.
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum.
8) BAB dan BAK sembarangan.
9) Tidak membersihkan diri dan tidak mebersihkan tempat BAB dan BAK
setelah BAB dan BAK
10) Tidak mengetahui cara perawatan yang benar
b. Data Objektif
1) Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
2) Tidak menggunakan alat – alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi
dengan benar
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan pakaian.

12
5) Memakai barang- barang yang tidak perlu dalam pakaian, misalnya memakai
pakaian berlapis – lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas
barang – barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya bertelanjang.
6) Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat
makan (dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan
sendok atau tidak mengetahui fungsi alat – alat makan), memegang alat
makan, membawa makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman dan menghabiskan makanan.
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya. Klien tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram
toilet setelah BAB atau BAK.

5. Sumber Koping
Sumber koping defisit keperawatan diri mencakup kemampuan personal (personal
ability) akan:
a. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri.
b. Berhias dan berdandan secara baik
c. Melakukan makan dengan baik
d. Melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
e. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
f. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif

13
C. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosis masalah keperawatan dalam gangguan defisit
keperawatan diri meliputi kebersihan diri, berhias, makan, dan eliminasi. Berikut ini
merupakan pohon masalah defisit perawatan diri:

14
BAB III
PENUTUP

A. Latar Belakang

Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa yang
dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit perawatan diri pada
klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan diri yang signifikan. Tidak
memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama episode psikotik.
Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi sehingga ia
gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (stuart&laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan adalah
pada perilaku maladaptif pasien (Townsend, 2005). Secara biologi riset neurobiologikal
mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu
sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut dengan defisit
perawatan diri. Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri
merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
perilaku negative dan menyebabkan klien dikucilkan, baik dalam keluarga maupun
masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2019. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Penerbit Baru


Eko Prabowo. 2014. Konsep dan Aplikasi Keperawatan Jiwa. Jakarta: Nuha Medika
Sheila L. Videbeck. 2017. Psychiatric-Mental Health Nursing. Wolters Kluwer

16

Anda mungkin juga menyukai