CONTOH SPTK
HARGA DIRI RENDAH
Orientasi:
“Selamat pagi mbak, perkenalkan saya perawat……….,senang dipanggil
………..Nama mbak siapa?”
“Oh… mbak Nursita, senang dipanggil apa mbak?”
“Baiklah mbak Sita, saya perawat puskesmas Grogol yang saat ini sedang
melakukan tugas kunjungan rumah. Tadi saya telah menemui ibunya, dan
sekarang saya ingin bercakap-cakap dengan mbak Sita. Bagaimana
perasaan mbak Sita saat ini?”
“O… mbak Sita merasa bosan… apa yang membuat mbak Sita merasa
bosan?”
“Jadi… mbak Sita merasa bosan karena merasa tidak berarti. Bagaimana
kalau sekarang kita membicarakan tentang perasaan mbak dan
kemampuan yang mbak Sita miliki?”
“Dimana kita bisa bercakap-cakap?”
“Baik, berapa lama mbak Sita?”
“Bagaimana jika 30 menit?Tujuan kita bercakap-cakap adalah agar mbak
Sita dapat menilai kembali kemampuan yang dimiliki selama ini dan
kegiatan yang biasa mbak Sita lakukan”.
Kerja:
“Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian mbak Sita
terhadap diri mbak sendiri. Tadi mbak Sita mengatakan merasa bosan
karena tidak berarti. Apa yang menyebabkan mbak Sita merasa
2
demikian?”
“Jadi… mbak Sita merasa telah gagal memenuhi keinginan orangtua….
Ada lagi hal lain yang tidak menyenangkan yang mbak Sita rasakan?”
“Bagaimana hubungan mbak Sita dengan keluarga dan teman-teman
setelah mbak Sita merasakan hidup yang tidak berarti dan tidak berguna?”
“Oo… mbak Sita jadi malas dan malu…. Ada lagi?”
“Tadi mbak Sita juga mengatakan telah gagal memenuhi keinginan
orangtua, sebenarnya apa saja harapan atau cita-cita mbak Sita?”
“Yang mana saja dari harapan mbak Sita yang telah mbak capai?”
“Bagaimana usaha mbak Sita untuk mencapai harapan yang belum
terpenuhi?”
“Mari kita lihat kembali daftar kegiatan yang telah kita buat tadi”
“Coba mbak Sita pilih yang mana yang akan dikerjakan sesuai
kemampuan. Yang nomor satu… main tenis. Wah, saat ini belum bisa
dilakukan ya” “Yang nomor dua merapikan tempat tidur, bagaimana mbak
Sita? Wah, tentu bisa dilakukan ya. Bagus sekali!”
“Baik… nomor tiga mencuci piring, bisa ya? (dan seterusnya hingga
kelimanya didiskusikan, misalnya akhirnya ada empat kegiatan yang
dipilih untuk dikerjakan di rumah).
“Nah…dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan di
rumah… mana yang mau dilatih hari ini?”
“Baik, mari kita latihan merapikan tempat tidur. Tujuannya agar mbak
Sita dapat meningkatkan kemampuan merapikan tempat tidur dan
merasakan manfaatnya. Dimana kamarnya?”
“Nah, kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan terlebih
dahulu bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai
dari arah atas ya… Bagus! Sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu
bagian pinggir dimasukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan
di bagian atas/kepala. Mari kita lipat selimut. Nah, letakkan di bagian
3
bawah/kaki. Bagus!”
“Bagus sekali, mbak Sita dapat mengikuti langkah-langlahnya. Sekarang,
mari kita masukkan pada jadual harian mbak Sita ya... Mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur? Bagus! Duakali sehari… pagi-pagi bangun
tidur, lalu setelah istirahat siang jam 4. Jika sudah dikerjakan, beri tanda
ya….M artinya mandiri, diisi jika merapikan tempat tidur dilakukan mbak
Sita tanpa diingatkan keluarga; B artinya bantuan, diisi jika kegiatan
merapikan tempat tidur dilakukan dengan bantuan keluarga atau harus
diingatkan keluarga terlebih dahulu; dan T artinya tergantung, diisi jika
mbak tidak melakukannya”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Sita setelah latihan merapikan tempat tidur?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali langkah-langkah merapikan tempat
tidur!”
“Bagus sekali! Jangan lupa merapikan tempat tidur sesuai jadual yang
telah dibuat tadi ya… yaitu setelah bangun tidur pagi hari dan setelah
istirahat siang hari”
“Nah, minggu depan saya akan datang kembali, kita latihan kegiatan yang
kedua. Mau jam berapa?”
“Baiklah, kalau begitu minggu depan saya akan datang pada jam 10.
Sampai jumpa….”
Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah, validasi kemampuan pasien
melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian,
evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, bantu pasien memilih
kegiatan kedua yang akan dilatih, latih kegiatan kedua (alat dan cara),
masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan: dua kegiatan, masing-
masing dua kali per hari.
Orientasi:
“Selamat pagi mbak Sita…”
“Wah, mbak Sita kelihatan rapi pagi ini?”
“Bagaimana perasaan mbak Sita saat ini? Bagaimana dengan perasaan-
perasan negatif yang sering mbak rasakan?”
“Bagus sekali….. perasaan tidak berarti dan tidak berguna tidak dirasakan
lagi belakangan ini”
“Bagaimana dengan kegiatan merapikan tempat tidurnya?”
“Boleh saya lihat kamar tidurnya?”
“Tempat tidurnya rapi sekali… bagus! Sekarang mari kita lihat
jadualnya…”
4
“Sesuai janji kita minggu lalu, hari ini kita akan lanjutkan latihan untuk
kegiatan yang kedua. Hari ini mbak Sita mau latihan mencuci piring kan?
Bagaimana kalau pertemuan kita hari ini selama 20 menit?”
“Dimana tempat mencuci pringnya?”
“Tujuan kita bercakap-cakap dan latihan pagi ini adalah agar mbak Sita
dapat meningkatkan kemampuan mencuci piring sehingga mbak akan
merasa puas terhadap hasil kerja mbak”.
Kerja:
“Baik, sebelum mulai latihan mencuci piring… kita persiapkan dulu
perlengkapan untuk mencuci piring. Menurut mbak Sita apa saja yang
perlu kita siapkan saat akan mencuci piring?”
“Yaaa… bagus sekali. Jadi… sebelum mencuci piring kita perlu
menyiapkan alatnya, yaitu sabun cuci piring dan spons untuk mencuci
piring. Selain itu juga tersedia air bersih untuk membilas piring yang telah
kita sabuni. Nah, sekarang bagaimana langkah-langkahnya atau cara
mencuci piring yang biasa mbak Sita lakukan?”
“Benar sekali…. pertama kita bersihkan piring dari sisa-sisa makanan dan
kita kumpulkan di satu tempat. Kemudian kita basahi piring dengan air,
lalu sabuni seluruh permukaan piring, dan kemudian dibilas hingga bersih
sampai piringnya tidak terasa licin lagi. Kemudian piringnya bisa kita
letakkan pada rak piring yang tersedia. Jika ada piring dan gelas, maka
yang pertama kali kita cuci adalah gelasnya, setelah itu baru piringnya.
Sekarang bisa kita mulai mbak Sita ya….”
“Bagus sekali, mbak Sita telah berlatih mencuci piring dengan cara yang
baik. Sekarang, kita masukkan lagi kegiatan ini ke jadual harian mbak
Sita ya... Mau berapa kali sehari mencuci piringnya?”
“Bagus sekali! Jadi mbak Sita mau mencuci piring dua kali sehari. Kapan
saja mbak Sita?”
“Ooh… sehabis sarapan pagi dan sehabis makan siang. Kita masukkan ke
jadualnya ya… Yah, silakan mbak Sita tulis sesuai kesepakatan tadi.
Jangan lupa kegiatan merapikan tempat tidurnya tetap dimasukkan ke
dalam jadualnya. Waktunya sama seperti jadual sebelumnya ya mbak?
Nanti kalau kegiatannya sudah dikerjakan, beri tanda ya….”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Sita setelah latihan mencuci piring?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali langkah-langkah mencuci piring!”
“Benar mbak Sita! Jangan lupa mencuci piring sesuai jadual yang telah
dibuat tadi ya… yaitu setelah sarapan pagi hari dan setelah makan siang”
5
“Minggu depan saya akan balik lagi kesini, kita latihan kegiatan yang
ketiga. Mau jam berapa?”
“Jam 09 pagi? Baik, sampai jumpa….”
Kerja:
“Menurut mbak Sita, apa saja persiapan untuk menyapu lantai?”
“Bagus…. sebelum mulai menyapu, kita perlu menyiapkan sapu dan
pengki. Bagaimana caramenyapu yang biasa mbak Sita lakukan?”
“Yah, bagus!” Jadi…menyapu dilakukan dari arah sudut ruangan.
Menyapu dilakukan juga di bawah meja dan kursi, bila perlu meja dan
kursinya dapat digeser, agar dapat menyapu pada bagian lantainya dengan
lebih bersih. Begitu juga untuk kolong tempat tidur perlu disapu”
6
“Ruangan mana yang ingin disapu saat ini? Mari kita mulai berlatih”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Sita setelah latihan menyapu?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali persiapan untuk menyapu!”
“Ya, benar sekali mbak Sita! Jangan lupa kegiatan menyapu dilakukan
sesuai jadual yang telah dibuat tadi ya… yaitu jam 8 pagi dan jam 15.30,
juga kegiatan merapikan tempat tidur dan mencuci piring sesuai jadual”
“Minggu depan saya akan balik lagi kesini, kita latihan kegiatan yang
keempat, yaitu memasak. Mau jam berapa?”
“Jam 11? Baik, kalau begitu sampai jumpa ya….”
Orientasi:
“Selamat siang mbak Sita…”
“Bagaimana perasaan mbak Sita saat ini? Bagaimana dengan perasaan-
perasan negatif yang pernah mbak rasakan?”
“Bagus sekali….. jadi sekarang mbak Sita tidak lagi merasakan perasaan
tersebut”
“Bagaimana dengan jadual kegiatannya… sudah dilakukan sesuai
jadual?”
“Mari kita sama-sama lihat jadualnya. Merapikan tempat tidur… sudah
dikerjakan. Kemudian untuk mencuci piringnya dan menyapu juga sudah
dikerjakan sesuai jadual”
“Coba kita lihat kamar tidurnya”.
“Bagus sekali, tempat tidurnya sudah rapi”.
“Tempat cucian piring juga bersih, tidak ada yang kotor lagi. Lantai
ruangan juga bersih. Bagus sekali… semua telah dikerjakan sesuai jadual.
7
Kerja:
“Hari ini mbak Sita mau masak apa?”
“Masak mie goreng…. Baik… persiapan yang telah disiapkan apa saja?”
“Luar biasa! Mbak Sita telah mempersiapkan bahan untuk membuat mie
goreng, yaitu mie, minyak goreng, dan bumbu-bumbunya. Alat yang telah
disiapkan apa saja mbak?”
“Baik… ada kuali, sutil untuk menggoreng. Jadi bisa kita mulai mbak Sita
ya….”
“Wah…. harum sekali tumisan bumbunya…”
“Sudah siap ternyata masakan mie gorengnya”
“Bagaimana kalau kita tambahkan jadual memasak pada jadual kegiatan
harian mbak. Kapan saja mbak akan memasak?”
“Bagus dua kali sehari…. Jam 11 dan jam 5 sore. Kemudian untuk
kegiatan merapikan tempat tidur, mencuci piring, menyulam tetap seperti
jadual yang lalu ya mbak…”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan mbak Sita setelah latihan memasak?”
“Nah, sekarang coba ulangi kembali langkah-langkah untuk membuat mie
goreng!”
“Ya, benar sekali mbak Sita! Jangan lupa jadual memasaknya dilakukan
sesuai jadual yaitu jam 11 dan jam 5 sore. … juga kegiatan merapikan
tempat tidur, mencuci piring, dan menyapu lantai”
Orientasi:
“Selamat pagi ibu… Perkenalkan saya perawat………, senang dipanggil
……….. Nama ibu siapa?”
“Oh… ibu Rani, ibu Rani senang dipanggil apa bu?”
“Saya perawat puskesmas Grogol yang saat ini sedang melakukan tugas
kunjungan rumah. Berdasarkan informasi dari kader kesehatan, saya
mendengar bahwa ibu sedang kebingungan dengan anak ibu yang tidak
lagi seperti yang dulu”
“Apakah ada pekerjaan rumah yang sedang ibu Rani kerjakan saat ini?”
Kerja:
“Coba ibu ceritakan apa yang ibu rasakan dalam merawat anak ibu?”
“Jadi…ibu bingung karena anak ibu tidak seperti yang dulu lagi. Apa
yang ibu maksudkan dengan tidak seperti yang dulu lagi?”
“Oo… anak ibu sering mengatakan hidupnya tidak berguna, merasa tidak
berarti, tidak lagi rajin melakukan kegiatan seperti dulu, jika berbicara
dengan orang lain tidak berani menatap wajah”
“Apa yang telah keluarga lakukan untuk mengatasi masalah ini?”
“Tidak ada….Baik, kalau begitu… saya akan menemui anak ibu sekarang
dan menanyakan apa yang dialaminya serta melatihnya cara mengatasi
masalah. Nanti saya akan menemui ibu Rani lagi ya…Silakan jika ada hal
yang ingin ibu Rani kerjakan”.
(percakapan lanjutan………)
Kerja:
“Ibu Rani, saya telah bercakap-cakap dengan Sita tadi…. Benar seperti
yang ibu Rani sampaikan tadi, Sita mengatakan bahwa ia tidak berguna,
hidupnya tidak berarti,…. juga ia tidak mau menatap lawan bicara. Nah…
9
hal ini menunjukkan bahwa Sita mengalami harga diri rendah. Ini ada
booklet tentang cara merawat harga diri rendah. Mari kita lihat sama-
sama”
“Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan
dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain. Yang terpikir olehnya
adalah hal negatif tentang diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak
mampu, dan tidak berprestasi. Kondisi demikian sering dialami oleh
orang yang mengalami gangguan jiwa”.
“Sekarang kita lihat tentang tanda-tanda harga diri rendah, yaitu tidak
berani menatap wajah orang yang mengajak berbicara, selalu menghindar
untuk bertemu dengan orang lain, nada suara lemah, dan sering
mengatakan tidak berguna, merasa gagal, tidak mempunyai prestasi atau
kemampuan apapun. Nah…kalau pada Sita sendiri tanda-tanda harga diri
rendah yang mana saja yang ibu temukan?”
“Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain adalah penolakan dan
harapan orang tua yang tidak realistis, sering mengalami kegagalan,
kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang
lain, ideal diri yang tidak realistis artinya harapan atau keinginan yang
tidak sesuai, pernah mengalami trauma: penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
Menurut ibu Rani, kira-kira apa yang menyebabkan Sita mengalami harga
diri rendah?”
tempat tidur setiap hari, yaitu dua kali sehari saat setelah bangun tidur
pagi dan tidur siang. Nanti tolong ibu pantau, jika Sita telah
melakukannya beri pujian, tetapi jika ia lupa melakukannya tolong ibu
motivasi untuk melakukannya. Bagaimana ibu Rani…. ada yang ingin
ditanyakan?”
“Setelah Sita melakukan kegiatan merapikan tempat tidur, maka beri dia
pujian. Bagaimana kalau sekarang ibu Rani berlatih untuk memberi pujian
pada Sitasetelah merapikan tempat tidur. Menurut ibu Rani bagaimana
caranya?”
“Bagus ibu…. Benar sekali yang ibu praktekkan tadi, yaitu menyebutkan
nama anak ibu dan memberikan pujian terhadap hal positif yang
dilakukannya”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu Rani setelah mengenal tentang harga diri rendah
dan berlatih cara memberi pujian?”
“Coba ibu ulangi kembali bagaimana cara memberi pujian pada Sita
setelah ia merapikan tempat tidur misalnya!”
“Bagus ibu!”
“Jangan lupa nanti ibu pantau pelaksanaan jadual Sita untuk merapikan
tempat tidur, beri pujian jika ia telah melakukannya dan ingatkan jika ia
lupa melakukannya”
“Baik…. waktu kita telah habis. Saya harus kembali ke puskesmas. Saya
akan datang kembali minggu depan dan kita akan sama-sama melatih
kemampuan anak ibu yang kedua yaitu mencuci piring. Waktunya sama
seperti sekarang bu ya…”
Orientasi:
“Selamat pagi ibu Rani…”
11
“Setelah Sita mencuci piring jangan lupa ibu Rani beri pujian, dengan
pujian yang diberikan akan membantu meningkatkan motivasi Sita untuk
melakukan kegiatan mencuci piring dan juga membantu meningkatkan
harga dirinya, Sita akan merasa hidupnya berguna karena telah melakukan
hal positif atau sesuatu yang berguna. Bagaimana kalau sekarang kita
menemui Sita untuk melatihnya mencuci piring”
“Tadi kita telah bersama-sama melatih Sita mencuci piring dengan cara
yang benar. Bagus sekali, tadi ibu sudah memberikan pujian ketika Sita
selesai mencuci piring. Seperti yang telah disampaikan Sita tadi, ia akan
mencuci piring setiap hari secara terjadual, yaitu setelah sarapan pagi dan
setelah makan siang. Ibu dapat membantu Sita mengatasi masalahnya
dengan memberikan pujian seperti tadi setelah Sita mencuci piring, dan
mengingatkan Sita jika ia lupa melakukan kegiatannya. Begitu juga
dengan jadual merapikan tempat tidur, tetap ibu pantau pelaksanaannya”
“Bagaimana bu…. ada yang ingin ditanyakan atau disampaikan?”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah berlatih cara merawat Sita?”
“Coba ibu sebutkan kembali, apa yang perlu ibu lakukan setelah Sita
selesai mencuci piring?”
“Ya… benar sekali bu. Jangan lupa nanti ibu pantau pelaksanaan jadual
Sita untuk mencuci piring, beri pujian jika ia telah melakukannya dan
ingatkan jika ia lupa melakukannya. Begitu juga untuk jadual merapikan
tempat tidur… tetap ibu Rani pantau”
“Baik…. waktu kita telah habis. Saya harus mengunjungi keluarga lain.
Saya akan datang kembali minggu depan dan kita akan sama-sama
melatih kemampuan anak ibu yang ketiga yaitu menyulam. Waktunya jam
12
9 bu ya…”
Orientasi:
“Selamat pagi ibu Rani…”
“Bagaimana kondisi mbak Sita saat ini? Apakah ia masih sering
mengatakan hal-hal negatif tentang dirinya?”
Bagaimana dengan kegiatan ibu Rani dalam membimbing Sita merapikan
tempat tidur dan mencuci piring?”
“Bagus sekali!… Ibu Rani telah berlatih merawat Sita dengan baik. Apa
yang ibu Rani rasakan setelah merawat Sita?”
“Sesuai dengan kesepakatan minggu lalu, sekarang kita akan melatih
Sitamelakukan kegiatan ketiga, yaitu menyapu. Pertemuan kita selama 30
menit bu ya…”
“Tujuan pertemuan kita agar ibu Rani dapat berlatih cara merawat Sita”
Kerja:
“Hari ini Sita akan latihan menyapu. Apa saja perlengkapan menyapu
yang tersedia?”
“Nanti kita sama-sama dampingi Sita ketika ia latihan menyapu. Ibu
masih ingatkan hal yang perlu ibu lakukan setelah Sita menyelesaikan
pekerjaannya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita menemui Sita untuk melatihnya
menyapu?”
(Perawat bersama keluarga melatih pasien menyapu)
(percakapan lanjutan setelah melatih pasien menyapu………)
“Ibu Rani, saya lihat tadiSita dapatmenyapu dengan baik. Agar Sita dapat
lebih merasakan manfaat dari kegiatan menyapu ini, ibu tetap beri pujian
setiap ia selesai melakukan kegiatan menyapu, dan ibu ingatkan untuk
mengerjakannya jika ia lupa”
13
“Nah, tadi seperti biasanya Sita juga telah mengisi jadual kegiatan untuk
menyapu. Ia menjadualkannya sehari dua kali, yaitu jam 8 pagi dan jam
15.30. Seperti biasa, tolong ibu Rani pantau pelaksanaannya bu ya…, dan
jangan lupa setelah itu beri pujian. Ada yang ingin ibu Rani tanyakan?”
“Baiklah, kalau tidak ada, kita akhiri pertemuan kita untuk hari ini”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah melatih Sita menyapu?”
“Coba ibu peragakan kembali, hal yang perlu ibu lakukan setelah Sita
selesai menyapu?”
“Ya… bagus sekali cara ibu memberi pujian. Jangan lupa nanti ibu pantau
pelaksanaan jadual Sita untuk menyapu, beri pujian jika ia telah
melakukannya dan ingatkan jika ia lupa melakukannya. Begitu juga
dengan jadualnya untuk merapikan tempat tidur dan mencuci piring”
“Baik bu…. waktu kita telah habis. Saya harus mengunjungi keluarga
lain. Saya akan datang kembali minggu depan dan kita akan sama-sama
melatih kemampuan anak ibu yang keempat yaitu memasak. Waktunya
jam 11 bu ya…Saya mohon diri sekarang…. Selamat siang……”
Orientasi:
“Selamat siang ibu Rani…”
“Wah, nampaknya ibu sudah siap untuk pertemuan kita hari ini”
“Bagaimana kondisi mbak Sita saat ini? Apakah ia masih mengatakan hal-
hal negatif tentang dirinya?”
“Bagaimana dengan kegiatan ibu Rani dalam membimbing Sita
merapikan tempat tidur, mencuci piring, dan menyapu?”
“Bagus sekali ibu Rani… ”
“Sesuai dengan kesepakatan minggu lalu, sekarang kita akan melatih Sita
untuk memasak. Pertemuan kita selama 30 menit bu ya…”
“Tujuan pertemuan kita agar ibu Rani dapat berlatih cara merawat Sita”
14
Kerja:
“Hari ini Sita akan latihan memasak. Rencananya Sita mau masak apa
bu?”
“Ooo… mie goreng. Apa saja bahan dan alat yang telah ibu bantu untuk
disiapkan?”
“Ya… sudah lengkap. Ada bahan untuk membuat mie goreng. Ada
mie…, bumbu-bumbu yang diperlukan, minyak goreng,…Seperti biasa,
nanti kita sama-sama dampingi Sita ketika ia menggoreng mie. Ibu masih
ingatkan hal yang perlu ibu lakukan setelah Sita menyelesaikan
pekerjaannya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita menemui Sita untuk melatihnya
menggoreng mie”
(Perawat bersama keluarga melatih pasien menggoreng mie)
(Selesai melatih, perawat melanjutkan diskusi)
“Tadi kita telah melatih Sita memasak, dan Sita ingin melakukan kegiatan
memasak sehari dua kali, yaitu jam 11 dan jam 5 sore. Seperti biasa, ibu
pantau ya pelaksanaannya.”
“Bagus, dengan cara yang ibu lakukan kita berharap Sita dapat kembali
percaya diri dan harga dirinya meningkat”
“Ooh ya bu….ada beberapa hal yang perlu ibu perhatikan, yaitu ibu perlu
segera menyampaikan pada kader kesehatan jika Sita mengalami
kemunduran atau tidak lagi mau melakukan kegiatan yang telah
dilatihkan, sering mengungkapkan hal negatif tentang dirinya, tidak mau
berinteraksi dengan orang lain, dan tidak mau minum obat lagi. Ibu juga
bisa segera mengunjungi puskesmas walaupun belum waktunya untuk
kontrol. Jika kondisinya tidak dapat diatasi di puskesmas, maka kami akan
merujuk ke rumah sakit umum yang memiliki fasilitas pelayanan
kesehatan jiwa atau ke rumah sakit jiwa”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah melatih Sita memasak?”
“Coba ibu sebutkan kembali kondisi-kondisi Sita yang perlu segera
dilaporkan?”
“Ya… bagus sekali”
“Jangan lupa nanti ibu pantau pelaksanaan kegiatan Sita untuk merapikan
tempat tidur, mencuci piring, menyapu, dan memasak. Beri pujian jika ia
telah melakukannya dan ingatkan jika ia lupa melakukannya”.
“Baik bu…. waktu kita telah habis. Saya harus mengunjungi keluarga
lain. Saya akan datang kembali minggu depan dan kita akan sama-sama
mengevaluasi kemampuan Sita yang telah dilatihkan selama ini”
“Ibu Rani ada waktu jam berapa untuk minggu depan?”
“Baik, waktunya jam 11 bu ya…”
“Saya mohon diri…. Selamat siang……”