Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN GAGAL GINJAL

Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Paliatif

Dosen Pengampu : Sri Utami Dwiningsih, MNS.

Disusun oleh :

1. Nur Haryati : P1337420119312


2. Salsabila Morriska : P1337420119317
3. Farah Amalia : P1337420119324
4. Mona Laila I : P1337420119326
5. Annisa Kristanti : P1337420119339

PRODI DIII KPERAWATAN SEMARANG KAMPUS KENDAL

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN AJARAN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat, dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN GAGAL GINJAL”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Sri Utami Dwiningsih,
MNS.selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Paliatif. Makalah ini diharapkan
dapat menambah informasi kepada para pembaca. Penulis mengucapkan banyak terima kasih
atas segala bantuan, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Sri Utami Dwiningsih, MNS.selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak
Poltekkes Kemenkes Semarang atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
2. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya dalam
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kelompok kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah di masa mendatang.

Kendal, 27 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
A. Definisi Penyakit Ginjal Kronis (PGK)........................................................................3
B. Patofisiologi.................................................................................................................4
C. Pathway........................................................................................................................5
D. Etiologi.........................................................................................................................5
E. Manifestasi Klinis........................................................................................................5
F. Penatalaksanaan...........................................................................................................6
G. Derajat Penyakit Ginjal Kronik....................................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................8
I. Komplikasi...................................................................................................................9
J. Derajat Penyakit Ginjal Kronik..................................................................................10
K. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................11
L. Komplikasi.................................................................................................................12
M. Asuhan Keperawatan..............................................................................................14
BAB III..................................................................................................................................27
PENUTUP.............................................................................................................................27
A. KESIMPULAN..........................................................................................................27
B. SARAN......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif (palliative care) merupakan salah satu pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup. Pendekatan ini ditujukan kepada keluarga dan pasien
yang mengalami masalah terkait penyakit terminal atau yang mengancam kehidupan.
Salah satu penyakit kronik yang memerlukan perawatan paliatif adalah penyakit
gagal ginjal kronik (GGK) (World Health Organization, 2018). Angka kejadian GGK
di Indonesia cenderung mengalami peningkatan.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 menunjukkan peningkatan


angka kejadian sebanyak 713.783 kasus dari 499.800 kasus di tahun 2013. Provinsi
Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang tercatat memiliki angka kejadian
GGK sebanyak 96.794 kasus pada tahun 2018 (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2019).

Mekanisme coping ikut berperan dalam memengaruhi perubahan kualitas hidup


pasien. Pasien yang memiliki coping adaptif tidak akan menimbulkan masalah akan
hal ini, namun apabila pasien memiliki coping maladaptif akan terjadi dampak yang
tidak diinginkan. Salah satu 3 dampaknya yaitu akan mempengaruhi kualitas hidup
pasien yang cenderung ke arah negatif Penelitian pada pasien dengan penyakit
terminal di salah satu RS di tertentu menunjukkan bahwa semua dimensi kebutuhan
spiritual sangat dibutuhkan oleh responden, dan kebutuhan religi merupakan
kebutuhan yang paling banyak dipilih dan dirasakan paling dibutuhkan (Nuraeni,
Nurhidayah, Hidayati, Windani Mambang Sari, & Mirwanti, 2015).

Berdasarkan dari tinjauan literatur didapatkan hasil bahwa pentingnya aspek


spiritualitas dan kebutuhan spiritual bagi pasien gagal ginjal kronik karena
merupakan salah satu cara meningkatkan makna dan harapan hidup, memperbaiki
kualitas hidup, dan meningkatkan kepercayaan diri serta dapat mengurangi
kecemasan pasien (Muzaenah & Makiyah, 2018).

Selain itu penelitian lain mengenai pengalaman pasien dalam melakukan manajemen
psikososial dan spiritual terhadap dirinya sendiri didapatkan hasil bahwa dukungan

1
sosial merupakan pendukung utama dalam pengelolaan masalah yang dihadapi
pasien, dimana salah satu dari dukungan sosial tersebut berasal dari tenaga kesehatan
yaitu perawat (Armiyati, Wuryanto, & Sukraeny, 2016).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK) ?
2. Apa penyebab terjadinya PGK?
3. Bagaimana asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal ginjal?

C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari Penyakit Ginjal Kronis (PGK) ?
2. Mengetahui penyebab terjadinya PGK?
3. Mengetahui asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal ginjal?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Ginjal Kronis (PGK)


Berikut ada beberapa definisi dari Penyakit Ginjal Kronis (PGK) menurut beberapa
sumber yakni sebagai berikut:

Menurut Kidney Disease utcomes Quality Initiative (KDOQ), Penyakit Ginjal Kronis
(Chronic Kidney Disease atau PGK) didefinisikan sebagai kerusakan ginjal atau laju
filtrasi glomerulus (LFG) < 60 mL/menit/1,73 m2 selama 3 bulan atau lebih.
Menurut Hani Susianti di bukunya yang berjudul "Memahami Interpretasi
Peneriksaan Laboratorium Penyakit Ginjal Kronis" Penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kelainan struktural atau fungsional ginjal yang berlangsung
lebih dari tiga bulan. Prevalensi PGK yang berujung pada gagal ginjal meningkat di
Indonesia. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya pasien yang menjalani cuci darah
(dialisis) yang memakan dana besar dan meningkatkan risiko kematian. Penyakit
ginjal kronis (PGK) adalah kerusakan pada ginjal yang menetap dan tidak dapat
diperbaiki. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan dapat mengakibatkan
gangguan multisistem. Penyakit ginjal kronis ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang diukur dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60 ml/min/1,73 m2 yang
terjadi lebih dari tiga bulan atau terdapat gejala-gejala kerusakan ginjal seperti
kelainan sedimentasi urin dan albuminuria, pencitraan ginjal yang dapat dideteksi,
kelainan histologis dan kelainan elektrolit, dan riwayat transplantasi ginjal.
(Mahesvara, I. B. G.A, Yasa, W. P. S., & Subawa, A. N). Penyakit ginjal kronis
(PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat mengeluarkan
racun dan produk limbah dari darah. Hal ini ditandai dengan adanya protein dalam
urin beserta menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berlangsung selama
lebih dari tiga bulan. (Black &Hawks, 2009). (Kamasita, S. E., dkk)

Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
ireversibel di mana kemampuan tubuh untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan,dan elektrolit terganggu. (Siagian, K. N., & Damayanty, A. E.)
ginjal kronis (PGK) didefinisikan sebagai Penyakit kerusakan ginjal yang

3
berlangsung selama tiga bulan atau lebih sebagai akibat kelainan struktural atau
fungsional pada ginjal,dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)
kurang dari 60 mL/ min/1.73m2 selama lebih dari tiga bulan, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal. (Insani, A. A., & dkk)

B. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronis berupa kerusakan ginjal yang direpresentasikan
oleh penurunan laju filtrasi glomerulus yang berujung pada berbagai komplikasi.
Ginjal normal memiliki 1 juta nefron (unit satuan ginjal) yang berpengaruh terhadap
laju filtrasi glomerulus. Ginjal memiliki kemampuan untuk menjaga laju filtrasi
glomerulus dengan meningkatkan kerja nefron yang masih sehat ketika ada nefron
yang rusak. Adaptasi ini menyebabkan hiperfiltrasi dan kompensasi hipertrofi pada
nefron yang sehat. Hipertensi dan hiperfiltrasi pada glomerulus merupakan faktor
yang berpengaruh besar dalam progresivitas penyakit ginjal kronis. Laju aliran darah
ke ginjal berkisar 400 mg / 100 gram jaringan per menit. Laju ini lebih banyak
dibandingkan dengan aliran ke jaringan lain seperti jantung, hati dan otak. Selain itu,
filtrasi glomerulus bergantung pada tekanan intra dan transglomerulus sehingga
membuat kapiler glomerulus sensitif terhadap gangguan hemodinamik.

Peningkatan dasar plasma kreatinin dua kali lipat kurang lebih merepresentasikan
penurunan laju filtrasi glomerulus sebanyak 50%. Contoh: plasma kreatinin dasar
senilai 0.6 mg/dL yang meningkat menjadi 1.2 mg/dL, (masih dalam batas normal),
menggambarkan terdapat 50% kerusakan massa nefron. Peningkatan tekanan kapiler
glomerulus dapat menjadi cikal bakal glomerulosklerosis fokal dan/atau segmental
yang kemudian dapat berakhir menjadi glomerulosklerosis global. Membran filtrasi
glomerulus memiliki muatan yang negatif, sehingga membuat hal tersebut menjadi
penghalang dari makromolekul anionik. Dengan penghalang elektrostatik ini, protein
pada plasma dapat menembus filtrasi glomerulus

4
C. Pathway

D. Etiologi
Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat disebabkan oleh gangguan prerenal, renal,
dan post renal. Pasien yang menderita penyakit seperti Diabetes Melitus (Kencing
Manis), Glomerulonefritis (infeksi glomeruli), penyakit imun (lupus nefritis),
hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit ginjal yang diturunkan (penyakit ginjal
herediter), batu ginjal, keracunan, trauma ginjal, gangguan kongenital, dan keganasan
dapat mengalami kerusakan ginjal.

Penyakit-penyakit ini Sebagian besar menyerang nefron, mengakibatkan hilangnya


kemampuan ginjal melakukan penyaringan. Kerusakan nefron terjasi secara cepat,
bertahap dan pasien tidak merasakan terjadinya penurunan fungsi ginjal dalam
jangka waktu yang lama.

E. Manifestasi Klinis
Penyakit ginjal kronis tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda terjadinya
penurunan fungsi secara spesifik, tetapi gejala yang muncul mulai terjadi penurunan
fungsi secara spesifik, tetapi gejala yang muncuk mulai terjadi pada saat fungsi
nefron mulai menurun secara berkelanjutan. Pnyakit ginjal kronis dapat
mengakibatkan terganggunya fungsi organ tubuh lainnya. Penurunan fungsi ginjal

5
yang tidak dilakukan penatalaksanaan secara baik dapat berakibat buruk dan
menyebabkan kematian. Tanda gejala umum yang sering muncul dapat meliputi :

1. Darah ditemukan dalam urin, sehingga urin berwarna gelap seperti the
(hematuria)
2. Urin seperti berbusa (albuminuria)
3. Urin keruh (infeksi saluran kemih)
4. Nyeri yang dirasakan saat buang air kecil
5. Merasa sulit saat berkemih (tidak lancar)
6. Ditemukan pasirbatu di dalam urin
7. Terjadi penambahan atau pengurangan produksi urin secara signifikan
8. Nocturia (sering buang air pada malam hari)
9. Terasa nyeri di bagian pinggang/perut
10. Pergelangan kaki, kelopak mata oedem (bengkak)
11. Terjadi peningkatan tekanan darah

penurunan kemampuan ginjal melakukan fungsi yang terus berlanjut ke stadium


akhir (GFR<25%) dapat menimbulkan gejala uremia yaitu :

1. Buang air kecil di malam hari dan terjadi jumlah urin yang menurun
2. Nafsu makan berkurang, merasa mjual dan muntah
3. Tubuh terasa Lelah
4. Wajah terlihat pucat (anemia)
5. Gatal-gatal pada kulit
6. Kenaikan tekanan darah
7. Terasa sesak saat bernafas
8. Edema pergelangan kaki atau kelopak mata

F. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya laal ginjal secara
progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin azotemia,
memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan
dan elektrolit

6
a. Peranan diet Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk
mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk iangka lama dapat
merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
b. Kebutuhan iumlah kalori Kebutuhan iumlah kalori (sumber energi) untuk
GGK harus adekuat dengan tuiuan utama yaitu mempertahankan
keseimbangan positil nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara
status gizi.
c. Kebutuhan cairan Bila ureum serum > '150 mg% kebutuhan cairan harus
adekuat supaya jumlah diuresis mencapai 2 liter Per hari.
d. Kebutuhan elektrolit dan mineral .Kebutuhan iumlah mineral dan elektrolit
bersifat individual tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying
renal disease).
2. Terapi Simptomatik
a. Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium
(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat
diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodlum bicarbonat) harus segera
diberikan intavena bila pH < 7,35 atau serum bikarbonat < 20 mEq/l.
b. Anemia Transfusi rlarah misalnya Paked Red Cel/ (PRC) merupakan salah
satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi
darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak
c. Keluhan gastrointestinal Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan
keluhan yang sering dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini
merupakan keluhan utama (c/rief complaint) dari GGK. Keluhan
gastrointestinalyang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai
anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat
dan obat-obatan si mtomatik.
d. Kelainan kulit Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis
keluhan kulit.
e. Kelainan neuromuscular.
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu ter,api hemodialisis
reguler yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
f. Hipertensi Pemberian obat-obatan anti hipertensi.

7
g. Kelainan sistem kardiovaskular Tindakan yang diberikan tergantung dari
kelainan kardiovaskular yang diderita.
3. Terapi pengganti ginjal, dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu
pada LFG kurang dari 15 mTmenit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,
dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal

G. Derajat Penyakit Ginjal Kronik


Penyakit ginjal kronis dibedakan berdasarkan jumlah nefron yang masih
berfungsi dalam melakukan filtrasi glomerulus. Nilai laju filtrasi glomerulus yang
rendah menunjukkan stadium yang lebih tinggi terjadinya kerusakan ginjal. Penyakit
ginjal kronik dibagi kedalam 5 Derajat yaitu:

1. Derajat I suatu keadaan dimana terjadi kerusakan struktur ginjal tetapi ginjal
masih memiliki fungsi secara normal (GFR 90 ml/min).
2. Derajat 2 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal dengan diikuti
penurunan fungsi ginjal ringan (GFR 60-89 ml/menit).
3. Derajat 3 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal dan diikuti dengan
penurunan fungsi ginjal yang sedang (GFR 30-59 ml/min).
4. Derajat 4 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal diikuti dengan
penurunan fungsi ginjal yang berat (GFR 15-29 ml/min).
5. Derajat 5 suatu kondisi ginjal yang disebut penyakit ginjal kronis (GFR <15
ml/menit).

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laju endap darah Laju endap darah akan meninggi diperberat oleh anemia,
hipoalbuminemia, dan retikulosit yang rendah.
b. Ureum dan Kreatinin Ureum dan kreatinin meninggi. Biasanya.
perbandingan antara ureum dan kreatinin 20:1. Biasanya perbandingan ini
bisa meninggi karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,
pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.

8
c. Hiponatremi Umumnya karena kelebihan cairan dan bersamaan dengan
menurunnya diuresis.
d. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia Hipokalsemia dan hiperfosfatemia terjadi
karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada Gagal Ginjal Kronik
e. Phospat Alkaline meninggi Phospat alkaline meninggi diakibatkan gangguan
metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia Biasanya disebabkan oleh gangguan metabolisme dan diet
rendah protein.
g. Kadar gula darah meningkat Diakibatkan oleh gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada
jaringan perifer).
h. Hipertrigliserida Diakibatkan oleh gangguan metabolisme lemak yang
disebabkan peninggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i. Asidosis metabolik Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
menunjukkan pH yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semua disebabkan retensi asam organik dalam gagal ginjal.

2. Rontgen ginjal, saluran, dan kandung kemih


Bila dicurigai adanya batu ginjal, peradangan kandung kemih (cys titis), atau
peradangan saluran kemih (urethritis), maka dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) ginjal dan rontgen (sinar X) pada ginjal.

I. Komplikasi
Fungsi ginjal yang terganggu mengakibatkan terjadinya komplikasi yang
berbeda berdasarkan besarnya kerusakan nefron (Tessy, 2009)

9
Komplikasi penyakit ginjal kronis berdasarkan derajat penyakit

Masalah yang disebabkan oleh timbunan sisa hasil metabolisme yang tidak
dapat dikeluarkan tubuh dan produksi hormon yang tidak mencukupi dapat
mengakibatkan:

1. Anemia terjadi karena ketidakmampuan ginjal memproduksi eritropoetin


mengakibatkan penurunan hemoglobin.
2. Hipertensi terjadi akibat penimbunan natrium dan air di dalam tubuh.
Kondisi ini mengakibatkan kelebihan volume darah dan berkurangnya kerja
renin-angiotensin-aldosteron untuk menstabilkan tekanan darah.
Kardiomiopati dilatasi atau hipertrofi ventrikel kiri akibat dari hypervolemia.
3. Kulit terasa gatal akibat penumpukan kalsium fosfat pada jaringan.
4. Komplikasi neurologis dan psikiatrik disebabkan penimbunan ureum di
dalam darah.
5. Disfungsi seksual mengakibatkan penurunan libido, gangguan impotensi dan
terjadi hiperprolaktinemia pada wanita.

J. Derajat Penyakit Ginjal Kronik


Penyakit ginjal kronis dibedakan berdasarkan jumlah nefron yang masih
berfungsi dalam melakukan filtrasi glomerulus. Nilai laju filtrasi glomerulus yang

10
rendah menunjukkan stadium yang lebih tinggi terjadinya kerusakan ginjal. Penyakit
ginjal kronik dibagi kedalam 5 Derajat yaitu:

1. Derajat I suatu keadaan dimana terjadi kerusakan struktur ginjal tetapi ginjal
masih memiliki fungsi secara normal (GFR 90 ml/min).
2. Derajat 2 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal dengan diikuti penurunan
fungsi ginjal ringan (GFR 60-89 ml/menit).
3. Derajat 3 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal dan diikuti dengan
penurunan fungsi ginjal yang sedang (GFR 30-59 ml/min).
4. Derajat 4 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal diikuti dengan penurunan
fungsi ginjal yang berat (GFR 15-29 ml/min).
5. Derajat 5 suatu kondisi ginjal yang disebut penyakit ginjal kronis (GFR <15
ml/menit).

K. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laju endap darah Laju endap darah akan meninggi diperberat oleh anemia,
hipoalbuminemia, dan retikulosit yang rendah.
b. Ureum dan Kreatinin Ureum dan kreatinin meninggi. Biasanya.
perbandingan antara ureum dan kreatinin 20:1. Biasanya perbandingan ini
bisa meninggi karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas,
pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
c. Hiponatremi Umumnya karena kelebihan cairan dan bersamaan dengan
menurunnya diuresis.
d. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia Hipokalsemia dan hiperfosfatemia terjadi
karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada Gagal Ginjal Kronik
e. Phospat Alkaline meninggi Phospat alkaline meninggi diakibatkan gangguan
metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia Biasanya disebabkan oleh gangguan metabolisme dan diet
rendah protein.

11
g. Kadar gula darah meningkat Diakibatkan oleh gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada
jaringan perifer).
h. Hipertrigliserida Diakibatkan oleh gangguan metabolisme lemak yang
disebabkan peninggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i. Asidosis metabolik Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
menunjukkan pH yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semua disebabkan retensi asam organik dalam gagal ginjal.

2. Rontgen ginjal, saluran, dan kandung kemih


Bila dicurigai adanya batu ginjal, peradangan kandung kemih (cys titis), atau
peradangan saluran kemih (urethritis), maka dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) ginjal dan rontgen (sinar X) pada ginjal.

L. Komplikasi
Fungsi ginjal yang terganggu mengakibatkan terjadinya komplikasi yang
berbeda berdasarkan besarnya kerusakan nefron (Tessy, 2009)

Komplikasi penyakit ginjal kronis berdasarkan derajat penyakit

12
Masalah yang disebabkan oleh timbunan sisa hasil metabolisme yang tidak
dapat dikeluarkan tubuh dan produksi hormon yang tidak mencukupi dapat
mengakibatkan:

1. Anemia terjadi karena ketidakmampuan ginjal memproduksi eritropoetin


mengakibatkan penurunan hemoglobin.
2. Hipertensi terjadi akibat penimbunan natrium dan air di dalam tubuh. Kondisi ini
mengakibatkan kelebihan volume darah dan berkurangnya kerja renin-angiotensin-
aldosteron untuk menstabilkan tekanan darah. Kardiomiopati dilatasi atau hipertrofi
ventrikel kiri akibat dari hypervolemia.
3. Kulit terasa gatal akibat penumpukan kalsium fosfat pada jaringan.
4. Komplikasi neurologis dan psikiatrik disebabkan penimbunan ureum di dalam darah.
5. Disfungsi seksual mengakibatkan penurunan libido, gangguan impotensi dan terjadi
hiperprolaktinemia pada wanita.

13
M. Asuhan Keperawatan

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 09 Oktober 2021

A. BIODATA
1. Biodata Pasien
a. Nama : Lut Fiana
b. Umur : 32 tahun
c. Alamat : Desa Kalisari Rt 02/01 Kec. Sayung
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Karyawan Swasta
f. Tanggal masuk :-
g. Diagnosa medis :-
h. Nomor register :-

2. Biodata Penanggung Jawab


a. Nama : Wiwit Luthfil Chakim
b. Umur : 34 tahun
c. Alamat : Desa Kalisari Rt 02/01 Kec. Sayung
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : KaryawAan Swasta
f. Hubungan dengan klien : Suami Klien

B. KELUHAN UTAMA :
Pasien mengatakan diare, pinggang pegel sampai ke punggung kalau duduk lama
tidak bisa lebih enak tidur, pasien merasakan pusing.

14
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pasien mengatan diare, pinggang pegel sampai ke punggung, kalau duduk
kelamaan tidak bisa, lebih enak tidur, pasien mengatakan pusing. Sebelum
hipertensi pasien belum berobat ke rumah sakit akan tetapi pasien berobat ke
klinik, jadi pasien belum mengetahui penyakit sebenarnya. badan pasien terasa
lemas,mimisan,lalu pasien berobat ke rumah sakit. Pasien cek darah dan cek urin,
setelah cek HB hasilnya 4 dan harus transfusi darah dan rawat inap. Setelah cek
ureum creati tinggi dan harus cuci darah.

2. Riwayat Keperawatan Dahulu


Klien mengatakan pernah menderita batu ginjal pada 2001

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan, keluarga pasien ada Riwayat penyakit hipertensi.

D. PENGKAJIAN MENGACU POLA FUNGSIONAL GORDON


1. Pola persepsi kesehatan
Klien mengatakan mengetahui akan penyakit yang dideritanya.
2. Pola nutrisi & metabolisme
Sebelum sakit
Klien mengatakan makan 3x sehari. Minum kurang dari 8 gelas perhari.
Setelah sakit
Klien mengatakan tidak nafsu makan dan minum sekitar 500 ml/hari
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit
BAB dan BAK normal, warna feses kuning.
Setelah sakit
Klien mengatakan BAB lancar. 1 tahun pertama BAK masih bisa, setelah skitar 5
tahun tidk dapat BAK.
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur cukup.

15
Setelah sakit
Klien mengatakan tidur kurng cukup karena, terkadang timbul nyeri pada pinggul.
5. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit
Klien mengatakan beraktivitas normal selayaknya orang sehat.
Setelah sakit
Klien mengatakan aktivitas berkurang karena terkadang timbul nyeri pada pinggul dn
menjalar sampai punggung. Klien juga mengatakan tidak bis duduk karen
pinggangnya sakit.
6. Peran dan hubungan
Klien mengatakan mengetahui perannya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus
suami dan anaknya
Klien juga mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga
7. Pola persepsi dan sensori
Klien mengatakan nyeri pada pinggulnya, skala nyeri dari 1-5 yaitu 4
8. Pola persespsi diri /Konsep diri
Pasien mengatakan gambaran diri, identitas sebagai perempuan umur 32 tahun,
peranya pasien sebagai orang tua, ideal diri pasien berharap cepat sembuh dan bisa
menjalani aktivitas sehari-hari, harga diri pasien tetap bersyukur dan menganggap
sakit ini sebagai cobaan.
9. Pola seksual dan reproduksi
Klien mengatakan mempunyai anak umur 5 tahun.
10. Pola mekanisme dan koping
Klien mengetahui bahwa dirinya sakit, klien mengeikuti saran dari dokter untuk
melakukan tindakan cuci darah setiap 2x seminggu.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien mengatakan beragama islam, klien juga menjalankn kewajibanya sebagai
seorang muslim

E. PEMERIKSAAN FISIK
KU : CM/ Compos Metis
TD : 140/80 mmHg
Suhu : 36,5 cc

16
N : 90/menit
RR : 20/menit
GCS : E : 4, M : 6, V : 5

Pemeriksaan fisik head to toe


1. Kepala : bentuk kepala kotak, tidak adanya pembengkakkan, tidak adanya lesi,
warna rambut hitam, bentuk rambut lurus.
2. Wajah : muka tidak memerah, tidak timbul adanya jerawat
3. Mata : simetris kiri dan kanan, tidak ada kotoran, Konjungtiva: Anemis, Sklera
Putih, Pupil tidak dilatasi (isokor).
4. Hidung: simetris kiri dan kanan, Sekret tidak ada, tidak ada polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
5. Mulut : Membran mukosa pucat, bibir kering.
6. Telinga: simetris kiri dan kanan,lubang telinga ada, tidak ada serumen.
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis distensi, tidak ada
pembengkakkan kelenjer getah bening.
8. Integument : Turgor kulit baik, terdapat bulu halus.
9. Thorak
a. Paru- paru
Inspeksi : Tidak terlihat retraksi intercosta hidung, pergerakan dada simetris
Palpasi : Tidak terdpat nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4 - 5 midclavicula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Irama teratur
c. Abdomen
Inspeksi : Tidak simetris, dan edema, striae
Auskultasi : Adanya Bising Usus 11x/menit
Palpasi : Nyeri tekan
Perkusi : Suara redup

17
10. Ekstremitas :
Ekstermitas atas dan bawah : jari-jari kaki dan tangan lengkap, tidak terdapat
luka pada lengan, paha dan betis bagian kiri.
Kekuatan otot pada ekstermitas atas normal, Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh.
Kekuatan otot ekstermitas atas : 4
Kekuatan otot ekstermitas bawah, Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi, dan tidak dapat melawan tahanan
Kekuatan otot ekstermitas bawah : 3
11. Genitalia : genetalia lengkap, tidak dapat BAK, BAB lancar
Pemeriksaan Skala Nyeri : Tidak ada masalah nyeri

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologi
- Contracted kedua ginjal (proses kronis)
- Tak tampak cairan bebas intraabdomen
- Tak tampak kelainan lain pada sonography organ-organ intraabdomen diatas

Hasil Pemeriksaan Radiologi

No. RM : 448414
Tgl Pemeriksaan : 13-02-2016
Nama Pasien : Ny. Lutfiana
Tanggal Lahir : 08/01/1989
Umur/Gender : 26 tahun/Perempuan
Alamat : Kalisari Sayung RT 03 RW 01
Ruang : Rawat Jalan
Dokter Pengirim : Yanti Muliawarti, dr, Sp.PD
Hasil : 15-09-2016

PEMERIKSAAN USG ABDOMEN

18
HEPAR Ukuran dan bentuk normal, liver tapi
lancip, ekogenesitas parenkim
tampak homogen, tak tampak
modul, tak tampak pelebaran v,
hepatica maupun v, porta, duktus
bilaris intra-ekstra hepatal tak
melebar.
VESIKA FELEA Ukuran tidak membesar, dinding
tidak menebal, tidak tampak batu
LIEN Ukuran dan bentuk normal,
ekogenisitas homogen, parenkim
normal, tidak tampak modul, tidak
pelebaran v, lienalis
PANKREAS Ukuran normal, parenkim homogen,
tidak nampak klasifikasi
PARA AORTA Tidak nampak modul
GINJAL KANAN Ukuran kecil (CC +- 5,83cm),
parenkim tampak hiperechoic, batas
kortek dengan sinus dan medula tak
jelas, tak tampak pelebaran PCS
GINJAL KIRI Ukuran kecil (CC+- 5,72cm),
parenkim tampak hiperechoic, batas
kontek dengan sinus dan medula tak
jelas, tak nampal pelebaran PCS
VESIKA URINARIA Tidak terisi cukup urin (pembatasan
caran), tak tampak batu maupun
masaa
UTERUS Retrofeksi, struktur homogen
Tampak cairan bebas intraabdomen

Kesan :
Contracted kedua ginjal (proses kronis)

19
Tak nampak cairan bebas intraabdomen
Tak nampak kelainan lain pada sonography organ-organ intraabdomen diatas

G. PROGRAM TERAPI
Amlodipine 10 mg

20
DAFTAR MASALAH

No Tanggal/jam Data Fokus Diagnosa Tanggal Ttd


Keperawatan Teratasi Perawat
09 Oktober DS : Memiliki 09
2021 Klien hubungan Oktober
(08.30 WIB) mengatakan yang baik 2021
menyerahkan dengan Tuhan
semua masalah berhubungan
kesehatannya dengan
kepada Tuhan kepasrahan
dan kesabaran
DO : menghadapi
Klien dan tingkat
keluarga tampak penyakit yang
berdoa, sholat dialami oleh
dan membaca al- pasien
quran dan sering
dikunjungi oleh
ustadz atau kiyai

09 Oktober DS : Kualitas hidup 09


2021 Klien dan meningkat Oktober
(08.30 WIB) keluarga berhubungan 2021
mengatakan tetap dengan
menjalani kemampuan
perawatan untuk pasien dan
kesembuhan keluarga
pasien dan terus dalam
hidup dengan menghadapi
penuh semangat sulitnya

21
dengan menjaga menjalani
pola makan dan hidup dengan
pola hidup sehat penyakit yang
berat
DO :
Klien dan
keluarga tampak
tenang
menghadapi
perawatan yang
melelahkan.

22
RENCANA KEPERAWATAN

NO TUJUAN DAN RENCANA RASIONAL


DX KRITERIA HASIL
1. Memelihara a. Rajin melakukan doa a. Mendekatkan diri
hubungan baik b. Rajin membaca Al- pada Tuhan
dengan Tuhan quran (membina hubungan
c. Rajin melakukan hal- yang baik dengan
hal yang berkaitan Tuhan melalui doa
dengan kerohanian b. Menenangkan diri
dengan melihat dan
merengungkan
ajaran-ajaran Tuhan
c. Meningkatkan
keimanan dengan
melibatkan diri
dengan hal-hal yang
berkaitan dengan
kerohaniaan
2. Mempertahankan a. Mampu a. Menghadapi segala
kualitas hidup yang mengendalikan sesuatu dengan
baik masalah tenang
b. Menghadapi b. Mampu
perawatan dengan mengendalikan stress
tabah dan sabar dengan baik

23
TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal/jam Tindakan Keperawatan Respon TTD


Keperawatan
1. 09 Oktober 1. Memotivasi untuk S : pasien
2021 rajin melakukan doa mengatakan ingin
(10.00 WIB) berdoa untuk
kesembuhannya

O : Pasien terlihat
sedang melakukan
ibadah dan berdoa
2. Memotivasi untuk
rajin membaca Al- S : pasien
Qur’an mengatakan ingin
membaca Al-Quran
setiap selesai sholat

O : Pasien tampak
sedang membaca Al-
Quran
3. Memotivasi untuk
rajin melakukan hal- S : Pasien
hal yang berkaitan mengatakan ingin
dengan kerohanian mengikuti kajian
kerohanian

O : Pasien terlihat
mengikuti kajian
kerohanian
2. 09 Oktober 1. Mengedukasi S : Pasien
2021 tentang cara mengatakan paham
(10.00 WIB) mengendalikan tentang cara

24
masalah mengendalikan
masalah

O : Pasien mampu
mengulang
penjelasan tentang
cara mengendalikan
masalah
2. Mengedukasi
dalam S : Pasien
mengahadapi mengatakan paham
perawatan dengan tentang menghadapi
sabar dan tabah perawaan dengan
sabar dan tabah.

O : Pasien mampu
mengulang
penjelasan tentang
menghadapi
perawaan dengan
sabar dan tabah.

25
CATATAN PERKEMBANGAN

Tangga Diagnosa Catatan Keperawatan Ttd Perawat


l Keperawatan (SOAPIER)
09 Memiliki S : pasien mengatakan pasrah dan sesekali
Oktobe hubungan yang berdoa pada Tuhan untuk kesembuhan dari
r 2021 baik dengan penyakit yang dialaminnya
tuhan b.d O : KU : compos menthis, pasien terkadang
kepasrahan dan tampak sedang berdoa
kesabaran A : masalah teratasi
menghadapi P : lanjutkan intervensi
tingkat penyakit -memotivasi untuk selalu mendekatkan diri
yang dialami kepada Tuhan yang Maha Esa
oleh pasien
Kualitas hidup S : Pasien mengatakan pasien tidak terlalu
meningkat b.d memikirkan penyakit yang dialaminya
kemampuan sekarang dan melakukan aktivitas seperti
pasien dan biasa.
keluarga dalam O : Pasien tampak sedang merawat anaknya
menghadapi dan rutin menjalani perawatan (cuci darah) di
sulitnya RS
menjalani hidup A : Masalah teratasi
dengan penyakit P : Pertahankan intervensi
yang berat

26
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawatan paliatif (palliative care) merupakan salah satu pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup. Pendekatan ini ditujukan kepada keluarga dan pasien
yang mengalami masalah terkait penyakit terminal atau yang mengancam kehidupan.
Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
ireversibel di mana kemampuan tubuh untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan,dan elektrolit terganggu hal ini disebabkan oleh gangguan
prerenal, renal, dan post renal. Tanda gejala umum yang sering muncul dapat
meliputi:

1. hematuria
2. albuminuria
3. infeksi saluran kemih
4. Nyeri yang dirasakan saat buang air kecil
5. Merasa sulit saat berkemih (tidak lancar)
6. Ditemukan pasirbatu di dalam urin
7. Terjadi penambahan atau pengurangan produksi urin secara signifikan
8. Nocturia
9. Terasa nyeri di bagian pinggang/perut
10. Pergelangan kaki, kelopak mata oedem (bengkak)
11. Terjadi peningkatan tekanan darah

Penatalaksanaan penyakit ini dapat dilakukan dengan Terapi konservatif dan Terapi
Simptomatik

B. SARAN
1. Pembaca dapat belajar kembali untuk meningkatkan pengetahuannya tentang
perawatan paliatif melalui media telekomunikasi yang dimilikinya.

27
2. Perawat dapat mengikuti pelatihan dan seminar tentang perawatan paliatif agar
keterampilan dan pengetahuan perawat dapat bertambah, sehingga pelayanan
perawatan paliatif yang diberikan kepada pasien dan keluarga akan menjadi lebih
baik (holistik dan komprehensif).
3. Pembaca dapat meningkatkan kemampuannya dalam tehnik berkomunikasi
terhadap pasien dengan cara memperhatikan dan mendengarkan pasien,
menafsirkan dan mengingat apa yang telah disampaikan oleh pasien,
mengevaluasi pernyataan pasien kemudian memberi respon kepada pasien.
4. Pembaca dapat meningkatkan spiritual didalam dirinya supaya dapat
meningkatkan rasa percaya diri pada saat memberikan dukungan spiritual kepada
pasien dan keluarga.

28
DAFTAR PUSTAKA

Insani, A. A., & dkk. (2019). Hubungan lama Menjalin Hemodialisis Dengan Status Nutrisi
Pasa Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) Di Instalasi Hemodialisa RSUD Dr. H.Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Majority, 8(1), 55-59.

Kamasita, S., Suryono, Nurdian, Y., & Hermansyah, Y. (2018). Pengaruh Hemodialisis
Terhadap Kinetik Segmen Ventrikel Kiri pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Stadium v.
NurseLine Journal, 3(1), 11-19.

Siregar, C. T. (2020). Buku Ajar Manajemen Komplikasi Pasien Hemodialisa. Yogyakarta:


Deepublish.

Zuliani, & dkk. (2021). Gangguan Pada Sistem Perkemihan. Medan: Yayasan Kita Menulis.

29

Anda mungkin juga menyukai