OLEH KELOMPOK 2
B. Klasifikasi
Kategori umum gagal tumbuh:
1. Gagal tumbuh organik (Organic Failure to Thrive – OFTT)
Timbul akibat penyebab fisik seperti defek jantung kongenital, lesi neurologis,
mikrosefali, gagal ginjal kronis, refluks gastroesofageal, sindrom malabsorpsi,
difungsi endokrin, kistik fibrosis, atau AIDS.
2. Gagal tumbuh non-organik (Non-organic Failure to Thrive – NFTT)
Memiliki penyebab definitif yang tidak berhubungan dengan penyakit. NFTT
paling sering diakibatkan oleh faktor-faktor psikososial, seperti informasi nutrisi
yang tidak adekuat oleh orang tua; defisiensi asuhan maternal atau gangguan
kelekatan maternal-anak; atau gangguan kemampuan anak untuk berpisah dari
orang tua, yang mengakibatkan penolakan makan untuk menarik perhatian.
3. Gagal tumbuh idiopatik
Tidak dapat diterangkan dengan etiologi organik atau lingkungan yang biasa, tetapi
dapat juga diklasifikasikan sebagai NFTT.
C. Etiologi
Secara umum gagal tumbuh dibagi menjadi gagal tumbuh organik dan non organik.
Kelainan organik dan non organik bisa terjadi bersamaan. Penyebab ketidak normalan
pertumbuhan pada si kecil meliputi 3 kelompok:
a. Si kecil kurang bernafsu untuk makan atau menolak makan karena masalah medis
kronis (penyakit ginjal, kanker, penyakit jantung bawaan, kelainan-kelainan
metabolik penyakit hati, AIDS, gastroesophageal reflux)
b. Diet membatasi makanan tertentu.
c. Pemberian susu/makanan yang kurang dari semestinya
d. Ketidak-normalan fisik yang menyebabkan kesulitan menelan, misalnya gangguan
syaraf (palsi serebral), luka pada mulut, kelainan bawaan
e. Kemiskinan
Selain itu, Sekitar 5-10% dari bayi dengan berat badan lahir rendah dan bayi yang
hidup dengan kemiskinan kemungkinan akan berkembang menjadi gagal tumbuh.
Keluarga yang berantakan, bulan-bulan pertama kehidupan si kecil yang kurang
menguntungkan/banyak masalah (misalnya: infeksi, bayi kuning berlebihan, susah
minum, mondok lama dsb), berat badan lahir yang rendah kurang dari 2500 g.
Keadaan ibu juga berhubungan dengan munculnya gagal tumbuh pada si kecil,
misalnya:
D. Manifestasi Klinis
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi
berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat
tetap tampak relatif normal selama beberapa waktu sebelum menjadi menyusut dan
berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat
hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin
rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi
dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering,
tinja berisi mukus dan sedikit (Nelson, 2000). Selain itu, manifestasi dari penyakit
marasmus antara lain badan kurus kering tampak seperti orangtua, lethargi, irritable,
kulit keriput (turgor kulit jelek), ubun-ubun cekung pada bayi, jaingan subkutan hilang,
malaise, kelaparan dan apatis.
E. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet (Arisman, 2004). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,
protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan.Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai
bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya,
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino
yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak
dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan
asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein
lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh (Muchsan Lubis, 2002)
F. Pathway
G. Kecepatan Pertumbuhan Normal
Kecepatan pertumbuhan si kecil secara normal adalah sebagai berikut:
H. Penatalaksanaan
I. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-
sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan
hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang
menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN : 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan devriaasi kebutuhan dan devriasi emosional
SASARAN PASIEN 1: Pasien mengalami penambahan berat badan.
HASIL YANG DIHARAPKAN
a. Berespon secara positif pada praktik pemberian makan (uraikan)
b. Anak mengalami peningkatan berat badan (uraikan) (biasanya minimal 1-2
oz/hari)
INTERVENSI KEPERAWATAN / RASIONAL
a. Kenalkan lingkungan makan yang positif
b. Berikan makanan tanpa batas diet yang teratur untuk usia anak (makanan yang
disukai anak untuk mendorong penerimaan anak terhadap makanan).
c. Hindari gangguan pada saat pemberian, seperti pemeriksaan laboratorium atau
radigrafi untuk mempertahankan pemberian makan rutin.
d. Buat catatan masukan yang akurat untuk memastikan pemasukan kalori harian
sesuai hitungan.
e. Timbang dan catat berat badan setiap hari untuk menetahui dengan pasti
penambahan berat badan pada anak
DAFTAR PUSTAKA
Hockenberry, M., Wilson, D. (2001). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing 6th edition. St.
Louis: Mosby, Inc
Wong Donna L, 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4 Jakarta : EGC
Camp Bonnie W., Headley Roxan : Developmental Delay Under 6 years of age, in Pediatric
Decision making, edited by Berman, 2nd edition, B.C. Decker Inc., Philadelphia, 1991