Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA : MODEL SOSIAL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu : Rohanah S.Pd, MKM

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Diah Ayu Pertiwi P27905118005


2. Ester Natasya P27905118008
3. Moh Dhika Ramadhan P27905118019
4. Nur Vany Widiyagiri P27905118023
5. Ria Fitria Dlusholikhah P27905118024
6. Saniatun Ni’mah P27905118029
7. Widya Suci Dharmawati P27905118034

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
POLTEKKES KEMENKES BANTEN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Taufiknya
kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas keIslaman sampai sekarang ini.
Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman
Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.
Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Jiwa : Model Sosial”. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen Pengampu yang telah membimbing dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang
senantiasa saya banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat
berjuang dijalan Allah SWT.
Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon
saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya mengucapkan terima
kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat kalimat-kalimat yang kurang
dapat dipahami agar menjadi maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

30 Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi .............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN MASALAH
A. Pengertian Skizofrenia .............................................................................................. 3
B. Etiologi Skizofernia .................................................................................................. 3
C. Patofisiologi Skizofernia ........................................................................................... 4
D. Manisfestasi Skizofernia ........................................................................................... 6
E. Komplikasi ................................................................................................................ 7
F. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 8
G. Diagnosa keperawatan .............................................................................................. 10
H. Rencana tindakan keperawatan .................................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Keperawatan ................................................................................................
B.
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak ahli kesehatan jiwa memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai
konsep gangguan jiwa dan bagaimana proses timbulnya gangguan jiwa. Perbedaan
tersebut, dijelaskan dalam teori model konseptual kesehatan jiwa. Setiap model
konseptual memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai konsep gangguan jiwa.
Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model social, model
perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula dengan model stress –
adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan
jiwa. Sebelum lebih lanjut mempelajarinya, marilah kita mengulang pengertian model
konsep. Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema
yang menerangkan serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok,
situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya.
Model Sosial ini berfokus pada lingkungan fisik dan situasi sosial yang dapat
menimbulkanstress dan mencetuskan gangguan jiwa(social and environmental
factors create stress, whichcause anxiety and symptom). Menurut Szasz, setiap
individu bertanggung jawab terhadapperilakunya, mampu mengontrol dan
menyesuaikan perilaku sesuai dengan nilai ataubudaya yang diharapkan masyarakat.
Kaplan, meyakini bahwa, konsep pencegahan primer,sekunder dan tertier sangat
penting untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa. Situasi sosial yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa adalah kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah,
kurangnya support system dan koping mekanisme yang mal adaptif.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahi tentang
2. Tujuan khusus
 Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan pengertian
 Mahasiswa dapat memahami dan
 Mahasiswa dapat memahami dan
 Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan
 Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah kelainan otak yang berjalan kronis, parah, dan
melumpuhkan yang telah mempengaruhi banyak orang sejak dulu. 1,2 Penyakit ini
telah menjadi masalah kesehatan yang penting, mempengaruhi hampir 1% dari
populasi, biasanya dengan keterlibatan masalah sosial dan ekonomi karena pasien
yang menderita skizofrenia biasanya tidak memiliki pekerjaan dan rumah.
Skizofrenia dibagi menjadi 3 tipe yang masing-masing memiliki gejala yang
unik. Tipe ini temasuk; skizofrenia paranoid, skizofrenia katatonik, dan skizofrenia
disorganisasi. 6,7 Pasien dengan skizofrenia paranoid umumnyamemerlukan
perawatan di rumah sakit karenamemerlukan pemantauan. Pada fase akut terapi
bertujuan untuk mencegah pasienmelukai dirinya atau orang lain, mengendalikan
perilaku yang merusak, mengurangi beratnya gejala psikotik dan Skizofrenia adalah
gangguan kejiwaan yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan
berkomunikasi, gangguan realitas (berupa halusinasi dan waham), gangguan kognitif
(tidak mampu berpikirabstrak) serta mengalami kesulitan untukmelakukan aktivitas
sehari-hari. Skizofrenia paranoid ini adalah subtipe skizofrenia yang paling banyak
ditemukan di berbagai negara. Paranoid yaitu disamakan juga dengan persekutorik.

B. Etiologi
1. Teori somatogenik
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri
0,9-1,8 %,  bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang
tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar
satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada
waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium.,
tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
c. Metabolisme

2
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat,
ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam
menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat
halusinogenik.
d. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon
atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin
disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu
membuat sediaan.
2. Teori Psikogenik
a. Teori Adolf Meyer
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang
tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas
pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior
atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut
Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi,
sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut
menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
b. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat
 Kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatik
 Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan id yamg
berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme
 kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi
psikoanalitik tidak mungkin.
c. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu
jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
berfikir, perasaan dan perbuatan.
d. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-
macam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi,

3
tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan
penyakit lain yang belum diketahui.

C. Patofisiologi
Patofisiologi schizophrenia (skizofrenia) dapat disebabkan oleh abnormalitas
anatomi dan reseptor neurotransmiter yang berperan, abnormalitas fungsi sistem
imun, dan proses inflamasi.

Abnormalitas Anatomi
Studi neuroimaging menunjukkan adanya perbedaan otak pada orang normal
dengan pasien schizophrenia. Hal ini dapat terlihat pada gambaran ventrikel yang
membesar, penurunan volume otak di daerah temporal, medial dan area hippocampus.
Studi lainnya menggunakan MRI menunjukkan kelainan anatomi pada jaringan
neokortikal dan area limbik serta area white-matter. Studi meta-analisis menemukan
bahwa area white-matter berkurang pada schizophrenia.

Studi oleh Edinburgh dengan otak menunjukkan adanya pengurangan volume


seluruh otak dan volume lobus prefrontal dan temporal kiri dan kanan pada 17 dari
146 orang yang memiliki risiko genetik tinggi mengalami schizophrenia. Perubahan
pada lobus prefrontal dikaitkan dengan peningkatan keparahan gejala psikotik yang
akan ditunjukkan oleh pasien.

Dalam studi meta-analisis lainnya dari 27 studi MRI secara longitudinal yang
membandingkan pasien schizophrenia dalam kelompok kontrol menemukan adanya
kelainan struktural otak yang berkembang seiring berjalannya waktu. Kelainan
struktural ini termasuk hilangnya volume seluruh otak pada white and gray-matter dan
peningkatan volume ventrikel lateral.

Abnormalitas Neurotransmiter
Patofisiologi schizophrenia yang paling mendasar adalah teori mengenai
abnormalitas neurotransmiter. Sebagian besar teori ini menyatakan adanya
kekurangan ataupun kelebihan neurotransmiter, termasuk dopamin, serotonin dan
glutamat. Teori lainnya melibatkan aspartat, glisin dan asam gamma-aminobutyric
(GABA) sebagai bagian dari ketidakseimbangan neurokimia pada schizophrenia.

4
Aktifitas abnormal pada reseptor dopamin diduga berperan besar pada
kejadian schizophrenia. Empat jalur dopaminergik juga ikut terlibat :

Jalur nigrostriatal berasal dari substansia nigra dan berakhir pada nukleus
kaudatus. Tingkat dopamin yang rendah dalam jalur ini mempengaruhi sistem
ekstrapiramidal yang mengarah ke gejala motorik
Jalur mesolimbik berasal dari area ventral tegmental (VTA) ke area limbik dan
berperan dalam gejala ‘positif’ schizophrenia
Jalur mesokortikal berlanjut dari VTA ke area korteks. Gejala negatif
schizophrenia dan defisit kognitif diduga disebabkan oleh tingkat dopamin yang
rendah pada jalur ini
Jalur tuberoinfundibular merupakan jalur dari hipotalamus ke kelenjar
hipofisis. Penurunan atau blokade dopamin pada jalur ini meningkatkan kadar
prolaktin sehingga mengakibatkan terjadinya galaktorea, amenorrhea dan penurunan
libido
Abnormalitas Neurotransmiter akibat Obat

Teori lainnya berhubungan dengan lysergic acid diethylamide (LSD) yang


dapat meningkatkan kadar serotonin di otak. Rangsangan aktivitas glutamat juga
dapat memicu terjadinya schizophrenia, hal ini diperoleh dari penemuan bahwa
fenilkisid dan ketamin, dua antagonis NMDA / glutamat nonkompetitif menginduksi
gejala seperti schizophrenia.

Penelitian selanjutnya mengarah pada pengembangan senyawa-senyawa yang


dapat menghambat reseptor dopamin, serotonin dan reseptor lainnya sehingga
diharapkan dapat mengurangi gejala positif dan negatif schizophrenia.

Inflamasi dan Abnormalitas Fungsi Sistem Imun


Fungsi sistem imun mengalami gangguan pada schizophrenia. Aktivitas sistem
imun yang berlebih dapat menyebabkan ekspresi berlebih dari sitokin inflamasi serta
perubahan struktur dan fungsi otak. Resistensi insulin dan gangguan metabolisme
lainnya dikaitkan dengan proses inflamasi.

5
D. Manisfestasi
Penderita skizofrenia dapat dikenali dari gejala-gejala yang ditampilkan. Dadang
Hawari (2012) mengemukakan bahwa gejala-gejala skizofrenia dapat dibagia menjadi
dua kelompok yaitu :
1. Gejala positif berupa delusi (keyakinan yang salah), halusinasi ( persepsi tanpa
ada rangsa panca indera), kekacauan alam pikir dimana orang lain tidak dapat
mengerti alur berpikirnya, gaduh, gelisah, tidak dapat diam, sering mondar-
mandir, pikirannya penuh dengan kecurigaan, dan menyimpan rasa
permusuhan).
2. Gejala negatif dapat terlihat dari wajah penderita yang tidak menunjukkan
ekspresi (alam perasaan/afek tumpul), suka melamun, suka
mengasingkan/menarik diri, sulit melakukan kontak emosional, pasif dan
apatis,kehilangan dorongan kehendak, malas, bersifat monoton, serta tidak
adanya spontanitas,inisiatif, maupun usaha.
Menurut Bleuler ada 2 kelompok gejala Skizofrenia yaitu
1. Gejala-gejala primer
a. Asosiasi terganggu ( gangguan proses pikiran)
b. Afek terganggu
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa
 Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira,
tapi pada penderitaan timbul rasa sedih atau marah.
 Paramini : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis
2. Gejala-gejala sekunder
a. Waham : pada skizofrenua, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat
bizzare, tetapi penderita tidak sadar hal itu dan bagi penderita wahamnya
merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh satupun.
b. Halusinasi ; pada skizofrenua, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran
dan hal itu merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan
lain
c. Ilusi munculnya persepsi baru akibat adanya mental image serta objek luar
d. Depersonalisasi suatu keadaan dimana diirnya merasakan berubah
e. Negativisme, sikap yang berlawan dengan yang diperintahkan kepadanya, dan
dia menolak tanpa alasa.

6
f. Automalitasi
g. Echolalia
h. Mannerisme
i. Streotipi

Gangguan skizofrenik umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan perasaan


yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Pikiran,
perasaan dan perbuatan yang paling mendalam sering tersa diketahui oleh orang lain
dan waham-waham dapat timbul, yang menjelaskan bahwa kekuatan alami dan
kekuatan supranatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan perbuatan si
penderita dengan cara yang tidak masuk akal.

E. Komplikasi
Menurut Keliat (1996), dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :
1. Aktifitas hidup sehari-hari
Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri, misalnya
kebersihan diri, penampila dan sosialisasi.
2. Hubungan interpersonal
Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri, terisolasi dari
teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses adaptasi klien
terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus yang kurang.
3. Sumber koping
Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan fungsi
pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan koping untuk
menghadapi stress.
4. Harga diri rendah
Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi kekurangannya,
tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari kegagalan (takut gagal)
dan tidak berani mencapai sukses.
5. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang dimiliki dan
pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.
6. Motivasi
Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.

7
7. Kebutuhan terapi yang lama
Klien disebut gangguan jiwa kronis jika ia dirawat di rumah sakit satu
periode selama 6 bulan terus menerus dalam 5 tahun tau 2 kali lebih dirawat
di rumah sakit dalam 1 tahun.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan schizophrenia bertujuan untuk meredakan dan mengontrol gejala
karena belum terdapat obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Untuk itu,
penatalaksanaan harus dilakukan seumur hidup, mencakup pemberian medika
mentosa dan terapi psikososial. Dalam beberapa kasus, pasien mungkin dirawat inap,
misalnya bila kondisi membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Tata Laksana Farmakologi


Obat-obat yang dapat digunakan untuk pasien schizophrenia adalah berasal dari
golongan antipsikotik. Golongan obat ini dianggap dapat mengendalikan gejala
dengan mempengaruhi neurotransmiter dopamin di otak. Tujuan pengobatan dengan
antipsikotik adalah untuk secara efektif mengontrol tanda dan gejala schizophrenia
dengan dosis serendah mungkin.

Golongan Antipsikotik Generasi Pertama


Golongan Antipsikotik Generasi Kedua

Obat generasi kedua ini lebih baru dan umumnya lebih disukai karena risiko efek
samping yang lebih kecil dibandingkan dengan generasi pertama. Antipsikotik
generasi kedua meliputi:

Risperidone : 1 mg dikonsumsi 2 kali sehari dengan dosis maksimum 16 mg/hari

Paliperidone : 6 mg dikonsumsi 1 kali sehari dengan dosis maksimum 12 mg/hari


Olanzapine : 5-10 mg dikonsumsi 1 kali sehari dengan dosis maksimum 20 mg/hari
Clozapine : 12,5 mg dikonsumsi 1-2 kali sehari dengan dosis maksimum 900 mg/hari
Terdapat risiko idiopatik untuk mengalami agranulositosis pada penggunaan
clozapine sehingga tes hematologi rutin harus dilakukan untuk memonitor risiko efek
samping ini.

8
Antikolinergik

Golongan antikolinergik seperti benztropin, trihexyphenidyl, dan diphenhydramine,


sering digunakan bersama dengan agen antipsikotik untuk mencegah terjadinya
gerakan distonik atau untuk mengobati gejala ekstrapiramidal (parkinsonism, distonia,
akatisia). Golongan antikolinergik meliputi:

Benztropin : untuk mengatasi distonia akut adalah 1-2 mg dikonsumsi 2 kali sehari
selama 7-28 hari untuk mencegah gejala timbul kembali
Trihexyphenidyl : untuk mengatasi gejala akibat penggunaan obat antipsikotik adalah
5-15 mg dikonsumsi 3-4 kali sehari
Diphenhydramine : untuk mengatasi parkinsonism yang merupakan salah satu gejala
ekstrapiramidal adalah 25 mg dikonsumsi 3 kali sehari

Tata Laksana Psikososial


Selain penggunaan obat-obatan, intervensi psikologis dan sosial (psikososial) juga
penting dengan tujuan sebagai berikut:

Mencegah hospitalisasi
Mengurangi atau memastikan gejala pasien stabil
Kemandirian: bekerja atau sekolah, setidaknya setengah hari, serta mampu mengurus
keuangan dan pengobatannya sendiri
Kebanyakan individu dengan gangguan ini memerlukan beberapa bentuk dukungan
untuk dapat melakukan kegiatan sehari-harinya. Anjurkan pasien untuk bergabung
dengan komunitas penderita schizophrenia yang dapat membantu pasien untuk dapat
memiliki fungsi sosial yang baik, bekerja, serta membantu dalam situasi krisis.

Psikoterapi

Psikoterapi dapat membantu pasien untuk menormalkan pola pikirnya, belajar untuk
mengatasi stress, mengidentifikasi tanda-tanda schizophrenia serta meminimalisir
gejala jika terjadi kekambuhan. Psikoterapi yang diberikan dapat berupa psikoterapi
individu, kelompok, atau cognitive behavioral therapy (CBT). Psikoterapi juga
bermanfaat untuk memastikan pasien tetap patuh terhadap pengobatannya.

9
Pelatihan Keterampilan Sosial

Pelatihan ini berfokus pada peningkatan komunikasi dan interaksi sosial serta
meningkatkan kemampuan untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari.

Terapi Keluarga

Terapi ini memberikan dukungan dan pendidikan bagi keluarga untuk dapat
menangani anggota keluarganya dengan schizophrenia. Terapi yang diberikan
bervariasi, meliputi psikoedukasi, reduksi stres, emotional processing, cognitive
reappraisal, dan cara penyelesaian masalah.

Berdasarkan studi, terapi keluarga memiliki dampak positif terhadap pemulihan


pasien, serta peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan yang diberikan.

Rehabilitasi Pekerjaan

Rehabilitasi ini berfokus untuk membantu orang dengan gangguan schizophrenia


untuk dapat mempersiapkan, mencari serta mempertahankan pekerjaannya.
Rehabilitasi jenis ini belum tersedia di Indonesia.

Terapi Elektrokonvulsif
Bagi pasien dewasa dengan schizophrenia yang tidak mengalami perbaikan dengan
obat-obatan, terapi elektrokonvulsif (ECT) dapat dipertimbangkan. Terapi ini juga
dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami gangguan depresi.

G. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang lain
berhubungan dengan :
(1) Kurang rasa percaya : kecurigaan terhadap orang lain
(2) Panik
(3) Rangsangan katatonik
(4) Reaksi kemarahan/amok
(5) Instruksi dari halusinaasi

10
(6) Pikiran delusional
(7) Berjalan bolak balik
(8) Rahang kaku; mengepalkan tangan, postur tubuh yang kaku
(9) Tindakan agresif : tujuan merusak secara langsung benda-benda yang berada
dalam lingkungan sekitarnya
(10) Perilaku merusak diri atau aktif; tindakan bunuh diri yang agresif
(11) Perkataaan yang mengaaancam yang bermusuhan; tindakan menyombongkan
diri untuk menyiksa orang lain secara psikologis
(12) Peningkatan aktifitas motorik,langkah kaki,rangsangan,mudah tersinggung,
kegelisahan.
(13) Mempersepsikan lingkungan sebagai suatu ancaman.
(14) Menerima “suruhan” melalui pendengaran atau penglihatan sebagai ancaman.

b. Isolasi sosial berhubungan dengan :


(1) Kurangnya rasa percaya diri (4) Waham
kepada orang lain (5) Sukar berinteraksi dengan
(2) Panik orang lain pada masa lampau
(3) Regresi ketahap perkembangan (6) Perkembangan ego yang lemah
sebelumnya (7) Represi rasa takut.

c. Koping Individu tak efektif berhubungan dengan :


(1) Ketidakmampuan untuk (6) Menekan rasa takut
percaya kepada orang lain (7) Sistem pendukung tidak
(2) Panik adekuat
(3) Kesensitifan (kerentanan) (8) Ego kurang berkembang
seseorang (9) Kemungkinan faktor heriditer
(4) Rendah diri (10)Disfungsi sistem keluarga.
(5) Contoh peraan negatif

d. Perubahan persepsi sensori : Pendengaran/penglihatan.berhubungan dengan :


(1) Panik (3) Stress berat, mengancam ego
(2) Menarik diriasa yang lemah.

e. Perubahan proses pikir, berhubungan:

11
(1) Ketidakmampuan mempercayai (3) Menekan rasa takut
orang lain. (4) Stres yang cukup berat
(2) Panik (5) Kemungkinan faktor herediter

f. Kerusakan Komunikasi Verbal, berhubungan dengan :


(1) Ketidakmampuan untuk (4) Menarik diri
percayaan kepada orang lain (5) Kelainan, pikiran yang tidak
(2) Panik realistik
(3) Regresi ketahap perkembangan
sebelumnya

g. Kurang perawatan diri berhubungan dengan :


(1) Menarik diri (4) Ketidakmampuan mempercayai
(2) Regresi orang lain.
(3) Panik

H. Rencana tindakan keperawatan


a. Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang
lain
Perencanaan :
Sasaran / Tujuan :
Tujuan jangka panjang : Pasien tidak akan membahayakan dirinya dan orang lain
selama di Rumah Sakit.
Tujuan jangka pendek : Dalam 2 minggu pasien dapat mengenal tanda-tanda
peningkatan ansietas dan kegelisahan dan melaporkan kepada perawat agaar diberikan
intervensi sesuai kebutuhan.

b. Isolasi sosial
Perencanaan :
Sasaran / Tujuan
Jangka Panjang : Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama paaaasien
lain dan perawat daaalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.
Jangka pendek : Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang
perawat yang dipercayanya dalamn satu minggu.

12
c. Penggunaan mekanisme pertahanan diri tidak sesuai
Perencanaan :
Tujuan :
Jangka panjang : Pasien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaan
ketrampilan koping adaptif, yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi
dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Jangka Pendek : Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada satu orang
perawat dalam satu minggu.

d. Perubahan persepsi sensori : Pendengaran/penglihatan.


Perencanaan :
Tujuan :
Jangka Panjang : Pasien dapat mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi
terjadinya halusinasi.
Jangka Pendek : Pasien dapat mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam
waaktu 1 minggu.

e. Perubahan proses pikir


Perencanaan :
Tujuan :
Jangka panjang : Tergantung pada proses kekronisan penyakit , pilih tujuan jangka
panjang yang paling realitis untuk pasien :
(1) Pasien dapat menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham
(2) Pasien mampu membedakan antara pikiran waham dengan realita Skizofrenik,
Delusi, Dan Kelainan-Kelainan Psikosis
Jangka pendek : Pasien dapat mengakui dan mengatakan bahwa ide-ide yang salah itu
terjadi khususnya pada saat ansietas meningkat dalam 2 minggu.

f. Kerusakan Komunikasi Verbal


Perencanaan :
Tujuan :
Jangka Panjang : Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan
komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial
dengan cara yang sesuai/dapat diterima.

13
Jangka Pendek : Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada satu
topik, menggunakaan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermittent selama 5
menit dengan perawat dalam waktu 1 minggu.

g. Kurang perawatan diri


Perencanaan :
Tujuan :
Jangka Panjang : Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri
dan mendemonstrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.
Jangka Pendek : Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari dalam 1 minggu.

14
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. “D”


DENGAN ISOLASI SOSIAL
DI RUMAH SAKIT JIWA
A. Pengkajian
I. IDENTITAS
Nama : ny.A
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Perkejaan : karyawan swasta
Agama : islam
Status perkawinan : menikah
Alamat : kp. Babakan. RT 01 / 01. Kecamatan tapos kelurahan sukatani
Sukubangsa : Indonesia
Nomor RM : 315441
Ruang : kresna wanita
Tanggal pengkajian: 24 oktober 2015
Diagnos medis : Skizofrenia Paranoid

II. ALASAN MASUK


Tidak bisa tidur, marah-marah, mudah tersinggung, merusak ART, menggangu
lingkungan, bicara dan tertawa sendiri, tidak mampu merawat diri keluyuran .
I. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien sakit sejak 2 minggu yang lalu, sebelum di bawa ke RS klien oleh keluarga
di bawa ke dukun,tetapi pengobatan kurang berhasil.
Klien pernah mengalami aniaya fisik pada usia 19 tahun, sebagai korban klien di
pukul oleh bibinya. Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual, penolakan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal.
Masalah keperawatan : koping keluarga in efektif.
Di dalam anggota keluarga klien ada yang mengalami gangguan jiwa seperti klien
yaitu saudara sepupu dari pihak ibu. Gejala berbicara sendiri, tertawa sendiri,

15
marah-marah. Riwayat pengobatannya tidak pernah di bawa ke Rumah Sakit dan
hanya di bawa ke dukun.
masalah keperawatan : Halusinasi
Resiko perilaku kekerasan
Koping keluarga in efektif
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu pada saat ibunya
meninggal dunia tahun 2005 dan ayahnya meninggal pada tahun 2008. sampai
saat ini klien mengatakan masih sedih
Masalah keperawatan : berduka dis fungsional

III. PEMERIKSAAN FISIK


TD : 110/70 mmHg, N : 80x/menit , S : 360C, P : 18x/ menit.
Ukuran tubuh TB : 152 cm BB : 48 kg
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Masalah keperawatannya : tidak di temukan masalah keperawatan

IV. PSIKOSOSIAL
1. GENOGRAM

Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki : Klien
: Perempuan X : Meninggal

16
Klien anak pertama dari tiga bersaudara, sebelum ibu dan ayahnya
meninggal klien tinggal bersama ayah dan ibu dan ketiga adiknya. Pola
asuh dalam keluarga klien selalu disayang, komunikasi terbuka,
pengambilan keputusan di keluarga yaitu ayahnya. Setelah orang tua klien
meninggal diambil alih oleh bibinya dari pihak ayahnya. Pola asuh bibi
klien tidak mau mengurus klien, lalu klien ditempatkan di pesantren.
Masalah keperawatan: koping keluarga inefektif

2. KONSEP DIRI
a. Gambaran diri: Klien menganggap dirinya sempurna
b. Identitas: Klien mengatakan puas dengan anggota tubuhnya
c. Peran: klien mengatakan sebagai ibu rumah tangga tidak mampu
menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga
d. Ideal diri: Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera bertemu
dengan suami dan anaknya .
e. Harga diri: Klien mengatakan merasa malu karena tidak mampu
menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga
Masalah keperawatannya : harga diri rendah

3. HUBUNGAN SOSIAL
a. Orang yang berarti Klien mengatakan ibu, ayah, suami dan anaknya
adalah orang yang berarti dalam hidupnya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok klien mengatakan tidak
mempunyai kegiatan kelompok sosial.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain klien mengatakan
malas berhubungan dengan orang lain.
Masalah keperawatan : isolasi sosial

4. SPIRITUAL
a. Nilai dan keyakinana yang dianut Klien mengatakan keyakianan yang di
anutnya islam
b. Kegiatan ibadah Klien mengatakan sering melalkukan sholat 5 waktu
Tidak di temukan masalah keperawatan

17
II. STATUS MENTAL
1. PENAMPILAN
Penampilan klien tidak rapih, rambut tidak di sisir, berpakaian rangkap-
rangkap, sering gonta ganti baju, gigi klien bersih, tidak ada tercium bau, kuku
klien bersih dan pendek.
Masalah keperawatan : defisit perewatan diri, berpakian dan berhias

2. PEMBICARAAN

Pembicaraan klien cepat dan keras, nada suara klien tinggi


Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan

3. AKTIVITAS MOTORIK

Aktivitas motorik klien gelisah, mondar mandir, bicara sendiri


Masalah keperawatannya : halusinasi

4. ALAM PERASAAN
Klien mengatakan “ sedih , ingin cepat pulang dan cepat sembuh”
Masalah keperawatannya tidak di temukan masalah keperawatan

5. AFEK
Afek klien sesuai, jika ada stimulus menyenangkan klien akan berespon
senang dan ceria, jika stimulus yang menyedihkan klien akan berespon sedih.
Masalah keperawatannya : tidak di temukan masalah

6. INTERAKSI SELAMA WAWANCARA

Pada saat interaksi selama wawancara klien terdapat kontak mata kurang,
tidak fokus klien melihat kearah sesuatu
Masalah keperawatan isolasi sosial dan halusinasi

18
7. PERSEPSI

“Klien mengatakan mendengar suara ibunya yang menyuruh klien menjaga


adik-adiknya pada waktu pagi, siang dan malam hari, frekuensi sering, pada
saat sendiri, bila medengar suara klien kesal “
“Klien mengatakan melihat bayangan ibunya, pada waktu pagi dan siang hari,
frekuensi lebih dari 3 kali, pada saat sendiri, bila melihat bayangan klien
menangis”
Masalah keperawatan : halusinasi pendengaran dan penglihatan

8. PROSES PIKIR

Pada saat interaksi, klien mampu menjawab pertanayaan yang di berikan


perawat Tidak di temukannya masalah keperawatan

9. ISI PIKIR
Pada saat ineraksi, tidak ditemukan adanya waham
Masalah keperawatan tidak ditemukan

10. TINGKAT KESADARAN


Pada saat interaksi klien bingung , tetapi klien tidak mengalami disorientasi :
tempat , waktu dan orang . di buktikan pada saat di tanya pagi hari , siang ,
sore dan malam hari klien menjawab dengan benar , pada saat di tanya klein
berada dimana klein menjawab dengan benar , pada saat di tanya ini suster
siapa dia menjawab dengan benar
Masalah keperawatannya tidak di temukan masalah

11. MEMORI

Gangguan daya ingat jangka panjang klien tidak mengalami gangguan


gangguan daya ingat jangka panjang , di buktikan kliem mampu menceritakan
saat ayah dan ibunya meninggal .
Gangguan daya ingat jangka pendek klien tidak mengalami gangguan daya
ingat jangka pendek di buktikan klien mampu menceritakan sebelum dibawa

19
ke RS . Gangguan daya ingat saat ini klien tidak mengalami gangguan daya
ingat saat ini di buktikan klien mampu menceritakan kegiatan bangun tidur
sampai saat ini .

12. TINGKAT KONSENTRASI DAN BERHITUNG

Tingkat konsentrasi dan berhitung klien baik di buktikan pada saat dalam
pertanyaan hitung-hitungan klien mampu menjawab dengan benar .
Masalah keperawatan tidak di temukan

13 KEMAMPUAN PENILAIAN
Klien mampu melakukan penilaian sederhana pada saat di berikan 2 pilihan :
makan terlebih dahulu atau mandi terlebih dahulu , klien menjawab mandi
terlebih dahulu baru makan
Masalah keperewatan tidak di temukan masalah

14. DAYA TILIK DIRI

Klien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan perwatan


Masalah keperawatan tidak di temukan masalah

III. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien makan sehari 3x/hari, klien makan di meja makan, nasi tumpah-
tumpahan, bila minum air tumpah kebaju, sebelum makan klien di
motivasi untuk mencuci tangan dan berdoa, cara makan klien tidak rapih
Masalah keperawatan : defisit perawatan diri : makan
2. BAB / BAK
Klien BAB 2x/hari dan BAK 3x/hari di toilet, dan di motivasi untuk
menyiram dengan bersih dan mencuci tangan
Masalah keperawatannya tidak ada .
3. Mandi
Klien mandi 3x/hari dengan menggunakan sabun, shampo dan pasta gigi,
dan di motivasi untuk sesuai urutan saat mandi
Tidak di temukan masalah

20
4. Berpakian atau berhias
Klien berpakaian 4x sehari klien selalu ganti-ganti pakaian, rambut tidak
rapih
Masalah keperawatan defisit keperwatan diri : berpakaian atau berhias
5. Istirahat dan tidur
Klien istirahat tidur siang 2 jam (13.00-15.00), klien istirahat tidur malam
9 jam (21.00-06.00), klien tidak ada kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Tidak di temukan masalah
6. Penggunaan obat
Klien minum obat 3x / hari, pagi (8) siang hari (13) sore (18) sebelum
minum obat klien di motivasi untuk mengambil minum. nama obat klien
adalah chlorpromazine 1x50 gr berfungsi untuk menangani gangguan
seperti skizofrenia. Trihexyphemidy 2x2gr berfungsi untuk mengurangi
efek samping obat antipsikotik pada klien gangguan jiwa, Rispendone
2x2gr berfungsi untuk skizofrenia serta perilaku agresif yang
membayangkan pasien maupun orang lain .
Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan kesehatan
Dalam pemeliharaan kesehatan klien membutuhkan perawatan lanjutan
dari RS seperti pemberian obat teratur, dalam perawatan pendukung klien
membutuhkan perawatan dukungan dari keluarga
8. Kegiatan di dalam rumah
Dalam kegiatan di dalam rumah sewaktu sehat klien mampu menyiapkan
makan, mencuci pakaian, menjaga kerapihan rumah tetapi sewaktu sakit
klien tidak mampu mempersiap kan makanan, menjaga kerapiharan rumah.
Masalah keperwatan koping keluarga Disfungsiolnal
9. Kegiatan di luar rumah
Dalam kegiatan di luar rumah sewaktu sehat klien mampu belanja di
warung.
Tidak ada maslah keperawatan.

IV. MEKANISME KOPING


Adaptif
Klien mampu bicara dengan orang lain, klien mampu beraktfitas senam

21
Maladaptif
Klien terdapat menciderai dirinya saat di masukkan kedalam ruang isolasi
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan

V. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Klien mengalami masalah perumahan, klien mengatakan “pernah
dianaiaya oleh bibinya di rumah“
 Klien mengalami masalah dengan dukungan kelompok, kakeknya klien
mengatakan bahwa klien sudah putus hubungan dengan bibinya karena
menikah dengan suaminya

VI. PENGETAHUAN KURANG TENTANG :


 Klien kurang penegtahuan tentang penyakit jiwa yang ia derita .
 Klien kurang pengetahuan tentang penyelesaian masalah yang ia alami
Masalah keperawatannya kurang pengetahuan tentang penyakit

B. Analisa data

DATA MASALAH
Subjektif : Gangguan sensori persepsi : halusinasi
“Klien mengatakan mendengar suara ibunya pendengaran dan penglihatan
yang menyuruh klien menjaga adik-adiknya
pada waktu pagi, siang dan malam hari,
frekuensi sering, pada saat sendiri, bila
medengar suara klien kesal “
“Klien mengatakan melihat bayangan ibunya,
pada waktu pagi dan siang hari, frekuensi
lebih dari 3 kali, pada saat sendiri, bila
melihat bayangan klien menangis”
Objectif :
-gelisah
-mondar-mandir
-berbicara sendiri
Subjectif : Resiko Perilaku Kekerasan

22
- Klien mengatakan bila medengar suara
klien kesal
Objektif :
- Pembicaraan klien cepat dan keras , nada
suara klien tinggi

Subjektif : “klien mengatakan malas Isolasi Sosial


berhubungan dengan orang lain,

Objectif : -Kontak mata kurang


-menarik diri
-klien tampak binggung

Subjektif : - Defisit perawatan diri : Berhias (berpakaian)


Objectif : - Penampilan klien tidak rapih , dan makan
rambut tidak di sisir , berpakaian rangkap-
rangkap , sering gonta ganti baju, makan
tidak rapih ,nasi tumpah-tumpahan,bila
minum air tumpah kebaju
Subjektif : - klien mengatakan merasa malu Harga diri rendah
karena tidak mampu menjalankan tugasnya
sebagai ibu rumah tangga
Objectif : -mengkritik diri sendiri
-kontak mata kurang

Subjektif :- Klien mengatakan pernah Koping keluarga in efektif


mengalami aniaya fisik pada usia 19 tahun,
sebagai korban klien di pukul oleh bibinya
- Pola asuh dalam keluarga klien selalu
disayang, komunikasi terbuka, pengambilan
keputusan di keluarga yaitu ayahnya. Setelah
orang tua klien meninggal diambil alih oleh

23
bibinya dari pihak ayahnya. Pola asuh bibi
klien tidak mau mengurus klien, lalu klien
ditempatkan di pesantren.

Subjektif : Klien mengatakan Pengalaman Berduka disfungsional


masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu
pada saat ibunya meninggal dunia tahun 2005
dan ayahnya meninggal pada tahun 2008 .
sampai saat ini klien mengatakan masih sedih
Objektif : - klien tampak sedih

C. Pohon masalah

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi: halusinasi


pendengaran dan penglihatan

Isolasi sosial Defisit perawatan diri berhias


(berpakaian) dan makan

Harga diri rendah

Berduka disfungsional
Koping keluarga in efektif
D. NCP (terlampir)

E. Catatan perkembangan :

Selasa/20-10-2015 DS : “Klien mengatakan tidak ada S : “Klien menagtakan tidak ada


Jam : 11.00 WIB suara-suara suara-suara”
DO : -klien tampak gelisah O : pasien belum mampu

24
-mondar-mandir mengidentifikasi jenis halusinasi
-bicara sendiri -pasien belum mampu
Dx : gangguan sensori persepsi mengidentifikasi waktu
halusinasi halusinasi
Tindakan keperawatan: -pasien belum mampu
-mengidentifikasi jenis halusinasi mengidentifikasi frekuensi
-mengidentifikasi waktu halusinasi halusinasi
-mengidentifikasi frekuensi -pasien belum mampu
halusinasi mengidentifikasi situasi hausinasi
Mengidentifikasi situasi hausinasi -pasien belum mampu
-mengidentifikasi respon terhadap mengidentifikasi respon terhadap
halusinasi. halusinasi.
- menganjurkan klien memasukkan -pasien belum mampu
kedalam jadwal kegiatan harian menghardik halusinasi.
RTL: Bantu klien mengenal A : Halusinasi masih ada
halusinasi P : Lapor bila halusinasi muncul

Rabu/21/10/2015 DS: klien mengatakan mendengar S: “Klien mengatakan mendengar


Jam : 10.00 WIB dan melihat bayangan suara ibunya yang menyuruh klien
DO: -pasien tampak gelisah menjaga adik-adiknya pada waktu
-mondar-mandir pagi, siang dan malam hari,
Dx : gangguan sensori persepsi frekuensi sering, pada saat sendiri,
halusinasi bila medengar suara klien kesal “
Tindakan keperawatan: “Klien mengatakan melihat
-mengidentifikasi jenis halusinasi bayangan ibunya, pada waktu pagi
-mengidentifikasi waktu halusinasi dan siang hari, frekuensi lebih
-mengidentifikasi frekuensi dari 3 kali, pada saat sendiri, bila
halusinasi melihat bayangan klien menangis”
Mengidentifikasi situasi hausinasi Klien mengatakan mau latihan
-mengidentifikasi respon terhadap menghardik
halusinasi. O: pasien mampu
- menganjurkan klien memasukkan mengidentifikasi jenis halusinasi

25
kedalam jadwal kegiatan harian -pasien mampu mengidentifikasi
RTL: latih klien mengontrol waktu halusinasi
halusinasi dengan cara minum obat -pasien mampu mengidentifikasi
secara tertatur frekuensi halusinasi
-pasien mampu mengidentifikasi
situasi hausinasi
-pasien mampu mengidentifikasi
respon terhadap halusinasi.
-pasien mampu menghardik
halusinasi.

A: ganguan persepsi halusinasi


masih ada.

P: latihan menghardik 3x sehari

Kamis, 22/10/2015 DS : “klien mengatakan bajunya S : “klien mengatakan mau ganti


Jam : 11.00 WIB basah dan belum menyisir rambut” baju”
DO : -baju klien basah O:
-rambut klien tidak rapih -klien mampu mengevaluasi
-penampilan tidak rapih jadwal kegiatan harian klien
-klien mampu menjelaskan cara
Dx : defisit perawatan diri: berhias berdandan
(berpakaian) dan makan -klien mampu mempraktekkan
Tindakan keperawatan : cara berdandan
-mengevaluasi jadwal kegiatan -klien mampu memasukkan dalam
harian klien jadwal kegiatan harian
-menjelaskan cara berdandan A: defisit perawatan diri masih
-membantu klien mempraktekkan ada
cara berdandan P : ganti baju dan menyisir setelah
-menganjurkan klien memasukkan mandi
dalam jadwal kegiatan harian
RTL : latih klien cara makan yang

26
benar
Jum’at, 23/10/2015 DS: klien mengatakan masih melihat S : klien mengatakan sudah bisa
Jam : 09.30 WIB dan mendengar bayangan menghardik
DO:- gelisah dan mondar-mandir - klien mengatakan benar
- Teriak-teriak obat,benar pasien,benar waktu,
- Bicara sendiri benar dosis,benar cara
Dx : gangguan persepsi sensori: pemberian,benar dokumentasi
halusinasi pendengaran dan -klien mengatakan bila minum
penglihatan obat terasa lebih tenang, bila tidak
Tindakan keperawatan: minum obat gelisah
-mengevaluasi kemampuan klien O : - klien mampu memperagakan
dalam menghardik halusinasi cara menghardik
- melatih klien mengontrol halusinasi - klien mampu menjelaskan cara
dengan cara minum obat secara mengontrol halusinasi dengan
teratur cara minum obat secara teratur
- mendiskusikan tentang prnsip 6 -klien mampu mendiskusikan
benar minum obat tentang prnsip 6 benar
-mendiskusikan tentang keuntungan minum obat
dan kerugian bila tidak minum -klien mampu mendiskusikan
obat tentang keuntungan dan
- menganjurka klien memasukan kerugian bila tidak minum
kedalam jadwal kegiatan harian obat
RTL : A : halusinasi masih ada
-latih klien mengontrol halusinasi P : -latihan menghardik 3x sehari
dengan cara bercakap-cakap -minium obat 2x sehari secara
dngan orang lain teratur
Jum’at, 23/10/2015 DS : klien mengatakan merasa malu S : klien megatakan senang
Jam : 11.30 WIB karena tidak mampu menjalankan melakukan kegiatan yang sudah di
tugasnya sebagai ibu rumah tangga ajarkan
DO : -mengkritik diri sendiri O:
-kontak mata kurang -klien mampu mengidentifkasi
DX : Harga diri rendah aspek positif dan
Tindakan keperawatan : kemampuan yang dimiliki
-mengidentifkasi aspek positif dan -klien mampu melakukan kegiatan

27
kemampuan yang dimiliki yang sudah dipilih
-melakukan kegiatan yang sudah - klien mampu untuk
dipilih memasukkan ke dalam
-menganjurkan klien untuk jadwal kegiatan harian
memasukkan ke dalam jadwal A : Harga diri rendah masih ada
kegiatan harian P : latihan melakukan kegiatan
RTL : yang sudah dijadwalkan
Latih klien untuk melakukan
kegiatan mencuci piring
Sabtu, 24/ 10 / 2015 DS : - klien mengatakan bila S : klien mengatakan kesal bila
Jam: 10.00 WIB mendengar suara klien kesal mendengar suara-suara
-klien mengatakan suka marah-marah -klien mengatakan bila kesal
DO : - klien berteriak tangan mengepal, mata melotot,
- klien tampak gelisah akibatnya klien membanting
-klien tampak kesal dan marah barang-barang yang ada
DX : resiko perilaku kekerasan disekitarnya
Tindakan keperawatan : -klien mengatakan mau diajarkan
- mengindentifikasi penyebab PK tarik napas dalam dan memukul
-mengidentifikasi tanda dan gejala bantal
PK O : - mengindentifikasi penyebab
- mengidentifikasi PK yang PK
dilakukan - mengidentifikasi tanda dan
- mengidentifikasi akibat dari PK gejala PK
- melatih klien mengontrol perilaku - mengidentifikasi PK yang
kekerasan fisik 1 : tarik napas dilakukan
dalam dan memukul bantal - mengidentifikasi akibat dari PK
-menganjurkan klien memasukkan ke - melatih klien mengontrol
dalam jadwal kegiatan harian perilaku kekerasan fisik 1 :
tarik napas dalam dan
RTL : latih klien mengontrol PK memukul bantal
dengan cara minum obat secara -menganjurkan klien memasukkan
teratur ke dalam jadwal kegiatan
harian
A : resiko PK masih ada

28
P : latihan tarik napas dalam dan
pukul bantal 3x sehari
Senin, 26/10/2015 DS : - klien mengatakan masih S : klien mengatakan mau latiha
Jam : 10.00 WIB mendengar dan melihat bayangan bercakap-cakap
DO : - klien tampak gelisah O : klien mampu memperagakan
-mondar-mandir kembali cara mengontrol
-berbicara sendiri halusinasi ke 3 ( bercakap-cakap
DX : gangguan sensori persepsi dengan orang lain )
halusinasi pendengaran dan A : gangguan persepsi halusinasi
penglihatan masih ada
Tindaka keperawatan : P : latihan menghardik 3x sehari
-mengevaluasi kemampuan klien Minum obat 2x sehari
dalam menghardik dan minum obat latihan bercakap-cakap dengan
-melatih klien mengontrol halusinasi orang lain 3x sehari
dengan bercakap-cakap
-menganjurkan klien memasukkan ke
dala jadwal kegiatan harian
RTL : latih klien mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan yang di sukai
Senin, 26/10/2015 DS : - S : klien mengatakan sebelum
Jam : 12.00 WIB DO : -cara makan klien tidak rapih makan mencuci tangan terlebih
- nasi tumpah-tumpahan dahulu dan berdoa
-bila minum air tumpah kebaju Klien mengatakan makan yang
DX : defisit perawatan diri : makan benar tidak terburu-buru
Tindakan keperawatan :
-mengevaluasi jadwal kegitan harian O : -klien mampu mengevaluasi
klien jadwal kegitan harian
-menjelaskan cara makan yang baik -klien mampu menjelaskan cara
-membantu klien mempratekkan cara makan yang baik
makan yang baik -klien mampu mempratekkan cara
-menganjurkan klien untuk
memasukkan ke dalam jadwal P : latihan makan yang benar 3x
kegiatan harian sehari

29
RTL : Latih klien cara berhias
(berpakaian)
Selasa / 27 / 10 / DS : - klien mengtakan mendengar S : - klien mengatakan sudah
2015 dan melihat bayangan latihan menghardik,minum obat,
Jam : 10.00 WIB DO : - ekspresi bingung dan bercakap-cakap
-mondar-mandir -klien mengatakan mau
-berbicara sendiri melakukan kegiatan

DX : gangguan sensori persepsi O : -klien mampu mengontrol


halusinasi pendengaran dan halusinasi dengan melakukan
penglihatan kegiatan

Tindakan keperawatan : A: halusianasi masih ada


- mengevaluasi jadwal kegiatan
harian P : latihan menghardik makan
- Melatih klien mengontrol yang baik
halusinasinya yaitu - klien mampu untuk
melakukan kegiatan yang memasukkan ke dalam jadwal
terjadwal kegiatan harian
- Menganjurkan klien untuk A : defisit perawatan diri masih
memasukkan kedalam jadwal ada
harian klien . 3x sehari
Minum obat 2x sehari
RTL : mengevaluasi kembali cara latihan bercakap-cakap dengan
mengontrol halusinasi dengan orang lain 3x sehari
menghardik,minum obat secara latihan melakukan kegiatan
teratur, bercakap-cakap dengan orang terjadwal
lain dan melakukan kegiatan
terjadwal
Rabu, 28/10/2015 DS : - klien mengatakan masih kesal S : klien mengatakan sudah
Jam: 11.00 WIB DO : -klien berteriak berbicara secara verbal dengan
- Klien tampak kesal dan marah baik kepada orang lain
- Klien gelisah Klien mengatakan mau
mengontrol perilaku kekerasan

30
DX : Resiko perilaku kekerasan dengan cara spiritual
Tindakan keperawatan :
-mengevaluasi jadwal kegiatan harian O : - klien mampu mengevaluasi
klien jadwal kegiatan harian
-mengajarkan klien cara - Klien mampu melakukan
mengungkapkan rasa secara verbal cara mengungkapkan
-menganjurkan klien untuk acara dengan baik secara
memasukkan jadwal kegiatan harian verbal
- Klien mampu
RTL : latih klien mengotrol PK memasukkan kedalam
dengan cara spiritual jadwal kegaitan harian

A : resiko perilaku kekerasan

P : latihan tarik nafas dalam dan


memukul bantal setiap 3x sehari
Latihan spiritual dengan 5x sehari
Subjektif : “klien mengatakan malas S: kilen mengatakan” sudah bisa
Rabu,28/10/2015 berhubungan dengan orang lain, menyebutkan penyebab isolasi”
jam -klien mengatakan sudah
Objectif : -Kontak mata kurang mengerti cara berkenalan dengan
-menarik diri perawat atau pasien lain.
-klien tampak binggung
O: - klien mampu
DX;isolasi sosial mengidentifikasi penyebab isolasi
Tindakan keperawatan: sosial
-identifikasi penyebab isolasi sosial -klien mampu mengidentifikasi
-identifikasi keutungan isolasi sosial keutungan dan kerugian isolasii
-identifikasi kerugian dari isolasi sosial
sosial -klien mampu berkenalan dengan
-latihan berkenalan dengan orang orang lain
pasien atau perawat -klien mampu memasukkan
-memasukkan jadwal kegiatan harian kedalam jadwal kegiatan hariam
pasien. pasien.

31
RTL:latih pasien berkenalan dengan A:isolasi sosial masih ada
orang pertama atau pasien lain.
P: latiahan berkenalan dengan
satu orang.

VII. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi Medik
Klien minum obat 3x / hari, pagi (8) siang hari (13) sore (18) sebelum
minum obat klien di motivasi untuk mengambil minum . nama obat klien
adalah chlorpromazine 1x50 gr berfungsi untuk menangani gangguan seperti
skizofrenia. Trihexyphemidy 2x2gr berfungsi untuk mengurangi efek samping
obat antipsikotik pada klien gangguan jiwa, Rispendone 2x2 gr berfungsi
untuk skizofrenia serta perilaku agresif yang membayangkan pasien maupun
orang lain.

VIII. Daftar Masalah Keperawatan


- Resiko perilaku kekerasan
- Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
- Isolasi Sosial
- Defisit Perawatan Diri: Berhias (berpakaian) dan Makan
- Harga Diri Rendah
- Berduka disfungsional
- Koping keluarga in efektif

32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran

33
DAFTAR PUSTAKA

Sovitriana,Rilla.2019.Dinamika Psikologis Kasus Penderita Skizofrenia.Ponorogo: Uwais


Inspirasi Indonesia
Irwan. 2018. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Yogyakarta: Deepublish
Yudhantara, Surya.2018. Sinopsis Skizofrenia.Malang: UB Press

Fr, Cahyaningsih, and Claudia Joy Hormaulina Hutauruk. 2019. “Laporan Kasus Skizofrenia
Paranoid Pada Laki-Laki Usia 29 Tahun Case Report of Paranoid Schizophrenia on 29
Years Old Male.” Majority 8(1):53.

Anda mungkin juga menyukai