Anda di halaman 1dari 142

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM DENGAN


KETUBAN PECAH DINI YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT

Disusun oleh :
Selvy Lazuarti
P07220117072

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SAMARINDA
2020
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM DENGAN


KETUBAN PECAH DINI YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)

Pada Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Disusun oleh :
Selvy Lazuarti
P07220117072

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SAMARINDA
2020

i
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan bukan

merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk memperoleh

gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian

maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku.

Samarinda,………………………

Yang menyatakan

Selvy Lazuarti
NIM.P07220117072

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Selvy Lazuarti

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal lahir : Balikpapan 27 Oktober 1998

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Projakal km 5,5 Perumahan Graha Indah Blok B5

No.12b Rt 07 Kelurahan Graha Indah

Nama Ayah : Lazuardin noor

Nama Ibu : Lilis Suriani

Email : Selvylazuarti@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Nurul Huda Tahun 2003 – 2004


2. SDN 033 Balikpapan Utara Tahun 2005 – 2011
3. SMPN 15 Balikpapan Tahun 2011 – 2014
4. SMAN 6 Balikpapan Tahun 2014 – 2017
5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017 – sampai
sekarang.

iii
Halaman Persembahan

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala


Yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya sehingga
saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Sholawat dan salam selalu
terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat saya
kasihi dan kusayangi

Teruntuk kedua orangtua ku dan kakak ku


Terimakasih untuk mama walaupun hanya bisa membalas dengan
senyum dan setiap kali selvy minta doa, senyum manis mama memberi
semangat yang lebih dan tidak mudah menyerah sampai selvy bisa
menyelesaikan kuliah insyallah ilmu yang selvy dapat selama kuliah akan
selvy terapkan buat mama, untuk bapak terimakasih untuk selalu sabar
walaupun banyak sekali drama kami berdua, bapak adalah bapak yang luar
biasa dalam hal apapun, terimakasih untuk kedua orangtua ku berkat doa
kalianlah selvy bisa sampai di titik ini, Terimakasih untuk kakak ku satu
satunya telah menjadi pendengar keluh kesah saya selama kuliah, kakak yang
pengertian yang selalu mentrakhtir adik satu satunya ini,

Teruntuk Dosen pembimbing


Terimakasih untuk pembimbing saya selama saya menyusun karya
tulis ilmiah ini, bu sri dan bu grace terimakasih sudah selalu sabar
membimbing saya semoga apa yang ibu berikan menjadi amal baik untuk ibu
dan keluarga

Teruntuk Dosen Keperawatan


Terimakasih untuk ilmu yang di berikan selama 3 tahun ini, semoga
saya bisa mengaplikasikan ilmu yang diberikan secara baik, semoga ilmu
yang diberikan kepada saya menjadi amal baik untuk ibu dosen
Teruntuk tim maternitas
Terimakasih untuk (Amalia Rosida, Della Arista, Dwi Rizky,Hanifah
Fauziah, Noerjannah, Susi indienni, Sundari rizky, Yustika Larasati) terlalu
banyak drama yang kita lewati dari kalian saya banyak belajar terutama

iv
sabar, terimakasih tetep memberikan saya semngat dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini saya tidak pernah menyesal satu tim bersama kalian
orang-orang baik

Teruntuk angkatan 6
Terimakasih untuk kalian semua yang telah memberikan warna
selama 3 tahun trakhir, saya akan merindukan kebersamaan kita dari mulai
ribut, bingung, panik, senang dan banyak hal semoga kita semua sukses
bareng

Teruntuk sahabatku
Terimakasih S selalu menajadi tempat curhat terbaik, saya bisa
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini adalah salah satunya motivasi dari kamu,
tetap menjadi sahabat yang baik ya,
Teruntuk Kapitalis Bersahaja
Terimakasih kepada sabahat ku (Amalia Rosida, Bella Febrianti,
Novia Kartika sari, Ratu alkhar, Reischa delfi, Riska hidayati, Tiara rizki)
karna kegaringan kerecehan kengeggasan 3 tahun saya tidak sia sia,
terimakasih untuk motivasi kalian yang selalu diberikan buat saya, semoga
kita semua sukses kedepannya.

Teruntuk Apriliani
Terimakasih ani sudah selalu semangatin aku walaupun kita beda
peminataan kamu anak dan aku maternitas, terimakasih selalu jadi teman
curhat dikala bingung mau gimana, tetap jadi ani yang baik yaa..

Teruntuk E
Terimakasih sudah menjadi bagian perjalanan saya, terimakasih sudah
membantu saya yang tidak banyak taunya ini, terimakasih untuk selalu sabar
ketika saya sudah mulai lelah dan jengkel dalam mengerjakan karya tulis
ilmiah ini, semoga kedepannya kita bakal sukses bareng, baik-baik aja dan
terus bareng-bareng.

v
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

UNTUK DIUJIKAN

TANGGAL, 18 MEI 2020

Oleh

Pembimbing

Sri Hazanah, S.ST.,SKM.,M.PH


NIDN. 4018126601

Pembimbing Pendamping

Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat


NIDN. 4013106302

Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim

Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep


NIP. 196803291994022001

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Post Partum Dengan Ketuban Pecah Dini
Telah diuji
Pada tanggal, 18 Mei 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji

Ns. Siti Nuryanti, S.Kep.,M.Pd ....................................


NIDN. 4023126901

Penguji Anggota

1. Sri Hazanah, S.ST.,M.PH . ...................................


NIDN. 4018126601

2. Ns. Grace C Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat ....................................


NIDN. 4018126601

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Prodi D-III
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep.
NIP. 196508251985032001 NIP. 196803291994022001

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

dan taufik-Nya, serta nikmat sehat sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah

memenuhi tugas akhir ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat

serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga

kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

tentunya hambatan selalu mengiringi namun atas bantuan, dorongan dan bimbingan

dari orang tua, dosen pembimbing dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan

satu per satu, tidak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Dr. Edy Iskandar, Sp.PD.,FINASIM.,MARS, selaku Direktur Rumah Sakit

Umum dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ns. Andi Lis AG, M,Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

5. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur Program Studi

D-III Keperawatan Kelas Balikpapan sekaligus selaku Pembimbing II dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

6. Sri Hazanah,S.ST.,S.KM.,M.PH, selaku Pembimbing I dalam penyelesaian

Karya Tulis Ilmiah.

viii
7. Dosen dan staf Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur

Program Studi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan.

8. Rekan – rekan seperjuangan angkatan 2017 Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Kalimantan Timur Program Studi D-III Keperawatan Kelas

Balikpapan.

Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan, saran,

serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhirnya

hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa kita kembalikan semua urusan dan semoga

dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak dan bernilai ibadah

dihadapan Tuhan.

Balikpapan, Mei 2020

Selvy Lazuarti

ix
ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST PARTUM DENGAN


KETUBAN PECAH DINI YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT”

Ketuban pecah dini pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan terjadi


saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya. Komplikasi yang sering terjadi pada
ibu dan janin infeksi dan premature, belum ada cara pasti untuk mencegah kebocoran
kantung ketuban. untuk menurunkan resikonya pemberian Vitamin C selama
kehamilan dapat membantu ibu mencegah terjadinya ketuban pecah dini. Penelitian
ini bertujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu
post partum dengan ketuban pecah dini,

Penelitian ini menggunakan metode studi literature review dengan


pendekatan Asuhan Keperawatan dengan mengambil dua kasus sebagai unit analisis.
Unit analisis adalah klien post partum dengan ketuban pecah dini. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara pemeriksaan fisik menggunakan
format pengkajian dorothea orem, melalui proses keperawatan pengkajian,
penegakan diagnose, Intervensi, Implemetasi, Evaluasi

Hasil analisa data pengkajian pada kedua klien post partum dengan ketuban
pecah dini ditemukan keluhan yang sama masalah nyeri akut, pada klien 1 dan klien
2 penegakkan diagnosa menurut SDKI ada 6 masalah keperawatan dan keduanya
menggunakan SDKI. Klien 1 ditemukan dua masalah keperawatan sesuai SDKI dan
klien 2 ditemukan dua masalah keperawatan sesuai SDKI. Rencana keperawatan
menggunakan SIKI SLKI tetapi pada kedua klien tidak menggunakan. Pelaksanaan
keperawatan yang dilakukan pada kedua klien sesuai dengan perencanaan. Evaluasi
pada kedua klien semua masalah teratasi.

Setelah dilakukan keperawatan pada kedua klien masalah keperawatan dapat


teratasi dengan baik, Di harapkan untuk peneliti selanjutnya, agar dapat memberi
asuhan keperawatan secara komprehensif guna untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien post partum dengan ketuban pecah dini sehingga hasil yang
di dapat lebih optimal memperdalam

Kata Kunci : Ketuban Pecah Dini, Post partum, Asuhan Keperawatan

x
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM.....…………………………………………….…………………..i

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………......ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... vi

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

ABSTRAK ...............................................................................................................x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv

DAFTAR BAGAN ................................................................................................xvi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xviii

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ....................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................4

Tujuan Umum .............................................................................................4

Tujuan Khusus ............................................................................................4

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................5

1. Bagi Peneliti ...............................................................................................5

2. Bagi Perawat Ruangan ................................................................................5

3. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan ......................................................5

BAB II ......................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................7

xi
A. Konsep Dasar Post Partum ..........................................................................7

1. Pengertian ...................................................................................................7

2. Anatomi Dan Fisiologi ................................................................................7

3. Etiologi ..................................................................................................... 10

4. Patofisiologi ............................................................................................. 13

5. Manifestasi klinik ..................................................................................... 15

6. Komplikasi ............................................................................................... 18

B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini............................................................ 21

1. Pengertian ................................................................................................. 21

2. Anatomi Fisiologi ..................................................................................... 21

3. Etiologi ..................................................................................................... 23

4. Patofisiologi ............................................................................................. 24

5. Tanda dan Gejala ...................................................................................... 25

6. Komplikasi ............................................................................................... 25

7. Penatalaksannan Medis ............................................................................. 26

8. Penatalaksanaan dan Pengobatan kasus Ketuban Pecah Dini ..................... 28

C. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir..................................................................29

1. Definisi ..................................................................................................... 29

2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir .......................................................................... 30

3. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir .............................................................. 30

D. Konsep Masalah Keperawatan ..................................................................33

1. Definisi ..................................................................................................... 33

2. Kriteria Mayor & Minor ........................................................................... 33

3. Faktor Yang Berhubungan ........................................................................ 33

4. Pathway .................................................................................................... 34

5. Masalah yang mungkin muncul Menurut SDKI DPP PPNI, 2017 : ........... 35
xii
E. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ketuban Pecah Dini ............ 44

Pengkajian Keperawatan ........................................................................... 44

Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 52

Intervensi Keperawatan............................................................................. 53

Implementasi Keperawatan ....................................................................... 61

Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 61

BAB III................................................................................................................... 60

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 60

A. Desain Penelitian ...................................................................................... 60

B. Subyek Penelitian ..................................................................................... 60

C. Definisi Operasional ................................................................................. 60

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 61

E. Prosedur Penelitian ................................................................................... 61

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 62

G. Keabsahan Data ........................................................................................ 63

H. Analisa Data ............................................................................................. 63

BAB IV .................................................................................................................. 64

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 64

A. Hasil ......................................................................................................... 64

1. Gambaran Lokasi case rewiev ................................................................... 64

2. Gambar Asuhan Keperawatan ................................................................... 65

B. Pembahasan .............................................................................................. 92

1. Pengkajian ................................................................................................ 92

2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 94

3. Perencanaan .............................................................................................. 96

4. Pelaksanaan/ Implementasi Keperawatan .................................................. 98


xiii
5. Evaluasi .................................................................................................. 100

BAB V.................................................................................................................. 102

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 102

A. Kesimpulan............................................................................................. 102

B. Saran ...................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 104

xiv
DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Struktur Eksterna ………………………………………………… 8

2.2 Gambar Struktur Interna …………………………………………………. 9

xv
DAFTAR BAGAN

2.1 Pathway KPD Dan BBL ……………………………………………….…. 34

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 …………………………………………………………………… 65

Tabel 4.2 …………………………………………………………………… 82

Tabel 4.3 …………………………………………………………………… 84

Tabel 4.4 …………………………………………………………………… 86

Tabel 4.5 …………………………………………………………………… 90

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Lembar Konsul

2. Lampiran Format Pengkajian Maternitas

3. Lampiran Format Asuhan Keperawatan

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan di definisikan sebagai penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi sampai dengan

lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester 1 berlangsung dalam 12

minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke- 13 sampai ke-27) dan trimester

ketiga berlangsung 13 minggu (minggu ke-28 sampai minggu ke-40) (Sarwono,

2010).

Salah satu masalah yang sering mengancam kehamilan yaitu adanya

indikasi ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut

dengan premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan sebagai

pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan (Rohmawati, 2018).

Ketuban pecah dini sering menyebabkan dampak yang serius pada morbiditas

dan mortalitas ibu serta bayinya, terutama dalam kematian perinatal yang cukup

tinggi (Legawati, 2018).

Menurut World Health Organization(WHO) kejadian ketuban pecah dini

(KPD) atau insiden PROM (prelobour rupture of membrane) berkisar antara

30% dari semua kelahiran dan 15-20% lainnya disebabkan oleh persalinan

premature yang di inidikasikan secara medis atau elektif (WHO, 2014). Di

Indonesia sebanyak 35% penyebab kematian ibu pada tahun 2014 disebabkan

oleh lain-lain, salah satunya KPD (Profil Indonesia, 2016).

1
2

Profil Dinas Kesehatan Kalimantan Timur tahun 2015 mengungkapkan,

data AKI untuk Kalimantan Timur berkisar sekitar 100 kasus kematian ibu

terkait penanganan selama kehamilan atau faktor gangguan kehamilan (Dinas

Kesehatan Kalimantan Timur, 2016).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.

Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada umur kehamilan diatas 37

minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang 36 minggu tidak terlalu

banyak. Ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversial obstetric dalam

kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya

menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematur yang akan

meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2009).

Ketuban pecah dini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi Ada

2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena

ketuban yang utuh merupakan penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi.

kedua adalah kurang bulan atau prematur, karena KPD sering terjadi pada

kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang

bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom (RDS) yang

disebabkan karena belum masaknya paru (Legawati, 2018).

Mekanisme ketuban pecah dini yaitu terjadinya pembukaan prematur

serviks dan membran terkait dengan pembukaan terjadi devaskularisasi dan

nekrosisserta dapat diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga

membran ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat

dengan infeksi yang mengeluarkan enzim proteolitik (Ayu, 2010).


3

Infeksi dalam rahim membahayakan ibu dan janin yang akan

menyebabkan penyulit pada persalinan bahkan kematian. Infeksi pada ibu bisa

terjadi pada masa antenatal, intranatal dan postnatal. Salah satu penyebab infeksi

adalah pada masa nifas yang dapat terjadi karena pertolongan persalinan yang

tidak bersih dan aman, partus lama, ketuban pecah dini atau sebelum waktunya

(Prawiroharjo, 2018).

Belum ada cara pasti untuk mencegah kebocoran kantung ketuban.

Namun, untuk menurunkan resikonya adalah dengan berhenti merokok dan

menghindari lingkungan perokok agar tidak menjadi perokok pasif. Disamping

itu, pemberian suplemen Vitamin C dapat membantu para ibu mencegah

terjadinya ketuban pecah dini, sehingga kehamilan dapat dipertahankan hingga

tiba masa persalinan (Legawati, 2018).

Peran perawat sebagai pelaksana adalah memberikan asuhan

keperawatan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi serta mencegah terjadinya

komplikasi pasca persalinan. Oleh sebab itu asuhan keperawata ibu post partum

dengan ketuban pecah dini dilakukan dengan tujuan dengan keyakinan bahwa

setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga

membantu individu memenuhi kabutuhan hidup, memelihara kesehatan dan

kesejahteraannya

Berdasarkan hasil data studi pendauluan yang dilakukan peneliti di

RSUD dr.Kanujoso Djatiwibowo Baikpapan terdapat ruangan perawatan ibu

daan anak di Flamboyan C Data yang di peroleh pada tanggal 15 januari 2020

ada sebanyak 8 kasus post partum dengan ketuban pecah dini pada bulan
4

Oktober sampai dengan Desember 2019, dan 4 kasus pada bulan Januari sampe

dengan Maret 2020.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk memberikan

asuhan keperawatan pada klien secara profesional sekaligus menyusun laporan

karya tulis ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Indikasi Ketuban

Pecah Dini Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien post partum indikasi ketuban

pecah dini yang di rawat di rumah sakit?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah :

Tujuan Umum

Meningkatkan ketrampilan, kemampuan mengetahui dan menerapkan

asuhan keperawatan pada klien post partum indikasi ketuban pecah dini

yang di rawat di rumah sakit

Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian pada klien post partum indikasi ketuban

pecah dini yang di rawat di rumah sakit

b) Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien post partum

indikasi ketuban pecah dini yang di rawat di rumah sakit

c) Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan klien post

partum indikasi ketuban pecah dini yang di rawat di rumah sakit


5

d) Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan

pada klien post partum indikasi ketuban pecah dini yang di rawat di

rumah sakit

e) Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien post partum

indikasi ketuban pecah dini yang di rawat di rumah sakit

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian karya tulis ini adalah :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

peneliti tentang Asuhan Keperawatan pada klien post partum indikasi

ketuban pecah dini yang di rawat di rumah sakit.

2. Bagi Perawat Ruangan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah keluasan ilmu

Asuhan keperawatan pada klien post partum indikasi ketuban pecah

dini yang di rawat di rumah sakit

3. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu

dibidang keperawatan dalam asuhan keperawatan pasien post partum

indikasi ketuban pecah dini dan sebagai literatur dalam pembuatan

karya tulis ilmiah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Post Partum

1. Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut

masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang

diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6

minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai

organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum

hamil (Bobak, 2010) .

Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam

masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi

puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).

2. Anatomi Dan Fisiologi

Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang

terletak di dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan

genetalia eksterna, yang terletak di perineum. Struktur reproduksi

interna dan eksterna berkembang menjadi matur akibat rangsang

hormon estrogen dan progesteron (Bobak, 2005).

7
8

Stuktur eksterna

(Gambar 2.1)

a. Vulva : Nama yang diberikan untuk struktur genetalia externa. Kata ini

berarti penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran

panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke

belakang dibatasi perineum.

b. Mons pubis : Jaringan lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan

padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis.

c. Labia mayora : Dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi

lemak dan jaringan kulit yang menyatu dengan mons pubis.

d. Labia minora : Terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan

kulit yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang , memanjang ke

arah bawah dari bawah klitoris dan dan menyatu dengan fourchett.

Pembuluh darah yang sangat banyak membuat labia berwarna merah

kemerahan dan memungkankan labia minora membengkak, bila ada

stimulus emosional atau stimulus fisik. Kelenjar-kelenjar di labia

minora juga melumasi vulva.


9

e. Klitoris : Organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di

bawah arkus pubis.

f. Vestibulum : Ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau

lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette..

g. Fourchette : Lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, dan

terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora.

h. Perineum : Daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina

dan anus,

Struktur interna

(Gambar 2.2)

a. Ovarium : Ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di

belakang tuba falopi. Dua fungsi ovarium adalah menyelenggarakan

ovulasi dan memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal

mengandung banyak ovum primordial.

b. Tuba fallopi : Merupakan jalan bagi ovum. Ovum didorong di

sepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan


10

peristaltis lapisan otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi

gerakan peristaltis.

c. Uterus : Organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak

mirip buah pir yang terbalik. Tiga fungsi uterus adalah siklus

menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan

persalinan.

d. Vagina : Suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu

meregang secara luas. Cairan vagina berasal dari traktus genetalis atas

atau bawah, Cairan sedikit asam.

3. Etiologi

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahir atau jalan lain, dengan bantuan.

a) Partus dibagi menjadi 4 kala :

1) kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan

nol sampai pembukaan lengkap.

2) Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan

interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.

Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban pecah pada

pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan.

3) Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10

menit. Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan

plasenta.
11

4) Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi

b) Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah

faktor ibu, faktor janin, dan faktor persalinan pervaginam.

c) Faktor Ibu

(1) Paritas : Jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan

janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu).

(2) Meneran : Proses persalinan normal berlangsung, ibu

akan mengejan dan mendorong bayi keluar dari rahim,

vagina dan perineumnya akan mengalami tekanan yang

sangat kuat. Hal ini berisiko tinggi menyebabkan luka

robekan pada vagina dan perineum yang dapat

menyebabkan perdarahan pascapersalinan. Oleh karena

itu, untuk memperbaiki bagian yang robek tersebut,

dengan melakukan penjahitan. Selain robekan alami

akibat proses mengejan, jahitan pasca melahirkan

normal (Kevin Andrian, 2020).

d) Faktor Janin

(1) Berat Badan Bayi Baru lahir : Berat janin pada waktu

lahir lebih dari 4000 gram. Makrosomia disertai dengan

meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina

seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah

tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu

seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum.


12

(2) Presentasi : Letak hubungan sumbu memanjang janin

dengan sumbu memanjang panggul ibu.

(a) Presentasi Muka : Letak janin memanjang,

sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu

masuk panggul atau diameter submentobregmatika

sebesar 9,5 cm.

(b) Presentasi Dahi : Sikap ekstensi sebagian

(pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi

muka yang ekstensinya sempurna.

e) Faktor Persalinan Pervaginam

(1) Vakum ekstrasi : Tindakan bantuan persalinan, janin

dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan

negatif dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya.

(2) Ekstrasi Cunam/Forsep : Suatu persalinan buatan, janin

dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala

janin.

(3) Embriotomi : Prosedur penyelesaian persalinan dengan

jalan melakukan pengurangan volume dengan tujuan

untuk memberi peluang yang lebih besar untuk

melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut

(Syaifuddin, 2009).

(4) Persalinan Presipitatus : Persalinan yang berlangsung

sangat cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat


13

disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan

rahim yang terlau kuat. (Cunningham, 2009).

4. Patofisiologi

a. Adaptasi Fisiologi

1) Infolusi uterus adalah Proses kembalinya uterus ke keadaan

sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera

setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis

tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian

fundus bersandar pada promontorium sakralis.

Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon

menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung

jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang

terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran

uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

2) Kontraksi intensitas meningkat secara bermakna segera setelah

bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan

volume intrauterin yang sangat besar. Hormon oksigen yang

dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur

kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu

hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas

kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur.

Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin

secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah


14

plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya,

dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah

lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan

oksitosin.

b. Adaptasi psikologis

Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum

dibagi menjadi 3 fase yaitu :

1) Fase taking in / ketergantungan

Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan

dimana ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.

2) Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan Fase ini

dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada

minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap

untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-

hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat

bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi

dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik

3) Fase letting go / saling ketergantungan

Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah

kelahiran. Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan

anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan

rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah

dilakukan kembali.
15

5. Manifestasi klinik

Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester

keempat kehamilan.

a. Sistem reproduksi

1) Proses involusi : Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum

hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah

plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

2) Kontraksi :Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera

setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar

hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis.

3) Tempat plasenta : Segera setelah plasenta dan ketuban

dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus menurunkan

tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak

teratur.

4) Lochea : Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris

trofoblastik. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,

leukosit dan denrus jaringan. Lochea alba mengandung leukosit,

desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba bisa

bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.

5) Serviks : Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa,

tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.


16

6) Vagina : Vagina yang semula sangat teregang akan kembali

secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah

bayi lahir.

b. Sistem endokrin

1) Hormon plasenta : Penurunan hormon human plasental lactogen,

esterogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase

membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula

darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium.

2) Hormon hipofisis : Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi

pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar

prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya

berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-

stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan

tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap

stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat

3) Abdomen : Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah

melahirkan, abdomenya akan menonjol dan membuat wanita

tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6

minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum

hami.

4) Sistem urinarius : Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu

satu bulan setelah wanita melahirkan.

5) Sistem cerna : Nafsu makan, Mortilitas, Defekasi


17

6) Payudara : Konsentrasi hormon yang menstimulasai

perkembangan payudara selama wanita hamil (esterogen,

progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison,

dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.

a. Ibu tidak menyusui : Kadar prolaktin akan menurun dengan

cepat pada wanita yang tidak menyusui

b. Ibu yang menyusui : Sebelum laktasi dimulai, payudara

teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum.

7) Sistem kardiovaskuler

a. Volume darah : Perubahan volume darah tergantung pada

beberapa faktor misalnya Kehilangan darah merupakan

akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi

terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh

yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat.

Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume

darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum

lahir.

b. Curah jantung : denyut jantung volume sekuncup dan curah

jantung meningkat sepanjang masa hamil.

c. Tanda-tanda vital : Beberapa perubahan tanda-tanda vital

bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal

8) Sistem neurologi : Perubahan neurologis selama puerperium

merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat


18

wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat

bersalin dan melahirkan.

9) Sistem muskuluskeletal : Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu

yang terjadi selama masa hamil Adaptasi ini mencakup hal-hal

yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan

perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim.

10) Sistem integument : Kloasma yang muncul pada masa hamil

biasanya menghilang saat kehamilan berakhir.

6. Komplikasi

a. Perdarahan : Kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran

kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda

sebagai berikut:

1) Kehilangan darah lebih dai 500 cc

2) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30

mmHg

3) Hb turun sampai 3 gram %.

tiga penyebap utama perdarahan antara lain :

a) Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan

kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari

perdarahan post partum.

b) laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum

dapat menimbulkan perdarahan banyak bila tidak direparasi

dengan segera dan terasa nyeri.


19

c) Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan

plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.

d) Lain-lain

(1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi

kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang

tetap terbuka

(2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas

jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.

(3) Inversio uteri (Wiknjosastro, 2009).

b. Infeksi puerperalis di definisikan sebagai; inveksi saluran

reproduksi selama masa post partum. Insiden infeksi puerperalis ini


0
1 % - 8 %, ditandai adanya kenaikan suhu > 38 dalam 2 hari

selama 10 hari pertama post partum.

c. Endometritis adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan

oleh infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria,

ruptur membran memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis

d. Mastitis Yaitu infeksi pada payudara.

e. Infeksi saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita

post partum, pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran

kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan

bakterigram negatif lainnya.

f. Tromboplebitis dan thrombosis Semasa hamil dan masa awal post

partum, faktor koagulasi dan meningkatnya status vena

menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi


20

tromboplebitis (pembentukan trombus di pembuluh darah

dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis

(pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus

dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.

g. Emboli yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah

kecil

h. Post partum depresi : ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.

Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman,

perasaan obsepsi cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya.

i. Tanda – Tanda Bahaya Post Partum

Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir

lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.

Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum

antara lain :

1) Kulit perineum mulai melebar dan tegang.

2) Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.

3) Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi

robekan pada mukosa vagina.


21

B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini

1. Pengertian

Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the

membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu atau

sebelum terdapat tanda persalinan yaitu bila pembukaan pada primi

kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Ketuban pecah

dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan sebelum

pembukaan 5 cm.

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang

terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho,

2010). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi

inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm

lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu

banyak (Manuaba, 2009).

2. Anatomi Fisiologi

Air ketuban (Liquar Amnio)/Tiris

Di dalam amnio yang diliputi oleh sebagian selaput janin yang

terdiri dari lapisan selaput ketuban (amnio) dan selaput pembungkus

(chorion) terdapat air ketuban (loquor amnii). Volume air ketuban

pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml: warna agak keruh, serta

mempunyai bau yang khas, agak amis. Cairan ini dengan berat jenis

1,007-1,008 terdiri atas 97-98% air. Sisanya terdiri atas garam

anorganik serta bahan organic dan bila di teliti benar, terdapat rambut
22

lanugo (rambut halus berasal dari bayi). Protein ini ditemukan rata-

rata 2,6% perliter,sebagian besar sebagai albumin.

Warna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur

meconium (kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan mengeluarkan

empedu). Untuk membuat diagnosis umumnya dipakai sel-sel yang

terdapat di dalam air ketuban dengan melakukan fungsi kedalam

ruang ketuban Rahim melalui dinding depan perut unutk memperoleh

sampel cairan ketuban (amniocentesis). Umumnya pada kehamilan

minggu ke-14 hingga 16 dengan ultra sonografi ditentukan sebelum

letak plasenta, untuk menghindari plasenta ditembus. Fungsi melalui

plasenta dapat menimbulkan perdarahan dan pencemaran liquir amni

oleh darah, mengadakan analisis kimiawi dan sitotrauma pada janin.

Plasenta pencampuran darah antara lain antara janin dan ibu dengan

kemungkinan sensitive (sensitization), dan abortus,meskipun ini

jarang diterjadi, maka dari hal itu, amnioncentesis hendaknya hanyaa

dikerjakan bila ada indikasi yang tepat.

Air ketuban mempunyai fungsi yaitu :

a. Melindungi janin terhadap trauma luar

b. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas

c. Melindungi suhu tubuh janin

d. Meratakan tekanan didalam uterus pada saaat partus, sehingga

serviks membuka.
23

e. Membersihkan jalan lahir jika ketuban pecah dengan cairan steril,

dan akan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi

tidak mengalami infeksi.

f. Untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditlan/diminum

yang kemudian dikeluarkan melalui kencing.

Fisiologi selaput ketuban.

Amnion manusia dapat berkembang dari delaminasi

sitotrofobulus. Ketika amnion membesar, perlahan-lahan kantong ini

meliputi embrio yang sedang berkembang, yang akan prolaps kedalam

rongganya. Distensi kantong amnion akhirnya mengakibatkan

kontong tersebut menempel dengan bagian didalam ketuban (interior

korion) , dan amnion dekat akhir trimester pertama mengakibatkan

kantong tersebut menempel dengan bagian di dalam ketuban (entrior

korion), amnion dan korion walaupun sedikit menempel tidak pernah

berhubungan erat dan biasanya dapat dipisahkan dengan mudah,

bahkan pada waktu atterm. amnion normal mempunyai tebal 0,02

sampai 0,5 mm.

3. Etiologi

Penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan

secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang

berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih

berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor

predesposisi adalah:
24

a) Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban

maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban

bisa menyebabkan terjadinya KPD.

b) Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka

oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan,

curetage).

c) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma. Trauma yang

didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun

amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya

disertai infeksi.

d) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian

terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat

menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

4. Patofisiologi

Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya KPD dimulai

dengan terjadi pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban

mengalami devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami

devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis

sehingga jaringan ikat yang menyangga ketuban makin berkurang.

Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi

yang mengeluarkan enzim yaitu enzim proteolotik dan kolagenase

yang diikuti oleh ketuban pecah spontan.


25

5. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina, aroma air ketuban berbau, berwarna pucat, cairan ini

tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai

kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin

yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau

“menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam,

bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

(Sunarti,2017).

6. Komplikasi

a) Komplikasi pada janin Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat

(2009) komplikasi yang sering terjadi pada janin karena KPD

adalah sindrom distres pernapasan dan prematuritas. Sindrom

distres penapasan terjadi karena pada ibu dengan KPD mengalami

oligohidramnion.

b) Komplikasi pada ibu Menurut (Achadiat, 2010) komplikasi yang

sering terjadi adalah infeksi sampai dengan sepsis. membran janin

berfungsi sebagai penghalang untuk menghalangi merambatnya

infeksi. Setelah ketuban pecah, baik ibu dan janin beresiko infeksi

hal ini terjadi karena setelah ketuban pecah maka akan ada jalan

masuk mikroorganisme dari luar uterus apalagi jika sering

dilakukan pemeriksaan dalam. Komplikasi yang kedua adalah

peritonitis khususnya jika dilakukan pembedahan, dan komplikasi


26

yang ketiga adalah ruptur uteri karena air ketuban habis, sehingga

tidak ada pelindung antara janin dan uterus jika ada kontraksi

sehingga uterus mudah mengalami kerusakan

7. Penatalaksannan Medis

Menurut Ratnawati (2017), penatalaksanaan ketuban pecah dini,

yaitu :

a) Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan

atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.

b) Bila janin hidup dan terdapat prolaps di tali pusat, ibu dirujuk

dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin

dengan posisi bersujud.

c) Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari agar tali

pusat tidak tertekan kepala janin

d) Jika Tali pusat di vulva maka di bungkus kain hangat yang

dilapisi plastik

e) Jika ada demam atau di khawatirkan terjadi infeksi saat rujukan

atau KPD lebih dari 6 jam, berikan antibiotik.

f) Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan beristirahat

dengan posisi berbaring miring, berikan antibiotik.

g) Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan

konservatif, yaitu tirah baring dan berikan sedatif, antibiotik dan

tokolisis.

h) Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi konservatif

selama 24 jam lalu induksi persalinan.


27

i) Pada kehamilan lebih 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran

dan akselerasi bila ada inersia uteri.

j) Bila tidak ada his, lakukan tindakan induksi persalinan bila

ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5

atau ketuban pecah dini lebih dari 6 jam dan skor pelvik lebih dari

5.

k) Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Mengakhiri kehamilan

dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1) Induksi

Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang

kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi, dengan tujuan

untuk mempercepat proses persalinan. (Alodokter, 2018).

2) Persalinan secara normal/pervaginam

Persalinan normal adalah proses persalinan melalui

kejadian secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan

dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi

(Wikipedia, 2018).

3) Sectio caesarea.

Menurut (Heldayani, 2009), sectio caesarea adalah suatu

cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding

uterus melalui dinding depan perut untuk melahirkan janin dari

dalam rahim.
28

8. Penatalaksanaan dan Pengobatan kasus Ketuban Pecah Dini

Konserpatif

a. Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik

pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.

b. Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila

tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.

c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban

masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada

infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda

infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37

minggu.

e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,

berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah

24 jam.

f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan

lakukan induksi.

g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra

uterin).

h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu

kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar

lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg

sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6

jam sebanyak 4 kali.


29

Aktif

a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio

sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6

jam maksimal 4 kali.

b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan

persalinan diakhiri.

c. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian

induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea

d. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

C. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

1. Definisi

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari

(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi

berusia satu jam yang lahir pa da usia kehamilan 37-42 minggu dan

berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010).

Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm,

lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut

jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak

terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan

lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik

(rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki

testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi

perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan
30

mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna

hitam kecoklatan (Dewi, 2010)

2. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir

Ciri-ciri bayi normal antara lain (kementerian kesehatan ri, 2010):

dilahirkan pada umur kehamilan antara 37-42 minggu, berat

lahir 2500-4000 gram, panjang badan waktu lahir 48 – 51 cm, warna

kulit merah muda / pink, kulit diliputi verniks caseosa, lanugo tidak

severapa lagi hanya pada bahu dan punggung, pada dahi jelas

perbatasan tumbuhnya rambut kepala, bayi kelihatan montok karena

jaringan lemak di bawah kulit cukup, tulang rawan pada hidung dan

telinga sudah tumbuh jelas, kuku telah melewati ujung jari, menangis

kuat, refleks menghisap baik, pernapasan berlangsung baik (40-60

kali/menit), pergerakan anggota badan baik, alat pencernaan mulai

berfungsi sejak dalam kandungan ditandai dengan adanya / keluarnya

mekonium dalam 24 jam pertama, alat perkemihan sudah berfungsi

sejak dalam kandungan ditandai dengan keluarnya air kemih setelah 6

jam pertama kehidupan. pada bayi laki-laki testis sudah turun ke

dalam skrotum dan pada bayi perempuan labia minora ditutupi oleh

labia mayor, anus berlubang

3. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir

a. Pemotongan dan perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali

pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat

(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk tali


31

pusat adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya, menjaga

tali pusat tetap kering dan terpapar udara, membersihkan dengan

air, menghindari dengan alkohol karena menghambat pelepasan

tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer,

2013).

b. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses

IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan puting,

dan mulai menyusu. Jika bayi belum menemukan puting ibu

dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu

dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit

berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu

2 jam, lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya

(menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian

gelang pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk

belajar menyusu (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

c. Pencegahan kehilangan panas

Melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu

serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan

RI, 2013).

d. Pemberian salep mata/tetes mata

Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan

infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika,

Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah


32

kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika

diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian

Kesehatan RI, 2013).

e. Pencegahan perdarahan

Melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri

Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1

(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk

mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat

dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI,

2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan

hemorragic disease of the newborn, dapat diberikan dalam waktu

6 jam setelah lahir (Lissauer, 2013).

f. Pemberian imunisasi

Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha Kanan Imunisasi

Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan

vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B

melalui jalur ibu ke bayi. (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

g. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini

mungkin kelainan pada bayi. (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

h. Pemberian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika
33

memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan

pendamping sampai usia 2 tahun.

D. Konsep Masalah Keperawatan

1. Definisi

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis

mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun

potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan mengidentifikasi respon

individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan

dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

2. Kriteria Mayor & Minor

Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar

80%-100% untuk validasi diagnosa. Sedangkan kriteria minor adalah

tanda dan gejala yang tidak harus ditemukan, namun dapat

mendukung penegakan diagnosis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

3. Faktor Yang Berhubungan

Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah yang

dapat menunjang kelengkapan data untuk menegakan suatu diagnosis

atau masalah keperawatan (PPNI, 2017).


34

4. Pathway

Bagan 2.1

Sumber : (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)


35

5. Masalah yang mungkin muncul Menurut SDKI DPP PPNI, 2017 :

Masalah yang mungkin muncul pada ibu

a. Nyeri akut (D.0077) :

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

Penyebab :

1) Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia,

neoplasma)

2) Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)

3) Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan

fisik berlebihan)

Gejala dan Kriteria:

1) Mayor

a) Subjektif : Mengeluh nyeri, merasa depresi (tertekan)

b) Objektif :tampak meringis, gelisah, tidak mampu

menuntaskan aktivitas

2) Minor

a) Subjektif : Merasa takut mengalami cidera berulang

b) Objektif : Bersikap protektif (misalkan posisi

menghindari nyeri), waspada, anoreksia


36

b. Gangguan rasa nyaman (D.0074):

Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,

psikospiritual, llingkungan dan social

Penyebab :

1) Gejala penyakit

2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan

3) Ketidak adekuatan sumber daya

4) Gangguan stimulus lingkungan

5) Gangguan adaptasi kehamilan

Gejala dan Kriteria :

1) Mayor

a) Subjektif : Mengeluh tidak nyaman

b) Objektif : Gelisah

2) Minor

a) Subjektif : Mengeluh susah tidur, tidak mampu rileks,

mengeluh lelah.

b) Objektif : Menunjukan gejala distres, tampak merintih

atau menangis.

c. Kesiapan persalinan (D.0070):

Pola mempersiapkan, mempertahankan dan memperkuat proses

kehamilan dan persalinan serta perawatan bayi baru lahir

Gejala dan Kriteria :

1) Mayor
37

a) Subjektif : menyatakan keinginan untuk menerapkan

gaya hidup yang tepat untuk persalinan

b) Objektif :-

2) Minor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Menunjukan perilaku proaktif selama

persiapan persalinan

d. Ansietas (D.0080):

Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap

objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

Penyebab :

1) Krisis situasional

2) Kebutuhan tidak terpenuhi

3) Krisis maturasional

4) Ancaman terhadap konsep diri

5) Ancaman terhadap kematian

6) Kekhawatiran mengalami kegagalan

7) Disfungsi sistem keluarga

8) Hubungan orangtua-anak yang tidak memuaskan

9) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

10) Penyalahgunaan zat

11) Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan)


38

12) Kurang terpapar informasi

Gejala dan Kriteria :

1) Mayor

a) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan

akibat dari kondisi yang dihadapi

b) Objektif : Tampak gelisah, sulit tidur, tampak tegang

2) Minor

a) Subjektif : Mengeluh pusing, anoreksia, merasa tidak

berdaya

b) Objektif : Frekuensi napas nadi dan tekanan darah

meningkat, tremor, muka tampak pucat ,

kontak mata buruk.

e. Risiko infeksi (D.0142) :

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

Faktor risiko : Penyakit kronis, efek prosedur invasif, peningkatan

paparan organisme patogen lingkungan (ketuban pecah sebelum

waktunya)

f. Defisit pengetahuan (D.0111):

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan

dengan topik tertentu.

Penyebab :

1) Keteratasan kognitif

2) Gangguan fungsi kognitif

3) Kekeliruan mengikuti anjuran


39

4) Kurang terpapar informasi

5) Kurang minat dalam belajar

6) Kurang mampu mengingat

7) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Gejala dan Kriteria :

1) Mayor

a) Subjektif :Menanyakan masalah yang dihadapi

b) Objektif :menunjukan persepsi yang salah terhadap

Masalah.

2) Minor

a) Subjektif : -

b) Objektif :Menunjukan perilaku berlebihan (misalkan

apatis, bermusuhan, histeria)

Masalah yang mungkin muncul pada bayi

g. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (D.0001):

Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan

nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Penyebab :

Fisiologis

1) Spasme jalan nafas

2) Hipersekresi jalan nafas

3) Disfungsi neuromuskuler

4) Benda asing dalam jalan nafas


40

5) Adanya jalan nafas buatan

6) Sekresi yang tertahan

7) Hyperplasia dinding jalan nafas

8) Proses infeksi

9) Respon alergi

10) Efek agen farmakologis (mis. Anastesi)

Situsional

1) Merokok aktif

2) Merokok pasif

3) Terpajan Polutan

Gejala dan kriteria

1) Mayor

a) Subjektif :-

b) Objektif : Sputum berlebih/obstruksi di jalan nafas (pada

neonatus), mengi,wheezing,dan/atau ronkhi kering

2) Minor

a) Subjektif : Dispnea, Ortopnea

b) Objektif : Gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, Frekuensi

nafas berubah.

h. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005):

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat.
41

Penyebab

1) Depresi Pusat pernafasan

2) Hambatan upaya nafas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot

pernafasan)

3) Deformitas dinding dada

4) Deformitas tulang dada

5) Gangguan neuromuscular

6) Gangguan neurologis (mis.elektroensefalogram [EEG] positif,

cedera kepala,gangguan kejang)

7) Imaturitas Neurologis

8) Penurunan energy

9) Obesitas

10) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

11) Sindrom hipoventilasi

12) Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)

13) Cedera pada medulla Spinalis

14) Efek agen Farmakologis

15) Kecemasan

Gejala Dan Kriteria

1) Mayor

a) Subjektif : Dispnea
42

b) Objektif : fase ekspirasi memanjang, Pola nafas

abnormal(mis.takipnea,bradipnea,hiperventilasi,kussmaul,chey

ne-stokes)

2) Minor

a) Subjektif : Ortopnea

b) Objektif : Pernafasan pursed-lip, pernafasan cuping

hidung, diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi

semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi

menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah

i. Hipotermia (D.0131):

Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.

Penyebab

1) Kerusakan Hipotalamus

2) Konsumsi Alkohol

3) Berat badan ekstrem

4) Kekurangan lemak subkutan

5) Terpapar suhu lingkungan rendah

6) Malnutrisi

7) Pemakaian pakaian tipis

8) Penurunan laju metabolism

9) Tidak beraktivitas

10) Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)

11) Trauma
43

12) Proses Penuaan

13) Efek agen farmakologis

14) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia

Gejala dan kriteria

1) Mayor

a) Subjektif :-

b) Objektif : Kulit teraba dingin, mengigil, suhu tubuh di

bawah nilai normal

2) Minor

a) Subjektif :-

b) Objektif : Akrosianosis, Bradikardi, dasar kuku sianotik,

hipoglikemia ,hipoksia, pengisian kapiler lebih 3 detik, konsumsi

oksigen meningkat, ventilasi menurun, piloereksi, takikardia,

vasokonstriksi perifer, kutis memorata (pada neonates)

j. Resiko Defisit Nutrisi (D.0032)

Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme.

Faktor Risiko

1) Ketidakmampuan menelan makanan

2) Ketidakmampuan mencerna makanan

3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient

4) Peningkatan Kebutuhan metabolism

5) Faktor ekonomi ( mis. Finansial tidak mencukupi )


44

6) Faktor Psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan )

E. Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Ketuban Pecah Dini

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan

dalam praktik keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan

saling berhubungan, yaitu pengkajian, diagnosis, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi. Tahap- tahap tersebut berintegrasi terhadap

fungsi intelektual problem-solving dalam mendefinisikan suatu asuhan

keperawatan (Nur Salam, 2013).

Asuhan keperawatan pada pengkajian ini memakai model

keperawatan Dorothea E Orem menurunkan tuntutan self care pada

tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self

care deficit. Pengkajian Dorothea E Orem difokuskan pada : Universal

Self Care Requisite, Developmental Self Care Requisite, Health

Deviation Self Care, Nursing System dan Nursing Agency, Diagnosa

Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi.

Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan

perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan

meliputi data biologis, psikologis, social dan spiritual. Kemampuan

perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah

mempunyai kesadaran/tilik diri, kemampuan mengobservasi dengan

akurat, kemampuan berkomunikasi terapeutik dan senantiasa mampu


45

berespon secara efektif. Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah

mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien

Aplikasi pengkajian yaitu :

a. Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan, status

perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan

pengobatan, faktor sistem keluarga); Pola hidup; Faktor lingkungan

b. Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah

keperawatan berdasarkan self-care defisit, maka perawat perlu

melakukan pengkajian kepada klien melalui observasi berdasarkan

klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal

Care, Partial Care, Total Care

c. Pengembangan masalah fisiologis yang terdiri dari pemenuhan

kebutuhan oksigen, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,,

gangguan mengunyah, gangguan menelan, pemenuhan kebutuhan

eliminasi /pergerakan bowel, urinary, excrements, menstruasi,

pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Secara rinci

pengembangan teori dengan masalah fisiologis adalah sebagai

berikut :

1) Pemenuhan kebutuhan Oksigen/Udara

a) Saluaran Pernafasan

(1) Sumbatan pada saluran pernafasan oleh benda asing.

(2) Kelaianan pada saluran pernafasan daaan peningkatan

resistensi jalan pernafasan.

b) Pengembanagan kapasitas vital paru


46

(1) Restraksi paru

(2) Penurunan pengembangan paru

(3) Perubahan jaringan paru terhadap pemenuhan kapasitas

vital paru

(4) Keterbatasan ekspansi dada

(5) Pengaruh muskuler dan neuro terhadap pengembangan

paru

c) Ventilasi alveolar optimal

(1) Alveoli yang terganggu

(2) Penurunan jumlah alveolus

(3) Kehilangan alveolus dan kapiler pulmonal

d) Mempertahankan keseimbangan gas diantara alveolus dan

paru

(1) Hipoventilasi elveolar

(2) Penebalan alveolar dan membran kapiler

(3) Rendahnya aliran darah paru terhadap ventilasi

(4) Penurunan kapasitas oksigen

e) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap saraf sentral

(1) Aktifitas ritme otomatis di medula oblongata

(2) Reseptor regulasi kimia (kemoreseptor)

f) Terhentinya pernafasan sementara

(1) Kekejangan umum

(2) Tangis anak-anak

g) Tidak ada respirasi


47

(1) Apneu yang muncul pada bayi normal

(2) Apneu dengan pasien preterm

(3) Apneu pada 24 jam pertama

(4) Apneu pada penyakit kardiorespiratori

(5) Apneu akibat gangguan metabolic

h) Distres respiratori

(1) Ansietas

(2) Histeria dan gangguan emosional

(3) Patologi pada jantung dan paru

(4) Pernafasan periodik pada bayi preterm

(5) Dispneu dan sianosis pada bayi baru lahir

i) Penurunan respiratory rate dan kapasitas vital

(1) Kakeksia

(2) Malnutrisi

j) Peningkatan kerja pernafasan

(1) Injuri

2) Pemenuhan kebutuhan air/cairan dan makanan/nutrisi

a) Keadaan yang berkaitan dengan kebutuhan cairan

(1) Kemampuan / ketidak mampuan

(2) Kegagalan mengkomunikasikan kebutuhannya

(3) Kondisi pemasukan / input asupan nutrisi

b) Jenis makanan dan cairan yang tidak disukai dan

mempengaruhi
48

(1) Yang berbeda dengan kebiasaan

(2) Yang berbeda dari standar

(3) Yang bnertentangan dengan kondisi individu.

c) Kondisi internal dan eksternal pemasukan makanan dan cairan

(1) Hal-hal yang perlu diperhatiakan

(a) Kondisi fisik

(b) Stimulasi fisik

(c) Perilaku yang tidak biasa

(d) Kondisi lingkungan yang mempengaruhi asupan

(2) Manfaat asupan cairan makanan

d) Kondisi natural terkait dengan asupan cairan dan makanan ke

dalam mulut

(1) Status / tingkat perkembangan

(2) Abnormalitas pada mulut dan wajah

(3) Obstruksi-inflamasi dan lesi pada mulut

(4) Pengeluaran sekresi dari mulut dan hidung

(5) Kesulitan untuk membuka dan menutup mulut

(6) Prosedur pembedahan pada mulut, rahang dan lidah yang

mempengaruhi pemasukan cairan dan nutrisi

(7) Pertukaran jaringan lunak di mulut

(a) Efek dari kekurangan nutrisi dan adanya pembatasan

asupan
49

(b) Atropi mukosa mulut pada orang tua sehingga

kemampuan merasakan menurun dan adanya sensasi

terbakar pada mulut

(8) Posisi tubuh yang terganggu pada saat makan dan minum

tidak mampu membuka mulut

(9) Kondisi gangguan mengunyah

(a) Kondisi gigi dan rahang

(b) Kondisi otot untuk mengunyah

(c) Nyeri saat mengunyah akibat lesi pada jaringan lunak

dan tulang

(d) Berurangnya jumlah saliva

(e) Kebiasaan tidak mengunyah makanan

(10) Kondisi dan keadaan gangguan mengunyah

(a) Kondisi yang berhubungan dengan berkurangnya

jumlah saliva : Berkurangnya atau tertahannya sekresi

saliva, Adanya peradangan, tumor atau gangguan

pada kelenjar yang memproduksi saliva.

(b) Kondisi otot lidah dan pipi / wajah yang terganggu

(c) Kurang dalam mengunyah makanan

3) Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan ekskresi

a) Perubahan pergerakan bowel dan feces

(1) Konstipasi-diare

(2) Perubahan kepadatan, warna dan karakteristik faeces


50

(3) Perubahan intregitas bowel, fungsi, dan perubahan struktur

b) Perubahan pola urinary, urin dan integritas organ

(1) Perubahan pola urinary

(2) Perubahan kualitas dan kuantitas urine

(3) Perubahan struktur dan fungsi integritas organ

c) Perubahan pola keringat

(1) Keringat berkurang

(2) Keringat meningkat

d) Perasaan dan emosi yang mempengaruhi

(1) Ketidaknyamanan atau nyeri

(2) Kecemasan atau ansietas akibat gangguan

e) Tingkah laku selama perawatan

(1) Pergerakan yang sulit

(2) Tidak nyaman atau nyeri pada saat pergerakan

f) Lingkungan

(1) Jamban

(2) Sanitari lingkungan

(3) Privasi pada saat BAB dan BAK

(4) Berbeda setiap individu

4) Aktivitas dan istirahat

a) Tingkat aktivitas sehari-hari

(1) Pola aktivitas sehari-hari


51

(2) jenis,frekuensi dan lamanya latihan fisik

b) Tingkat kelelahan

(1) Aktivitas yang membuat lelah

(2) Riwayat sesak nafas

c) Gangguan pergerakan

(1) Penyabab ngangguan pergerakan

(2) Tanda dan gejala

(3) Efek dan gangguan pergerakan

d) Pemeriksaan fisik

(1) Tingkat kesadaran

(2) Postur atau bentuk tubuh.

(3) Ekstremitas

5) Keselamatan dan keamanan

(a) Faktor-faktor yang berhubungan dengan sistem sensori

komunikasi pasien seperti adanya perubahan perilaku pasien

karena gangguan sensori komunikasi

(1) Halusinasi

(2) Gangguan proses pikir

(3) Kelesuan

(4) Ilusi

(5) Kebosanan dan tidak bergairah

(6) Perasaan terasing

(7) Kurangnya konsentrasi


52

(8) Kurangnya koordinasi dan keseimbangan

b) Faktor resiko yang berhubungan dengan keadaan pasien

(1) Kesadaran menurun

(2) Kelemahan fisik

(3) Imobillisasi

(4) Penggunaan alat bantu

Diagnosa Keperawatan

Setelah menggunakan pengkajian Teori dorothea orem penegakan

diagnosa mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan

kemungkinan. Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis,

namun diagnosa dapat dikembangkan ke masalah lain sesuai kebutuhan dasar.

Diagnosa Ibu

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077).

b. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan (D.0074).

c. Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat

(D.0070).

d. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal (D.0080).

e. Risiko infeksi d.d Ketuban pecah sebelum waktunya (D.0142).

f. Defisit pengetahuan b.d ketidaktahuan menemukan sumber

informasi (D.0111).

Diagnosa Bayi

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas

(D.0001).
53

b. Pola nafas tidak efektif b.d sindrom ventilasi (D.0005).


c. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah (D.0131).

d. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan mencerna makanan

(D.0032).

Intervensi Keperawatan

Diberikan jika kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang

dibutuhkan untuk memenuhi self care yang sebenarnya sudah diketahui.

Berikut intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi

keperawatan Indonesia (Tim Pokja Siki DPP PPNI, 2018).

Intervensi ibu

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

tingkat nyeri dapat menurun (L.08066).

Kriteria Hasil :

1) Keluhan nyeri menurun

2) Meringis menurun

3) Gelisah menurun

4) Kesulitan tidur menurun

Rencana tindakan (I.03121) :

1) Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,kualitas,

intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respons nyeri non verbal


54

4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

Terapeutik

1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Edukasi

1) Jelaskan strategi meredakan nyeri

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

status kenyamanan pasien meningkat(L.08064).

Kriteria Hasil :

1) Keluhan tidak nyaman menurun

2) Gelisah menurun

Rencana tindakan I.14561 :

Observasi

1) Monitor tanda tanda vital

2) Timbang berat badan

Terapeutik

1) Pertahankan postur tubuh yang benar

2) Lakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut secara teratur

3) Jaga kebersihan vulva dan vagina

Edukasi

1) Anjurkan menghindari kelelahan


55

2) Ajarkan teknik relaksasi

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemeriksaan labolatorium

c. Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

status antepartum pasien membaik(L.07059).

Kriteria hasil:

1) Nausea menurun

2) Muntah menurun

3) Tekanan darah membaik

Rencana tindakan I.12437 :

Observasi

1) Identivikasi tingkat pengetahuan pasien

Terapeutik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

1) Jelaskan metode persalinan yang ibu inginkan

2) Anjurkan ibu cukup nutrisi

3) Anjurkan ibu mengenali bahaya persalinan

d. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal

Tujuan :
56

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

status tingkat ansietas pasien menurun(L.09093).

Kriteria hasil :

1) Prilaku gelisah menurun

2) Pola tidur membaik

Rencana tindakan I.09314

Observasi

1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

2) Monitor tanda tanda ansietas

Terapeutik

1) Pahami situasi yang membuat ansietas

2) Dengarkan dengan penuh perhatian

3) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

Edukasi

1) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu

2) Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu

e. Risiko infeksi d.d ketuban pecah sebelum waktunya

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

status tingkat infeksi pasien menurun(L.14137).

Kriteria hasil :

1) Demam menurun
57

2) Nyeri menurun

3) Kadar sel darah putih membaik

Rencana tindakan I.14539:

Observasi

1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik

Terapeutik

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien

Edukasi

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

f. Defisit Pengetahuan b.d Ketidaktahuan menemukan sumber

informasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

tingkat pengetahuan pasien meningkat (L.12111).

Kriteria hasil :

1) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang satu topic

meningkat

2) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang

sesuai dengan topik

Rencana tindakan I.12383 :


58

Observasi

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima Informasi

Terapeutik

1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

Edukasi

1) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Intervensi bayi

a. Bershihan jalan napas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan nafas

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

bersihan jalan nafas pasien meningkat(L.01001).

Kriteria hasil :

1) Produksi sputum menurun

2) Frekuensi nafas membaik

3) Pola nafas membaik

Rencana tindakan I.01011

Observasi

1) Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

2) Monitor bunyi nafas tambahan

3) Monitor sputum

Terapeutik

1) Berikan oksigen bila perlu


59

Edukasi

1) Anjurkan asupan cairan 15 ml/hari

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik, jika

perlu

b. Pola nafas tidak efektif b.d Sindrom hipoventilasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

pola nafas pasien membaik(L.01004).

Kriteria hasil :

1) Dipsnea menurun

2) Frekuensi nafas membaik

3) Kedalaman nafas membaik

Rencana tindakan I.01011 :

Observasi

1) Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

2) Monitor bunyi nafas tambahan

3) Monitor sputum

Terapeutik

1) Berikan oksigen bila perlu

Edukasi

1) Anjurkan asupan cairan 15 ml/hari

Kolaborasi
60

1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran, mukolitik, jika

perlu

c. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

termoregulasi pasien membaik(L.14134).

Kriteria hasil :

1) Menggigil menurun

2) Suhu tubuh membaik

3) Suhu kulit membaik

Rencana tindakan I.14507

Observasi

1) Monitor suhu tubuh

2) Identifikasi penyebab hipotermi

Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan,

incubator)

2) Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala,

pakaian tebal)

3) Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat,

botol hangat, selimut hangat, perawatan metode kangguru)

Edukasi

1) Anjurkan makan atau minum hangat

d. Risiko defisit nutrisi d.d Ketidakmampuan mencerna makanan


61

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan

status nutrisi pasien membaik(L.03030).

Kriteria hasil :

1) Berat badan membaik

2) Indeks massa tubuh / IMT membaik

Rencana tindakan I.03119 :

Observasi

1) Monitor berat badan

Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini dilaksanakan

sesuai intervensi keperawatan yang sudah dibuat, setiap implementasi,

akan ada respon hasil dari pasien setiap harinya. keperawatan ini

dilakukan dengan tujuan pasien mampu melakukan perawatan diri secara

mandiri (Self care) dengan penyakit yang ia alami sehingga pasien

mencapai derajat kesembuhan yang optimal dan efektif

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas

tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan

asuhan keperawatan tercapai atau belum.


60

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan literature review yaitu me-

reviewAsuhan Keperawatan pada pasien dengan Ketuban pecah dini yang

meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

B. Subyek Penelitian

Adapun subyek penelitian yang akan di teliti berjumlah dua kasus yang

memenuhi kriteria sebagai berikut

Kriteria Inklusi

1. Ibu dengan indikasi ketunam pecah dini

2. Usia Reproduksi (21 – 40 tahun)

Kriteria Eksklusi

1. Ibu dengan kehamila normal

C. Definisi Operasional

1. Ketuban Pecah Dini

Ketuban Pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu

melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya.

pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan

ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.


61

2. Asuhan Keperawatan pasien Post Partum dengan Ketuban Pecah Dini

Asuhan keperawatan pasien post partum dengan ketuban pecah dini

adalah bentuk asuhan berupa pelayanan keperawatan profesional yang

diberikan kepada klien dengan menggunakan metodologi proses keperawatan

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi. Asuhan diberikan dengan tujuan menurunkan tuntutan self care

untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri dan

tidak menempatkan klien pada posisi ketergantungan dengan menggunakan

pendekatan perawatan diri atau self care deficit. Pengkajian menggunakan

format instrument Orem, penegakkan diagnosa menggunakan SDKI,

perencanaan menggunakan SIKI dan SLKI, melakukan pelaksanaan dan

evaluasi.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada studi kasus ini dilakukan di balikpapan pada tanggal 15 April s.d 8

mei 2020.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Mahasiswa melakukan ujian proposal.

2. Mahasiswa melakukan perbaikan sesuai masukan dari penguji untuk

memperoleh persetujuan pengambilan data.

3. Mahasiswa melakukan penyusunan penelitian berupa studi kasus dengan

metode literatur review yang diawali dengan identifikasi laporan asuhan

keperawatan terdahulu maupun melalui media internet.


62

4. Kasus yang telah diperoleh dikonsultasikan ke pembimbing setelah kasus

disetujui kemudian mahasiswa membuat review kasus dari kedua subjek.

5. Mahasiswa membandingkan data-data hasil pengkajian menggunakan

format Dorothea Orem antara konsep teori dan kasus.

6. Mahasiswa membandingkan penegakkan diagnosa keperawatan

berdasarkan SDKI antara konsep teori dengan kasus.

7. Mahasiswamembandingkan penyusunan perencanaan berdasarkan SIKI

dan SLKI antara konsep teori dengan kasus.

8. Mahasiswa membandingkan pelaksanaan pada kasus sesuai dengan

perencanaan beradasarkan SIKI dan SLKI pada konsep teori.

9. Mahasiswa melihat kesesuaian pelakasanaan evaluasi terhadap tujuan

dan kriteria hasil dengan diagnosa yang ditegakkan.

10. Mahasiswa membuat kesimpulan dan saran tentang masalah keperawatan

yang ditemukan dalam literatur review.

11. Mahasiswa melakukan konsultasi kepada pembimbing.

12. Mahasiswa melakukan perbaikan sesuai masukan pada saat kosultasi

dengan pembimbing.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penyusunan

literatur review dengan melakukan identifikasi laporan asuhan

keperawatan melalui media internet kemudian mengulas kasus dari

kedua subyek.
63

2. Instrumen Pengumpulan Data

Pada studi kasus ini instrument yang digunakan adalah format

pengkajian asuhan keperawatan maternitas Dorothea Orem.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data atau

informasi yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian sehingga

menghasilkan validitas data yang sesuai. Keabsahan data pada penelitian ini

dilakukan dengan cara peneliti melakukan literatur review Asuhan Keperawatan

secara komprehensif.

H. Analisa Data

Analisia data pada literature review yaitu data yang dikumpulkan sesuai

dengan kriteria inklusi dikaitkan dengan konsep teori, prinsip yang relevan

untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah keperawatan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan diuraikan tentang hasil penelitian Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Post partum dengan Ketuban pecah dini bentuk review kasus yang telah

dilaksanakan di Rumah Sakit. Pengambilan data dilakukan dengan jumlah sampel

sebanyak 2 klien. Guna membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan antara teori

dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien post partum dengan ketuban pecah

dini. Selain menyesuaikan lima tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, penulis juga akan

menyesuaikan hasil diagnosa yang diambil dengan model konseptual self care Orem

yang saling berhubungan yaitu Basic Conditioning Factors, Universal Selfcare

Requisites, Developmental Selfcare Requisites, Health Deviation Selcare Requisites

dengan sistem pemberian asuhan secara wholly compensatory nursing systems,

partially compensatory nursing systems dan supportive educative.

A. Hasil
1. Gambaran Lokasi case rewiev

Penelitian dilakukan di RSUD Dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan .

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 9 Mei 2019 hingga 11 Mei 2019

dan klien 2 dari tanggal 27 juni 2019 hingga 29 juni 2019.

64
65

2. Gambar Asuhan Keperawatan

Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua

pasien akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengkajian

Tabel 4.1. Hasil Anamnesis Identitas dan data fokus Klien post partum
dengan ketuban pecah dini di Instalasi Rawat Inap RSKD
Dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Identitas klien Klien 1 Klien 2
Nama Ny.R Ny. C
Umur 29 Tahun 40 Tahun
Pendidikan SMA SLTA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan Menikah Menikah
Pernikahan ke Pertama Pertama
Lama pernikahan 8 tahun 20 Tahun
Agama Islam Kristen
Suku Jawa Batak
Sumber informasi Klien dan RM Klien
Tanggal pengkajian 9 Meil 2019 27 Juni 2019
Data Subjektif Klien 1 Klien 2
DX medis G2 P1 A0 dengan G3 P2 A0 dengan
Ketuban pecah dini ketuban pecah dini
Alasan masuk DS : Klien DS : Klien mengatakan
mengatakan keluar perut terasa nyeri dan
rembesan air di kencang dan juga
kemaluannya dan keluar rembesan air
mengatakan nyeri di DO : Klien tampak
bagian perutnya. meringis
DO : Klien tampak
meringis menahan
nyeri
Riwayat penyakit DS : Klien DS : Klien mengatakan
sekarang mengatakan Pada Datang ke rumah sakit
malam hari terasa tanggal 26 juni jam
keluar seperti cairan 04.00 WITA dengan
dari vagina dan perut keadaan perut tersds
trasa sakit abikat kencang dan nyeri juga
kontraksi dan keluar rembesan air
langsung dilariakn ke DO : Pasien tampak
IGD meringis
DO : Paien tampak
Meringis
66

Riwayat penyakit DS : klien DS : klien mengatakan


dahulu mengatakan tidak tidak pernah menderita
pernah menderita penyakit hingga
penyakit hingga dirawat di rumah sakit
dirawat di rumah Klien mengatakan
sakit biasa-nya hanya sakit
Klien mengatakan ringan seperti batuk
biasa-nya hanya sakit pilek demam
ringan seperti pilek DO :Tidak ada riwayat
DO : Tidak ada penyakit dahulu
riwayat penyakit
dahulu
Riwayat penyakit DS : Klien DS : Klien mengatakan
keturunan mengatakan tidak tidak memiliki penyakit
memiliki penyakit keluarga yang di
keluarga yang turunkan
diturun-kan DO : tidak ada penyakit
DO : tidak ada keluarga yang di
penyakit keluarga turunkan
yang diturun-kan
Riwayat menstruasi DS : Klien DS : Klien mengatakan
mengatakan Menarche pada usia 12
Menarche pada usia tahun, Lama haid 7
12 tahun, lama haid 7 hari teratur, siklus haid
hari, teratur, siklus 28 hari, ganti pembalut
haid 28 hari, ganti dalam 24 jam 3 kali.
pembalut dalam 24 Keluhan selama haid
jam 3-4 kali. Keluhan tidak ada
selama haid tidak ada DO : Menarche pada
DO : Menarche pada usia 12 tahun, lama
usia 12 tahun, lama haid 7 hari teratur,
haid 7 hari teratur, siklus haid 28 hari
siklus haid 28 hari
Riwayat ANC DS : Klien DS : klien mengatakan
mengatakan tidak periksa kehamilan di
teratur melakukan RSBSI
pemeriksaan DO : Tampak di buku
kehamilan. pink hasil ANC pada
DO : -. kehamil-an tampak di
buku pink
TM I (dua kali) mual,
pusing diberikan
vitamin
TM II (sekali) mudah
lelah diberikan vitamin
67

Riwayat persalinan DS : klien DS : klien mengatakan


yang lalu dan saat mengatakan anak pertama laki laki,
ini a) Anak pertama PB/BB 48 cm/3000
Perempuan , gram kondisi sekarang
PB/BB 50 cm sehat, umur 16 tahun,
/3220 gram penolong persalinan
kondisi sekarang Bidan.
Sehat, umur 5 Anak kedua
tahun, penolong Laki laki, PB/BB 48 cm
persalinan Bidan /3300 gram kondisi
Anak kedua sekarang sehat, umur 14
Perempuan,PB/B tahun, penolong
B 45 cm /3425 persalinan bidan.
gram Anak ketiga
Kondisi sekarang Laki laki, PB/BB 45
sehat, umur 1 cm/3000 gram, kondisi
hari, penolong sekarang sehat umur 1
persalinan Bidan hari, penolong
DO : Jumlah anak persalinan Bidan.
klien 2 orang dalam DO : Jumlah anak klien
keadaan sehat 3 orang dalam keadaan
sehat
Riwayat DS : Klien DS : Klien mengatakan
ginekology mengatakan tidak mengalami Keputihan
mengalami dengan warna jernih,
Keputihan,tidak tidak bau, tidak gatal,
mengalami nyeri haid tidak mengalami Nyeri
yang berlebihan dan haid yang berlebihan
tidak mengalami dan tidak mengalami
Perdarahan diluar Perdarahan diluar siklus
siklus haid haid
DO : Tidak DO : Keputihan warna
mengalami keputihan, jernih .
tidak mengalami nyeri
haid yang berlebihan
dan perdarahan
Universal Selfcare Requiset
Klien 1 Klien 2
Oksigenasi DS : klien mengatakan DS : klien mengatakan
tidak merasa sesak tidak merasa sesak
DO: DO :
RR : 18x /menit RR : 20x /menit
Suara nafas : Suara nafas : vesikuler
vesikuler Tidak ada Ronchi dan
Tidak ada Ronchi dan Wheezing
Wheezing Tidak ada penggunaan
Tidak ada otot bantu pernafasan
68

penggunaan otot Tidak ada pernafasan


bantu pernafasan cuping hidung
Tidak ada pernafasan ekspansi dinding dada :
cuping hidung simetris
ekspansi dinding dada bentuk dada : normal
: simetris CRT : < 3 dtk
bentuk dada : normal bibir tidak sianosis
CRT : < 3 dtk akral tidak dingin
bibir tidak sianosis letak apex cordis : ICS
akral tidak dingin ke V kiri searah
letak apex cordis : midclavicula
ICS ke V kiri searah bunyi jantung S1, S2 .
midclavicula Normal lup dub
bunyi jantung S1, S2 . Nadi : 93x/m, reguler
Normal lup dub TD : 110/80 mmHg,
Nadi :76x/m, reguler
TD : 110/70 mmHg,
Cairan dan DS : klien mengatakan DS : klien mengatakan
elektrolit Minum 2 liter dalam Minum 1,5 liter dalam
24 jam 24 jam
DO : Turgor kulit : DO : Turgor kulit : baik
baik Kulit tidak kering
Kulit tidak kering, Tidak Terpasang IVFD
Tidak terpasang IVFD
Makanan / nutrisi DS : KlienDS : Klien mengatakan
mengatakan makan 3 makan 3 kali dengan
kali dengan porsi porsi sedang
sedang DO :
DO : BB/TB : 60 kg / 155 c
BB/TB : 70 kg / 160 m
cm BB/TB sebelum hamil :
BB/TB sebelum hamil 52 kg / 155 cm
: 59 kg / 160 cm BMI : normal
BMI : normal Mukosa bibir lembab
Hb 12 gr/dl
Eliminasi DS : klien mengatakan DS : klien mengatakan
BAK 6 kali dalam BAK 3-4 kali sehari
sehari Warna : jernih
DO : Bau : urea
Bising usus: Klien mengatakan ganti
16x/menit pembalut perhari : 3
warna : Kuning kali
Bau : urea DO :
Lochea : rubra Bising usus: 8x/menit
Lochea : rubra
BAB : sehari 1 kali ,
konsistensi : padat
69

warna: kekuningan
keluhan: Tidak Ada
Istirahat dan tidur DS : klien mengatakan DS : klien mengatakan
Tidur siang 1 jam, Tidur siang 4 jam, tidur
tidur malam 7-8 jam malam 6 jam
Klien mengatakan Klien mengatakan nyeri
nyeri berkurang jika berkurang jika istirahat
istirahat Klien mengatakan
DO : klien mudah lelah
mengatakan mudah Klien mengatakan
lelah myeri hilang dengan
Klien sering istirahat istirahat dan tidur
untuk mengurangi Klien mengatakan
nyeri keterbatasan gerak.
Klien memiliki keter- DO : Klien sering
batasan gerak istirahat untuk
Tidak ada edema pada mengurangi nyeri
ekstremitas Tidak ada nyeri sendi
Tidak ada edema pada
ekstremitas
Interaksi sosial Ds : klien mengatakan Ds : klien mengatakan
memiliki sahabat dan memiliki sahabat dan
teman untuk berbagi teman untuk berbagi
masalah dan masalah dan
kebahagia-an kebahagiaan
Klien mengatakan Klien mengatakan
suami dan orang tua suami adalah orang
adalah orang yang yang sangat diperlukan
sangat diperlukan saat saat sakit
sakit Klien mengatakan
Klien mengatakan berinteraksi baik
bidan adalah orang dengan tetangga
yang dipercayai untuk Klien mengatakan
menentukan per- petugas kesehatan
tolongan kesehatan adalah orang yang
DO : Tampak suami dipercayai untuk
mendampingi klien menentukan
pertolongan kesehatan
DO : Tampak suami
dan keluarga
mendampingi klien
Pencegahan DS : klien mengatakan DS: klien mengatakan
ANC tidak teratur ANC teratur
DO : klien menyusui Klien mengatakan
on demand minum tablet besi
teratur
Klien mengatakan
70

mengikuti nasihat dan


petunjuk tenaga
kesehatan
DO : klien menyusui on
demand
Klien belajar mobilisasi
setelah melahirkan
Promosi untuk kon- DS : klien mengatakan DS : klien mengatakan
disi normal suami, keluarga dan suami, keluarga dan
perawat memberikan perawat memberikan
du-kungan dalam du-kungan dalam
perawatan perawatan
DO : Suami, keluarga DO : Suami, keluarga
dan tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan
memberikan mem-berikan dukungan
dukungan dengan baik dengan baik
Developmental selfcare requisites
Maintenance of developmental environment
Klien 1 Klien 2
Mampu makan DS : klien mengatakan DS : klien mengatakan
sendiri mampu makan sendiri mampu makan sendiri
DO : Klien tampak DO : Klien tampak
sedang menyantap sedang menyatap
makanan yang di makanan yang
berikan oleh ahli gizi diberikan oleh ahli gizi
Mampu DS : Klien DS : klien mengatakan
menyusui sendiri mengatakan bisa menyusui sendiri
mengetahui cara me- DO : tampak posisi
nyusui bayi karena ini menyusui klien sudah
anak kedua. benar
DO : Tampak posisi
menyusui sudah benar
Mampu BAK DS : Klien DS : klien mengatakan
sendiri mengatakan mampu BAK di rs 4 kali
BAK sendiri, di RS DO : tampak klien
pasein BAK 6 kali mampu BAK dan ke
DO : tampak klien kamar mandi sendiri
mampu BAK dank e
kamar mandi sendiri
Mampu BAB DS : klien mengatakan DS : Klien mengatakan
sendiri di rumah BAB 1 kali BAB di rumah 1 kali
sehari sehari
Klien mengatakan di Klien mengatakan di
rs belum ada BAB RS BAB 1 kali
DO : tampak klien DO : tamapak klien
dapat ke kamar mandi mam-pu ke kamar
sendiri mandi sendiri
71

Mampu DS : klien mengatakan DS : klien mengatakan


memandikan sudah mengetahui dan sudah mengetahui dan
bayinya mampu memandikan mampu memandikan
bayinya karena ini bayi-nya.
anak kedua DO : selama di RS bayi
DO : selama di RS masih dimandikan pera-
bayi masih wat
dimandikan perawat
Kesuitan bergerak DS : klien DS : klien mengatakan
mengatakan merasa tidak ada kesulitan ber-
lemah dan lelah, gerak
DO : Klien tampak DO : klien tampak
dapat ke kamar mandi dapat ke kamar mandi
sendiri sendiri

Prevention/management of the conditions threatening the normal


developmenta
Klien 1 Klien 2
Berfikir anak adalah DS : klien DS : klien mengatakan
anugerah mengata-kan anak anak adalah anugerah
adalah anugerah yang di berikan
yang di-berikan DO : klien tampak
DO : klien tampak meng-gendong bayinya
bahagia saat dengan bahagia
mengatakan
Nyeri setelah DS : klien DS : klien mengatakan
persalinan adalah mengata-kan nyeri nyeri pada luka jahitan
normal adalah normal Klien mengatakan nyeri
karna ada luka adalah normal karena
jahitan ada luka jahitan
DO : klien tampak DO : klien tampak me-
meringis dan mena- nahan nyeri dan me-
han nyeri megangi perutnya
Peningkatan tekanan DS : Klien meng- DS : Klien mengatakan
darah karena katakan tidak ada tidak ada peningkatan
kehamilan peningkatan tekanan darah karena
tekanan darah kehamilan
karena ke-hamilan DO : hasil pemeriksaan
DO : Data tidak tekanan darah saat
mendukung ANC di buku pink
menunjukan nilai
normal
GDM karena DS : Klien meng- DS : Klien mengatakan
kehamilan katakan tidak men- tidak menderita GDM
derita GDM karena karena kehamilan
kehamilan DO : Tidak ada riwayat
DO : Tidak ada GDM karena kehamilan
72

riwayat GDM
karena kehamilan
GDM sebagai DS : Klien meng- DS : Klien mengatkan
penyakit keturunan katakan tidak mem- tidak mempunyai GDM
punyai GDM sebagai penyakit
sebagai penyakit keturun-an
keturunan DO : tidak ada riwayat
DO : tidak ada ri- GDM keturunan
wayat GDM
penyakit keturunan
KPD karena sexinter- DO : Klien DO : Klien mengatakan
couse mengata-kan tidak tidak mengalami KPD
mengalami KPD karena sexintercouse
karena sexinter- DS : tidak ada riwayat
couse KPD
DS : Data tidak
mendukung
Health deviation selfcare requisites
Adherence to medical regimen
Klien 1 Klien 2
Menyampaikan ke- DS : Klien DS :Klien
luhan yang di RS menyampai-kan menyampaikan keluhan
pada nakes keluhan nyeri pada nyeri pada nakes
nakes DO : Tampak klien me-
DO : Tampak klien nyampaikan keluhan
me-nyampaikan ke-pada perawat
keluhan ke-pada
perawat
Kooperatif dalam DS : Klien DS : Klien mengatakan
pe-ngobatan dan mengatakan mau mau mengikuti selama
pe-rawatan mengikuti selama pengobatan dan
pengobatan dan perawatan
perawat-an DO : Tampak klien mau
DO : Tampak klien mengikuti semua
mau mengikuti semua perawa-tan
pera-watan
Ketakutan dengan DS : Klien DS : Klien mengatakan
efek samping obat mengatakan percaya percaya dengan
dengan penjelas-an penjelasan perawat saat
perawat saat mem- memberikan obat
berikan obat DO : tampak klien mau
DO : tampak klien meminum obat yang di-
mau menerima terapi berikan
obat yang diberikan
Membeli semua DS : Klien DS : Klien mengatakan
resep yang mengatakan membeli membeli semua resep
diberikan semua resep yang yang diberikan
73

diberikan DO : Klien membeli


DO : Klien membeli semua resep yang
semua resep yang diberi-kan
diberi-kan
Mengikuti saran DS : Klien DS : Klien mengatakan
na-kes untuk mengatakan mengikuti mengikuti saran nakes
pemeriksa-an saran nakes untuk un-tuk pemeriksaan
penunjang pemeriksaan pe- penujang seperti cek
nujang seperti cek darah dan USG
darah dan USG DO : Data tidak
DO : Data tidak mendukung
mendukung
Awereness of potential problem associated with the regimen
Klien 1 Klien 2
Menyadari akan DS : Klien DS : Klien mengatakan
kon-disi mengatakan menyadari akan kondisi
penyakitnya menyadari akan penyakitnya
kondisi penyakitnya DO : Klien menyadari
DO : Klien menyadari pe-nyakitnya
penyakitnya
Mematuhi aturan DS : Klien DS : Klien mengatakan
diet dan mengatakan makan makan makanan yang
pengobatan makanan yang di- di-berikan ahli gizi
berikan ahli gizi DO : Klien mematuhi
DO : Klien mematuhi atur-an diet dan
aturan diet dan peng- pengobatan
obatan
Mematuhi DS : Klien DS : Klien mengatakan
pantangan yang mengatakan mematuhi mematuhi pantangan
diberikan pantangan yang yang diberikan
diberikan DO : Klien mematuhi
DO : Klien mematuhi pan-tangan yang
pantangan yang diberikan
diberi-kan
Perduli dengan DS : Klien DS : Klien mengatakan
efek samping obat mengatakan tidak mau tidak mau minum sem-
minum sem-barang barang obat
obat DO: Klien peduli
DO : Klien peduli de- dengan efek samping
ngan efek samping obat
obat
Perduli dengan per- DS : Klien DS : Klien mengatakan
ubahan payudara mengatakan asinya asinya keluar lancar
keluar lancar DO : Payudara belum
DO : Payudara belum ter-aba kencang-
teraba kencang- kencang saat dipalpasi
kencang saat dipalpasi
74

Perduli dengan per- DS: Klien mengatakan DS : Klien mengatakan


ubahan perdarahan keluar darah dari jalan keluar darah dari jalan
lahir berwarna merah. lahir warna merah.
DO : tampak keluar DO : tampak keluar
da-rah dari vagina darah dari vagina
berwarna merah berwarna merah
Modification of self image to incorporates changes in health status
Klien 1 Klien 2
Beradaptasi dengan DS : Klien Klien mengatakan
proses menjadi ibu mengatakan sangat bahagia melahirkan
bahagia karena telah anak keempat-nya
melahirkan anak DO : tampak klien ber-
keduannya main dengan bayinya
DO : tampak klien
bermain dengan
bayinya
Menikmati DS : Klien DS : Klien mengatakan
menggen-dong mengatakan sangat sangat bahagia bisa
bayinya bahagia bisa me- mengendong bayinya
gendong bayinya DO : klien tampak
DO : klien tampak bahagia mengendong
bahagia mengendong bayinya
bayinya
Menikmati DS : Klien DS : Klien mengatakan
menyusui bayinya mengatakan menikmati menyusui
menikmati menyusui bayi-nya
bayinya DO : klien tampak me-
DO : klien tampak nyusui bayinya
me-nyusui bayinya
Menyusui bayinya DS : Klien DS : Klien mengatakan
tanpa diingatkan mengatakan selalu selalu menyusi bayinya
menyusi bayinya setiap saat
setiap saat DO : klien tampak me-
DO : klien tampak nyusui bayinya
me-nyusui bayinya
Responsif dengan DS : Klien DS : Klien mengatakan
tangisan bayi mengatakan perduli perduli dengan tangisan
dengan tangisan bayi bayi
DO : klien tampak DO : klien tampak me-
me-nenangkan nenangkan bayinya
bayinya yang sedang yang sedang menangis
menangis
Menikmati DS : Klien sangat DS : Klien sangat
perubah-an sebagai senang karena bisa senang karena bisa
orang tua menjadi orang tua menjadi orang tua
DO : klien tampak DO : klien tampak
bahagia melihat bahagia melihat
75

anaknya anaknya
Adjustment of lifestyle to accommodate changes in the health
status and medical regimen
Klien 1 Klien 2
Mengerti DS : Klien DS : Klien mengatakan
dilakukan- mengatakan mengerti mengerti dilakukan
nya SC/episiotomy/ dilakukan induksi induk-si
vakum/forcep/induk DO : Tampak luka DO : Tampak luka
si jahitan jalan lahir jahitan jalan lahir
Adaptasi terhadap DS : Klien DS : Klien mengatakan
nyeri mengatakan nyeri di nyeri di luka jahitan
daerah lika jahitan DO : klien tampak me-
DO : klien tampak nahan nyeri
me-nahan nyeri
Menerima DS : Klien DS : Klien mengatakan
perubahan tubuh mengatakan menerima menerima perubahan
perubahan tubuh yang tubuh yang penting
penting anaknya sehat anaknya sehat
DO : tampak klien DO : tampak klien me-
me-nerima perubahan nerima perubahan yang
yang dialaminya dialaminya
Menerima DS : Klien DS : Klien mengatakan
perubahan peran mengatakan senang senang menjadi ibu
karena telah menjadi untuk anaknya
ibu DO : Klien tampak mau
DO : Klien tampak menyusui anaknya
mau menyusui
anaknya
Medical problem and plain
Hasil Lab Klien 1 Klien 2
Pemeriksaan darah Data tidak mendukung Data tidak mendukung
Penatalaksanaan Data tidak mendukung Data tidak mendukung
medis
Pemeriksaan Fisik
Klien 1 Klien 2
Data tidak mendukung Data tidak mendukung
Data Fokus
Klien 1 Klien 2
DS : DS :
a) Klien mengatakan pada a) Klien mengatakan dating
malam hari sebelum ke RS tanggal 26 juni jam
masuk rumah sakit terasa 04.00 WITA dengan
keluar seperti cairan dari keadaan perut terasa
vagina dan perut terasa kencang dan nyeri serta
saki alibat kontraksi dan keluar rempesan air dari
langsung di bawa ke IGD jalan lahir
76

b) Klien mengatakan nyeri b) Klien mengatakan nyeri


pasca persalinan pada jalan lahir seperti di
c) Klien mengatakan darah tusuk-tusuk, skala nyeri 4
cukup banyak dan sering c) Klien mengatakan tidak
mengganti pembalut pernah dirawat di rs selain
d) Klien mengatakan tidak melahirkan
pernah menderita penyakit d) Klien mengatakan tidak
akut maupun kronis pernah menderita penyakit
e) Klien mengatakan tidak akut maupun kronis
memiliki alergi e) Klien mengatakan tidak
f) Klien mengatakan tidak memiliki alergi
memiliki riwayat penyakit f) Klien mengatakan tidak
keluarga memiliki riwayat penyakit
g) Klien mengatakan keluarga yang di turunkan
menarche umur 12 tahun, g) Klien mengatakan
haid teratur 7 hari dan menarche umur 12 tahun,
siklus haid 28 hari haid teratur 7 hari dan
Dan mengganti pembalut siklus haid 28 hari
3-4 kali dalam sehari Dan mengganti pembalut 3
h) Klien mengatakan tidak kali dalam sehari
teratur melalukan h) Klien mengatakan teratur
pemeriksaan kehamilan melalukan pemeriksaan
i) Klien mengatakan ini kehamilan, Klien
adalah persalinan kedua mengatakan melakukan
j) Klien mengatakan anak pemeriksaan di RSBSI
pertamanaya berjenis pada trimester pertama
kelamin perempuan sekali dan trimester dua
k) Klien mengatakan sudah sebanyak dua kali
menikah, saat ini i) Klien mengatakan selalu
pernikahan pertama, lama meminum vitamin yang di
pernikahan 8 tahun berikan saat hamil
l) Klien mengatakan tidak j) Klien mengatakan ini
pernah mengalami adalah persalinan ketiga
keputihan, luka di daerah k) Klien mengatakan anak
vagina, nyeri haid yang pertamanaya berjenis
berlebihan dan perdarahan kelamin laki-laki anak
di luar siklus haid kedua berjenis kemalin
m) Klien mengatakan riwayat laki-laki
KB suntik l) Klien mengatakan sudah
n) Pasien mengatakan tidak menikah, saat ini
merasa sesak pernikahan pertama, lama
o) Klien mengatakan minum pernikahan 20 tahun
dalam sehari 2 Liter m) Klien mengatakan pernah
p) Klien mengatakan makan mengalami keputihan tidak
3x dalam sehari dengan berbau tidak gatal, klien
porsi sedang jenis mengatakan tidak
makanan nasi sayur dan mengalami luka di daerah
77

lauk vagina, nyeri haid yang


q) Klien mengatakan BB berlebihan dan perdarahan
sekarang 70 dan sebelum di luar siklus haid
hamil 59 n) Klien mengatakan
r) Klien mengatakan BAK menggunakan KB IUD
dalam sehari 6 kali dengan o) Pasien mengatakan tidak
warnah jernih bau khas merasa sesak
urea tidak nyeri saat BAK. p) Klien mengatakan minum
Klien mengatakan buang dalam sehari 1,5 Liter/hari
air besar 1 kali sehari q) Klien mengatakan makan
dengan teratur, konsistensi 3x dalam sehari dengan
padat warna kuning porsi sedang jenis
kecoklatan, tidak ada bau makanan nasi sayur dan
khas, tidak ada lendir, lauk
tidak ada darah, tidak ada r) Klien mengatakan BB
nyeri saat buang air besar, sekarang 60 dan sebelum
dan tidak mengalami hamil 52
konstipasi (sembelit). s) Klien mengatakan BAK
s) klien mengatakan dalam sehari 4 kali dengan
pekerjaannya sebagai IRT, warnah jernih bau khas
klien mengatakan tidur urea tidak nyeri saat BAK.
siang kurang lebih 1 jam Klien mengatakan buang
dan tidur malam sekitar 7- air besar 1 kali sehari
8 jam, selalu istirahat dengan teratur, konsistensi
setelah melakukan padat warna kekuningan,
aktivitas kurang lebih 2 tidak ada bau khas, tidak
jam, klien mengatakan ada lendir, tidak ada darah,
mudah lelah, kondisi saat tidak ada nyeri saat buang
ini tidak menganggu air besar, dan tidak
istirahat dan tidur, nyeri mengalami konstipasi
berkurang dengan istirahat (sembelit).
dan tidur, klien t) klien mengatakan
mengatakan keterbatasan pekerjaannya sebagai IRT,
gerak, klien mengatakan klien mengatakan tidur
tidak mengalami nyeri siang kurang lebih 1 jam
sendi, klien mengatakan dan tidur malam sekitar 6
tidak memerlukan bantuan jam, selalu istirahat setelah
saat beraktivitas. melakukan aktivitas
t) Klien mengatakan meliki kurang lebih 2 jam, klien
seorang sahabat, Klien mengatakan mudah lelah,
mengatakan memiliki kondisi saat ini
teman untuk berbagi menganggu istirahat dan
masalah dan kebahagian, tidur, nyeri berkurang
klien mengatakan suami dengan istirahat dan tidur,
dan orang tua paling klien mengatakan
diperlakukan saat sakit, keterbatasan gerak, klien
klien mengatakan bidan mengatakan tidak
78

adalah orang yang di mengalami nyeri sendi,


percayai untuk klien mengatakan tidak
menentukan pertolongan memerlukan bantuan saat
kesehatan, klien beraktivitas.
mengatakan berinteraksi u) Klien mengatakan meliki
baik dengan tetangga seorang sahabat, Klien
u) Klien mengatakan ANC mengatakan memiliki
tidak teratur teman untuk berbagi
v) Klien mengatan mampu masalah dan kebahagian,
BAK dan BAB secara klien mengatakan suami
mandiri, klien mengatakan paling diperlakukan saat
mampu memandikan sakit, klien mengatakan
bayinya, klien mengatakan petugas kesehatan adalah
kesulitan bergerak orang yang di percayai
w) Klien mengatakn selama untuk menentukan
hamil hingga sekarang pertolongan kesehatan,
setelah persalinan tidak klien mengatakan
mengalami peningkatan berinteraksi baik dengan
tekanan darah tetangga
v) Klien mengatakan ANC
DO : teratur
a) Klien tampak menahan w) Klien mengatan mampu
nyeri. BAK dan BAB secara
b) Klien tampak meringis mandiri, klien mengatakan
c) Klien ditemani oleh suami mampu memandikan
dan orangtuanya bayinya, klien mengatakan
d) TD : 110/70 mmHg tidak mengalami kesulitan
Nadi : 76x/menit bergerak
Suhu : 36,8°C x) Klien mengatakn selama
RR : 18x/menit hamil hingga sekarang
e) Klien tampak kooperatif setelah persalinan tidak
dan mau menceritakan mengalami peningkatan
f) Klien tampak tenang tekanan darah
g) Suami menemani pasien DO :
saat di RS a) Klien tampak meringis
h) Klien tampak b) Klien tampak gelisah
bersosialisasi dengan baik c) Klien tampak berhati-hati
kepada pasien lain dan pada gerakannya
perawat d) Klien ditemani oleh suami
i) Klien tidak ada dan orangtuanya
pembesaran kelenjar tiroid e) TD : 110/80 mmHg
j) Klien terpasang infuse Nadi : 93x/menit
k) Klien tidak mual dan tidak Suhu : 37,0°C
muntah, tidak anorexia, RR : 20x/menit
bising usus 16x/menit. f) Klien tampak kooperatif
Berat badan 70 kg, tinggi dan mau menceritakan
badan 160 cm, Body Mass g) Klien tampak tenang
79

Indeks (BMI) h) Klien tampak


menunjukkan pasien bersosialisasi dengan baik
normal, BB klien sebelum kepada pasien lain dan
hamil 59 kg, mukosa bibir perawat
lembab, tidak mengalami i) Klien tidak ada
kesulitan menelan, pembesaran kelenjar tiroid
konjungtiva tidak anemis j) Terdapat luka jahitan pada
l) bentuk dada klien normal perineum
dan simestris, tidak ada k) Klien terpasang infuse
penggunaan otot bantu l) Klien tidak mual dan tidak
pernafasan cuping hidung, muntah, tidak anorexia,
respirasi 18 kali/permenit, bising usus 8x/menit.
suara nafas vesikuler, Berat badan 60 kg, tinggi
tidak terdengar ronchi badan 155 cm, Body Mass
wheezing, CRT : < 3detik, Indeks (BMI)
bibir tidak sianosis, akral menunjukkan pasien
hangat, letak apex cordis normal, BB klien sebelum
ICS ke -5, bunyi jantung hamil 52 kg, mukosa bibir
S1 & S2 : normal, nadi : lembab, tidak mengalami
76 x/menit, regular, kesulitan menelan,
tekanan darah : 110/70 konjungtiva tidak anemis
mmHg, tidak clubbing m) bentuk dada klien normal
finger dan simestris, tidak ada
m) Klien riwayat KB suntik penggunaan otot bantu
tahun 2014 pernafasan cuping hidung,
n) Klien dapat ke kamar respirasi 20 kali/permenit,
mandi sendiri suara nafas vesikuler, tidak
o) Klien dan pasangan saat terdengar ronchi
ini baik-baik saja wheezing, CRT : < 3detik,
bibir tidak sianosis, akral
hangat, letak apex cordis
ICS ke -5, bunyi jantung
S1 & S2 : normal, nadi :
93 x/menit, regular,
tekanan darah : 110/80
mmHg, tidak clubbing
finger
n) Klien menggunakan KB
IUD
o) Klien dan pasangan saat
ini baik-baik saja
p) Klien dapat ke kamar
mandi secara mandiri
80

Interperetasi data :

Berdasarkan tabel dapat dijelaskan hasil anamnesis pada kedua klien

yaitu klien 1 bernama Ny.R dan klien 2 bernama Ny.C. klien 1 berusia 29

tahun dan klien 2 berusia 40 tahun. klien 1 dan 2 sama sama sebagai ibu

rumah tangga dengan pendidikan terakhir SLTA. Status perkawinan klien

sama-sama menikah dengan pernikahan pertama, tetapi lama perkawinan

pada klien 1 sekitar 8 tahun dan klien 2 sekitar 20 tahun. Klien 1 beragama

kristen dan klien 2 beragam islam.

Tanggal pengkajian klien 1 pada tanggal 9 Mei 2019 sedangkan

klien 2 pada tanggal 27 juni 2019, dengan sumber informasi dari pengkajian

langsung ke klien dan RM. Pada klien 1 ditemukan Dx medis G2 P1 A0

dengan ketuban pecah dini sedangkan klien 2 ditemukan Dx medis G3 P2

A0 dengan ketuban pecah dini. Alasan masuk rumah sakit klien ditemukan

persamaan yaitu mengalami keluarnya cairan pada jalan lahir.

Pada riwayat penyakit sekarang klien 1 didapatkan keluhan nyeri di

bagian perut terasa kencang serta keluar rembesan air pada jalan lahir,

dengan data obyektif didapatkan yaitu pasien tampak meringis. Pada

riwayat penyakit sekarang klien 2 didapatkan keluhan klien pada malam

hari sebelum ke RS terasa keliar cairan dari vagina dan perut terasa sakit

akibat kontraksi dan langsung di bawa ke IGD , dengan data obyektif

didapatkan Pasien tampak meringis.

Pada riwayat menstruasi klien 1 Klien dan 2 mengatakan Menarche

pada usia 12 tahun, Pada riwayat ANC selama kehamilan klien 1


81

mengatakan tidak teratur dan klien 2 melakukan pemeriksaan secara teratur

sebanyak 3 kali, klien 2 melakukan pemeriksaan kehamilan di RSBSI.

Riwayat persalinan yang lalu dan saat ini klien 1 Anak pertama

Perempuan, PB/BB 50 cm/3220 gram kondisi sekarang Sehat, umur 5

tahun, penolong persalinan bidan. Aanak kedua perempuan, PB/BB 50

cm/3425 gram kondisi sekarang sehat, umur 1 hari, penolong persalinan

bidan. Sedangkan pada klien 2 Anak pertama laki-laki, PB/BB 48 cm/3000

gram kondisi sekarang Sehat, umur 16 tahun, penolong persalinan Bidan.

Anak kedua laki-laki, PB/BB 48cm/3300 gram kondisi sekarang Sehat, usia

14 tahun penolong persalinan Bidan. Anak ketiga laki-laki, PB/BB 45

cm/3800 gram kondisi sekarang Sehat, umur 1 hari penolong persalinan

Bidan.

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien 1 didapatkan TD :

110/70 mmHg, N : 76 x /menit, R : 18 x/menit dan S : 36,8 ̊ C sedangkan

̊ ,R:
pada klien 2 didapatkan TD : 110/80 mmHg, N : 93 x /menit, S : 37,0 C

20 x /menit. Data obyektif yang didiapatkan dari kedua pasien didapatkan

persamaan yaitu Turgor kulit baik dan Kulit tidak kering, terpasang infuse.

Pada status eliminasi klien 1 mengatakan BAK 6x dalam sehari dan

BAB 1 kali di RS. Klien mengatakan ganti pembalut perhari 3-4 kali/hari.

sedangkan klien 2 mengatakan BAK 4 kali sehari dan BAB 1 kali di RS,

Klien mengatakan ganti pembalut perhari 3 kali. Pada klien 1 dan Klien 2

memiliki keterbatasan gerak. Dan klien 1 mengatakan kondisi sekarang

mengganggu istirahat
82

Pengkajian Developmental selfcare requisites pada kedua klien,

didapatkan pada Maintenance of developmental environment pada klien 1

dan klien 2 mampu makan dan BAK sendiri. Perbedaan pada kedua klien

ialah Klien 1 memiliki keterbatasan gerak sedangkan klien 2 tidak. klien 1

dan klien 2 sudah mengetahui dan mampu memandikan bayi.

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan klien post partum dengan ketuban pecah
dini di Instalasi Rawat Inap RSKD Dr.Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan
Klien 1 Klien 2
No Hari/ Hari/
Diagnosa Diagnosa
. tanggal tanggal
Keperawatan Keperawatan
ditemukan ditemukan
1 Kamis 9 Dx.1 Nyeri akut Kamis, 27 Dx.1 Nyeri
mei 2019 ber-hubungan Juni 2019 Akut
dengan peregangan berhubungan
perineum dan dengan agen
involusi uteri pencedera fisik
DS : Klien meng- DS : Klien
katakan nyeri meng-katakan
pasca melahirkan nyeri pada luka
DO : klien jahitan tera-sa
tampak meringis seperti tertusuk
Tampak jahitan tusuk. Nyeri
pada perineum ber-tambah jika
Pengkajian ber-gerak dan
PQRST ber-kurang jika
P : nyeri ber-istirahat
Q : seperti DO : Klien tam-
tertusuk-tusuk pak berhati-hati
R : di perineum akan
S:4 pergerakannya
T : bertambah jika Skala nyeri 4
bergerak dan Tampak jahitan
berkurang jika pada perineum
beristirahat Pengkajian
PQRST
P : nyeri
Q : seperti ter-
tusuk- tusuk
R : di luka jalan
83

lahir
S:4
I T:Bertambah
jika bergerak
n dan
berkurang
t jika
beristirahat
I Tanda-tanda
vital
n TD :
110/80mmHg
t N : 93 x
/menit
e S : 37,0 ̊CR
: 20 x /menit
2 p Kamis, Dx.2 Resiko Kamis, 27 Dx.2 Resiko in-
09 Mei infeksi Juni 2019 feksi dibuktikan
r 2019 berhubungan dengan efek
dengan trauma prosedur infasif
I jalan lahir DS : Data tidak
DS:Klien meng- mendukung
n atakan darah DO : Terdapat
cukup banyak dan luka jahitan
t sering mengganti pada perineum
pembalut
I DO : Data tidak
mendukung
n

tepretasi data :

Pada tabel 4.2 setelah melakukan pengkajian dan

pengumpulan data pada klien 1 dan klien 2, ditemukan diagnosa

keperawatan yang muncul pada klien 1 adalah Nyeri akut

berhubungan dengan peregangan perineum dan involusi uteri, Resiko

infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir.

Sedangkan pada klien 2 ditemukan diagnosa keperawatan

yang muncul pada klien 2 adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
84

pencedera fisik, Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur

infasif.

c. Perencanaan

Tabel 4.3 Perencanaan klien post partum dengan ketuban pecah dini di
Instalasi Rawat Inap RSKD Dr.Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan
Hari/ Dx Tujuan dan Kriteria Perencanaan
Tanggal Keperawatan Hasil
Klien 1
Kamis, Nyeri akut Setelah dilakukan 1.1 Kaji secara
9 Mei ber-hubungan tindakan komprehensif terhadap
2019 dengan keperawatan nyeri dengan PQRST
peregangan selama 1x 8 jam
perineum dan diharapkan nyeri 1.2 Kaji kontraksi uterus,
involusi uteri berkurang dengan proses involusi uteri
Kriteria hasil: 1.3 Anjurkan Klien untuk
1. Tanda Tanda membasahi perineum
vital dalam batas dengan air hangat
normal sebelum berkemih.
2. Pasien 1.4 Jelaskan pada ibu
menunjukkan tentang teknik merawat
peningkatan luka perineum dan
aktivitas mengganti pembalut
3. Nyeri dapat secara teratur setiap 3x
dikontrol sehari
1.5 Kolaborasi dengan
dokter tentang
pemberian analgetik jika
skla nyeri 7 keatas
Kamis, Resiko Setelah dilakukan 2.1 Pantau tanda tanda vital
9 mei Infeksi b.d tindakan
2019 trauma jalan keperawatan 2.2 Kaji pengeluaran lochea,
lahir selama 1x8 jam warna, bau, dan jumlah
diharapkan infeksi 2.3 Kaji luka perineum, dan
tidak terjadi keadaan jahitan
Kriteria hasil: 2.4 Anjurkan klien
membasuh vulva setiap
a) Tidak ada tanda habis berkemih dengan
infeksi cara yang benar, dan
b) Luka episiotomy anjurkan mengganti
kering dan bersih pembalut 3x / hari atau
c) Takut berkemih setiap kali pengeluaran
dan BAB tidak lochea banyak
ada 2.5 Pertahankan teknik
85

septic aseptic dalam


merawat klien ( merawat
vulva, perineum,
payudara, dan bayi
Klien 2
Hari/ Dx Tujuan dan Perencanaan
Tangga Keperawatan Kriteria Hasil
l
Kamis, Nyeri akut Setelah dilakukan 1.1 kaji karakteristik
27 juni b,d agen tindakan nyeri
2019 pencedera keperawatan 1.2 ajarkan teknik
fisik selama 2x24 jam relaksasi
diharapkan nyeri 1.3 berikan posisi yang
berkurang nyaman
Kriteria Hasil : 1.4 memotivasi untuk
1. Skala nyeri memobilisasi diri
berkurang
Kamis, Resiko Setelah dilakukan 2.1 kaji keadaan luka
27 juni infeksi b.d tindakan 2.2 observasi tanda
2019 efek prosedur keperawatan infeksi
infasif selama 2x24 jam 2.3 pantau tanda tanda
diharapkan infeksi vital
tidak terjadi 2.4 lakukan vulva
Kriteria Hasil: hygiene
1. tidak terdapat
tanda tanda
infeksi
2. suhu tubuh
normal

Interpretasi data :

Berdasarkan tabel 4.3 setelah melakukan penegakan diagnosa

keperawatan pada klien 1 dan 2 dibuat perencanaan tindakan

keperawatan sesuai dengan masing-masing diagnosa yang ditemukan

pada klien.
86

d. Pelaksanaan

Tabel 4.4 Pelaksanaan klien 1 dan 2 post partum dengan ketuban pecah dini
di Instalasi Rawat Inap RSKD Dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Waktu pelaksanaan Tindakan keperawatan Evaluasi
Klien 1
Kamis Melakukan pengkajian DS : pasien
10.00 monitor ttv mengatakan nyeri
pasca melahirkan
DO :
TD : 110/70
mmHg
N : 82 x/menit
R : 18 x/menit
S : 36,6 ̊ C

10.05 1.1 Kaji secara DS : klien


komprehensif mengatakan nyeri
pasca melahirkan
P: ketika bergerak
Q:
R: di daerah jalan
lahir
S:
T: hilang timbul
DO : klien tampak
terbaring di bed

10.15 2.1 pantau tanda tanda DS : -


infeksi DO : tidak terdapat
tanda tanda infeksi

13.30 2.2 kaji pengeluaran DS : pasien


lochea warna dan mengatakan sudah 2x
jumlah mengganti pembalut
DO : Loclea rubra
berwarna kemerahan
87

13.40 2.5 anjurkan pasien DS : klien


untuk membasuh vulva mengatakan sudah
setiap habis berkemih faham dengan apa
dengan cara yang benar yang dianjurkan
dan menganjurkan cara DO : -
menggantia pembalut
setiap 3x sehariatau
setiap kali pengeluaran
lochea banyak

13.50 1.3 anjurkan pasien DS : pasien


untuk membasahi mengatakan mengerti
perineum sebelum dengan apa yang
berkemih dianjurkan
DO : -

14.00 Monitor tanda tanda DS : pasien


vital mengatakan tidak ada
keluhan
DO :
TD : 112/79
mmHg
N : 72 x/menit
R : 17 x/menit
S : 36,9 ̊ C

JUM’AT 1.1 mengkaji nyeri DS: pasien


10.00 mengatakan nyeri
pasca melahirkan
DO: pasien tampak
Monitor ttv rilex

DS: pasien
mengatakan tidak ada
keluahan
DO: pasien tampak
rilex
88

Klien 2
Waktu pelaksanaan Tindakan keperawatan Evaluasi
JUM’AT, Melakukan pengkajian DS : klien mengeluh
16.10 2.3 pantau tanda tanda nyeri
vital DO :
TD : 110/80
mmHg
N : 93 x/menit
S : 37,0 ̊C
R : 20 x/menit

16.30 1.1 mengkaji DS : klien mengeluh


karakteristik nyeri nyeri
2.1 mengkaji keadaan DO :
luka observasi tanda - terdapat 10
inveksi jahitan pada
luka
- Tidak ada
tanda
kemerahan
- Tidak ada
edema
- Skala nyeri 4

18.00 2.3 pantau tanda tanda DS : -


vital DO :
TD : 114/76
mmHg
N : 83 x/menit
S : 36,4 ̊C
R : 20 x/menit

18.20 2.4 melakukan vulva DS : klien


hygiene mengatakan sedikit
nyeri
DO :
- Lochea
tampak
berwarna
merah
- Tidak ada
kemerahan
89

- Tidak ada
edema

15.00 1.1 mengkaji DS : Klien


karakteristik nyeri mengatakan nyeri
1.2 mengajarkan teknik sedikit berkurang dan
relaksasi nyaman dengan
1.3 memberikan posisi posisinya
yang nyaman DO : klien tampak
nyaman

18.00 2.1 pantau tanda tanda DS : -


vital DO :
TD : 110/75
mmHg
N : 72 x/menit
S : 36,5 ̊C
R : 20 x/menit

18.30 1.4 memotivasi pasien DS:pasien


untuk mobilisasi dini mengatakan mengerti
apa yang dikatakan
perawat
DO: pasien tampak
bergerak perlahan

Interpretasi Data :

Berdasarkan tabel 4.4 diatas bahwa Implementasi yang dilakukan

berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan

tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria

hasil dapat tercapai.


90

e. Evaluasi

Tabel 4.5 Evaluasi klien 1 dan 2 post partum dengan ketuban pecah dini di
Instalasi Rawat Inap RSKD Dr.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Waktu (tgl/jam) Diagnosa Evaluasi (SOAP)
keperawatan
Klien 1
Sabtu, 11 Mei 2019 Nyeri akut S : pasien mengatakan
berhubungan dengan nyeri pasca melahiran
agen peregangan sudah menghilang
perineum involusi O : Pasien tampak rilex
uteri A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

S : pasien mengatakan
paham bagaimana cara
Resiko Infeksi membasuk vulva yang
berhubungan dengan benar dan mengganti
Trauma jalan lahir pembalut dengan benar
O : pasien tampak
rileks
A : Masalah Teratasi
P : hentikan Intervensi

Klien 2
Hari ke- Diagnosa Evaluasi (SOAP)
keperawatan
Hari ke-1 Nyeri akut S : klien mengatakan
Jum’at , berhubungan dengan nyeri
28 Juni 2019 agen pencedera fisik O : tampak ada jahitan
pada luka
A : Masalah belum
tertasi
P : Lanjutkan
intervensi
Resiko infeksi
berhubungan dengan S:-
efek prosedur infasif O : tidak ada tanda
kemerahan , tidak ada
edema
A : Masalah sebagian
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
91

Hari ke-2 Nyeri akut


Sabtu berhubungan dengan
29 Juni 2019 agen pencedera fisik S : klien mengatakan
nyeri berkurang
O : klien tampak rilex
skala nyeri 2
A : Masalah teratasi
P ; hentikan intervensi
Resiko infeksi
berhubungan dengan
efek prosedur infasif S:-
O : tidak ada tanda
kemerahan , tidak ada
edema. Tidak ad
perdarahan
KU baik
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi

Interpretasi Data :

Pada Tabel 4.5 di atas menjelaskan bahwa pada klien 1 dan 2

dilakukan asuhan keperawatan, evaluasi pada klien 1 menunjukan 2 diagnosa

keperawatan yang teratasi yaitu Nyeri akut berhubungan dengan peregangan

perineum dan involusi uteri, Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan

lahir.

Pada klien 2 menunjukan 2 diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, Resiko infeksi

berhubungan dengan efek prosedur infasif.


92

B. Pembahasan

Peneliti akan membahas tentang literature review asuhan keperawatan

pada 2 pasien dengan ketuban pecah dini. Asuhan keperawatan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Adapun bahasan tiap bagian sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pada pengkajian di temukan beberapa data yang ada pada kedua

klien 1 G2 P1 A0 dengan ketuban pecah dini umur 29 tahun dan klien 2

G3 P2 A0 dengan ketuban pecah dini umur 40 tahun, Berdasarkan dari

pengkajian klien 1 dan klien 2 memiliki keluhan yang sama yaitu pada

klien 1 mengatakan pada malam hari terasa keluar seperti cairan di vagina

, dan pada klien 2 klien mengatakan keluar rembesan air.

Sesuai teori Sunarti, 2017 menyatakan bahwa tanda dan gejala

yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,

aroma air ketuban berbau, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti

atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang.

Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut

jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

Pada pengkajian data nyeri di ungkapkan dengan PQRST

=Provokate /faktor pencetus timbulnya nyeri, Q=Quality /kualitas nyeri

yang diungkpkan oleh pasien, R=Region /lokasi dirasakan nyeri,

S=Saver/tingkat keparahan biasanya menggambarkan nyeri yang dirasakan

sebagai nyeri ringan, sedang, atau berat dan T=Timing /seberapa sering
93

nyeri dirasakan. Pengukuran skala nyeri dapat menggunakan alat ukur

NRS (Numeric Rating Scale).

Berdasarkan data yang didapat pada klien 1 Ny.R ditemukan data

P: nyeri dirasakan ketika bergerak, Q: nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri

terasa di area jalan lahir, S: skala nyeri 4, T: nyeri bertambah jika

bergerak dan berkurang ketika istirahat, Pada klien 2 Ny.c ditemukan data

P: Klien mengelu nyeri, Q: Seperti di tusuk-tusuk, R: di luka jalan lahir,

S:Skala nyeri 4, T:Bertambah jika bergerak dan berkurang jika

berisistirahat

Menurut Andrian, 2020 proses persalinan normal berlangsung,

ibu akan mengejan dan mendorong bayi keluar dari rahim, vagina dan

perineumnya akan mengalami tekanan yang sangat kuat. Hal ini berisiko

tinggi menyebabkan luka robekan pada vagina dan perineum yang dapat

menyebabkan perdarahan pascapersalinan. Oleh karena itu, untuk

memperbaiki bagian yang robek tersebut, dengan melakukan penjahitan.

Selain robekan alami akibat proses mengejan, jahitan pasca melahirkan

normal.

Pada penelitian ini menggunakan format pengkajian Self Care

Orem, data dari Ny.R dan Ny.C setelah dianalisis dapat memenuhi aspek

dari Basic Conditioning Factors, Universal Selfcare Requisites,

Developmental Selfcare Requisites, Health Deviation Selcare Requisites.

Pada Ny.R dan Ny. C berdasarkan kemampuan masuk dalam kategori

partially compensatory nursing systems dimana Ny.R dan Ny.C diberikan

perawatan diri secara sebagian dan memberikan bantuan secara minimal,


94

Kedua klien mengatakan beberapa aktivitas yang dilakukan di bantu

keluarga karena mengatakan keterbatasan bergerak jahitan perineum.

Pengkajian pada kedua klien post partum dengan ketuban pecah

dini menurut penulis tanda dan gejala yang di raasakan sudah sesuai

dengan teori yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil analisa data pada kedua klien post partum dengan ketuban

pecah dini dalam penegakan diagnosa keperawatan yang ditegagakkan

sesuai dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia SDKI Menurut

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 indikator penegakkan diagnosa

keperawatan terdiri atas penyebab, tanda/gejala dan faktor risiko, dimana

terdapat kriteria mayor dan minor dalam menegakkan diagnosa. Kriteria

mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar 80%-100% untuk

validasi diagnosa. Sedangkan kriteria minor adalah tanda dan gejala yang

tidak harus ditemukan, namun dapat mendukung penegakan diagnosis.

Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan yang telah dilakukan

peneliti dapat menegakkan diagnose keperawatan pada post partum dengan

ketuban pecah dini menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) diagnosa

keperawatan yang muncul pada ibu yaitu nyeri akut D.0077, gangguan

rasa nyaman D.0074, kesiapan persalinan D.0070, ansietas D.0080, resiko

infeksi D.0142, defisit pengetahuan D.0111.

Hasil analisa data pengkajian diagnosa keperawatan yang sesuai

teori pada klien 1 dan klien 2 post partum dengan ketuban pecah dini yaitu

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, Berdasarkan teori


95

diagnosa yang diangkat penyebab dari nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisiologis, sedangkan penyebab dari diagnosa yang

diangkat adalah agen pencedera fisik /trauma, dan diagnosa resiko infeksi,

Sedangkan diagnose gangguan rasa nyaman, kesiapan persalinan, ansietas,

defisit pengetahuan diagnosa tersebut tidak muncul dikarenakan data

mayor dam minor pada pasien tidak mendukung..

Pada Klien 1 diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisik, Data Subjektif klien mengeluh nyeri di bagian perutnya,

Data Objektif klien tampak meringis, klien tampak gelisah, diagnosa nyeri

akut pada pasien 1 terdapat gejala/tanda mayor 80/100% untuk validasi

diagnosis dan terdapat tanda minor: tanda/gejala tidak harus ditemukan,

namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosa, Pada Klien

2 diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, Data

subjektif klien mengeluh nyeri pada jalan lahir seperti di tusuk-tusuk,

Objektif klien bersikap protektif seperti posisi menghindari nyeri, tampak

meringis, klien tampak gelisah, terdapat gejala/tanda mayor 80/100%

untuk validasi diagnosis dan terdapat tanda minor: tanda/gejala tidak harus

ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan diagnose

Menurut asumsi peneliti Diagnosa keperawatan yang sesuai teori

pada klien 1 dan klien 2 post partum dengan ketuban pecah dini yaitu

Resiko Infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh

primer (Ketuban pecah sebelum waktunya). Saat pengkajian pada kedua

klien didapatkan data subjektif sama sama mengeluarkan cairan dari jalan

lahir dan nyeri. Resiko infeksi adalah berisiko mengalami peningkatan


96

terserang organisme patogenik. Faktor resiko salah satunya adalah ketuban

pecah sebelum waktunya, dan kondisi klinis terkait salah satunya ialah

ketuban pecah sebelum waktunya KPSW.

Menurut asumsi peneliti penegakkan diagnosa sudah memenuhi

validasi penegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan teori dimana

pada diagnosa resiko infeksi tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala

namun memiliki faktor resiko berupa ketidakadekuatan pertahanan tubuh

primer.

3. Perencanaan

Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan,

perencanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 disusun

setelah semua data yang terkumpul selesai dianalisis dan diprioritaskan.

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan ini terdiri dari:

menegakkan diagnosa keperawatan, menentukan sasaran dan tujuan,

menentukan kriteria dan evaluasi, menyusun intervensi dan tindakan

keperawatan.

Menurut penulis didapatkan data bahwa kriteria hasil yang sesuai

data dibuat tidak berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia

SLKI, sedangkan pada Intervensi ada beberapa yang sesuai dengan

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia SIKI, berikut adalah intervensi

menurut penulis yang sudah di sesuaikan dengan SLKI & SIKI.

Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisik pada Klien 1 peneliti mencantumkan tujuan L.08066


97

setelah melakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah

ditentukan diharapkan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil :

keluhan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun, Sedangkan

pada klien 2 peneliti mencantumkan tujuan L.08066 setelah melakukan

tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditentukan diharapkan nyeri

akut dapat teratasi dengan kriteria hasil : keluhan nyeri menurun, meringis

menurun,sikap protektif menurun,

Intervensi Manajemen nyeri I.08238 yang telah disusun oleh peneliti

pada klien 1 dan klien 2 menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018):

Meliputi Observasi (Identifikasi lokasi, karateristik, durasi,

frekuensi,kualitas dan intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi

respons nyeri non verbal, identifikasi factor yang memperberat dan

memperingan nyeri), Teraupetik (Berikan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri), Edukasi (Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri), Kolaborasi (Kolaborasi pemberian analgetik)

Diagnosa pada klien 1 dan klien 2 yaitu, Resiko infeksi di buktikan

dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (ketuban pecah

sebelum waktunya) peneliti mencantumkan tujuan L.14137 setelah

melakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditentukan

diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil : tidak terjadi demam,

tidak ada bengkak, nyeri menurun.

Intervensi tindakan pencegahan infeksi yang telah disusun oleh

peneliti pada klien 1 dan klien 2 menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,

2018): Observasi (Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik),
98

Teraupetik (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien, batasi jumlah pengunjung), Edukasi (Jelaskan tanda

dan gejala infeksi, ajarkan cara mencuci tangan dengan benar) Kolaborasi

(kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu)

4. Pelaksanaan/ Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dan

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. OIeh

karena itu, jika intenvensi keperawatan yang telah dibuat dalam

perencanaan dilaksanakan atau diaplikasikan pada pasien, maka

tindakan tersebut disebut implementasi keperawatan. Setiadi dalam

Februanti, 2019.

Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan di susun dan

di tujukan pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang

di harapkan. Oleh sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di

laksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi adalah membantu dalam

mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan

memfasilitasi koping. Setiadi dalam Februanti, 2019.

Implementasi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 dibagi

dalam empat komponen yaitu tindakan observasi, tindakan terapeutik,

tindakan edukasi, dan tindakan kolaborasi. Implementasi yang

dilakukan peneliti disesuaikan dengan perencanaan yang telah disusun.


99

Implementasi pada klien 1 dilakukan oleh peneliti dari tanggal 9

Mei 2019 hingga 11 Mei 2019 dan klien 2 dari tanggal 27 juni 2019

hingga 29 juni 2019. Implementasi pada klien 1 dan klien 2 dilakukan

sesuai dengan intervensi yang di buat dan di sesuaikan dengan masalah

keperawatan yang di temukan pada klien. Berdasarkan rencana tindakan

keperawatan yang telah dibuat dan disusun oleh peneliti untuk

mengatasi masalah pertama yaitu nyeri akut terhadap klien 1 dan klien

2 tindakan dilakukan sesuai perencanaan, Tindakan yang dilakukan

yaitu Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,kualitas dan

intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri non

verbal, identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri,

Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, Ajarkan

teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri menurut (Titi

Astuti, 2019) mengatakan kondisi nyeri yang timbul pasca persalinan

memungkinkan para ibu cenderung memilih cara yang paling gampang

dan cepat dalam menghilangkan nyeri dengan metode non farmakologi

dapat meningkatkan kepuasaan selama pasca persalinan. Relaksasi,

tekhnik pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, terapi panas

dingin, musik, aromaterapi merupakan beberapa tekhnik non

farmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan pasca

persalinan,tindakan selanjutnya kolaborasi pemberian analgetik.

Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi

masalah resiko infeksi pada klien 1 dan klien 2 sesuai dengan intervensi

yaitu monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, cuci tangan
100

sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien,

batasi jumlah pengunjung, Jelaskan tanda dan gejala infeksi, ajarkan

cara mencuci tangan dengan benar, kolaborasi pemberian imunisasi,

jika perlu.

5. Evaluasi

Menurut Setiadi dalam Februanti, 2019 tahapan penilaian atau

evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien 1, pada post

partum dengan ketuban pecah dini terdapat dua masalah keperawatan

yang ditegakkan, dua masalah keperawatan yang teratasi yaitu nyeri

akut, dan resiko infeksi. Pada diagnosa nyeri akut, masalah dapat

teratasi ditandai dengan nyeri berkurang, klien tampak rileks, tanda-

tanda vital normal, pasien menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang

dan sikap protektif klien berkurang. Pada diagnosa resiko infeksi,

masalah dapat teratasi ditandai dengan klien tidak ada mengalami tanda

tanda infeksi, pasien mengatakan paham bagaiama cara membasuh

vulva dengan benar.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada klien 2, pada post

partum dengan ketuban pecah dini terdapat dua masalah keperawatan

yang ditegakkan, dua masalah keperawatan yang teratasi yaitu nyeri

akut dan resiko infeksi. Pada diagnosa nyeri akut, masalah dapat teratasi
101

ditandai dengan nyeri berkurang, klien tampak rileks, skala nyeri

berkurang, pasien menyatakan nyaman setelah nyeri berkurang. Pada

diagnosa resiko infeksi, masalah dapat teratasi ditandai dengan klien

tidak ada mengalami tanda tanda infeksi,tidak ada perdarahan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada

klien dengan Post partum dengan ketuban pecah dini peneliti dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut

1. Peneliti mampu melakukan pengkajian review kasus asuhan keperawatan

kedua klien menunjukan keluhan yang sama. Pengkajian menggunakan

format pengkajian menurut konsep teori self care Orem.

2. Pada klien 1 dan klien 2 diagnosa keperawatan sudah menguunakan

SDKI dan sesuai dengan teori.

3. Perencanaan yang digunakan pada klien 1 dan klien 2 tidak menggunakan

SIKI dan SLKI.

4. Implementasi keperawatan pada kasus ini di laksanakan sesuai dengan

intervensi yang sudah dibuat, sesuai dengan kebutuhan kedua klien post

partum dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaan tindakan keperawat

tersebut dapat dilakukan dan berjalan dengan baik berkat kerja sama dari

klien, keluarga, perawat ruangan dan pembimbing lapangan.

5. Hasil evaluasi yang dilakukan peneliti pada klien 1 dan klien 2 di

temukan dua masalah keperawatan yaitu nyeri akut dan resiko infeksi

yang masalah tersebut telah teratasi.

102
103

B. Saran

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian yang peneliti lakukan diharapkan dapat menjadi

acuan dan menjadi bahan pembanding pada peneliti selanjutnya dalam

melakukan penelitian pada klien dengan Post Partum dengan Ketuban

Pecah Dini.

2. Bagi tempat penelitian

Studi kasus yang peneliti lakukan tentang Asuhan keperawatan klien

dengan post partum dengan ketuban pecah dini di harpakan dapat menjadi

nahan informasi bagi perawat maupun pihak rumah sakit untuk dapat

menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

secara professional dan komprehensif.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam

bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

pada Ibu post partum dengan ketuban pecah dini secara komprehensif

dan mengikuti perkembangan literature – literatur keperawatan yang

terbaru serta memacu pada peneliti selanjutnya sehingga menjadi bahan

pembanding dalam melakukan penelitian pada Ibu dengan ketuban pecah

dini.
104

DAFTAR PUSTAKA

Achadiat. (2010). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Alodokter. (2018). Prosedur induksi untuk mempercepat persalinan. Retrieved from

https://www.alodokter.com/proses-induksi-untuk-mempercepat-persalinan

Ayu. (2010). Asuhan Kebidanan Patologi.

Bararah dan Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi

Perawat Profesional. Prestasi Pustaka Raya.

Bobak. (2005). Keperawatan Maternitas. Jakarta.

Bobak. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta.

Cunningham. (2009). Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta.

Dewi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Heldayani. (2009). Laporan asuhan keperawatan pada ibu dengan sectio caesarea.

Banjar Baru.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal

Esensial Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasa. Jakarat: Kementerian

Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarat: Kementerian

Kesehatan RI.
105

Legawati. (2018). Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) DI Ruang

Cempaka RSUD DR Doris Sylvanus Palangkaraya.

Lissauer. (2013). Selayang Neonatalogi (II). Jakarta.

Manuaba. (2009a). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Manuaba. (2009b). Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri dan Giinekologi. Jakarat.

Marmi. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Nugroho. (2010). Buku Ajar Obstetri, untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Prawiroharjo. (2018). Asuhan Kebidanan Patologi. 103.

Rohmawati. (2018). Kelainan Air Ketuban.

Saifudin. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sarwono, P. (2000). Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 1. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sarwono, P. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta.

Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta.

Waikipedia. (2018). Persalinan normal. Retrieved from


https://id.wikipedia.org/wiki/Persalinan_normal

WHO. (2014). The worldwide incidence of preterm birth: a systematic review of

maternal mortality and morbidity. WHO. Retrieved from


106

https://www.who.int/bulletin/volumes/88/1/08-062554/en/

Wiknjosastro. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Yunita. (2019). Yuk intip, apa saja syarat persalinan normal ? Retrieved from

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3623230/yuk-intip-apa-saja-syarat-

persalinan-normal
107
108
109
110
111
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118

Anda mungkin juga menyukai