Anda di halaman 1dari 23

A.

Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Maramis, 2005).

B. Etiologi
1. Faktor Prediposisi
Menurut Yoseph (2009), factor prediposisi yang menyebabkan
halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu
mendiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih
rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa.. adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh saat penyakit ini
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart and Sandeen yang dikutip oleh Jallow (2008),
factor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stress lingkungan untuk menentukaterjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stress.

C. Patofisologi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang
menderita halusinasi akan menganggap sumber dari hasilnya berasal dari
lingkungan atau stimulus eksternal. Pada fase awal masalah itu
menimbulkan peningkatan kecemasan yang terus dan sistem pendukung
yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk membedakan
antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun.

Meningkatnya pada fase comforting, klien mengalami emosi yang


berlanjut seperti cemas, kesepian, perasaan berdosa, dan sensorinya dapat
dikontrol bila kecemasan dapat di atur. Pada fase ini klien cenderung
merasa nyaman dengan halusinasinya. Pada fase controlling klien dapat
merasakan kesepian bila halusinasinya berhenti. Pada fase conquering
klien lama kelamaan sensorinya terganggu, klien merasa terancam dengan
halusinasinya terutama bila tidak menuruti perintahnya.
D. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan Effeck

Perubahan sensori persepsi : halusinasi Cor Problem

Isolasi social : menarik diri Causa

E. Tanda dan Gejala


Menurut Hamid yang dikutip oleh Jallow (2008), dan menurut Keliat
dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku pasien yang berkaitan dengan
halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan
respon verbal yang lambat
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha menghindari diri dari orang
lain
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), dan takut
8. Sulit berhubungan dengan orang lain
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi, dan kataton.

F. Jenis-jenis halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristis tertentu,
diantaranya:
1. Halusinasi pendengaran (akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara suara terutama
suara suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometric, gambar kartun atau panorama yang luas
dan kompleks. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya
bau busuk, amis, dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau
feses, kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (taktil, kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya rasa sakit atau
tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi
listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai denga merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukkan urine. (Yosep Iyus, 2007).

G. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran
keuarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ
pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Maramis,
2004).
1. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi
dalam 2 tahun penyakit.Neuroleptika dengan dosis tinggi bermanfaat
pada penderita dengan psikimotorik yang meningkat

KELAS KIMIA NAMA GENETIK (DAGANG) DOSIS HARIAN


Fenotiazim Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazime (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesorizadin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilafon) 12-64 mg
Proplorperazin (Compazine) 15-150 mg
Promazin (Sparine) 40-1200 mg
Tiodazin (Melaril) 150-800 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 2-40 mg
Trifluopromazine (Vesprin) 60-150 mg
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzondiazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Melindone (Moban) 225-225

2. Terapi Kejang Listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melalui electrode yang dipasang pada
satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dangan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
3. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan
pasien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk
mendorong pasien bergaul dengan orang lain, pasien lain, perawat dan
dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari
a. Terapi Aktivitas
1) Terapi music
Fokus : mendengar, memainkan alat music, bernyanyi, yaitu
menikmati dengan relaksasi music yang disukai pasien.
2) Terapi seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan
seni.
3) Terapi menari
Fokus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
4) Terapi relaksasi
Belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok. Rasional : untuk
koping/prilaku mal adaptif/deskriptif, meningkatkan partisipasi dan
kesenangan pasien dalam kehidupan.
b. Terapi social
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
c. Terapi kelompok
1) Terapi group (kelompok terapeutik)
2) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive groupactivity therapy)
3) TAK Stimulus Persepsi:Halusinasi
- Sesi 1:mengenal halusinasi
- Sesi 2:mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3:mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
- Sesi 4:mencegah halusinasi dengan bercakap cakap
- Sesi 5:mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
d. Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga (home like
atmosphere).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hospitalisasi perawatan rumah sakit
2. Pemberian obat-obatan seperti halkoperidol, cpz, diazepam,
amitriptylin, dan lain-lain
3. Terapi ECT, merupakan kejang listrik dan pengobatan fisik dengan
mengunakan arus listrik antara 70-150 volt
4. Psikotrapi (menurut Dadang Hawari,2001)

I. Komplikasi
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya.

Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa


Pada Kasus Halusinasi
A. Pengakajian
1. Pengkajian Primer
Isi pengkajian primer meliputi :
a. Identitas klien
Nama, umur, tanggal masuk, tanggal pengkajian, informan, No. RM.
b. Keluhan utama / alasan masuk
Apa penyebab klien masuk RS, apa yang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah klien dan bagaimana hasilnya.
c. Faktor predisposisi
1. Apakah    klien    pernah   mengalami   gangguan   jiwa   dimasa 
lalu.
2. Pengobatan yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik,
seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal, baik itu dilakukan, dialami, disaksikan oleh klien,
apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
pengalaman yang tidak menyenangkan.
d. Aspek fisik / biologis
Ukur tanda vital, TB, BB. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan.
e. Aspek psikososial
1. Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang
menggambarkan hubungan klien dengan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh,
pertumbuhan individu dan keluarga.
2. Konsep diri
a) Citra tubuh
Tanyakan dan observasi tentang persepsi klien terhadap
tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai.

b) Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien
sebelum dirawat, kepuasan terhadap status dan sebagai laki-
laki atau perempuan.
c) Peran
Tanyakan tugas yang diemban dalam keluarga, kelompok,
masyarakat dan kemampuan klien melaksanakannya.

d) Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh klien, posisi, status,
tugas/peran.
e) Harga  diri
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan
klien dengan orang lain sesuai dengan   kondisi nomor 2 (a),
(b), (c) dan penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri
dan kehidupan klien.
3. Hubungan social
Tanyakan siapa orang terdekat dalam kehidupan klien,
kegiatan di masyarakat.
4. Spiritual
Tanyakan nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien.
5. Status mental
a) Penampilan: penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
b) Pembicaraan: cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat,
inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.
c) Aktivitas motorik: nampak adanya kegelisahan, kelesuan,
ketegangan, gelisah, agitasi, tremor, TIK, grimasum,
kompulsif
d) Alam perasaan:sedih, putus asa, gembira, ketakutan,
khawatir.
e) Afek: datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
f) Interaksi selama  wawancara: bermusuhan, kooperatif / tidak,
mudah tersinggung, curiga,kontak mata kurang, defensif.
g) Persepsi : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak
mendengar, kadang suara yang didengar bisa menyenangkan
tetapi kebanyakan tidak menyenangkan, menghina bisa juga
perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi
pada pagi, siang, sore, malam hari atau pada saat klien sedang
sendiri.
h) Proses pikir: sirkumstansial, tangensial, kehilangan asosiasi,
flight of ideas, bloking, perseverasi.
i) Isi pikir: obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi,
waham, pikiran magis, ide yang terkait.
j) Tingkat kesadaran: orientasi orang, waktu, tempat jelas,
bingung, sedasi, stupor.
k) Memori: apakah klien mengalami gangguan daya ingat
jangka panjang, jangka pendek, saat ini, ataupun konfabulasi.
l) Kemampuan penilaian; berikan pilihan tindakan yang
sederhana.  apakah klien membuat keputusan atau harus
dibantu.
m) Daya tilik diri: apakah klien menerima atau mengingkari
penyakitnya, menyalahkan orang lain atas penyakitnya.
n) Kebutuhan persiapan pulang
6. Mekanisme koping
Tanyakan tentang koping klien dalam mengatasi masalah
baik yang adaptif maupun yang maladaptif.
7. Masalah psikososial dan lingkungan
Apakah ada masalah dengan dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, dan
pelayanan kesehatan.
8. Pengetahuan
Mengkaji kurang pengetahuan klien tentang penyakit jiwa,
faktor presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-
obatan.
9. Aspek medik
Tuliskan diagnosa medik klien, tulis obat-obatan klien.

2)  Pengkajian Sekunder
a)  Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah)
2. Berat badan
3. Tinggi badan
4. Keluhan fisik yang dirasakan pasien
b)  Pemeriksaan Penunjang
1. Hospitalisasi perawatan rumah sakit
2. Pemberian obat-obatan seperti halkoperidol, cpz, diazepam,
amitriptylin, dan lain-lain
3. Terapi ECT, merupakan kejang listrik dan pengobatan fisik
dengan mengunakan arus listrik antara 70-150 volt
4. Psikotrapi (menurut Dadang Hawari,2001)
a. Psikoanalisa psikoterapi
Tujuan psikoterapi
- Menurukan rasa takut klien
- Mengembalikan proses pikiran yang luhur
b. Psikoterapi Re-edukatif memberikan pendidikan ulang yang
maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu
lalu dan juga mengubah pola pendidikan yang lama dengan
yang baru sehingga penderita lebih adaftif dengan dunia
luar.
c. Psikoterapi rekonstruktif memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami keretakan
menjadi kepribadian yang utuh seperti semula sebelum
sakit.
d. Psikoterapi Kognetif : memulihkan kembali fungsi kognitif
(daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita
mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang
baik dan yang buruk, yang boleh dan tidak.
e. Psikoterapi Psiko-dinamik : menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan
seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan
keluarnya.
f. Psikoterapi Perilaku : memulihkan ganguan perilaku yang
terganggu (maladaptife) menjadi perilaku yang adaptif
(mampu menyesuaikan diri).
g. Psikoterapi keluarga ; memulihkan hubungan penderita
dengan keluarganya.
h. Terapi psikososial : dimaksudkan penderita agar mampu
kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya
dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung
pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga
dan masyarakat.
i. Terapi Psikoreligius : dimaksudkan agar keyakinan atau
keimanan penderita dapat di pulihkan kembali.

3)   Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk RS (apa yang
terjadi)

4) Riwayat Penyakit Dahulu


Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik,
seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal,
baik itu dilakukan, dialami, disaksikan oleh klien, , pengalaman yang
tidak menyenangkan yang pernah dialami.

5) Riwayat Penyakit Keluarga


Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga
yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetik maupun
tidak, apakah ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi : halusinasi ( lihat/ dengar/ pengciuman
/raba/kecap).
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Dx Perencanaan
Tgl Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan TUM: Klien Setelah1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling Kepercayaan dari klien
sensori dapat mengontrol menunjukkan tanda – percaya dengan merupakan inti yang akan
persepsi: halusinasi yang tanda percaya kepada menggunakan prinsip memudahkan perawat
dialaminya perawat : komunikasi terapeutik : dalam melakukan
halusinasi
Tuk 1 : 1. Ekspresi wajah a) Sapa klien dengan pendekatan keperawatan
(lihat/dengar/p bersahabat. ramah baik verbal atau intervensi selanjutnya
enghidu/raba/k Klien dapat 2. Menunjukkan rasa maupun non verbal terhadap klien
ecap) membina senang. b) Perkenalkan nama,
hubungan saling 3. Ada kontak mata. nama panggilan dan
percaya 4. Mau berjabat tujuan perawat berkenalan
tangan. c) Tanyakan nama
5. Mau menyebutkan lengkap dan nama
nama. panggilan yang disukai
6. Mau menjawab klien
salam. d) Buat kontrak yang
7. Mau duduk jelas
berdampingan dengan e) Tunjukkan sikap
perawat. jujur dan menepati janji
8. Bersedia setiap kali interaksi
mengungkapkan f) Tunjukan sikap
masalah yang dihadapi. empati dan menerima apa
adanya
g) Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
h) Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang dihadapi
klien
i) Dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien 1. Observasi tingkah laku Mengevaluasi tingkah
Klien dapat menyebutkan : klien terkait dengan laku klien terkait degan
mengenal 1. Isi halusinasinya (* dengar halusinasinya guna
halusinasinya 2. Waktu /lihat /penghidu /raba melihat apakah ada
3. Frekuensi /kecap), jika menemukan perkembangan terhadap
4. Situasi dan kondisi klien yang sedang diri klien
yang menimbulkan halusinasi:
halusinasi a) Tanyakan apakah klien
mengalami
sesuatu( halusinasi
dengar/ lihat/ penghidu
/raba/ kecap)
b) Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang sedang
dialaminya
c) Katakan bahwa perawat
percaya klien mengalami
hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d) Katakan bahwa ada klien
lain yang mengalami hal
yang sama.
e) Katakan bahwa perawat
akan membantu klien

2. Jika klien tidak sedang


berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien
a) Isi, waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
( pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang –
kadang )
b) Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi

Setelah 1x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien


menyatakan perasaan dan apa yang dirasakan jika
responnya saat mengalami terjadi halusinasi dan beri
halusinasi : kesempatan untuk
 Marah mengungkapkan
 Takut perasaannya.
 Sedih
 Senang 2. Diskusikan dengan klien
 Cemas apa yang dilakukan untuk
 Jengkel mengatasi perasaan
tersebut.
3. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya.

TUK 3 : 1. Setelah 1x interaksi 1. Identifikasi bersama Menjeniskan tindakan


Klien dapat klien menyebutkan klien cara atau tindakan keperawatan untuk
mengontrol tindakan yang biasanya yang dilakukan jika mengatasi masalah
halusinasinya dilakukan untuk terjadi halusinasi (tidur, bersama klien sesuai
mengendalikan marah, menyibukan diri dengan jenis halusinasi
halusinasinya dll) yang terjadi pada klien
2. Setelah 1x interaksi 2. Diskusikan cara yang
klien menyebutkan cara digunakan klien,
baru mengontrol a) Jika cara yang
halusinasi digunakan adaptif
beri pujian.
b) Jika cara yang
digunakan
maladaptif
diskusikan kerugian
cara tersebut
3. Setelah 1x interaksi 3. Diskusikan cara baru
klien dapat memilih untuk memutus/
dan memperagakan mengontrol timbulnya
cara mengatasi halusinasi :
halusinasi a) Katakan pada diri
(dengar/lihat/penghidu/ sendiri bahwa ini
raba/kecap ) tidak nyata ( “saya
tidak mau dengar/
lihat/ penghidu/
raba /kecap pada saat
halusinasi terjadi)
b) Menemui orang lain
(perawat/teman/anggo
ta keluarga) untuk
menceritakan tentang
halusinasinya.
c) Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari
yang telah di susun.
d) Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.

4. Setelah 1x interaksi 4. Bantu klien memilih cara


klien melaksanakan yang sudah dianjurkan
cara yang telah dipilih dan latih untuk
untuk mengendalikan mencobanya.
halusinasinya a) Beri kesempatan
untuk melakukan cara
yang dipilih dan
dilatih.
b) Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih , jika berhasil
beri pujian
5. Anjurkan klien
5. Setelah 1x pertemuan mengikuti terapi aktivitas
klien mengikuti terapi kelompok, orientasi
aktivitas kelompok realita, stimulasi persepsi

TUK 4 : 1. Setelah 1x pertemuan 1. Buat kontrak dengan Mendorong keluarga


Klien dapat keluarga, keluarga keluarga untuk pertemuan untuk merawat klien
dukungan dari menyatakan setuju (waktu, tempat dan topik) secara mandiri di rumah
keluarga dalam untuk mengikuti
mengontrol pertemuan dengan Keluarga sebagain
halusinasinya perawat support system akan
2. Setelah 1x interaksi 2. Diskusikan dengan sangat berpengaruh dalam
keluarga menyebutkan keluarga ( pada saat mempercepat proses
pengertian, tanda dan pertemuan keluarga/ penyembuhan
gejala, proses kunjungan rumah)
terjadinya halusinasi a) Pengertian halusinasi Meningkatkan peran
dan tindakan untuk b) Tanda dan gejala keluarga dalam merawat
mengendali kan halusinasi klien di rumah
halusinasi c) Proses terjadinya
halusinasi
d) Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
e) Obat- obatan
halusinasi
f) Cara merawat anggota
keluarga yang
halusinasi di rumah
( beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama,
memantau obat –
obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )
TUK 5 : 1. Setelah 1x interaksi 1. Diskusikan dengan klien Mendiskusikan kepada
Klien dapat klien menyebutkan; tentang manfaat dan klien tentang manfaat dan
memanfaatkan a) Manfaat minum kerugian tidak minum efek samping tidak
obat dengan baik obat obat, nama , warna, dosis, minum obat
b) Kerugian tidak cara , efek terapi dan efek
minum obat samping penggunan obat
c) Nama,warna,dosis, a) Pantau klien saat
efek terapi dan penggunaan obat
efek samping obat
2. Setelah 1x interaksi 2. Beri pujian jika klien
klien menggunakan obat
mendemontrasikan dengan benar
penggunaan obat dgn
benar
3. Setelah 1x interaksi 3. Diskusikan akibat
klien menyebutkan berhenti minum obat
akibat berhenti minum tanpa konsultasi dengan
obat tanpa konsultasi dokter
dokter a) Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang
tidak di inginkan .
D. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelenjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi jadi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan.

Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon


klien.

Evaluasi dapat dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan


SOAP, sebagai pola fikir.

S = respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang


telah dilaksanakan.

O = respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan.

A = analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan


apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradiksi dengan masalah yang ada.

P = perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon


klien.

Rencana tindak lanjut dapat berupa :

a. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.


b. Rencana di modifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan. (Stuart dan
Laria, 2005).
Daftar Pustaka

Ade  Herman, S.D. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.


Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.
Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta Timur: TIM.

Anda mungkin juga menyukai