Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Maramis, 2005).
B. Etiologi
1. Faktor Prediposisi
Menurut Yoseph (2009), factor prediposisi yang menyebabkan
halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu
mendiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih
rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa.. adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh saat penyakit ini
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart and Sandeen yang dikutip oleh Jallow (2008),
factor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stress lingkungan untuk menentukaterjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stress.
C. Patofisologi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang
menderita halusinasi akan menganggap sumber dari hasilnya berasal dari
lingkungan atau stimulus eksternal. Pada fase awal masalah itu
menimbulkan peningkatan kecemasan yang terus dan sistem pendukung
yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk membedakan
antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun.
F. Jenis-jenis halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristis tertentu,
diantaranya:
1. Halusinasi pendengaran (akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara suara terutama
suara suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometric, gambar kartun atau panorama yang luas
dan kompleks. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya
bau busuk, amis, dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau
feses, kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (taktil, kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya rasa sakit atau
tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi
listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai denga merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukkan urine. (Yosep Iyus, 2007).
G. Penatalaksanaan
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran
keuarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ
pasien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting didalam hal merawat pasien, menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Maramis,
2004).
1. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi
dalam 2 tahun penyakit.Neuroleptika dengan dosis tinggi bermanfaat
pada penderita dengan psikimotorik yang meningkat
I. Komplikasi
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Melakukan sesuatu hal di luar kesadarannya.
b) Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien
sebelum dirawat, kepuasan terhadap status dan sebagai laki-
laki atau perempuan.
c) Peran
Tanyakan tugas yang diemban dalam keluarga, kelompok,
masyarakat dan kemampuan klien melaksanakannya.
d) Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh klien, posisi, status,
tugas/peran.
e) Harga diri
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan
klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi nomor 2 (a),
(b), (c) dan penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri
dan kehidupan klien.
3. Hubungan social
Tanyakan siapa orang terdekat dalam kehidupan klien,
kegiatan di masyarakat.
4. Spiritual
Tanyakan nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien.
5. Status mental
a) Penampilan: penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
b) Pembicaraan: cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat,
inkoheren, atau tidak dapat memulai pembicaraan.
c) Aktivitas motorik: nampak adanya kegelisahan, kelesuan,
ketegangan, gelisah, agitasi, tremor, TIK, grimasum,
kompulsif
d) Alam perasaan:sedih, putus asa, gembira, ketakutan,
khawatir.
e) Afek: datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
f) Interaksi selama wawancara: bermusuhan, kooperatif / tidak,
mudah tersinggung, curiga,kontak mata kurang, defensif.
g) Persepsi : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak
mendengar, kadang suara yang didengar bisa menyenangkan
tetapi kebanyakan tidak menyenangkan, menghina bisa juga
perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi
pada pagi, siang, sore, malam hari atau pada saat klien sedang
sendiri.
h) Proses pikir: sirkumstansial, tangensial, kehilangan asosiasi,
flight of ideas, bloking, perseverasi.
i) Isi pikir: obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi,
waham, pikiran magis, ide yang terkait.
j) Tingkat kesadaran: orientasi orang, waktu, tempat jelas,
bingung, sedasi, stupor.
k) Memori: apakah klien mengalami gangguan daya ingat
jangka panjang, jangka pendek, saat ini, ataupun konfabulasi.
l) Kemampuan penilaian; berikan pilihan tindakan yang
sederhana. apakah klien membuat keputusan atau harus
dibantu.
m) Daya tilik diri: apakah klien menerima atau mengingkari
penyakitnya, menyalahkan orang lain atas penyakitnya.
n) Kebutuhan persiapan pulang
6. Mekanisme koping
Tanyakan tentang koping klien dalam mengatasi masalah
baik yang adaptif maupun yang maladaptif.
7. Masalah psikososial dan lingkungan
Apakah ada masalah dengan dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, dan
pelayanan kesehatan.
8. Pengetahuan
Mengkaji kurang pengetahuan klien tentang penyakit jiwa,
faktor presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-
obatan.
9. Aspek medik
Tuliskan diagnosa medik klien, tulis obat-obatan klien.
2) Pengkajian Sekunder
a) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah)
2. Berat badan
3. Tinggi badan
4. Keluhan fisik yang dirasakan pasien
b) Pemeriksaan Penunjang
1. Hospitalisasi perawatan rumah sakit
2. Pemberian obat-obatan seperti halkoperidol, cpz, diazepam,
amitriptylin, dan lain-lain
3. Terapi ECT, merupakan kejang listrik dan pengobatan fisik
dengan mengunakan arus listrik antara 70-150 volt
4. Psikotrapi (menurut Dadang Hawari,2001)
a. Psikoanalisa psikoterapi
Tujuan psikoterapi
- Menurukan rasa takut klien
- Mengembalikan proses pikiran yang luhur
b. Psikoterapi Re-edukatif memberikan pendidikan ulang yang
maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu
lalu dan juga mengubah pola pendidikan yang lama dengan
yang baru sehingga penderita lebih adaftif dengan dunia
luar.
c. Psikoterapi rekonstruktif memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami keretakan
menjadi kepribadian yang utuh seperti semula sebelum
sakit.
d. Psikoterapi Kognetif : memulihkan kembali fungsi kognitif
(daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita
mampu membedakan nilai-nilai moral etika, mana yang
baik dan yang buruk, yang boleh dan tidak.
e. Psikoterapi Psiko-dinamik : menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan
seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan
keluarnya.
f. Psikoterapi Perilaku : memulihkan ganguan perilaku yang
terganggu (maladaptife) menjadi perilaku yang adaptif
(mampu menyesuaikan diri).
g. Psikoterapi keluarga ; memulihkan hubungan penderita
dengan keluarganya.
h. Terapi psikososial : dimaksudkan penderita agar mampu
kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya
dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung
pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga
dan masyarakat.
i. Terapi Psikoreligius : dimaksudkan agar keyakinan atau
keimanan penderita dapat di pulihkan kembali.
Gangguan TUM: Klien Setelah1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling Kepercayaan dari klien
sensori dapat mengontrol menunjukkan tanda – percaya dengan merupakan inti yang akan
persepsi: halusinasi yang tanda percaya kepada menggunakan prinsip memudahkan perawat
dialaminya perawat : komunikasi terapeutik : dalam melakukan
halusinasi
Tuk 1 : 1. Ekspresi wajah a) Sapa klien dengan pendekatan keperawatan
(lihat/dengar/p bersahabat. ramah baik verbal atau intervensi selanjutnya
enghidu/raba/k Klien dapat 2. Menunjukkan rasa maupun non verbal terhadap klien
ecap) membina senang. b) Perkenalkan nama,
hubungan saling 3. Ada kontak mata. nama panggilan dan
percaya 4. Mau berjabat tujuan perawat berkenalan
tangan. c) Tanyakan nama
5. Mau menyebutkan lengkap dan nama
nama. panggilan yang disukai
6. Mau menjawab klien
salam. d) Buat kontrak yang
7. Mau duduk jelas
berdampingan dengan e) Tunjukkan sikap
perawat. jujur dan menepati janji
8. Bersedia setiap kali interaksi
mengungkapkan f) Tunjukan sikap
masalah yang dihadapi. empati dan menerima apa
adanya
g) Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
h) Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang dihadapi
klien
i) Dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien 1. Observasi tingkah laku Mengevaluasi tingkah
Klien dapat menyebutkan : klien terkait dengan laku klien terkait degan
mengenal 1. Isi halusinasinya (* dengar halusinasinya guna
halusinasinya 2. Waktu /lihat /penghidu /raba melihat apakah ada
3. Frekuensi /kecap), jika menemukan perkembangan terhadap
4. Situasi dan kondisi klien yang sedang diri klien
yang menimbulkan halusinasi:
halusinasi a) Tanyakan apakah klien
mengalami
sesuatu( halusinasi
dengar/ lihat/ penghidu
/raba/ kecap)
b) Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang sedang
dialaminya
c) Katakan bahwa perawat
percaya klien mengalami
hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d) Katakan bahwa ada klien
lain yang mengalami hal
yang sama.
e) Katakan bahwa perawat
akan membantu klien