Anda di halaman 1dari 8

Laporan pendahuluan halusinasi penglihatan

Tinjauan teori

A. Pengertian
Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya
rangsangan apapun pada panca indera seseorang pasien
yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya
mungkin organic, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1994)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
memprepsepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinasi adalah suatu penghayalan yang dialami
seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimuli
ekstem,persepsi palsu (lubis, 1993)
Menurut May Durant Thomas (2004 halusinasi secara
umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti:
skizoprenia, depresi, delirium dan kondisi yang berhubungan
dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan.
Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa
dotemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.
B. Teori yang menjelaskan halusinasi
a. Teori biokimia
Terjadi sebagai respon metabolism terhadap stress
yang mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik
neurotic (buffofenea dan dimethytransferase)
b. Teori psikoamalisis
Merupakan respon pertahanan ego untuk melawan
rangsangan dari luar yang mengancam dan ditekan
untuk muncul dalam alam sadar.
C. Klasifikasi Halusinasi
1. Halusinasi dengar, pasien itu menfengar suara yang
membicarakan,mengejek,menertakan, atau mengancam
padahal tidak suara itu disekitarnya.
2. Halusinasi lihat, pasien itu melihat pemandangan orang
binatang atau sesuatu yang tidak ada
3. Halusinasi bau/hirup halusinasi ini jarang
didapatkan,pasien yang ,mengalami mengatakan
mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau
kemenyan,bau mayat, yang tidak ada sumbernya
4. Halusinasi pengecap,biasanya terjadi bersamaan dengan
halusiansi bau/hirup. Pasien itu merasa (mengecap)suatu
rasa dimulutnya.
5. Halusinasi singgungan, individu yang bersangkutan
merasa ada seseorang yang meraba atau memukul. Bila
rabaab ini merupakan rangsangan seksual halusinasi ini
disebut halusinasi heptik.
D. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), halisinasi dapat dapat
terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti skizoprenia,
depresi atau atau keadaan delirium,demensia dan kondisi
yang berhubungan dengan penggunaan alcohol dan
substansi lainnya. Halusinasi dapat juga terjadi dengan
epilepsy, kondisi infeksi sistemik dengan gangguan metaboli.
Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping berbago
pengobatan yang meliputi anti depresi anti kolinergik,anti
inflamasi antibiotic, sedangkan obat-obatanhalusinogenik
dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti
pemberian obat. Halusinasi juga dapat pada saat keadaan
individu normal yaitu pada individu mengalami isolasi,
perubahan sensorik seperti kebutaan,kurang pendengaran
atau adanya permasalahan pada pembicaraan.

Menurut stuart (2007), factor penyebab terjadinya


halusinasi adalah:

a. Faktor predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan system saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladatif
yang baru mulai di pahami.Ini di tunjukan oleh penelitian-
penelitian yang berikut.
 Penelitian pencitraaan otak sudah menunjukkan
keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan
skizofrenia.
 Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin
neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-
masalah pada system reseptor dopamine di kaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
 Pembwsaran ventrikel dan penurunan masa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada
otak manusia.
2) Psikologis
Keluarga,pengasuh data lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien.salah
satu sikap dan keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam tentang hidup klien.
3) Sosial budaya
Kondisi social budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik social budaya (perang
,kerusuhan ,bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi di
sertai stress.
b. Stressor pencetus
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidak mampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menghadapi stressor.
c. Tahap-tahap halusinasi
Tahap-tahap halusinasi menurut (Yosep,2007):
a) Tahap comforting
b) Tahap condemning
c) Tahap controlling
d) Tahap ceonguering
E. Tanda dan gejala
a. Bicara,senyum, tertawa sendiri
b. Melihat dan merasa sesuatu yang tidak nyata
c. Ketakutan
d. Merusak diri sendiri,orang lain dan lingkungan
e. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tiak nyata
f. Tidak dapat memusatkan perhatian (konsentrasi)
g. Pembicaraan kacau kadang tidak masuk akal
h. Sikap curiga dan bermusuhan
i. Menarik diri,meghindar dari orang lain
j. Sulit mmbuat keputusan
k. Mudah tersinggung, jengkel,marah
l. Muka merah kadang pucat
m. Ekspresi wajah tegang
n. TD meningkat
o. Nadas tersengah-engah
p. Nadi cepat
q. Banyak keringat.

F. Manifestasi klinis
Halusinasi penglihatan
Adapun perilaku yang dapat teramati sebagai berikut:
a. Tiba-tiba tampak gagap, ketakutan atau diikuti oleh orang lain
benda mati atau stimulus yang tidak Nampak
Pohon Masalah

Defisit perawatan diri

Halusinasi penglihatan

menarik diri
STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI

1. SP 1
a. Mengidentifikasi penyebab halusinasi
b. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien.
c. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
d. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi.
e. Mengajarkan pasien cara menghardik halusinasi.
f. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian.

2. SP II
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian.

3. SP III
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian.

4. SP IV
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan yang bisa dilakukan pasien.
c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian.

Anda mungkin juga menyukai