Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)


1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah salah satu respons marah yang diespresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan merusak lingkungan. Respons ini dapat
menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri, orang lain, dan lingkungan [ CITATION
Kel143 \l 1033 ]. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang
lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol [ CITATION Kus101 \l
1033 ].
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukan bahwa ia
dapat membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan, baik secara fisik,
emosional, seksual, dan verbal [ CITATION Sut17 \l 1033 ].
2. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Presipitasi
Faktor penyebab terjadinya kekerasan sebagai berikut [ CITATION Dir111 \l 1033 ]:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor psikologi
a) Terjadi asumsi, seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku
kekerasan.
b) Berdasarkan pengunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidak menyenangkan dan frustasi.
c) Adanya kekerasan rumah tangga, keluarga, dan lingkungan.
2) Faktor Biologis
Berdasarkan teori biologi, ada beberapa yang mempengaruhi perilaku
kekerasan:
a) Beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi dalam
menfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
b) Peningkatan hormon adrogen dan norefineprin serta penurunan serotin pada
cairan serebro spinal merupakan faktor predisposisi penting menyebabkan
timbulnya perilaku agresif seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya
dengan genetic termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya
dimiliki oleh penghuni penjara atau tindak criminal.
d) Gangguan otak, sindrom otak genetik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus temporal),
kerusakan organ otak, retardasi terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan perilaku kekerasan.
3) Faktor Sosial Budaya
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini mendefinisikan
ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan
menimbulkan sanksi. Budaya dimasyarakat dapat mempengaruhi perilaku
kekerasan.
b. Faktor Presipitasi Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injuri secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
perilaku kekerasan sebagai berikut:
1) Klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, merasa
terancam baik internal maupun eksternal.
3) Lingkungan: panas, padat, dan bising.
3. Tanda dan Gejala
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:
[ CITATION Yos111 \l 1033 ]
a. Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan
mengepal, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir.
b. Verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secara
fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor.
c. Perilaku: melempar atau memukul benda pada orang lain, menyerang orang lain atau
melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk atau agresif.
d. Emosi: tidak ade kuat, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk,
menyalahkan dan menuntut.
e. Intelaktual: cerewet, kasar, berdebat, meremehkan.
f. Spiritual: merasa berkuasa, merasa benar sendiri, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasan orang lain, tidak peduli dan kasar.
g. Sosial: menarik diri, penolakan, ejekan, sindiran.
4. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang dikaji
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian.
b. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab, memukul,
membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri sendiri, mengganggu
lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu kambuh
karena tidak mau minum obat secara teratur [ CITATION Kel16 \l 1033 ].
c. Faktor Predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan pernah
dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa [ CITATION Par18 \l
1033 ].
2) Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai alternative serta
memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa kerumah sakit jiwa
3) Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan, dari lingkungan
4) Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau ada
hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan
5) Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan dari lingkungan
d. Fisik
Pengkajian fisik
1) Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan bertambah naik,
nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat
2) Ukur tinggi badan dan berat badan
3) Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat pemeriksaan
fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah)
4) Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan ketus).
e. Psikososial
1) Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan hubungan klien
dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah diingat oleh
klien maupu keluarg apa dasaat pengkajian.
2) Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang mempengaruhi
keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain sehingga klien merasa terhina,
diejek dengan kondisinya tersebut.
3) Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan pekerjaannya,
tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat kerja dan dalam lingkungan
tempat tinggal.
4) Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan orang lain akan
terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau klien merasa tidak berharga,
dihina, diejek dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan keluarga.
a) Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang diembannya
dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya klien tidak mampu
melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa tidak berguna.
b) Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan
perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
f. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
2) Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien berperan aktif
dalam kelompok tersebut
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan klien dalam
hubungan masyarakat.
g. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan, biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami
gangguan jiwa.
2) Kegiatan ibadah
3) Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
h. Status mental
1) Penampilan.
2) Biasanya penampilan klien kotor.
3) Pembicaraan.
4) Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian bicara
cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
5) Aktivitas motorik
6) Biasanya aktivitas motorik klien dengan prilaku kekerasan akan terlihat tegang,
gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah, gemetar, tangan mengepal, dan rahang
dengan kuat.
7) Perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
8) Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa sebab
9) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat bermusuhan, curiga,
tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara dan mudah tersinggung.
10) Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab pertanyaan
dengan jelas
11) Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
12) Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
13) Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang terjadi dan
mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
14) Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang dan tidak
mampu mengambil keputusan
15) Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
i. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan Biasanya klien tidak mengalami perubahan
2) BAB/BAK Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
3) Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci rambut dan
bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor, dan klien hanya
melakukan kebersihan diri jika disuruh.
4) Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan. Klien tidak
mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dan klien tidak mengenakan alas kaki
5) Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti: menyikat gigi,
cuci kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau
cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang
nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.
6) Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien tidak mengetahui
fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
7) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli tentang
bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
8) Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan makanan,
merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya sehari-hari.
j. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan tingkah laku
yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak terpenuhi, memukul
anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah tangga.
k. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan lingkungan
l. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi Dari obat
yang diminumnya.
B. Pohon Masalah
Pohon masalah perilaku kekerasan [ CITATION Yos111 \l 1033 ]

Risiko mencederai diri sendiri, orang


lain, lingkungan

Risiko Perilaku Kekerasan


Harga Diri Rendah

5. Diagnosa Keperawatan
Menurut Damaiyanti [CITATION Dam \n \t \l 1033 ], adapun diagnosa keperawatan
pasien yang muncul pasien dengan gangguan risiko perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut:
a. Risiko Perilaku Kekerasan, (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal)
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronik
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Adapun rencana tindakan strategi pelaksanaan individu dan keluarga risiko perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:
 Strategi pelaksana tindakan keperawatan untuk individu pada risiko perilaku
kekerasan:
a. Tujuan umum: pasien dapat mengontrol perilaku kekerasan.
b. Tujuan khusus 1: Pasien mampu mengenal perilaku kekerasan yang dialami dan
mengontrol dengan cara fisik.
1) Bina hubungan saling percaya
2) Identifikasi penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan, dan
akibat perilaku kekerasan.
3) Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas dalam dan
pukul bantal.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
c. Tujuan khusus: pasien mampu menggunakan obat sesuai program yang telah
ditetapkan untuk mengontrol perilaku kekerasan
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat.
d. Tujuan khusus: pasien mampu mengontrol dengan cara verbal/sosial.
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik dan minum obat. Beri pujian.
2) Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu:
mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan benar).
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, dan verbal.
e. Tujuan khusus: pasien mampu mengontrol dengan cara spiritual.
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik, minum obat, dan verbal. Beri pujian.
2) Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal, dan
spiritual.
 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk keluarga pada dengan risiko
perilaku kekerasan:
a. Tujuan khusus: pasien mendapat dukungan untuk mengontrol perilaku kekerasan:
keluarga mampu mengenal masalah RPK dan melatih cara fisik.
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
2) Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan
3) Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan
4) Latih satu cara merawat perilaku kekerasan : latihan fisik
5) Anjurkan membantu sesuai jadwal dan member pujian.
b. Tujuan khusus: pasien mendaptkan dukungan untuk mengontrol perilaku
kekerasan: keluarga mampu membimbing minum obat
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih dengan latihan fisik. Beri
pujian
2) Jelaskan 6 benar cara minum obat
3) Latih cara memberikan/membimbing minum obat
4) Anjurkan untuk membantu sesuai jadwal dan member pujian.
c. Tujuan khusus: Mendapatkan dukungan untuk mengontrol perilaku kekerasan:
keluarga mampu membimbing minum obat
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih dengan latihan fisik dan
memberikan obat. Beri pujian.
2) Latih carabimbing verbal/bicara.
3) Latih cara membimbing kegiatan spiritual.
4) Anjurkan membantu sesuai jadwal dan memberikan pujian.
d. Tujuan khusus: keluarga mampu melakukan follow up ke pusat kesehatan
masyarakat (PMK), mengenali tanda kambuh, melakukan rujukan.
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih dengan latihan fisik,
memberikan obat, verbal dan spiritual dan follow up. Beri pujian
2) Jelaskan follow up ke Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM), tanda kambuh,
rujukan.
3) Anjurkan membantu sesuai jadwal dan memberikan pujian. Diatas adalah
strategi pelaksanaan untuk masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan, dan
rencana tindakan keperawatan
7. Referensi Laporan Pendahuluan
Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa Bandung. Bandung: Refika Aditama.
Direja. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Keliat. (2016). Model Keperawatan Profesional Jiwa. Yogyakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2014). Model Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Parwati, I. G., Dewi, P. D., & Saputra, I. M. (2018). Asuhan Keperawatan Perilaku
Kesehatan.
Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip dan Praktik Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai