Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN TINITUS

Oleh:
Yolanda Vega Widayana Silaban
200202068

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan pendengaran merupakan suatu permasalahan yang dapat terjadi pada setiap
umur dan menyebabkan seseorang sulit berkomunikasi verbal. Gangguan ini dapat
dikategorikan sebagai gangguan pendengaran konduktif, sensorineural maupun keduanya.
Salah satu penyebab utama gangguan pendengaran konduktif adalah serumen obsturan
(Alriyanto, 2010).

Serumen obsturan atau kotoran telinga adalah produk kelenjar sebasea dan apokrin yang
ada pada kulit liang telinga dalam kondisi menumpuk dan keras. Pengerasan serumen atau
kotoran telinga ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa atau remaja.
Sebenarnya fungsi utama serumen ini adalah untuk menghalangi serangga yang masuk
kedalam tubuh kita, namun serumen tidak bersifat anti jamur dan anti bakteri. Kondisi kulit
liang telinga biasanya dalam kondisi kering sehingga menyebabkan risiko terjadinya
serumen obsturan lebih cepat (Soepardi et al., 2011).

Di Indonesia, adanya sumbatan kotoran telinga atau serumen obsturan merupakan


penyebab utama dari gangguan pendengaran pada sekitar 9,6 juta orang. Berdasarkan
survei cepat yang dilakukan Profesi Perhati Fakultas Kedokteran Indonesia (FK UI) di
beberapa sekolah di enam kota di Indonesia, prevalensi serumen obsturan pada anak
sekolah cukup tinggi, yaitu antara 30-50% (Kemenkes, 2013). Serumen obsturan
mempunyai prevalensi yang cukup tinggi dan bisa mengenai semua umur (Sutji et al.,
2012). Kejadian ini merupakan salah satu kejadian terbanyak di poliklinik THT RSUD dr.
Soeroto Ngawi. Dan juga masih banyaknya masyarakat yang kurang peduli terhadap
kebersihan telinga.

Ada beberapa akibat yang ditimbulkan oleh serumen obsturan yaitu pendengaran
berkurang dan jika daun telinga ditarik maka suara yang kita dengarkan akan lebih jelas
dan ada kalanya telinga berdengung, ini bisa menjadi tanda adanya serumen obsturan
kemudian adanya rasa nyeri bila serumen obsturan menekan telinga begitu juga jika dilihat

2
secara visual atau kasat mata terlihat adanya gundukan dalam liang telinga, namun harus
dicek juga apakah keras atau lunak. Berikut komplikasi yang terjadi disebabkan oleh
serumen obsturan yaitu infeksi pada luar liang telinga (otititis eksterna), infeksi telinga
tengah, jejas pada meatus akustikus eksterna, tinnitus atau telinga berdengung dan nyeri
kepala berputar atau tinnitus

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mengaplikasikan asuhan keperawatan tinnitus

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari Tinnitus
b. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan tinnitus pada pasien
c. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan tinnitus pada pasien
d. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan tinnitus pada pasien
e. Untuk mengetahui intervensi keperawatan tinnitus pada pasien
f. Untuk mengetahui implementasi keperawatan tinnitus pada pasien
g. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan tinnitus pada pasien

3
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Tinnitus


2.1.1 Definisi
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan
mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa
berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam
bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul.
(Putri Amalia dalam artikel Gangguan Pendengaran ”Tinnitus”.FK
Universitas Islam Indonesia).

Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu


mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber
bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian
tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di
ketahui penyebabnya.(dr. Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara Keras
Sebabkan Telinga Mendenging . Indopos Online)

2.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya
anatara lain:
a. Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan
rasa berdenging akan hilang
b. Infeksi telinga tengah dan telinga dalam
c. Gangguan darah
d. Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut
merangsang saraf pendengaran
e. Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah
siput meningkat, menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan
tinnitus
f. Keracunan obat

5
g. Penggunaan obat golongan aspirin ,dsb.
2.1.3 Patofisiologi
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh
b. Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging

Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat


juga terjadi karena gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi
dengan nada rendah. Jika di sertai dengan inflamasi, bunyi dengung akan
terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan biasanya terjadi pada sumbatan
liang telinga, tumor, otitis media, dll.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada
tinggi (4000Hz). Terjadi dalam rongga telinga dalam ketika gelombang
suara berenergi tinggi merambat melalui cairan telinga, merangsang dan
membunuh sel-sel rambut pendengaran maka telinga tidak dapat berespon
lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras tersebut hanya
merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan
keras pada telinga yang di alami oleh penerita.(penatalaksanaan penyakit
dan kelainan THT edisi 2 thn 2000 hal 100). Susunan telinga kita terdiri
atas liang telinga, gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah
siput. Ketika terjadi bising dengan suara yang melebihi ambang batas,
telinga dapat berdenging, suara berdenging itu akibat rambut getar yang
ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran
itu di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak yang merespon
dengan timbulnya denging.
Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir
setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising
dalam waktu yag cukup lama. Setiap bising yang berkekuatan 85dB bisa
menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu di Indonesia telah di tetapkan
nilai ambang batas yangn di perbolehkan dalam bidang industri yaitu
sebesar 89dB untuk jangka waktu maksimal 8 jam. Tetapi memang

6
implementasinya belum merata. Makin tinggi paparan bising, makin
berkurang paparan waktu yang aman bagi telinga.

2.1.4 Gejala
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah,
pusing, mual dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri
terdapat gejala berupa telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi
atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus
bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di ataranya berasal dari denyut
nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat
gangguan saraf pendengaran.

2.1.5 Diagnosis
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk
memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai
dengan penyebab, dan biasanya memanng cukup sulit untuk di ketahui.
Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya
kebisingan, perlu pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone
audiometry). Pada pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa takik
(notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis merupakan hal utama dan
terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di gali
adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain yang
menyertai, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologik.
Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan
juga pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan
bila perlu lakkukan

7
2.1.6 Pencegahan
Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut:
a. Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan
suara bising(misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker,
telpon genggam)
b. Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat
maksimal
c. Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising.
d. Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam
e. Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan
perbaikan, seperti ginkogiloba, vit A dan E
f. Lain-lain

2.1.7 Pengobatan
Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara, yaitu :
1. Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan
bunyi) dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat
dengan alat bantu dengar atau tinnitus masker.
2. Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk
meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa
disembuhkan, serta mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus
didengarnya setiap saat.
3. Terapi medikametosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang
jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea,
transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.
4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun,
sedapat mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila
gangguan daging yang diderita benar-benar parah.
Pasien juga di berikan obat penenang atau obat tidur, untuk membantu
memenuhi kebutuhan istirahat, karena penderita tinnitus biasanya
tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus itu sendiri, sehingga perlu di

8
tangani, juga perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di
tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi dengan
keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu
baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
a. Aktivitas
 Gangguan keseimbangan tubuh
 Mudah lelah
b. Sirkulasi
 Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres)
c. Nutrisi
 Mual
d. Sistem pendengaran
 Adanya suara abnormal(dengung)
e. Pola istirahat
 Gangguan tidur/ Kesulitan tidur
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran
(tinnitus)
b. Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran
c. Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi

2.2.3 Intervensi Keperawatan


a. Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran
(tinnitus)
Tujuan/kriteria hasil:
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien terhadap penyakit
meningkat
Intervensi:

9
 Kaji tingkat kecemasan / rasa takut
 Kaji tingkat pengetahuan klien tentang gangguan yang di alaminya
 Berikan penyuluhan tentang tinnitus
 Yakinkan klien bahwa penyakitnya dapat di sembuhkan
 Anjurkan klien untuk rileks, dan menghindari stress

b. Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran


Tujuan /kriteria hasil:
Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi
Intervensi :
 Kaji tingkat kesulitan tidur
 Kolaborasi dalam pemberian obat penenang/ obat tidur
 Anjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut

c. Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi


Tujuan/kriteria hasil:
Resiko kerusakan interaksi sosial dapat di minimalkan
Intervensi:
 Kaji kesulitan mendengar
 Kaji seberapa parah gangguan pendengaran yang di alami klien
 Jika mungkin bantu klien memahami komunikasi nonverbal
 Anjurkan klien menggunakan alat bantu dengar setiap di perlukan
jika tersedia

10
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan Anak

1. Identitas klien : An. N


Kamar/ruang : 3B/Ruang anak
Tanggal pengkajian : 17 Mei 2021
Tanggal masuk RS : 17 Mei 19
Waktu pengkajian : 15.00 WIB
NO. Rekam medis : 25.43.90
Umur : 2 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Identitas penanggung jawab
Nama lengkap : Ny.D
Umur : 35 tahun
Hubungan dengan klien: Ibu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Mulyo Rejo Dorowati 002/002. Abung
Timur, medan
3. Diagnosa medis : OMA (Otitis media Akut)
4. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Klien datang ke IGD RSUD Mayjend HM Ryacudu Kotabumi lampung utara
pada tanggal 11Mei 19 jam 19.00 WIB. Dengan keluhan keluar cairan bening
sedikit kental tidak berbau sejak semalam. Klien sudah demam selama dua
minggu dengan batuk dan pilek dengan dahak. BAB dan BAK tidak ada
masalah, tidak ada kejang, pola makan tidak ada gangguan.
b. Keluhan utama saat pengkajian :
Saat dilakukan pengkajian suhu klien masih tinggi yaitu 38,6oC. Terdapat
cairan bening sedikit kental pada telinga kanan. Klien batuk dan pilek dengan
sputum.

3.2 Pengkajian keperawatan


1. Penampilan umum
Saat dilakukan pengkajian kesadaran klien compos mentis (E4V5M6). Tidak
terdapat sianosis pada anak, akral teraba hangat, turgor kulit elastis, tampak
gelisah dan rewel saat demam.

11
Tanda-tanda vital :
Nadi : 110x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 38,5oC
BB : 22 Kg
SPO 2
: 98%

2. Pengkajian respirasi
Saat pengkajian didapatkan pernafasan klien 22x/menit, terdapat batuk dan
pilek, terdapat sputum, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan alat
bantu nafas.

3. Pengkajian sirkulasi
Saat pengkajian didapatkan nadi klien 110x/menit, tidak terdapat pendarahan,
tidak terdapat distensi vena jugularis, pengisian CRT<3 detik.

4. Pengkajian nutrisi dan cairan


Pada saat pengkajian klien tidak mengalami penurunan BB, tidak mengalami
gangguan menelan, tidak terdapat sariawan, tidak mengalami diare, ibu
mengatakan nafsu makan klien tidak ada gangguan.
5. Pengkajian eliminasi
a. Pengkajian gastrointestinal
Saat pengkajian sistem gastrointestinal data yang didapatkan, ibu klien
mengatakan klien makan dengan baik, tidak ada penurunan nafsu makan, BAB
1x/hari.
b. Pengkajian sistem perkemihan
Saat pengkajian kandung kemih klien tidak teraba penuh, mampu mengontrol
BAK, urine keluar lancar dan normal tidak ada gangguan perkemihan.
6. Pengkajian aktifitas dan istirahat
Pada saat pengkajian klien tidak mengalami penurunan kekuatan otot, tidak
mengalami kaku sendi, ibu klien mengatakan klien susah tidur karna batuk dan
pilek. Jam tidur klien 4-5 jam.

12
7. Pengkajian neurosensori
Pada saat pengkajian tidak ada ada sakit kepala, tidak mengalami cidera medula
spinalis, tidak mengeluh sulit menelan, tidak batuk sebelum menelan, tidak ada
batuk setelah makan/minum, tidak hematemesis.
8. Keamanan dan proteksi
Saat dilakukan pengkajian kulit dan integritas kulit, didapatkan hasil integritas
kulit klien baik, membran mukosa klien lembab, kulit teraba hangat.
9. Nutrisi dan cairan
Saat dilakukan pengkajian nutrisi data yang didapatkan, ibu mengatakan nafsu
makan klien baik, tidak ada mual muntah, klien makan 3x/hari dengan bubur dari
rumah sakit, minum 6-8 gelas/hari, ibu klien mengatakan tidak ada alergi pada
makanan tertentu.
10. Pengkajian tumbuh kembang
Fisik klien tidak terganggu, klien tidak prematuritas, klien tidak mengalami
kelainan genetik/kongenetal.
11. Pengobatan
Pengobatan yang di berikan pada klien adalah :
Infus : D5 1/4 900cc/hari
Injeksi : Ceftriaxone 2x450mg
: MPS 3x3mg
: PCT infus 100mg
Oral : PCT sirup 3x1 SDT
: Tremenza 3x1/2 Tab
: Ambroxol 3x1/2 Tab
: Salbutamol 3x1T Tab
Tetes telinga : Akilen Ear Drop 2x4 tetes

12. Hasil labolatorium

13
Tabel 3.1
Hasil Laboratorium pada An.N di Ruang Anak RSUD Mayjend HM Ryacudu
Kotabumi Lampung Utara pada tanggal 11 Mei 2019

No Nama pemeriksaan Hasil Nilai normal

1. LED 22mm/jam 0-10/jam

2. WBC 15.77x10^3/Ul 4.00-12.00

3. RBC 5.65x10^6/Ul 3.50-5.20

4. HGB 12,7 g/Dl 12.0-16.0

3.3 Analisis data

Tabel 3.2
Analisa Data
NO DATA MASALAH KEPERAWATAN ETIOLOGI
1 DS : Hipertermia berhubungan Proses penyakit
Ibu klien mengatakan dengan proses infeksi
- (infeksi)
demam sudah 2 ditandai dengan klien sudah
minggu demam selama dua minggu
Ibu klien mengatakan
- badan terasa panas
dan pusing.

DO :
Klien tampak gelisah
-
Tanda-tanda vital
- Nadi: 110x/menit
- Pernafasan:
- 22x/menit
- Suhu: 38,5C
- BB: 22 kg
- Kulit teraba hangat

14
2 DS : Bersihan jalan nafas tidak efektif Sekresi yang
- Ibu klien mengatakan berhubungan dengan proses tetahan
batuk pilek selama infeksi ditandai dengan terdapat
demam sputum/ dahak pada klien
DO :
Terdapat
-
sputum/dahak pada
klien
Pola nafas
-
berubah Klien
-
tampak sulit
bernafas Gangguan Persepsi sensori
DS : Ibu klien berhubungan dengan gangguan
- mengatakankluar pendengaran ditandai dengan Gangguan
cairan bening sedikit distorsi sensori pendengaran
3 kental dari telinga
kanan

DO : Tampak ada cairan di


- telinga kanan

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan klien sudah
demam selama dua minggu
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi ditandai
dengan terdapat sputum/ dahak pada klien
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan pendengaran
ditandai dengan distorsi sensori.

15
3.5 RENCANA KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan

16
Diagnosa keperawatan Rencana keperawatan
NOC NIC
1 2 3
Hipetermia berhubungan Termoregulasi (0800) Manajemen demam (03099)
dengan proses infeksi ditandai Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda vital
dengan klien sudah demam selama 3x24 jam di harapkan : 2. Monitor intake output cairan RL 20 tpm mikro
selama dua 1. Suhu tubuh dalam rentan normal
minggu 3. Tutupi badan dengan selimut/pakaian dengan tepat
(36,5 – 37,5C)
. (selimut tebal jika dingin, pakaian tipis jika hangat)
2. Tidak ada pusing
4. Berikan kompres hangat pada dahi dan aksila
3. Melaporkan kenyamanan suhu
5. Anjurkan memperbanyak minum
6. Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kebutuhan PCT
Syr 3x1 sdt
Bersihan jalan nafas tidak efektif Status pernafasan (kepatenan jalan nafas) Latihan batuk efektif (01006)
berhubungan dengan proses (0410) . 1. Identifikasi kemampuan batuk
infeksi ditandai dengan terdapat Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Monitor adanya retensi sputum
sputum/ dahak pada klien. selama 3x24 jam di harapkan :
3. Atur posisi semi fowler atau fowler
1. Tidak terdapat batuk
4. Jelaskan tujuan prosedur tindakan batuk efektif
2. Tidak terdapat sputum berlebih
5. Ajarkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik
3. Kemampuan untuk mengeluarkan ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut
secret dengan bibir mencucu (dibulatkan selama 8 detik)
6. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ketiga
7. Berikan obat Tremenza 3x1/2 Tab, Ambroxol 3x1/2 Tab
1 2 3

17
Gangguan persepsi sensori Fungsi Sensori : Pendengaran (2401) Perawatan telinga (1640)
berhubungan dengan gangguan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor struktur anatomi telinga untuk tanda dan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gejala infeksi (misalnya, jaringan terinflamasi/meradang
pendengaran ditandai dengan klien : dan adanya drainse).
distorsi sensori 1. Ketajaman pendengaran 2. Monitor kejadian otitis media akut (dengan
2. Mendengar bisikan 6 inci dari menggunakan standar dan perawatan untuk upaya
telinga kanan dan kiri pencegahan)
3. Bersihkan telinga luar menggunakan washlap yang
dibalut ke jari tangan
4. Monitor tumpukan serumen yang berlebihan
5. Berikan obat tetes telinga jika diperlukan
6. Pertimbangkan irigasi telinga untuk mengangkat
serumen yang berleihan

18
No. Intervensi Evaluasi
Dx

19
1 2 3
1 Tanggal : 13-05-2019 Tanggal : 13-05-2019
Pukul : 10.00 Pukul : 11.30
Memonitoring tanda-tanda vital S:
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena : - Ibu klien mengatakan anaknya masih demam O :
PCT inf 100ml dan RL 20tpm mikro - Kulit teraba hangat
- T : 38,5C
- RR : 22x/Menit
- N : 110x/Menit
- Klien terpasang infus PCT inf 100ml dan RL 20 tpm mikro

A:
Masalah belum teratasi P :
Monitor intake output cairan
Pantau tanda-tanda vital klien
Lakukan kompres hangat pada dahi dan lipatan aksila
2 Tanggal : 13-05-2019 Tanggal : 13-05-2019
Pukul : 10.00 Pukul : 12.00
Mengidentifikasi kemampuan batuk S:
Memonitor adanya retensi sputum - Ibu klien mengatakan batuk

1 2 3
O:
- Klien tampak sulit bernafas
- Terdapat sputum atau dahak padaklien saat
batuk A :
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Atur posisi semi fowler atau fowler

20
Jelaskan tujuan prosedur tindakan batuk efektif
Berikan obat Tremenza 3x1/2 tab dan Ambroxol 3x1/2 tab

3 Tanggal 13-05-2019 Tanggal 13-05-2019


Pukul 10.00 Pukul 11.00
1. Monitor struktur anatomi telinga untuk tanda S:
dan gejala infeksi (misalnya, jaringan - Ibu klien mengatakan terdapat cairan di telinga nya
terinflamasi/meradang dan adanya drainse). O:
2. Monitor kejadian otitis media akut (dengan - Tampak terdapat cairan ditelinga klien
menggunakan standar dan perawatan untuk - Terdapatbau khas pada telinga klien A :
upaya pencegahan)
Masalah belum teratasi
3. Memberikan obat tetes telinga jika diperlukan
P:
Lanjutkan intervensi
Anjurkan asupan cairan dengan tepat
Jaga penggunaan antibiotik dengan tepat yaitu Ceftriaxone 2x450mg , MPS
3x3mg, Akilen Ear Drop 2x4 tetes

21
3.6 Implementasi dan Evaluasi

Catatan perkembangan hari ke-2


No. Intervensi Evaluasi
Dx
1 2 3
1 Tanggal : 14-05-2019 Tanggal : -05-2019
Pukul : 10.00 14 Pukul : 11.30
1. Memonitoring intake output cairan S:
2. Melakukan kompres hangat pada dahi dan lipatan - Ibu klien mengatakan anaknya masih demam
aksila - Ibu klien mengatakan demam anaknya turun saat diberi obat dan
3. Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai kompres hangat
kebutuhan : PCT Syr 3x1 sdm O:
- Kulit teraba hangat
- T : 37,8C
- N : 110x/Menit
- RR : 22x/Menit
A :Masalah teratasi sebagian

P:
Tutupi badan dengan selimut/pakaian dengan tepat (selimut tebal jika dingin,
pakaian tipis jika panas)
Anjurkan memperbanyak minum
Berikan obat antipiretik PCT Syr 3x1 sdt
2 Tanggal 14-05-2019 Tanggal : 14-05-2019
Pukul : 10.00 Pukul : 11.00 S :
1) Mengatur posisi semi fowler atau fowler - Ibu klien mengatakan masih batuk
2) Menjelaskan tujuan prosedur tindakkan batuk - Ibu klien mengatakan tidak dapat mengeluarkan sekret/dahak saat
efektif batuk
- Ibu klien mengatakan hidungnya tersumbat oleh cairan (sekret)

22
1 2 3
O:
- Dahak / sekret klien masih tertahan
- Klien tampak tidak nyaman
-A: Klien tampak kesulitan bernafas

-P: Masalah teratasi sebagian

- Lanjutkan intervensi
1. Mengajarkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik
ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan selama 8 detik)
2. Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam
yang ketiga
3. Berikan obat Tremenza 3x1/2 tab
3 Tanggal : 14-05-2019 Tanggal : 14-05-2019
Pukul : 10.00 Pukul : 11.00
1. Membersihkan telinga luar menggunakan S:
washlap yang dibalut ke jari tangan - Ibu klien mengatakan masih ada cairan di telinganya
2. Memonitor tumpukan serumen yang berlebihan - O Ibu klien mengatakan cairan di telinganya berkurang saat
3. Memberikan obat tetes telinga jika diperlukan : dibersihkan
-A: Tampak sedikit cairan di telinga klien

-P: Masalah teratasi sebagian

- Lanjutkan intervensi
1. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
2. Ajarkan pasien dan anggota keuarga pasien bagaimana cara

23
menghindari infeksi
3. Berikan obat Akilen Ear Drop 2x4 tetes

No. Intervensi Evaluasi


Dx
1 2 3
1 Tanggal : 15-05-2019 Tanggal :15-05-2019
Pukul : 10.00 Pukul : 11.00
1. Menutupi badan dengan selimut/pakaian dengan S:
tepat (selimut tebal jika dingin, pakaian tipis jika - Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak demam
panas) - O Ibu klien mengatakan anaknya demamnya turun saat diberi obat
2. Menganjurkan memperbanyak minum :
- T : 36,9C
- RR : 22x/Menit
- SPO2 : 100%
-A: N : 100x/Menit

- Masalah teratasi

P:
- Hentikan intervensi
2 Tanggal : 15-05-2019 Tanggal : 15-05-2019
Pukul : 10.00 Pukul : 11.30
1. Mengajarkan tarik nafas dalam melalui hidungg S:
selama 4 detik ditahan selama 2 detik kemudian - Ibuklien mengatakan sudah tidak batuk lagi
keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu - Ibu klien mengatakan melatih batuk untuk mengeluarkan
(dibulatkan selama 8 detik) sputum/dahak
O:
2. Menganjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik nafas dalam yang ketiga -
Tidak terdapat sputum pada klien saat batuk
-

24
Klien tampak nyaman
- Klien tampak tidak kesulitan dalam bernafas

1 2 3
A;
- Masalah teratasi

P:
- Hentikan intervensi pasien pulang
3 Tanggal : 15-05-2019 Tanggal : -05-2019
Pukul : 10.00 15 Pukul : 10.30
1. Memberikan obat tetes telinga jika diperlukan S:
2. Mempertimbangkan irigasi telinga untuk - Ibu klien mengatakan cairan di telinga klien sudah tidak ada
mengangkat serumen yang berleihan - Ibu k lien dan keluarga mengatakan sudah mengerti cara
menghilangkan
cairan di telinga klien
O:
- Cairan di telinga klien tampak tidak ada
- A : Klien tampak nyaman

-P: Masalah teratasi

- Hentikan intervensi pasien pulang

25
26
27
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn,E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga, penerbit buku
kedokteran. EGC.1999.
dr. Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging .
(Indopos Online)
Putri Amalia.Dalam artikel kesehatan.Tinnitus.FK. Universitas Islam Indonesia
www.suarasurabaya.net/v05/konsultasikesehatan/?p=126
www.pikiranrakyat.com/cetak/2006/022006/09/cakrawala/lainnya04.tm
www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/031/kes3.html
www.solusisehat.net/tips_kesehatan.php?id=496
www.radarlampung.co.id/edisi_minggu/keluarga

28

Anda mungkin juga menyukai