Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN


KELUARGA V (KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA)
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Keluarga
Program Profesi Ners Angkatan X

Dosen Pembimbing : Eva Daniati, S.Kep.,Ns.,M.Pd

Disusun oleh :
Hikmat parhan nurhaq
KHG.D 20021
Profesi Ners (A)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT


PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN AJARAN
2020-2021
A. Tinjauan Teori Keluarga

1. Tipe keluarga

Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.

2. Tahap perkembangan keluarga

Tahap V (Keluarga dengan anak remaja), yaitu dengan usia anak pertam 13 tahun

sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini adalah menyediakan

fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam

bertanggungjawab dan mempertahankan filosofi hidup.

3. Tugas perkembangan keluarga saat ini

1. Menyediakan fasilitas untuk berbagai kebutuhan anak remaja.

2. Mengatasi masalah keuangan.

3. Berbagi tanggung jawab dalam hal pekerjaan rumah dan aktivitas yang

melibatkan keluarga.

4. Fokus pada hubungan perkawinan.

5. Menjembatani kerenggangan dalam berkomunikasi.

6. Menjaga hubungan dengan keluarga besar.

7. Memperluas pengalaman remaja dan orangtua melalui berbagai aktivitas baru.

8. Menentukan kembali filosofi hidup yang sesuai.

4. Stres dan Koping Keluarga

Stres adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami ketidak

enakan oleh karena harus beradaptasi dengan stresor. Sedangkan stressor adalah
suatu keadaan atau peristiwa yang tidak mengenakkan bagi seseorang oleh karena

mengharuskan seseorang untuk beradaptasi.

Bentuk stressor diantaranya :

a. Frustasi kehilangan dari sesuatu yang dicintai.

b. Konflik terjadi bila tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam kebutuhan

atau tujuan

c. Tekanan tekanan sehari-hari biarpun kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat

menjadi stres yang hebat bisa berasal dari dalam ataupun dari luar

d. Kritis suatu keadaan yang mendadak menimbulkan stres pada seseorang

individu atau kelompok.

1). Stresor jangka pendek adalah untuk mengetahui bagaimana respon keluarga

terhadap anggota keluarganya yang menderita mengalami gangguan kesehatan

baik yang fungsional maupun disfungsional dalam jangka pendek (kurang dari 6

bulan) 2). Stresor jangka panjang yaitu sel-sel yang dialami keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan baik yang fungsional maupun disfungsional yang

memerlukan penyelesaian dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan

3) Strategi koping keluarga merupakan strategi positif dari adaptasi keluarga

secara keseluruhan dengan melakukan upaya-upaya pemecahan masalah atau

mengurangi stres yang diakibatkan oleh masalah atau peristiwa dalam keluarga

strategi koping keluarga yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Strategi koping keluarga internal meliputi beberapa hal yaitu bergantung pada

kelompok keluarga pemaknaan masalah menerima keadaan pemecahan masalah

bersama-sama mengungkapkan bersama.


b. Strategi koping keluarga eksternal meliputi mencari dukungan spiritual mencari

dukungan sosial

B. Tinjauan Teori Karies Gigi

1. Definisi

Karies gigi, dikenal juga sebagai gigi berlubang, merupakan penyakit

multifaktorial dan kronik, berupa destruksi dan demineralisasi dari gigi akibat

asam yang diproduksi oleh bakteri yang menginfeksi gigi, (Albertus, 2020).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan

yang dimulai dari permukaan gigi pit, fissure dan daerah interproximal meluas

kearah pulpa (Tarigan, 2013).

Menurut kamus kedokteran gigi karies merupakan gigi berlubang (Babbush, dkk,

2014). Karies merupakan infeksi kronis pada gigi yang disebabkan oleh flora

normal pada rongga mulut. Hasil akhir produksi asam oleh bakteri dari bahan

karbohidrat yang dapat menjadi awal mula terjadinya karies.

2. Etiologi

Etiologi utama dari karies gigi adalah bakteri yang memiliki sifat asidogenik dan

memfermentasi gula. Terdapat dua jenis bakteri yang paling sering menjadi agen

utama dalam terjadinya karies gigi, yaitu Streptococcus mutans dan Streptococcus

sobrinus. Spesies bakteri lainnya, seperti Lactobacillus dan Actinomyces, juga

telah dihubungkan dengan terjadinya karies gigi. Selain bakteri, beberapa spesies

jamur juga telah ditemukan pada pasien karies gigi, (Albertus, 2020).

Berikut faktor-faktor penyebab terjadi karies gigi (gigi berlubang)


a. Tidak menggunakan pasta gigi mengandung fluoride. Fluoride adalah senyawa

yang umumnya terkandung dalam pasta gigi, berfungsi untuk merawat kesehatan

serta mencegah kerusakan pada gigi.

b. Terlalu banyak mengonsumsi makanan atau minuman yang manis atau asam.

c. Mulut kering.

d. Menderita gangguan makan (misalnya anoreksia atau bulimia) dan penyakit

refluks asam lambung.

e. Pertambahan usia.

f. Penggunaan rutin obat-obatan, suplemen, vitamin, atau produk herba yang

mengandung gula.

g. Jarang menyikat atau membersihkan gigi, (Tjin, 2018).

3. Gejala karies gigi

Gejala yang muncul pada tiap orang dapat berbeda, tergantung tingkat keparahan

dan lokasi lubang pada gigi. Saat lubang masih berukuran kecil dan baru

terbentuk, gejala mungkin tidak muncul atau tidak terasa. Namun, ketika kondisi

sudah semakin memburuk, gejala yang akan timbul adalah :

a. Sakit gigi, terutama saat mengigit atau ketika gigi ditekan.

b. Gigi menjadi sensitif.

c. Nyeri saat mengonsumsi makanan atau minuman yang manis, dingin atau

panas.

d. Terdapat lubang yang terlihat jelas pada gigi.

f. Nyeri pada gigi yang terjadi secara spontan tanpa penyebab yang jelas.

g. Terdapat bagian gigi yang berubah warna menjadi putih, cokelat, atau hitam.
4. patofisiologi

Patofisiologi karies gigi berupa pembentukan plak gigi oleh mikroorganisme

yang akan menyebabkan terjadinya demineralisasi gigi, mulai dari struktur enamel,

hingga sementum.

a. Enamel

Enamel/email merupakan bagian terluar gigi dan merupakan jaringan yang

sangat tinggi mineral. Karies gigi awalnya akan terbentuk pada enamel dengan

pembentukan plak gigi terlebih dahulu yang 70% berisi bakteri. Bakteri dan

terkadang jamur dapat mengonsumsi karbohidrat dan menggunakannya sebagai

energi dan memproduksi asam laktat. Asam yang diproduksi agen-agen ini

kemudian menguraikan matriks mineral pada gigi. Pada stadium awal ini akan

memiliki gambaran white spot lesion, yaitu lesi seperti putih kapur pada bagian

lesi. Lesi bercak putih tersebut kemudian akan berubah menjadi lesi berwarna

kehitaman.

Remineralisasi gigi dapat terjadi dengan deposit kristal dan mineral pada saliva.

Namun, apabila pasien tetap tidak menjaga kebersihan gigi dari plak dan tidak

mengurangi konsumsi gula maka proses demineralisasi akan terus berlanjut

melalui produksi asam dari bakteri pada lesi. Seiring terjadinya demineralisasi,

beberapa zona akan terbentuk pada enamel, yaitu:

 Zona translusen: fase awal terjadi karies. Zona ini terbentuk saat enamel

sudah kehilangan mineral sebanyak 0,5%


 Zona gelap: apabila demineralisasi terus terjadi maka zona gelap akan

terbentuk. Pada zona ini terjadi remineralisasi yang mengisi bagian prisma

email

 Zona badan lesi: pada zona ini terjadi destruksi dan demineralisasi hebat.

Pori-pori pada jaringan ini sebesar 5% pada bagian tepi dan membesar

menjadi 25% pada bagian tengah

 Zona permukaan: memiliki gambaran bercak putih pada permukaan

enamel. Pada zona ini terjadi remineralisasi pada permukaan, namun pada

bagian dalam sudah terbentuk rongga kosong. Hal ini menyebabkan

permukaan terlihat seolah-olah utuh namun dalam jangka waktu pendek

akan terbentuk kavitas.

b. Dentin

Apabila kavitasi enamel terjadi, maka bakteri akan dengan mudah

masuk ke dentin dan menginfeksi jaringan tersebut. Area pada dentin yang

berperan penting dalam pembentukan karies adalah zona ujung depan,

penetrasi, dan destruksi. Pada zona ujung depan terjadi demineralisasi

dentin akibat asam, akan tetapi pada zona ini tidak ditemukan bakteri.

Pada zona penetrasi, tubulus dentin terjadi invasi bakteri dan juga terdapat

dekomposisi dari dentin. Bagian terakhir, zona destruksi merupakan zona

di mana dentin telah dihancurkan dengan enzim proteolitik dan pada zona

ini lebih banyak populasi bakteri yang beragam.


c. Sementum

Karies pada sementum umumnya lebih sering terjadi pada orang

tua, di mana terjadi resesi gingiva. Kejadian-kejadian seperti trauma atau

penyakit periodontal dapat mengganggu gingiva di mana kemudian akan

terjadi proses kronik sampai lesi menginvasi akar gigi yang berlanjut

sampai dentin

5. Penatalaksanaan Medis
Beberapa tindakan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi gigi berlubang
meliputi:
a. Filling.

Filling atau tambal gigi merupakan tindakan yang paling umum dilakukan dalam

mengatasi gigi berlubang. Saat proses berlangsung, petugas terlebih dahulu akan

menggunakan bor untuk membuang bagian gigi yang rusak. Gigi yang sudah

dibuang bagian rusaknya kemudian ditambal dengan bahan-bahan khusus, seperti

komposit resin, porselen, emas, atau perak.

b. Crown

Crown atau kurung gigi biasanya dipilih untuk mengatasi kerusakan yang lebih

parah atau pada pasien yang memiliki kondisi gigi yang lemah. Crown adalah

tindakan pemasangan mahkota gigi palsu di atas gigi yang rusak. Sebagian besar

gigi yang rusak akan dikikis, disisakan sebagian kecil untuk tumpuan mahkota

gigi palsu. Sama seperti bahan yang digunakan untuk tambal gigi, mahkota gigi

palsu dapat terbuat dari emas, porselen, atau komposit resin.


c. Root canal.

Root canal atau perawatan saluran akar gigi umumnya dilakukan ketika kerusakan

yang terjadi sudah mencapai bagian dalam gigi atau akar gigi. Tindakan ini adalah

untuk memperbaiki kerusakan yang ada tanpa harus mencabut gigi.

d. Cabut gigi.

Tindakan ini biasanya dilakukan ketika kerusakan yang terjadi sudah parah dan

tidak dapat dipulihkan lagi. Pemasangan gigi palsu atau implan gigi menjadi

solusi untuk mengisi celah bekas gigi yang dicabut, (Tjin, 2018).

C. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul pada kasus

1. Pengertian

asuhan Keperawatan Keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan

secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan

intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah

disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan Keperawatan yang dilakukan

terhadap keluarga (Effendi, 1995) dalam asuhan keperawatan terdapat proses

keperawatan yang terdiri dari beberapa tahap diantaranya pengkajian diagnosis

perencanaan pelaksanaan dan evaluasi yang semua tahap ini sangat penting

diagnosa keperawatan adalah suatu proses kesimpulan klinis dari perubahan

teramati dalam kondisi fisik atau fisiologis pasien (Carpenitto, 1987). Karies gigi

adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan yang
dimulai dari permukaan gigi pit, fissure dan daerah interproximal meluas kearah

pulpa (Tarigan, 2013).

2. Karakteristik

Di dalam diagnosa keperawatan meliputi sebagai berikut :

a. Problem atau masalah

Suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh

keluarga atau anggota keluarga.

b. Etiologi

Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada 5

tugas keluarga yaitu :

1) mengenal masalah kesehatan keluarga

2) membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

3) memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4) mempertahankan suasana rumah yang sehat

5) menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

c. symptom

Sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga

secara langsung atau tidak langsung.

Tipologi diagnosis Keperawatan Keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu

1). Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh

keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat


2) Diagnosis resiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,

tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat

apabila tidak segera mendapatkan bantuan perawat.

3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika

keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai

sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

3. Faktor yang berhubungan (jika ada)

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan dengan atau etiologi dari diagnosa

keperawatan keluarga adalah :

a. Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi).

b. Ketidakmauan (sikap dan motivasi).

c. Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur atau

tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial, fasilitas, sistem

pendukung lingkungan fisik dan psikologis).

D. Rencana intervensi

Langkah-langkah dalam rencana Keperawatan Keluarga adalah :

a. Menentukan sasaran atau goal

b. Menentukan tujuan atau objektif

c. Menentukan kriteria dan standar kriteria

standar mengacu pada kepada 5 tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu pada

3 hal, yaitu :

1. Pengetahuan (kognitif)
intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi dan sasaran kepada keluarga

sebagai target asuhan Keperawatan Keluarga

2. Sikap (afektif)

intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam respon emosional

sehingga dalam keluarga terdapat sikap terhadap masalah yang dihadapi.

3. Tindakan (psikomotor)

intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan

perilaku yang merugikan keperilaku yang menguntungkan.

Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah :

1. Tujuan hendaknya logis sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang

sesuai dengan kondisi klien.

2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur.

3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh

keluarga dan mengarah kepada kemandirian klien sehingga tingkat

ketergantungan dapat diminimalisasi


E. Daftar Pustaka

Tarigan, R. (2013). Karies gigi. EGC.

Rahmawati, N. (2019). Hubungan tingkat kecemasan dengan status gizi pada


siswa kelas XII SMA. SKRIPSI-2018.

Saputro, K. Z. (2018). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa


remaja. Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 17(1), 25-32.

https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-gigi-dan-mulut/karies-
gigi/patofisiologi

SARI, D. W. (2019). HUBUNGAN KONSUMSI MINUMAN MANIS DENGAN


KEJADIAN OBESITAS DAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI
ALAZHAR, KELAPA GADING, SURABAYA (Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga)

Tjin Willy.Gigi Berlubang.https://www.alodokter.com/gigi-berlubang.[diakses 20


Oktober 2020]

Audric Albertus.Karies Gigi.https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-gigi-


dan-mulut/karies-gigi/etiologi.[diakses 20 Oktober 2020]

Achjar, K. (2010). Aplikasi Praktek Perkesmas Asuhan Keperawatan Keluarga,


Jakarta.CV.Sagung Seto.

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek, Edisi 3.


Jakarta : EGC

APD Salvari, G, (2013). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. TIM

Suprajitno.(2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai