Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

CA OVARIUM

A. Pengertian

Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur)

yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium

bisa menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah

menyebar ke hati dan paru – paru.

Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak

normal, cepat dan tidak terkendali.

Kanker indung telur atau kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker

yang berasal dari sel-sel ovarium atau indung telur. (Sofyan, 2006). Kanker ovarium

disebut sebagai “the silent lady killer” karena sulit diketahui gejalanya sejak awal.

Sebagian besar kasus kanker ovarium terdiagnosis dalam stadium yang sudah lanjut.

Kebanyakan kanker ovarium ini berawal dari kista. (Colombo N,Parma G, et al. Role

of conservative surgeri in ovarian cancer 2005)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau

kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium

atau indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme

normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak

terkendali.
B. ANATOMI OVARIUM

Ovarium adalah gonad wanita, dua struktur kecil yang terletak pada kedua sisi

uterus. Kelenjar yanng berada di bawah pengaruh sikliis hormon hipofise ini

menghasilkan oosit dan hormon ovarium (Brooker, 2012)

Ovarium adalah salah satu di antara beberapa organ reproduksi wanita yang

berfungsi untuk menghasilkan sel telur. Setiap wanita memiliki dua ovarium, terletak

pada rongga panggul sebelah kiri dan kanan. (Ilmu Dokter, 2014)

Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita, setiap wanita

memiliki dua ovarium. Mereka oval, sekitar 4cm panjang dan berbaring dikedua sisi

rahim(uterus) terhadap dinding panggul didaerah yang dikenal sebagai fossa ovarium.

Mereka diadakan ditempat oleh ligamen melekat pada rahim, tetapi tidak secara

langsung melekat pada sisi saluran reproduksi wanita, misalnya saluran telur.

(Kliksama, 2015)
C. Etiologi

Penyebab timbulnya kanker ovarium belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit kanker ovarium yaitu :

a) Riwayat kanker payudara

b) Riwayat kanker ovarium dalam keluarga (faktor genetik)

c) Berawal dari hiperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.

d) Menarche dini

e) Diet tinggi lemak

f) Merokok

g) Alkohol

h) Penggunaan bedak talk perineal

i) Nulipara

j) Infertilitas

k) Tidak pernah melahirkan

l) Terapi penggantian hormon

m) Kontrasepsi oral

D. Manifestasi Klinik / Tanda dan Gejala

Gejala umum bervariasi yang biasanya muncul pada kanker ovarium adalah :

a) Dispepsia

b) Menorrhagia (haid berlebihan)

c) Menopause lebih dini

d) Rasa tidak nyaman pada abdomen.

e) Nyeri tekan pada pelvis

f) Lingkar abdomen yang terus meningkat

g) Sering berkemih
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar

gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi

tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan

gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

1. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :

a) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.

b) Perasaan penuh dan ditekan diperut bagian bawah.

c) Nyeri saat bersenggama.

d) Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama,

mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus

biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.

2. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:

a) Gangguan haid

b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

c) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan

nyeri spontan dan sakit diperut.

d) Nyeri saat bersenggma

3. Pada stadium lanjut :

a) Ansietas

b) Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ-organ di dalam rongga perut

(usus dan hati)

c) Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,

d) Gangguan buang air besar dan kecil.


e) Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat

penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat

merasa sesak nafas.

Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan

Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang

diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG

dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker

ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi.

Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan

kista ovarium biasa.

E. Patofisiologi

Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia

(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH

dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang

stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak

memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan

pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel

anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium

polikistik. (Corwin, 2002)

Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan

abdomen dan pelvis dan sel–sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan

pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik

muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.


Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan

berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal,

seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada

beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat

hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor

menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006)

Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista

folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap

sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf

yang tidak ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.

Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan

serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi

cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak,

sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan

menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi

seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel

tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan intraperitonium,

dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)


F. Pathway

Faktor internal : Riwayat kanker


Faktor eksternal : Diet tinggi
payudara, riwayat kanker kolon,
lemak, merokok, minum alkohol.
gangguan hormonal.

Gagal sel telur berevolusi Gangguan hormon

Penimbunan folikel

Gagal melepaskan
sel telur.

Kanker Ovarium

Pre operasi Post operasi

Pembesaran ovarium Kurang Luka operasi Imobilisasi


informasi menurun

Diskontiunitas
Menahan organ sekitar jaringan Sirkulasi darah
Kurang pengetahuan
menurun

Tekanan syaraf sel tumor Gangguan


Ansietas rasa nyaman:
Imunitas turun
Gangguan rasa Nyeri
nyaman : Nyeri
Resiko Infeksi
G. Diagnosis

Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan

dengan :

a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)

Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit

yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam

rekam medik.

b) Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan kristik.

c) Tes laboratorium

Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana

kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang

telah bermetastasis ke arah hati atau tulang

d) Penanda tumor (tumor marker)

Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering

ditemukan peningkatan kadar CA 12

e) X-ray

X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan

gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa

tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan,

sedangkan udara memberikan warna hitam

f) Pencitraan lain

1. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah

memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan menggunakan

metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara alamiah dihasilkan oleh

tubuh.
2. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan cara

memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang berkembang

lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak

daripada sel-sel normal.

g) CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk mencitrakan

bagian dalam tubuh.

h) Scanning radioaktif.

i) Ultrasound

Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan sonogram

ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan abnormalitas pada

bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh

jaringan yang ditembakkan gelombang suara.

j) Endoskopi

Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh

menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas

seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.

H. Penatalaksanaan

1. Jika kanker belum menyebar ke luar ovarium, hanya dilakukan pengangkatan

ovarium yang terkena dan mungkin dengan tuba falopiinya (saluran indung telur).

2. Jika kanker telah menyebar ke luar ovarium, maka dilakukan pengangkatan kedua

ovarium dan rahim, serta kelenjar getah bening dan struktur di sekitarnya.

3. Dilakukan kemoterapi rutin setelah dilakukan operasi.


I. Diagnosa

Diagnosa keperawatan teoritis adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil

dari pengkajian keperawatan menjelaskan status kesehatan, masalah aktual resiko

maupun potensial yang dapat diperioritaskan. Adapun diagnosa keperawatan yang

bisa muncul pada pasien post operasi Ca.ovarium. (Gadduci, 2007)

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang tidak adekuat.

J. Intervensi

Adapun diagnosa yang timbul pada pasien pre operasi :

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai dengan :

 Nyeri pada abdomen

 Bengkak pada abdomen

 Ekspresi wajah nampak meringis

Tujuan : Nyeri teratasi

Kriteria :

 Klien mengatakan nyeri hilang.

 Ekspresi wajah nampak ceria.

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji tingkat nyeri, lamanya Mempermudah melakukan intervensi

lokasi dan skala intensitas selanjutnya.

nyeri.

b. Monitor tanda-tanda vital. Peningkatan TTV merupahan

indikasi peningkatan intensitas nyeri.


c)

c. Ajarkan teknik relaksasi

(nafas dalam). Teknik relaksasi dapat

menghambat/mengurangi spasme

d. Atur posisi yang otot.

menyenangkan

Memperlancar penekanan darah yang

dapat mengurangi ketegangan dan

e. Lanjutkan pemberian memperlancar sirkulasi darah.

obat analgetik.

Menghilangkan nyeri/

ketidaknyamanan

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri ditandai dengan:

 Frekuensi tidur menurun

 Konjungtiva pucat

 TD menurun

Tujuan : Konjungtiva nampak tidak anemis

Kriteria :

 TD dalam batas normal (120/80 mmHg).

 Frekuensi tidur klien meningkat (4 – 5 jam).


INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi TTV Mengetahui keadaan klien dan

pedoman tindakan selanjutnya.

2. Anjurkan keluarga klien Agar memberikan rasa nyaman

untuk kompres air hangat pada saat tidur

sebelum tidur.

3. Anjurkan untuk minum Agar dapat tidur lebih lama dan

susu sebelum tidur malam. nyaman.

4. Atur posisi senyaman Memudahkan klien beristirahat

mungkin. dengan nyaman.

5. Ciptakan lingkungan yang Agar klien dapat tidur dengan

aman dan nyaman. nyenyak.

3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan hygiene yang tidak adekuat

ditandai dengan :

 Peningkatan nyeri

 TTV abnormal

 Terdapat hecting.

Tujuan : Tidak terjadi infeksi


Kriteria : Luka sembuh dengan sempurna, tidak ada komplikasi.

INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi TTV Peningkatan TTV sebagai

indikator terjadinya infeksi.

2. Rawat luka secara septik dan Merawat luka secara steril

aseptik. menghindari terjadinya infeksi

pada luka operasi.

3. Ganti verban 1 x sehari atau Mencegah infeksi.

sesuai kondisi luka

4. App hecting 1 minggu setelah Jika hecting (benang) dibiarkan

operasi atau sesuai keadaan luka. lama tidak sesuai pengobatan

dapat menyebabkan infeksi

silang.

5. Lanjutkan pemberian obat


Menghilangkan atau mencegah
antibiotik
infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E (2000). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.

Nanda International. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC-NOC Jilid 1. Jakarta: EGC

Elisazabeth J. Corwin. 2002. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Robbins, dkk, 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7, Penerbit Buku Kedokteran egc.

Jakarta

Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta; Media Aesculapius. FKUI

Mohtar Rustam. 1999. Sinopsis Obstetris, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Edisi 2.

Jakarta; EGC.

Prawirto Hardjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kandungan Edisi 2. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka.

Wilkinson M. Judith, dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis NANDA,

Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta :

EGC
LAPORAN PENDAHULUAN

CA OVARIUM

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun oleh :

LATIF BUDI SETIAWAN

1911040088

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019/2020

Anda mungkin juga menyukai