Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CA OVARIUM

Disusun oleh :

FANDY AHMAD FAISAL


1911040051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
PURWOKERTO
2019
A. Definisi
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering
ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain,
panggul, dan perut melalui system getah bening dan melalui system pembuluh darah
menyebar ke hati dan paru- paru. Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang
paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan (Price, 2013).
Menurut Smeltzer (2012) kanker ovarium memiliki 4 stadium yaitu:
1. Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium.
2. Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium deng perluasan pelvis.
3. Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis diluar
pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif.
4. Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan metastasis
jauh.
B. Etiologi
Menurut Manuaba (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker,
biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda.
Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, serinkali sudah bukan stadium dini. Maka
terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar
ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya.Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.
2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan
epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
C. Tanda Gejala
Menurut Prawirohardjo (2010), Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium awal
a. Haid tidak teratur
b. Ketegangan menstrual yang terus meningkat
c. Menoragia
d. Nyeri tekan pada payudara
e. Menopause dini
f. Rasa tidak nyaman pada abdomen
g. Dispepsia
h. Tekanan pada pelvis
i. Sering berkemih
j. Flatulenes
k. Rasa begah setelah makan makanan kecil
l. Lingkar abdomen yang terus meningkat.
2. Stadium lanjut
a. Nyeri perut
b. Perut buncit
c. Gangguan fungsi saluran cerna
d. Berat badan turun secara nyata
e. Perdarahan pervaginam yang tidak normal
f. Gangguan saluran kencing
g. Rasa tertekan pada rongga panggul
h. Nyeri punggung
i. Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut
D. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat
ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada
masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan.
Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi,
jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk
melakukan implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang
menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2013).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium kecil.
Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi
tumor-tumor tersebut.
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut,
tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam
perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema,
tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak sekonyong-
konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman pathogen
seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut.
d. Robekan dinding kista
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan
dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor diangkat perlu
dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasan.
Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat
histiologis maupun biologis yang beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri
menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium
yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan
supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati
dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita
tumor ganas
ovarium.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurlailiyani (2013) pemeriksaan penunjang pada pasien kanker ovarium di bawah
ini:
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui letak kanker di ovarium atau tidak. Selain itu
untuk mengetahui sifat-sifat tumor tersebut.
2. Ultrasonografi (USG)
Pemakaian USG transvaginal dapat meningkatkan diagnosis karena mampu untuk
menunjukkan morfologi tumor ovarium secara tegas baik tumor kistik maupun tumor
padat. Morfologi tumor ovarium yang diperiksa terdiri dari tiga kategori, yaitu volume
tumor, struktur dinding tumor, dan struktur septum tumor. Penggunaan USG
transvaginal color Doppler dapat membedakan antara tumor jinak dengan tumor ganas.
Analisis gelombang suara Doppler (resistance index atau RI, pulsality index atau PI, dan
velocity) dapat menunjukkan keganasan apabila RI <0,4.
3. Pemeriksaan Tumor Markers
Pemeriksaan penanda tumor CA 125 (Cancer Antigen 125) dilakukan dengan memeriksa
antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom dan epitel amnion. Permukaan epitel ovarium
akan menghasilkan CA 125 bila terdapat kista inklusi, metaplasia permukaan epitel, dan
pertumbuhan papiler. Kadar normal CA 125 yang disepakati adalah 35 U/ml. Akan
tetapi, pemeriksaan kadar CA 125 memiliki spesifisitas dan positive predictive value
yang rendah karena pada kanker lain (kanker pankreas, kanker mammae, kanker
kandung kemih, kanker hati, kanker paru) kadar CA 125 juga meningkat.
4. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)
Pemeriksaan menggunakan CT-scan untuk diagnosis sangat bermanfaat. Melalui
pemeriksaan ini dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan
kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. Akan tetapi, CT-scan
kuang disenangi karena memiliki risiko radiasi, reaksi alergi terhadap zat kontras,
kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, dan biayanya yang
mahal.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan menggunakan MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik, penjalaran, dan
lokasi tumor di abdomen atau pelvis. Penggunaan CT-scan lebih banyak dianjurkan.
G. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2010) penatalaksanaan pada pasien kanker sebagai berikut:
1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh insiden dan
seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk
menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk
mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim dilakukan
laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor ganas ovarium.
Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens alkylating seperti itu
(cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5
fluorouracit / antibiotikal (admisin).
5. Penanganan lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali
H. Fokus Pengkajian
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang dikumpulkan dari
berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan keputusan yang diambil pada
tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya meliputi :
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Kelemahan / keletihan, Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
pada malam hari, adanya faktor-faktor yang memepengaruhi tidur missal, nyeri, ansietas,
berkeringat malam.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengeragan kerja.
Tanda : Perubahan pada TD
3. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress
(missal, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual).
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi missal, darah pada feses, nyeri pada defekasi.
Perubahan pada eliminasi urinarius masal, nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, disensi abdomen
5. Makanan/ Cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (missal, rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan
pengawet).
Anoreksia, mual/muntah. Perubahan pada berat badan,penurunan berat
badan,berkurangnya masa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
6. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
7. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri/derajat bervariasi missal, ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat.
8. Pernafasan
Gejala : Merokok (Tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok, pemajanan
asbes).
9. Keamanan
Gejala : Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misalnya, dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun. Multigravida, pasangan seks
multiple, aktivitas seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi Sosial
Gejala : Ketidakeadekuatan/kelemahan system pendukung. Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan/bantuan). Masalah tentang fungsi /
tanggung jawab peran.
I. Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi serabut saraf daerah pelvis.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah akibat
penekanan usus.
3. Gangguan eliminasi BAB/BAK berhubungan dengan penekanan pada daerah pelvis
4. Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan komplikasi
6. Defisit volume cairan berhubungan dengan asupan cairan inadekuat
J. Rencana Tindakan
1. Nyeri berhubungan dengan kompresi serabut saraf daerah pelvis

Tujuan : nyeri dapat terkontrol


Intervensi :
 Kaji derajat nyeri dalam menggunakan skala 1-10, karakter nyeri, dan lokasinya.
Rasional : pengkajian membantu dalam penepatan tindakan yang tepat.
 Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menunjukan factor pencetus/pemberat.
 Bantu pasien mendapatkan posisi yang nyaman.
Rasional : posisi yang tidak menekan abdomen menghindari terjadinya nyeri.
 Ajarkan pasien teknik relaksasi/napas dalam.
Rasional : efektif untuk meminimalkan nyeri.
 Jelaskan pembatasan aktivitas pada pasien.
Rasional : pemahaman pasien membantu dalam upaya untuk bekerja sama.
 Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : analgetik dapat menghilangkan nyeri.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah akibat
penekanan usus
Tujuan : klien akan menunjukkan kebutuhan nutrisi yang adekuat
Intervensi :
 Anjurkan pemberian makanan atau nutrisi dengan porsi kecil tapi sering
Rasional : porsi kecil tapi sering akan lebih memberikan banyak kesempatan bagi
pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
 Jelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat
Rasional : pendidikan kesehatan mengenai nutrisi akan mendorong pasien untuk
lebih memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisinya
 Timbang berat badan dengan frekuensi sering
Rasional : merupakan indikasi pemantauan adanya perkembangan asupan nutrisi
 Kolaborasikan pemberian nutrisi dengan ahli gizi
Rasional : kolaborasi asupan nutrisi dapat membantu peningkatan nutrisi.
3. Gangguan eliminasi BAB/BAK berhubungan dengan penekanan pada daerah pelvis
Tujuan : pola eliminasi pasien kembali normal.
Intervensi :
 Kaji pola eliminasi pasien, bandingkan dengan pola eliminasi sebelumnya.
Rasional : memberikan pedoman dalam penentuan tindakan.
 Kaji factor pencetus gangguan saat berkemih/BAB.
Rasional : nyeri saat tertekannya kista dapat menjadi factor penyebab kesulitan
berkemih/BAB.
 Anjurkan pasien untuk tidak terlalu mengedan saat berkemih/BAB.
Rasional : mengedan menimbulkan tekanan pada abdomen dan mencetus nyeri yang
justru mengganggu pola berkemih pasien.
 Lakukan kateterisasi jika diinstruksikan.
Rasional : merupakan alternative pengeluaran urine yang tertahan dalam kandung
kemih.
 Kolaborasi tentang diet rendah serat.
Rasional : makan rendah serat tidak memperberat kerja usus.
4. Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.
Tujuan: Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi:
 Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas
Rasional: ansietas ringan  dapat ditunjukan dengan peka rangsang dan insomnia
 Bicara singkat dengan kata yang sederhana
Rasional: rentang perhatian mgkn menjadi pendek, konsentrasi berkurang, yang
membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
 Jelaskan prosedur tindakan
Rasional: Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan kesalahan
presepsi
 Kurangi stimulasi dari luar
Rasional: Menciptakan lingkungan yang terapeutik
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta
EGC
Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: EGC.
Nurlailiyani. (2013). Hubungan antara usia pasien dengan derajat keganasan tumor ovarium di
RSUD DR. Moewardi tahun 2011-2012. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Skripsi
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Price, S.A., Wilson, L.M. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI.
Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8,
Vol. 1,2). Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai