Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TUMOR GANAS OVARIUM

MATA KULIAH GYNEKOLOGI

Dosen Pengampu : Siti Chunaeni, S. Kep. Ns, S.Tr.Keb, M. Kes

Disusun Oleh :

1. Herlina Ika Martaningrum (P1337424516130)


2. Ravinda Tyas Kusumaningrum (P1337424516154)

PRODI DIV KEBIDANAN MAGELANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang


beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, dan
mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam.

Tumor ganas ovarium berada di peringkat ketujuh keganasan yang paling


sering didiagnosis dan peringkat kelima jenis keganasan yang paling mematikan di
dunia. Pada tahun 2008 dilaporkan terdapat 224.747 kasus baru keganasan ovarium di
dunia, dengan 99.521 kasus didiagnosis di negara berkembang dan 125.226 kasus
lainnya di negara kurang berkembang (Stewart, 2012).

Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan penyebab


kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara, padahal five-
years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak mengalami kemajuan
yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada ovarium ditemukan dengan proporsi
sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi. Tumor ini dapat terjadi pada semua
golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan
pada masa reproduksi 2 kira-kira 30% dan pada usia lebih muda sebanyak 10%.
Akhir-akhir ini diperkirakan terjadi peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi
antara neoplasma ovarian jinak dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplaasma
ovarium borderline yang penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli.
Diperkirakan sekitar 9,2% dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma
kelompok ini, yang angka ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun
kemungkinan rekurensi dan kematian dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini
disebabkan karena neoplasma kelompok ini tetap memiliki kemampuan metastasis ke
organorgan jauh diluar genitalia interna (Priyanto, 2007).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tumor ganas ovarium
2. Untuk mengetahui etiologi dari tumor ganas ovarium
3. Untuk mengetahui patofisiologi tumor ganas ovarium
4. Untuk mengetahui klasifikasi tumor ganas ovarium
5. Untuk mengetahui gejala dari tumor ganas ovarium
6. Untuk mengetahui diagnosis dari tumor ganas ovarium
7. Untuk mengetahui terapi dan pengobatan tumor ganas ovarium
8. Untuk mengetahui evidence based yang berkaitan dengan tumor ganas ovarium

C. Manfaat
Agar mahasiswa mampu mempelajari dan memahami lebih dalam mengenai
materi tumor ganas pada ovarium. Selain itu agar para pembaca mampu menambah
wawasan materi mengenai tumor ganas pada ovarium.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi
wanita. Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ekstodermal, entodermal, dan
mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam.
Oleh sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa reproduksi dan
10% pada usia yang jauh lebih muda.

B. Etiologi
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila
timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan,
membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali
sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat
didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium
hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam
patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker
ovarium, diantaranya:

1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada


sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses
transformasi menjadi sel-sel tumor.

2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya


kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

C. Patofisiologi
Letak tumor tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat
menjadi besar tanpa disadari oleh penderita. Pertumbuhan tumor diikuti binfiltrasi ke
jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan
sebah, makan sedikit terasa kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun.
Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga perut merupakan ciri khas
suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan acites.
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta mediastinal
dan suprakular, untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh, terutama paru-paru
hati dan otak. Obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai
penderita tumor ganas ovarium.

D. Klasifikasi
Secara Internasional hingga saat ini diakui 2 sistem klasifikasi yang kedua-
duanya umum digunakan, ialah sistem TNM dari UICC (Union Internationale Contra
le Cancaer) dan sistem FIGO (Federation Internationale de Gynecologie er
dObsterigue)
Klasifikasi keganasannya sebagai berikut,

UICC KRITERIA FIGO


T1 Terbatas pada ovarium I
T1a Satu ovarium, tanpa ascites Ia
T1b Kedua ovarium, tanpa ascites Ib
T1c Satu/ dua ovarium, ada ascites Ic
T2 Dengan perluasan ke panggul II
T2a Uterus dan/atau tuba, tanpa ascites IIa
T2b Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites IIb
T2c Jaringan panggul lainnya, dengan ascites IIc
T3 Perluasan ke usus hatus/ omentum dalam panggul, atau penyebaran III
intraperitoeal/kelenjar retraperitoneal
M1 IV
Penyebaran ke alat-alat jauh

E. Gejala
Terdapat 3 tanda atau gejala yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya
yang sudah agak lanjut meliputi :
1. Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan peimer dan infiltrasi ke
jaringan sekitar
2. Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan
bermanifestasi adanya ascites
3. Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskuliniasi atau
hisperestrogenisme; intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik
tumor dan usia penderita
Tampilan makroskopis tumor ovarium ganas adalah bilateral, kapsul sudah pecah,
adanya perlengketan dengan organ sekitarnya, pertumbuhan abnormal di permukaan
tumor, asites hemoragik, ada metastasis di peritoneum, ada bagian-bagian yang
nekrotik dan berdarah, padat atau kistik dengan bagian-bagian padat, terdapat
perumbuhan papiler intra kista dan bentunya bervariasi.

F. Diagnosis
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor
atau massa, di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dari yang
kistik sampai yang solid (padat).
Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan
pemeriksaan klinik. Pemeriksaan USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan
(Computerised axcial Tomography scanning) dapat memberi informasi yang berharga
mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum pembedahan. Laparatomi
eksploratif disertai biopsi potong beku (frozen section) masih tetap merupakan
prosedur diagnostik yang paling berguna untuk mendapatkan gambaran sebenarmya
mengenai tumor da perluasannya serta melakukan strategi penanganan selanjutnya.

G. Terapi Dan Pengobatan


1. Pembedahan
Untuk tumor ganas ovarium pembedahan merupakan pilihan utama. Pada
tingkatan awal, prosedur adalah TAH+BSO+OM+APP (optional). Luas prosedur
pembedahan ditentukan oleh insidensi dari seringnya penyebaran ke sebelah lain
(bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi badan rahim (korpus uterus).
Pembedahan juga amat penting sebagai tindakan primer pada penderita dengan
penyakitnya yang ekstensif ialah dengan mengangkat sebanyak mungkin jaringan
tumor, bila keadaan memungkinkan meskipun tidak semua jaringan tumor dapat
diangkat seluruhnya (debulking). Dengan debulking (bulk reductive surgery)
memungkinkan kemo maupun radioterapi mejadi lebih efektif. Tindakan
konservatif (hanya mengangkat tumor ovariumnya saja) masih dapat dibenarkan
jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita masih muda, belum mempunyai anak,
derajat keganasan tumor rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi merupakan pengobatan lanjutan yang umumnya digunakan pada
tingkat klinik T1 dan T2 yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga
perut. Radioterapi juga dapat diberikan pada penyakit yang tingkatannya agak
lanjut, tapi akhir-akhir ini banyak digunakan bersama kemoterapi baik sebelum
atau sesudahnya sebagai adjuvant.
3. Kemoterapi
Kemoterapi sekarang sudah mendapat tempat yang diakui dalam penangannan
tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens
alkylating (seperti cyclophosphamide, chlorambucil), antimetabolit (seperti
MTX/metotbrexate dan 5 Flurouracil/5-FU) antibiotika (seperti adriamisin) dan
agens lain (seerti Cis Platinum). Berbagai kombinasi dari ages telah digunakan
yang ternyata dapat menunjukkan potensi yang berarti. Adanya asitens mungkin
dapat dikendalikan dengan kemoterapi intraperitoneal. Isotop radioaktif sekarang
jarang digunakan pada penanganan tumor ini, sedang teknik shunting cairan acites
ke dalam vena jugularis melalui plastic tube yang berkatub searah sedang banyak
digunakan.
4. Second Look Laparatomi
Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau
kemoterapi sebelumnya, lazim digunakan pada laparatomi kedua, bahkan kadang
sampai ketiga. Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses
penyakit, hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya.

Untuk tumor ganas ovarium perlu dilakukan pengamatan lanjut sebagai berikut:
1. Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan
2. Sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan
3. Sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan
4. Dan seterusnya setiap setahun sekali

H. Evidence Based
1. Effectiveness Of Different Treatment Modalities For The Management Of Adult-
Onset Granulosa Cell Tumours Of The Ovary (Primary And Recurrent)
Problem and Population : Tumor sel granulosa merupakan tumor ginekologi
langka ovarium dengan rekurensi bertahun-tahun setelah
diagnosis dan pengobatan awal. Evidece based
mengenai management tumor sel granulosa sangat
terbatas dan perawatannya belum dibakukan. Berbagai
management pengobatan sudah diterapkan baik berbasis
sederhana maupun operatif. Kombinasi bleomycin,
etoposide dan cisplatin (BEP) sudah digunakan untuk
pengobatan namun belum optimal. Populasinya adalah
535 wanita dengan diagnosis GCT
Intervention :-
Comparison : Membadingkan pengaruh metode pengobatan dilihat
dari sudut kelangsungan hidup perempuan dengan GCT
ovarium
Outcome : Studi menunjukkan bahwa wanita yang menerima
radioterapi pasca tindakan operasi memiliki resiko
kekambuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan
yang hanya menjalani operasi.
Time : Tahun 2013
2. Profil Tumor Ganas Ovarium di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Periode Januari 2011-Desember 2012
Problem and Population : Tumor ganas ovarium menempati urutan ketiga setelah
tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara yang
menyebabkan kematian di Indonesia.
Intervention :-
Comparison : Membandingkan prevelensi kanker berdasarkan usia,
paritas, status perkawinan, asal sel tumor, hispatologi
dan subtipe hispatologi dan umur
Outcome : Distribusi profil tumor ganas ovarium berdasarkan
umur, terbanyak ditemukan pada wanita perimenopause
(31-50 tahun), berdasarkan paritas terbanyak pada
kelompok paritas 1-3, berdasarkan status perkawinan
terbanyak pada perempuan yang sudah kawin,
berdasarkan sel asal tumor terbanyak ditemukan dari sel
epitel, berdasarkan histopatologi terbanyak ditemukan
adalah kistadenokarsinoma ovarii serosum dan ditribusi
profil tumor ganas ovarium berdasarkan subtipe
histopatologi dan umur, banyak ditemukan
kistadenokarsinoma ovarii serosum pada umur 31-50
tahun sedangkan tumor sinus endodermal ditemukan
pada umur <20 tahun.
Time : Tahun 2011-2012
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kanker indung telur (kanker ovarium) adalah tumor ganas pada ovarium.
Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50 70 tahun dan
1 dari 70 wanita menderita kanker ovarium. Kanker ini mendapat julukan The Silent
Lady Killer yaitu pembunuh wanita diam-diam karena sifat kanker ini sulit dideteksi
pada stadium dini karena biasanya tanpa gejala sama sekali. Keluhan timbul dan
mulai dirasakan penderita biasanya kalau sudah memasuki stadium lanjut dan sudah
terdapat benjolan. Faktor resiko terjadinya kanker ovarium yaitu obat kesuburan,
pernah menderita kanker payudara, riwayat keluarga yang menderita kanker payudara
dan atau kanker ovarium, riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paruparu,
prostat dan rahim. Tindakan pemeriksaan dan pengobatan yang dapat dilakukan
diantaranya adalah tes darah, laparaskopi dan laparatomi. Dan tindakan
pengobatannya adalah dengan cara operasi dan kemoterapi.

B. Saran

Kepada pembaca diharapkan memiliki kesadaran yang tinggi untuk


berperilaku sehat dalam reproduksi sehingga dapat terhindar dari bahaya kanker alat
reproduksi perempuan. Bidan dapat menjadi komunikator yang baik untuk
memberikan informasi, pengalaman dan pemahaman dalam mencegah dari perilaku
reproduksi yang tidak sehat khususnya dari bahaya kanker indung telur (ovarium) di
lingkungan masyarakat sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
Aziz MR, Andrijono, dan Saifuddin AB. 2010. Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi. Jakarta: PT Bina Pustaka Prawirohardjo
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Prawirohardjo
Gurumurthy, Bryant dan Shanbhag. 2014. Effectiveness of Different Treatment
Modalities for The Management of Adult-Onset Granulosa Cell Tumours of
The Ovary (Primary And Recurrent). Issue 4 Art No CD006912. Cochrane
Library
Rambe IR, Asri A dan Adrial. 2014. Profil Tumor Ganas Ovarium di Laboratorium
Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Periode Januari
2011 sampai Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas Edisi 3 No 1

Anda mungkin juga menyukai