Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

KANKER CA-OVARIUM

DISUSUN OLEH

FIRDA SINTIA
(190402029)
KEPERAWATAN 5B

DOSEN PENGAMPUH

FITRIANI, S.KEP.,NS.,M.KES

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSTITAS PUANGRIMAGGALATUNG SENGKANG

2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker ovarium adalah penyebab utama kematian akibat kanker
ginekologi di Amerika Serikat, dengan puncak insidensi terjadi di awal 1980-
an. Meskipun pemeriksaan fisik dilakukan dengan cermat, kanker ovarium
sering kali sulit dideteksi karena biasanya terdapat jauh di dalam pelvis
(Brunner, 2015). Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok yaitu tumor jinak,
bordeline (kanker diferensiasi sedang), dan tumor ganas. Kanker ovarium
diperkirakan 30 % terjadi dari seluruh kanker pada sistem genitalia wanita
(Arania & Windarti, 2015).
Menurut American Cancer Society tahun 2016, kanker ovarium
menduduki peringkat kelima dari seluruh kanker yang ditemukan pada wanita.
Sekitar 22.280 kasus baru kanker ovarium terdiagnosis dan 14.240 wanita
meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kelangsungan
hidup 5 tahun hanya sekitar 46,2 %. Berdasarkan laporan International
Agency for Research on Cancer ( IARC ) tahun 2012, angka kejadian kanker
ovarium pada tingkat global adalah 3,6/100.000 penduduk. Kelangsungan
hidup diperkirakan dalam 5 tahun pada stadium I, II, III, dan IV yaitu masing-
masingnya sekitar 90 %, 70 %, 39 %, dan 17 %.
Dampak dari kanker ovarium pada stadium awal tidak mengalami
perubahan pada tubuh yang tidak begitu terasa pada diri wanita karena awal
perubahannya di dalam tubuh mengalami keputihan yang dianggap wanita itu
hal biasa. Tetapi,pada stadium lanjut yaitu stadium II-IV akan mengalami
perubahan pada tubuh karena sudah bermetastase ke jaringan luar pelvis
misalnya jaringan hati, gastrointestinal dan paru-paru sehingga akan
menyebabkan anemia, asites, efusi pleura, nyeri ulu hati dan anoreksia
(Reeder, Martin, & Koniak-Griffin, 2013).

2
Keperawatan paliatif adalah adalah setiap bentuk perawatan medis atau
perawatan yangberkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit,
daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya
perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan
menyembuhkan.Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan
penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya
(WHO, 2010).
Asuhan keperawatan terdiri atas pendidikan kesehatan, dukungan fisik
dan emosi untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan. Selama hospitalisasi,
perawat melakukan pemantauan fisiologis dan prosedur teknis, serta
memberikan tindakan kenyamanan. Perawat memberikan dukungan untuk
membantu keluarga berkoping dan menyesuaikan diri, memberikan
kesempatan pada mereka untuk menceritakan dan mengatasi rasa takut, serta
membantu mengkoordinasikan sumber dukungan bagi keluarga dan proses
pemulihan (Reeder, dkk, 2013). Peran perawat pada kasus kanker ovarium
yaitu melakukan asuhan keperawatan mulai dari: (1) pengkajian keperawatan,
data dapat diperoleh dari riwayat kesehatan, keluhan utama pasien,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang; (2) diagnosa keperawatan,
setelah pengkajian lengkap maka perawat merumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah yang muncul dari hasil pengkajian; (3) intervensi
keperawatan, perawat menentukan prioritas masalah, tujuan, kriteria hasil
serta merumuskan intervensi; (4) implementasi keperawatan, perawat
melakukan tindakan keperawatan secara mandiri (teknik non farmakologi
untuk mengatasi nyeri) kolaborasi (manajemen mengontrol kecemasan,
menajemen nutrisi untuk menjaga keseimbangan nutrisi); (5) evaluasi
keperawatan, perawat memantau perkembangan kesehatan klien (Moorhead.
S, Dkk. 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari kanker ovarium?
2. Bagaimana konsep dari paliatif care?
3. Bagaimana asuhan keperawatan paliatif kanker ovarium?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dari kanker ovarium
2. Untuk mengetahui konsep dari paliatif care
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan paliatif kanker ovarium

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KANKER OVARIUM


1. Pengertian Kanker Ovarium
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan
sebab pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes
screening awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda
awal yang pasti. Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada
abdomen dan bengkak (Digiulio,2014).
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang berasal dari ovarium
dengan berbagai histologi yang menyerang pada semua umur. Tumor sel
germinal lebih banyak dijumpai pada penderita berusia < 20 tahun,
sedangkan tumor sel epitel lebih banyak pada wanita usia > 50 tahhun
(Manuaba, 2013).

2. Penyebab Kanker Ovarium


Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Faktor resiko
terjadinya kanker ovarium menurut Manuaba (2013) sebagai berikut.
a. Faktor lingkungan
Insiden terjadinya kanker ovarium umumnya terjadi di negara industry
b. Faktor reproduksi
1) Meningkatnya siklus ovulatori berhubungan dengan tingginya
resiko menderita kanker ovarium karena tidak sempurnanya
perbaikan epitel ovarium
2) Induksi ovulasi dengan menggunakan clomiphene sitrat
meningkatkan resiko dua sampai tiga kali
3) Kondisi yang dapat menurunkan frekuensi ovulasi dapat
mengurangi resiko terjadinya kanker
4) Pemakaian pil KB menurunkan resiko hingga 50 % jika
dikonsumsi selama lima tahun atau lebih
5) Multiparitas, kelahiran multiple, riwayat pemberian ASI

5
c. Faktor genetik
1) 5-10 % adalah herediter
2) Angka resiko terbesar 5 % pada penderita satu saudara dan
meningkat menjadi 7 % bila memiliki dua saudara yang menderita
kanker ovarium

3. Klasifikasi Histologi Kanker Ovarium


Menurut Price & Wilson (2012), kanker ovarium belum ada
keseragamannya, namun belum ada perbedaan sifat yang begitu berarti.
Kanker ovarium dibagi dalam 3 kelompok besar sesuai dengan jaringan
asal tumor yaitu sebagai berikut.
a. Tumor-tumor Epiteliel
Tumor-tumor epiteliel menyebabkan 60 % dari semua neoplasma
ovarium yang diklarifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan
ganas, dan ganas. Keganasan epitel yang paling sering adalah
adenomakarsinoma serosa
b. Tumor Stroma Gonad
Tumor ovarium stroma berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan.
c. Tumor-tumor Sel Germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi
ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma
dan tumor sinus endodermal.

6
4. Klasifikasi Stadium Kanker Ovarium
Menurut Prawirohardjo (2014), Klasifikasi stadium menurut FIGO
(Federation International de Gynecologis Obstetrics) 1988 sebagai berikut.
Stadium FIGO Kategori
Stadium I Tumor terbatas pada ovarium
Ia Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak
ada tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel
kanker pada cairan asites atau pada bilasan peritoneum
Ib Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak
terdapat tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel
kanker pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Ic Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan
satu dari tanda-tanda sebagai berikut : kapsul pecah,
tumor pada permukaan luar kapsul, sel kanker positif
pada cairan asites atau bilasan peritoneum
Stadium II Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke pelvis
IIa Perluasan dan implan ke uterus atau tuba fallopii.
Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan
peritoneum
IIb Perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel
kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum.
IIc Tumor pada stadium IIa/IIb dengan sel kanker positif
pada cairan asites atau bilasan peritoneum
III Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan
metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara
mikroskopik di luar pelvis atau metastasis ke kelenjar
getah bening regional
IIIa Metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvis
IIIb Metastasis peritoneum makroskopik di luar pelvis
dengan diameter terbesar 2 cm atau kurang.
IIIc Metastasis peritoneum di luar pelvis dengan diameter
terbesar lebih dari 2 cm atau metastasis kelenjer getah
bening regional
IV Metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila
terdapat efusi pleura, maka cairan pleura mengandung

7
sel kanker positif. Termasuk metastasis pada parenkim
hati

5. Tanda dan Gejala Kanker Ovarium


Menurut Prawirohardjo (2014), tanda dan gejala pada kanker ovarium
sebagai berikut.
a. Perut membesar/merasa adanya tekanan
b. Dispareunia
c. Berat badan meningkat karena adanya massa/asites
Menurut Brunner (2015), tanda dan gejala kanker ovarium yaitu:
a. Peningkatan lingkar abdomen
b. Tekanan panggul
c. Kembung
d. Nyeri punggung
e. Konstipasi
f. Nyeri abdomen
g. Urgensi kemih
h. Dispepsia
i. Perdarahan abnormal
j. Flatulens
k. Peningkatan ukuran pinggang
l. Nyeri tungkai
m. Nyeri panggul

6. Patofisiologi Kanker Ovarium


Penyebab pasti kanker ovarium tidak ketahui namun multifaktoral.
Resiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan faktor
lingkungan, reproduksi dan genetik. Faktor-faktor lingkungan yang
berkaitan dengan kanker ovarium epiteliel terus menjadi subjek perdebatan
dan penelitian. Insiden tertinggi terjadi di industri barat. Kebiasaan makan,
kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, tidak hamil dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu di anggap mungkin
menyebabkan kanker.

8
Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan
mungkin dapat mencegah. Terapi penggantian estrogen pascamenopause
untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat
kanker ovarium. Gen-gen supresor tumor seperti BRCA-1 dan BRCA-2
telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa keluarga. Kanker
ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah
ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila
yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50 %
kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
Lebih dari 30 jenis neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Kanker
ovarium dikelompokkan dalam tiga kategori besar ; (1) tumor-tumor
epiteliel ;(2) tumor stroma gonad ;dan (3) tumor-tumor sel germinal.
Keganasan epiteliel yang paling sering adalah adenomakarsinoma serosa.
Kebanyakan neoplasma epiteliel mulai berkembang dari permukaan
epitelium, atau serosa ovarium.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur
yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti
sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan.
Keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan
intraperitoneal. Limfasik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan
jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjer pada pelvis dan
kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker
ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau
tanda spesifik.
Gejala tidak pasti akan muncul seiring dengan waktu adalah
perasaan berat pada pelvis, sering berkemih, dan disuria, dan perubahan
gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat
kenyang, dan konstipasi.pada beberapa perempuan dapat terjadi
perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila
tumor menghasilkan estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosteron
dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen
dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor, ruptur, atau

9
torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama
pemeriksaan pelvis rutin.
Pada perempuan pramenopause, kebanyakan massa adneksa yang
teraba bukanlah keganasan tetapi merupakan kista korpus luteum atau
folikular. Kista fungsional ini akan hilang dalam satu sampai tiga siklus
menstruasi. Namun pada perempuan menarkhe atau pasca menopause,
dengan massa berukuran berapapun, disarankan untuk evaluasi lanjut
secepatnya dan mungkin juga eksplorasi bedah. Walaupun laparatomi
adalaha prosedur primer yang digunakan untuk menentukan diagnosis,
cara-cara kurang invasif, )misal CT-Scan, sonografi abdomen dan pelvis)
sering dapat membantu menentukan stadium dan luasnya penyebaran.
Lima persen dari seluruh neoplasma ovarium adalah tumor stroma
gonad ; 2 % dari jumlah ini menjadi keganasan ovarium. WHO (World
Health Organization), mengklarifikasikan neoplasma ovarium ke dalam
lima jenis dengan subbagian yang multipel. Dari semua neoplasma
ovarium, 25 % hingga 33 % tardiri dari kista dermoid ; 1 % kanker
ovarium berkembang dari bagian kista dermoid. Eksisi bedah adalah
pengobatan primer untuk semua tumor ovarium, dengan tindak lanjut yang
sesuai, tumor apa pun dapat ditentukan bila ganas.

10
7. Pathway

11
8. Respon Tubuh Terhadap Fisiologi
a. Sistem gastrointestinal
Pada pasien kanker ovarium untuk stadium lanjut, kanker tersebut
menginvasi ke organ lambung atau pembesaran massa yang disertai
asites akan menekan lambung sehingga menimbulkan gejala
gastrointestinal seperti nyeri ulu hati, kembung, anoreksia, dan
intoleransi terhadap makanan
b. Sistem perkemihan
Pada stadium lanjut, kanker ovarium telah bermetastase ke organ lain
salah satunya ke saluran perkemihan. Pembesaran massa terjadi
penekanan pada pelvis sehingga terjadi gangguan pada perkemihan
seperti susah buang air kecil atau urgensi kemih
c. Sistem endokrin
Pada sistem endokrin salah satu hati akan terjadi penekanan oleh
massa yang semakin membesar. Awalnya terjadi gangguan
metabolisme di hati, netralisir racun di hati terjadi penurunan, terjadi
penumpukan toksik atau racun di tubuh sehingga sistem imun tubuh
menurun sehingga menimbulkan gejala kelelahan. (Reeder, dkk. 2013)

9. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Ovarium


Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista
tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium). Pemeriksaan
diagnostik menurut Brunner (2015), sebagai berikut.
a. Ultrasonografi transvagina dan pemeriksaan antigen CA-125 sangat
bermanfaat untuk wanita yang beresiko tinggi.
b. Pemeriksaan praoperasi dapat mencakup enema barium atau
kolonoskopi, serangkaian pemeriksaan GI atas, MRI, foto ronsen dada,
urografi IV, dan pemindaian CT.Scan

12
10. Penatalaksanaan Kanker Ovarium
Menurut Reeder, dkk (2013), asuhan keperawatan terdiri atas
pendidikan kesehatan, dukungan fisik dan emosi selama prosedur
tindakan, dan dukungan emosi untuk mengatasi kecemasan dan ketakutan.
Selama hospitalisasi, perawat melakukan pemantauan fisiologis dan
prosedur teknis, serta memberikan tindakan kenyamanan. Perawat
memberikan dukungan untuk membantu keluarga berkoping dan
menyesuaikan diri, memberi kesempatan untuk menceritakan dan
mengatasi rasa takut, serta membantu mengoordinasikan sumber dukungan
bagi keluarga dan proses pemulihan. Selama memberi perawatan, perawat
membantu klien dan keluarga untuk mengklarifikasi nilai dan dukungan
spritual serta menemukan kekuatan pribadi untuk digunakan sebagai
koping. Wanita dan keluarga diharapkan mampu melalui fase berduka dan
kehilangan saat menghadapi penyakit yang mengancam jiwa.
Apabila pasien menderita penyakit terminal, alternatif asuhan, seperti
hospice care, perawatan di rumah, dan fasilitas asuhan multilevel yang
dapat mendukung kualitas kehidupan dan kematian yang damai mulai
digali. Alternatif ini meningkatkan fungsi selama mungkin, meredakan
nyeri, mendorong interaksi dengan orang yang dcintai, dan memberikan
dukungan emosional dan spritual.

B. KONSEP PALIATIF CARE


1. Pengertian Paliatif Care
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi
dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain
baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam
menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa,

13
melalui penceghan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit
masalah lain, fisik, psikososial, spirirtual (kemenkes RI Nomor 812,
2007).

2. Tujuan Perawatan Paliatif


Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada
akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah
siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya.
Perawatan paliatif meliputi :
a. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya
b. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
c. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan
pasien
d. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
e. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
f. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi
penyakit pasien dan kehilangan mereka.

3. Prinsip perawatan Paliatif Care


Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan
keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan
accses yang competent dan compassionet, Mengembangkan professional
dan social support untuk pediatric palliative care, Melanjutkan serta
mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan
pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)
Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

a. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai


proses yang normal
b. Tidak mempercepat atau menunda kematian.

14
c. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
d. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
e. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
f. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
g. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya
h. Menghindari tindakan yang sia-sia

4. Hak-Hak Penderita
a. Tahu status kesehatannya
b. Ikut serta merencanakan perawtan
c. Dapat informasi tindakan invasif
d. Pelayanan tanpa diskriminasi
e. Dirahasiakan oenyakitnya
f. Dapat bekerja dan dapat produktif
g. Berkeluarga
h. Perlindungan asuransi
i. Pendidikan yang layak

5. Dimensi Kualitas Hidup


Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah
Dudgeeon dan Harvey Scipper (1999) adalah :
a. Penaganan permasalah kondisi fisik (gejala dan nyeri)
b. Kemampuan fungsional dalam beraktifitas
c. Kesejahteraan keluarga
d. Kesejahteraan emosional
e. Spiritual
f. Fungsi sosial
g. Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)
h. Orientasi masa depan (rencana dan harapan)
i. Seksualitas (termasuk “body image”)
j. Fungsi okupasi

15
6. Model/Tempat Perawatan Paliatif Care
a. Rumah sakit, (Hospice hospital care), Poliklinik, Rawat singkat, Rawat
Inap
b. Rumah (Hospice home care)
c. Hospis (Hospice care)
d. Praktek bersama , Tim/ kelompok perawatan paliatif

7. Peran Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan Paliatif


a. Pelaksana perawat : pemberi asuhan keperawatam, penddikan
kesehatan, koordinator, advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi
lingkungan.
b. Pengelola : manajer kasus, konsultan, koordinasi
c. Penddik : Di pendidikan / dipelayanan
d. Peneliti

8. Prinsip Asuhan Perawatan Paliatif


a. Melakukan pengkajian dengan cermat, mendengarkan keluhan dengan
sungguh-sungguh
b. Menetapkan diagnosa / masalah keperawatan dengan tepat
c. Merencanakan asuhan keperawatan
d. Melaksanakan tindakan / asuhan keperawatan
e. Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat

16
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA OVARIUM
1. Pengkajian
a. Data
Identitas pasien
Nama : Ny. Y
No.RM : 98.00.88
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : sengkang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk : 14 November 2021
Tanggal Pengkajian : 17 November 2021
Diagnosa Medis : Kanker Ovarium Stadium 3 + Post
Kolostomi
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Z
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan Pasien : Suami

b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Pasien masuk pada tanggal 30 April 2019 dengan keluhan nyeri
pada perut karena cairan pada perut menekan, bengkak pada kaki
sejak satu bulan yang lalu, gelisah dan ada luka post colostomy
sebelah kanan perut.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1 Mei 2017 pukul 16.00
WIB dengan hari rawatan kedua, Ny. Y mengeluhkan nyeri pada
perut, perut membesar sejak satu bulan yang lalu, merasa gelisah,
sesak nafas karena nyeri, nafsu makan tidak ada, punggung kaki

17
membengkak dan pasien post colostomy terletak sebelah kanan
yang infeksi.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga Ny. Y mengatakan belum pernah menderita kanker
kolon, kanker payudara, dan kanker endometrium. Ny. Y pernah
dirawat sebelumnya dengan penyakit yang sama di RSUD Arifi
Ahcmad Pekanbaru selama 21 hari karena operasi ovarium sebelah
kiri sejak 9 tahun yang lalu dan pemasangan kolostomi karena
kanker ovarium sudah menyebar ke usus maka dilakukan tindakan
kolostomi sebelah kanan pada 31 Desember 2018.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa dia dan keluarga lainnya tidak ada yang
mengalami penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, dan jantung.
5) Riwayat Haid/Status Ginekologi
Pasien mengatakan pasien pertama kali datang haid umur 13 tahun,
siklus teratur, haid banyak pada hari ketiga, warna merah, bau
khas, disminorrhe ada pada saat hari pertama haid, nyeri masih bisa
ditahan. Tidak ada haid lagi sejak September 2010.
6) Riwayat Obstetri
Pasien mengatakan hamil pertama kali berumur 21 tahun, tidak ada
masalah selama kehamilan, melahirkan secara normal keempat
anak, masa nifas kira-kira 12 hari, tidak ada masalah selama masa
nifas, menyusui ASI Ekslusif selama 2 tahun, namun pada anak
keempat menyusui ASI Ekslusif hanya selama 4 bulan karena
Ny.Y mengalami bisul pada payudara sebelah kanan
7) Data Keluarga Berencana
Pasien mengatakan pasien pernah menggunakan suntik KB 3 bulan

18
c. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan X : Meninggal

: Pasien

d. Data Biologi
1) Pola nutrisi
Ny. Y memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari, jenis makanan
biasa yaitu nasi + lauk pauk + sayuran + buah, pasien dahulu masa
muda sering makan makanan yang instan, pola makan teratur, saat
sehat berat badan pasien 50 Kg dan turun saat sakit 47 Kg. tetapi
selama dirawat di rumah sakit pasien mendapatkan diet makanan
lunak yaitu bubur putih+buah, makan hanya setengah porsi habis.
Selama dirumah sakit pasien makan 3 kali sehari.
2) Pola emininasi
Kebiasaan buang air kecil 6-7 kali sehari, warna kuning kehitaman,
bau khas, sedangkan kebiasaan eliminasi terpasang colostomy
sebelah kanan
3) Pola istirahat/tidur
Pola tidur pasien sebelum sakit tidak mengalami kesulitan tidur
yaitu sekitar ± 7 jam tetapi setelah dirawat di rumah sakit pasien

19
sulit untuk memulai tidur saat malam hari maupun siang karena
sesak nyeri pada perut.
4) Pola hygene
Kebiasaan mandi 2 kali sehari, selama di rumah sakit pasien
mengatakan mandi 1 kali sehari, hanya di lap.
e. Pola Aktifitas
Pasien mengatakan pasien tidak bisa melakukan aktivitas secara
mandiri harus dengan bantuan. Bantuan yang diberikan maksimum
seperti makan, minum, dibantu untuk duduk, dan merubah posisi
pasien.
f. Data Psikologis
Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya saat ini, pasien sering
mengeluh penyakitnya tidak akan sembuh, merasa putus asa, dan
pasrah dengan kondisi pasien saat ini. Pasien mengatakan khawatir
dengan anak-anaknya jika nanti meninggal. Suami pasien selalu berada
di samping pasien untuk menolong aktivitas pasien, dan memotivasi
pasien agar yakin dan percaya penyakit ini akan sembuh.
g. Data spiritual
Pasien tidak pernah terlihat shalat 5 waktu. Pasien hanya banyak
beristigfar.
h. Data sosial ekonomi
Pasien mengatakan pasien menggunakan BPJS.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum :
Kesadaran : E4 V5 M6 (GCS 15)
TTV : TD = 130/90 mmHg RR= 26 x/mnt
N = 98 kali/menit S = 37 oC
BB = 46 Kg TB = 160 cm

2) Kepala
Inspeksi : Kepala makrosepal, tidak ada benjolan, rambut
tidak rontok, tidak berketombe.

20
3) Mata
Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, reflek pupil sama kiri dan kanan.
4) Hidung
Inspeksi : Pernafasan cuping hidung tidak ada, tidak ada
kelainan pada hidung
5) Mulut
Inspeksi : Pada inspeksi bibir tampak kering, lidah tampak
bersih.
6) Telinga
Inspeksi : Pada telinga simetris kiri dan kanan, tampak bersih
7) Leher
Inspeksi : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
dan vena jugular.
8) Thoraks (paru-paru)
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada
sesak, RR 26 kali/menit
Palpasi : Dengan pemeriksaan taktil fremitus dan vocal
fremitus getaran dinding torak antara kanan dan kiri teraba sama
Perkusi : Suara dinding torak sonor
Auskultasi : Suara paru terdengar vesikuler
9) Thoraks (jantung)
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Pulsasi atau denyutan yang berlebihan tidak ada,
teraba batas atas ICS II mid sternalis, batas bawah ICS V, batas kiri
ICS V mid clavikula sinistra, batas kanan ICS IV mid sternalis
dextra.
Perkusi : Terdengar suara dullness
Auskultasi : Bunyi jantung normal (S1, S2 reguler)

21
10) Abdomen
Inspeksi : Lingkar perut 82 cm, tampak ada bekas operasi
vertical panjangnya kira-kira 11 cm yang infeksi, terpasang
kolostomi sebelah kanan yang infeksi
Auskultasi : Frekuensi peristaltik usus 10 kali/menit
Palpasi : Terdapat ada nyeri tekan di abdomen
Perkusi : Terdengar bunyi tympani
11) Genetalia
-
12) Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas atas pada tangan sebelah kiri terpasang
IVFD RL, ekstremitas bawah tampak pucat, udema pada punggung
kaki, Pemeriksaan kulit turgor kembali cepat, lembab, CRT
kembali dalam dua detik, akral teraba hangat.

j. Data Penunjang

LABORATORIUM
Pemeriksaan Hasil Normal
Lk : 13,2 – 17,3
Hemoglobin 10,1 g/dl
Pr : 11,7 – 15,5
Lk : 3.800 – 10.600
Leukosit 15.590/mm3
Pr : 3.600 – 11.000
Trombosit 315.000/mm3 150.000 – 400.000
Hematokrit 27% 37-43%
Total protein 5,0 g/dl 6,6-8,7 g/dl
Albumin 1,5 g/dl 3,8-5,0 g/dl

k. Pengobatan
1) Ny. Mendapatkan terapi IVFD RL
2) IVFD NaCl 0,9 %
3) Tranfusi albumin 20 %
4) Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g
5) Inj. Metronidazole

22
6) Inj. Gentamicin

2.ANALISIS DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : malginaa Nyeri akut
- klien mengatakan
nyeri bagian perut dan
ada cairan bagian pembesarn massa
perut
- klien mengatakan
bengkak bagian kaki konpresi serabut saraf
DO :
- kulit klien
nampakgelisah nyeri akut
dan kesakitan.
- TD : 130/90mmHg
- N : 98x/m
- S : 37 C
- P : 26 x/m

23
NN DS : status kesehatan Ansietas
- Klien mengatakan
cemas terhadap
penyakit nya koping individu tidak
- Klien mengatakan efektif
sering gelisah
DO : gangguan konsep diri
- TD : 130/90mmHg
- N : 98x/m
- S : 37 C ansietas
- P : 26 x/m

DIAGNOSA
1.Nyeri akut berhubungan dengan mengeluh nyeri ditandai dengan
gelisah. D. 0077
2. ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
ditandai dengan merasa khwatir dengan akibat dari kodisi yang di
hadapii. D. 0055

24
2. Rencana Keperawatan

N SDKI SLKI SIKI


o
1 Nyeri akut berhubungan dengan Luaran Utama : Tingkat nyeri(L.08066) Intervensi Utama : perawatan nyeri
mengeluh nyeri ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan (L.08238)
gelisah. D. 0077 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi
menurun - Identifikasi skala nyeri
- Tingkat nyeri dengan nilai2 - Identifikasi respon nyeri dan
- Tingkat gelisah dengan nilai 3 non verbal
Terapeutik :
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
- Fasilitasi istrhat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab,periode,dan pemicu

25
nyerri
- Jalaskan startegi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik ,jika perlu
Edu

2. ansietas berhubungan dengan Luaran utama : ansietas ( L.09093) Intervensi utama : Edukasi terapi
ancaman terhadap konsep diri ditandai Setelah dilakukan pemeriksaan fisik cairan(l.12455)
dengan merasa khwatir dengan akibat selama 1x24 jam ekspektasi membaik Observasi :
dari kodisi yang di hadapii. D. 0055 dengan kriteria hasil : - Identifikasi kesiapan dan
- Keluhan perilaku gelisah kemampuan meneriama
meembaik informasi
- Keluhan perilaku pusing Terapeutik :
membaik - Sediakan materi dan medis
pendididkan kesehtan

26
- Jadwalak pendididkan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk
bertanya.
Edukedukasi :
- Jelaskan pentingnya cairan
bagi tubuh
- Jelaskan jenis dan fungsi
cairan dalam tubuh
- Jelaskan komposisi dan
distribusi cairan tubuh.

N Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi

27
o Tanggal
1 Rabu, Nyeri akut berhubungan Observasi S : klien
. Nov dengan mengeluh nyeri - Identifikasi skala nyeri mengatakan gatal
2021 ditandai dengan gelisah. - Identifikasi respon nyeri dan bagian perut
D. 0077 non verbal O : perut kalien
Terapeutik : tampak bengkak
- Kontrol lingkungan yang A : masalah
memperberat rasa nyeri. belum teratasi
- Fasilitasi istrhat dan tidur P : intervensi
- Pertimbangkan jenis dan dilanjutkan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab,periode,dan pemicu
nyerri

2 Kamis , ansietas berhubungan Observasi : S : klien


18 Nov dengan ancaman terhadap - Identifikasi kesiapan dan mengatakan sudah

28
2021 konsep diri ditandai kemampuan meneriama tidak gelisa lagi
dengan merasa khwatir informasi O : klien tampak
dengan akibat dari kodisi Terapeutik : membaik
yang di hadapii. D. 0055 - Sediakan materi dan medis A : masalah
pendididkan kesehtan teratasi
- Jadwalak pendididkan sesuai P : intervensi
kesepakatan diberhentikan
- Berikan kesempatan kepada
pasien dan keluarga untuk
bertanya.
Edukedukasi :
- Jelaskan pentingnya cairan
bagi tubuh
- Jelaskan jenis dan fungsi
cairan dalam tubuh
- Jelaskan komposisi dan
distribusi cairan tubuh.

29
30
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah kanker ginekologis yang paling mematikan sebab
pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah. Tidak ada tes screening
awal yang terbukti untuk kanker ovarium. Tidak ada tanda-tanda awal yang
pasti.
Keperawatan paliatif adalah adalah setiap bentuk perawatan medis atau
perawatan yangberkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit,
daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya
perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan
menyembuhkan.Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan
penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah yang
berjudul “Asuhan Paliatif Care Pada Pasien CA Ovarium” masih banyak
kekurangan, karena kurangnya referensi dan pengetahuan pada saat
pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis mengharapkan saran yang
membangun dari pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik
lagi. Demikianlah malakah ini kami buat untuk menambah pengetahuan dan
informasi yang dapat berguna demi kepentingan bersama, terima kasih.

31

Anda mungkin juga menyukai