Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN ANAK KRONIS/TERMINAL DAN


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK KRONIS/TERMINAL

DISUSUN OLEH:

FAUZIAH HASDIANI NUR 190402028

DOSEN PEMBIMBING:

Ery Wardanengsih, S.Kep., Ns., M.M Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS PUANGRIMAGGALATUNG

SENGKANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang selalu melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua, serta rasa syukur selalu
saya ucapkan karena nikmak kesehatan-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Konsep Keperawatan Anak Kronis/Terminal Dan Asuhan
Keperawatan Anak Kronis/Terminal” dengan tepat waktu. Makalah ini saya susun
untuk memenuhi tugas dari Dosen Ery Wardanengsih, S.Kep., Ns., M.MKep.
Dengan selesainya makalah ini saya berharap semoga dapat membantu teman-
teman dalam memahami materi Konsep Keperawatan Anak Kronis/Terminal serta
menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang Asuhan
Keperawatan Anak Kronis/Terminal.
Namun jika dalam makalah ini banyak terdapat kesalahan saya minta maaf,
karena saya juga masih proses belajar. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Atapange, 22 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan pada pasien menderita penyakit pada stadium
akhir (stadium terminal) merupakan tugas perawat seperti halnya
memberikan asuhan keperawatan pada individu dengan penyakit lain.
Proses yang harus dilalui dalam asuhan keperawatan diawali dengan:
pengkajian semua aspek (head to toe) atau semua sistem tubuh,
penegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Perawat dapat disebut sebagai profesi yang fokus diri pada perawatan
individu, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dilakukan agar mereka bisa
mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang maksimal,
dengan memperhatikan kualitas hidup dari hari kelahirannya sampai
kematian.
Umumnya, pasien dengan kondisi terminal memiliki potensi untuk
mengalami depresi berat, dan merasakan amarah karena ketidakberdayaan
serta keputusasaan yang ada dalam kepalanya. Dalam tahap akhirnya ini,
pasien perlu selalu berada di dekat perawat, sehingga pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien bisa meningkatkan motivasinya untuk
melanjutkan hidup meski didiagnosa keadaan terminal, serta membantu
pasien mempersiapkan diri menghadapi alam yang kekal dengan tipisnya
harapan sembuh.
B. Rumusan Masalah
1. A
C. Tujuan
1. A

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT


KRONIS ATAU TERMINAL
Lingkup praktik merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat
pendidikan yang memiliki, lingkup yang dilakukan selama batas
keprofesiannya. Sedangkan praktik keperawatan ini sendiri merupakan
tindakan mandiri perawatan professional dengan melalui kerja sama secara
kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan. lingkup praktik keperawatan anak merupakan batasan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien anak dari usia 28 hari
sampai 18 tahun atau usia bayi baru lahir sampai 12 tahun (Gartinah, dkk
1999). Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak harus
berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan untuk tumbuh
kembang anak seperti asuh, asih, dan asuh (Sularyo, 1993).
1. Kebutuhan Asuh
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus
dipenuhi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan
ini dapat meliputi kebutuhan akan gizi atau nutrisi, kebutuhan
pemberian tindakan keperawatan dalam meningkatkan dan mencegah
terhadap penyakit, kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila sakit,
kebutuhan akan tempat atau perlindungan yang layak, kebutuhan
hygiene perseorangandan santitasi lingkungan yang sehat, kebutuhan
akan pakaian, kebutuhan kesehatan jasmanidan akan rekreasi, dan lain-
lain. Kesemuanya merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
pada anak dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak.
2. Kebutuhan Asih

2
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada
anak atau memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam
kehidupan banyak ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk
di dalamnya adanya perasaan kasih sayang atau hubungan anak
dengan orang tua atau orang di sekelilingnya karena akan
memperbaiki perkembangan psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan
ini akan mengingatkan ikatan kasih sayang yang erat (bonding) dan
terciptanya rasa percaya yang kuat).
3. Kebutuhan Asuh
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
anak, untuk mencapai perkembangan dan pertumbuhan secara optimal
dan sesuai dengan usia tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan asuh
(stimulasi mental) akan memperbaiki perkembangan anak sejak dini
sehingga perkembangan psikososial, kecerdasan, kemandirian, dan
kreativitas pada anak akan sesuai dengan harapan atau usia
perkembangan dan pertumbuhan.

Dalam memberikan layanan keperawatan anak selalu diutamakan,


mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses
kematangan yang berada dengan pelayanan keperawatan pada orang
dewasa. Pemberian prioritas ini oleh karena beberapa perbedaan antara
anak dan dewasa, di antaranya:

Pertama, struktur fisik antara anak dan dewasa berbeda mulai dari
ukurang besarnya hingga aspek kematangan fisik, perbedaan tersebut
dilihat dari ukuran bahwa anak lebih kecil disbanding dengan orang
dewasa yang cenderung lebih besar, demikian juga ketahanan fisik anak
lebih rentan ketahanannya, relatif rendah disbanding kan dengan orang
dewasa yang mempunyai ketahanan fisik yang baik.

Kedua, proses fisiologis anak dengan oranh orang dewasa mempunyai


perbedaan dalam fungsi tubuh. Orang dewasa cenderung fungsi tubuh
sudah mencapai kematangan, sedangkan anak masaih dalam proses

3
menuju kematangan, sehingga dalam memberikan pelayanan keperawatan
anak selalu memperhatikan usia tumbuh kembang.

Ketiga, kemampuan berfikir anak dengan orang dewasa juga berbeda,


dimana orang dewasa cendeung lebih tersisitematik (sudah baik)
dibanding dengan anak sebab fungsi otak orang dewasa lebih matang
sedangkan pada anak cenderung masih dalam proses perkembangan.

Keempat, tanggapan terhadap pengalaman masa lalu pada orang


dewasa dan anak mempunyai perbedaan, pada anak cenderung kepada
dampak psikologis, apabila pengalaman pada masa lalu yang dialami
kurang mendukung, yang berdampak pada tumbuh kembang anak,
sedangkan orang dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme koping
yang baik dan matang.

1. Paradigma Keperawatan Anak


Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir
dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Tanpa ini batasan dan
lingkup keperawatan tidak mudah dipahami secara jelas. Penggunaan
paradigma keperawatan anak tetap mengacu pada konsep paradigma
keperawatan secara umum yang merupakan cara pandang dalam suatu
ilmi, landasan berpikir tersebut terdiri dari empat komponen,
diantaranya manusia dalam hal ini adalah anak, keperawatan, sehat-
sakit, dan lingkungan yang daoat digambarkan sebagai berikut.
sp
u
)M
t-S
h
e
Kk
a
n
(AiLg
rw

4
2. Komponen Paradigma Keperawatan Anak
a. Anak
Dalam keperawatan anak, yang menjadi individu (klien) dalam
hal ini adalah anak, anak diartikan sebagai seserorang yang berusia
kurang dari 18 tahun dalam masa tumbung kembang dengan
kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, sosiologis, sosial, dan
spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.
Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
di mulai dari bayi (0-1 th) usia bermain atau olddler (1-2,5thn), pra
sekolah (2,5-5thn), usia sekolah (5-11thn), hingga remaja (11-
18thn). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain
mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang
perubahan, pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat
dan lambat. Dalam proses berkembang dan perkembangan yaitu
rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang anak
memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku
sosial.
Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik
yang sama akan tetap mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya.
Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami
perkembangan yang tidak sama. Ada kalanya anak dengan
perkembangan kognitif yang cepat dan ada juga perkembangan
kognitif yang lambat. Hal tersebut juga di pengaruhi oleh latar
belakang anak. Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi,
akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami
perkembangan seiring dengan pertumbuhan usia pada anak.
Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hampir sama
dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada
anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada
saat bayi anak menangis. Salah satu pola koping yang dimiliki

5
anak adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai
dengan keinginannya, dan lain sebagainya.
Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami
perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi prilaku
sosial pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau
diajak orang lain, dengan orang banyak, dengan menunjukan
keceriaan (tidak menangis). Hal tersebut sudah mulai menunjukan
terbentuknya oerilaku sosial yang seiring perkembangan usian.
Perubahan perilaku sosial juga dapat berubah sesuai dengan
lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain
dengan kelompoknya yaitu anak-anak.
b. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma kjeperawatan yang di maksud
adalah lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam
perubahan status kesehatan anak, seperti keturunan, jenis kelami,
emosi dan lain-lain. Contoh lingkungan internal yang dapat
berperan dalam perubahan status kesehatan, seperti pada anak lahir
dengan memiliki kasus penyakit bawaan maka dikemudian hari
akan mengalami perubahan status kesehatan cenderung mudah
sakit. Kemudian contoh factor lingkungan eksternal yang berperan
dalam status kesehatan anak adalah gizi anak, peran orang tua,
saudara, teman sebaya atau masyarakat yang berada dalam
lingkungan tersebut juga memiliki potensi untuk mempengaruhi
status kesehatan anak seperti apabila lingkungan anak tidak ada
dukungan untuk berkembang selalu tertekan, diberikan tanpa
control yang jelas, tidak aman dan tanpa adanya kasih sayang,
maka status kesehatan anak tidak dapat mencapai tingkat
kesejahteraan, dan bahkan anak cenderung mudah terjadi sakit.
c. Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keparawatan yang
diberikan pada anak dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga seperti

6
adanya dukungan, pendidikan kesehatan, dan upaya dalam rujukan
ke tenaga kesehatan dalam program perawatan anak.
Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan secara
langsung pada keluarga mengingat keluarga merupakan system
terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara efektif, dan dalam
keperawatan anak keluarga sangat berperan dalam menentukan
keberhasilan asuhan keperawatan, disamping keluarga sendiri
mempunyai peran yang sangat penting bagi perlindungan anak dan
mempunyai peran untuk memenuhi kebutuhan anak, keluarga juga
mempunyai peran seperti peran dalam mempertahankan
kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan
anak dan mensejahteraan anak untuk mencapai masa depan yang
lebih baik, melalui interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan
anak (Wong, 1995).
d. Sehat-Sakit
Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat di berikan
bantuan pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi
anak berada dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat
optimal, sehat, sakit, sakit kronis, dan meninggal. Rentang ini
suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat
dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut
anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsun g maupun
tidak langsung, seperti apabila anak berada dalam rentang sehat
maka upaya perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai
mencapai taraf kesejahteraan baik fisik, sosoal maupun spiritual.
Demikian sebaiknya, apabila anak dalam kondisi krisis atau
meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan
dukungan pada keluarga. Jadi batasan sehat secara umum dapat
diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan
social serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO,
1974) yang memiliki ciri sebagai berikut: Memiliki kemampuan
merefleksikan perhatian induvidu sebagai manusia, memiliki

7
pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan baik secara
internal maupun eksternal dan memiliki hidup yang kreatif dan
produktif.

3. Peran Perawat dalam Keperawatan Anak


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak, perawat
mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat anak di antaranya:

a. Pemberi Perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan
keparawatan anak, sebagai perawat anak, pemberi pelayanan
keperawatan dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar
anak seperti kebutuhan asah, asih, dan asuh.
b. Sebagai Advocate Keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak, perawat
juga mampu menjadi advocat keluarga sebagai pembela keluarga
dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai
klien.
c. Pendidikan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak, perawat
harus mampu menjadi peran pendidik, sebab beberapa pesan dan
cara mengubah perilaku pada anak atau keluarga harus selalu
dilakukan dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam
keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi
mengalami gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku
yang tidak sehat.
d. Pencegah Penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan
keperawatan sehingga setiap dalam melakukan asuhan
keperawatan yang harus selalu mengutamakan tindakan
pencegahan terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari
penyakit atau masalah yang diderita.
e. Konseling

8
Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya
dengan memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah
yang dialami oleh anak maupun keluarga. Berbagai masalah
tersebut dihararapkan mampu diatasai dengan cepat dan harapan
pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga maupun
anak itu sendiri. Konseling ini dapat memberikan kemandirian
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
f. Kolaborasai
Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan
yang akan dilaksanakan perawat dengan tim kesehatan lain.
Pelayanan keperawatan tidak akan dapat dilaksanakan secara
mandiri oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan
lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog, dan lain-lain, mengingat
anak merupakan induvidu yang kompleks yang membutuhkan
perhatian dalam perkembangan.
g. Pengambilan Keputusan Etik
Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang
sangat penting, sebab perawat selalu berhubungan dengan anak
kurang lebih 24 jam selalu di samping anak, maka peran sebagai
pengambilan keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat, seperti
akan melakukan pelayanan keperawatan.
h. Peneliti
Peran ini sangan penting dimiliki oleh semua perawat anak.
Sebagai peneliti perawat harus melakukan kajian-kajian
keperawatan anak, yang dapat dikembangkan untuk perkembangan
teknologi keperawatan. Peran sebagai peneliti dapat dilakukan
dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan anak (Wong,
D.L, 1995).

9
B. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT
KRONIS/TERMINAL
1. Pengertian
a. Penyakit Kronik
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjaanan penyakit
berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat,
menetap, dan sering kambuh (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Penyakit kronik bisa menyebabkan kematian atau kondisi
terminal.
Ketidakmampuan merupakan persepsi individu bahwa segala
hal yang dilakukan tidak akan mendapatkan hasil atau suatu
keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (Purwaningsih dan
Karbina, 2009).
Jadi penyakit kronis yaitu penyakit yang terjadi pada seseorang
dalam waktu lama akan membuat orang tersebut menjadi tidak
mampu melakukan sesuatu seperti biasanya.
b. Penyakit Terminal
Kondisi Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju
kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik,
psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1995).
Pasien Terminal adalah: Pasien-pasien yang dirawat, yang
sudah jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka
makin lama makin memburuk (P.J.M. Stevens, dkk, hal 282, 1999).
Jadi penyakit terminal adalh lanjutan dari penyakit kronik atau
penyakit akut yang sifatnya tidak bisa disembuhkan dan mengarah
pada kematian.
Pasien terminal illness adalah pasien yang sedang menderita
sakit dimana tingkat sakitnya telah mencapai stadium lanjut
sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin dapat
menyembuhkan lagi. Oleh karena itu, pasien terminal illnes harus

10
mendapatkan perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala
penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan.
Jadi fungsi perawatan paliatif pada pasien terminal illnes
adalah mengendalikan nyeri yang dirasakan serta keluhan-keluhan
lainnya dan meminimalisir masalah emosi, sosial dan spiritual.
Penjelasan tersebut mengindikasi bahwa pasien terminal illness
adalah orang-orang sakit yang diagnosis dengan penyakit berat
yang tidak dapat disembuhkan lagi dimana prognosisnya adalah
kematian.

2. Jenis-jenis Penyakit Kronik dan Terminal pada Anak


a. Infeksi Saluran Nafas Bawah, Pneumonia dan Bronkhitis
b. HIV/AIDS
c. Malaria
d. Diare
e. Tuberkulosis
f. Campak
g. Tetanus
h. Infeksi Selaput Otak (Meningitis)
i. Difteri
j. Penyakit Kanker
k. Akibat Kecelakaan Fatal

3. Kriteria Penyakit Kronik dan Terminal


Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik
mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah:

a. Progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah.
Contoh penyakit Kanker, Jantung
b. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan
menetap pada individu. Contoh penyakit Diabetes Mellitus
c. Kambuh

11
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan
kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit Tuberkulosis

Sedangkan kriteria penyakit terminal yaitu:


a. Penyakit sudah tidak dapat disembuhkan
b. Mengarah pada kematian
c. Diagnosa medis sudah jelas
d. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
e. Prognosis jelek dan bersifat progresif

4. Respon Klien Terhadap Penyakit Terminal


Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon
BioPsiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan
(Purwaningsih dan Kartina, 2009).

a. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat
berupa klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistic,
aktivitas terbatas.
b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat
ditunjukan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan,
ketergantungan.
c. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari
bersama keluarga kelompoknya.
d. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi
tubuh seperti panas, nyeri, dll
e. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien
dengan gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa.
f. Kehilangan fungsi mental

12
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental
seperti klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat
berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat
berpikir secara rasional.
g. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah
mencakup bentuk dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir
secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini dapat
akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah.
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga.

5. Tahap Penerimaan Terhadap Penyakit Kronik dan Terminal


a. Perilaku Klien dengan Penyakit Kronis
Kubler-Ross (dalam Taylor, 1999) merumuskan lima tahap ketika
seseorang dihadapkan pada kematian. Kelima tahap tersebut antara
lain:
a. Denial (penyangkalan)
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa
yang dihadapi atau yang sedang terjadi. Dan tidak siap terhadap
kondisi yang dihadapi dan dampaknya. Ini memungkinkan bagi
pasien untuk membenahi diri. Dengan berjalannya waktu, sehingga
tidak refensif secara radikal. Penyangkalan merupakan reaksi
pertama ketika seseorang didiagnosis menderita terminal illness.
Sebagian besar orang akan merasa shock, terkejut dan merasa
bahwa ini merupakan kesalahan. Penyangkalan adalah awal
penyesuaian diri terhadap kehidupan yang diwarnai oleh penyakit
dan hal tersebut merupakan hal yang normal dan berarti.
b. Anger (Marah)
Fase marah terjadi pada saat fase denial tidak lagi bisa
dipertahankan. Rasa kemarahan ini sering sulit dipahami oleh
keluarga atau orang terdekat oleh karena dapat terpicu oleh hal-hal
yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan. Rasa marah ini
sering terjadi karena rasa tidak berdaya, bisa terjadi kapan saja dan

13
kepada siapa saja tetapi umumnya terarah kepada orangorang yang
secara emosional punya kedekatan hubungan. Pasien yang
menderita terminal illness akan mempertanyakan keadaan dirinya,
mengapa ia yang menderita penyakit dan akan meninggal. Pasien
yang marah akan melampiaskan kebenciannya pada orang-orang
yang sehat seperti teman, anggota keluarga, maupun staf rumah
sakit. Pasien yang tidak dapat mengekspresikan kemarahannya
misalnya melalui teriakan akan menyimpan sakit hati. Pasien yang
sakit hati menunjukkan kebenciannya melalui candaan tentang
kematian, mentertawakan penampilan atau keadaannya, atau
berusaha melakukan hal yang menyenangkan yang belum sempat
dilakukannya sebelum ia meninggal.
Kemarahan merupakan salah satu respon yang paling sulit
dihadapi keluarga dan temannya. Keluarga dapat bekerja sama
dengan terapis untuk mengerti bahwa pasien sebenarnya tidak
marah kepada mereka tapi pada nasibnya.
c. Bargaining (menawar)
Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan tuhan
agar terhindar dari kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan
dalam diam atau dinyatakan secara terbuka. Secara psikologis
tawar menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa
masa lalu. Pada tahap ini pasien sudah meninggalkan
kemarahannya dalam berbagai strategi seperti menerapkan tingkah
laku baik demi kesehatan, atau melakukan amal, atau tingkah laku
lain yang tidak biasa dilakukannya merupakan tanda bahwa pasien
sedang melakukan tawar-menawar terhadap penyakitnya.
d. Depresi
Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap
di mana pasien kehilangan kontrolnya. Pasien akan merasa jenuh,
sesak nafas dan lelah. Mereka akan merasa kesulitan untuk makan,
perhatian, dan sulit untuk menyingkirkan rasa sakit atau
ketidaknyamanan. Rasa kesedihan yang mendalam sebagai akibat

14
kehilangan (past loss & impending loss), ekspresi kesedihan ini
verbal atau nonverbal merupakan persiapan terhadap kehilangan
atau perpisahan abadi dengan apapun dan siapapun. Tahap depresi
ini dikatakan sebagai masa ‘anticipatory grief’, di mana pasien
akan menangisi kematiannya sendiri. Proses kesedihan ini terjadi
dalam dua tahap, yaitu ketika pasien berada dalam masa
kehilangan aktivitas yang dinilainya berharga, teman dan
kemudian mulai mengantisipasi hilangnya aktivitas dan hubungan
di masa depan.
e. Penerimaan (acceptance)
Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah
dan memikirkan kematian. Beberapa pasien menggunakan
waktunya untuk membuat perisapan, memutuskan kepunyaannya,
dan mengucapkan selamat tinggal pada teman lama dan anggota
keluarga. Pada tahap menerima ini, klien memahami dan menerima
keadaannya yang bersangkutan mulai kehilangan interest dengan
lingkungannya, dapat menemukan kedamaian dengan kondisinya,
dan beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan
panjang.

6. Adaptasi Dengan Terminal Illnes


Bagaimana cara seseorang beradaptasi dengan terminal illness
sesuai dengan umurnya dijelaskan Sarafino (2002) sebagai berikut:
Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik
oleh anak-anak. Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa
kematian adalah hidup di tempat lain dan orang dapat datang kembali.
Mereka juga percaya bahwa kematian bisa dihindari. Kematian adalah
topik yang tidak mudah bagi orang dewasa untuk didiskusikan dan
mereka biasanya menghindarkan anaknya dari realita akan kematian
dengan mengatakan bahwa orang mati akan “pergi” atau “berada di
surga” atau hanya tidur. Pada anak yang mengalami terminal illness
kesadaran mereka akan muncul secara bertahap. Pertama, anak akan
menyadari bahwa mereka sangat sakit tetapi akan sembuh. Kemudian

15
mereka menyadari penyakitnya tidak bertambah baik dan belajar
mengenai kematian dari teman seumurnya terutama orang yang
memiliki penyakit mirip, lalu mereka menyimpulkan bahwa mereka
juga sekarat. Saat ini, para ahli percaya bahwa anak-anak seharusya
mengetahui sebanyak mungkin mengenai penyakitnya agar mereka
mengerti dan dapat mendiskusikannya terutama mengenai perpisahan
dengan orang tua. Ketika anak mengalami terminal illness biasanya
orang tua akan menyembunyikannya, sehingga emosi anak tidak
terganggu. Untuk anak yang lebih tua, pendekatan yang hangat, jujur,
terbuka, dan sensitif mengurangi kecemasan dan mempertahankan
hubungan yang saling mempercayai dengan orang tuanya.

7. Menjelaskan Kematian pada Anak


a. Kebanyakan seorang psikolog percaya bahwa dengan berkata jujur
merupakan strategi yang terbaik dalam mendiskusikan kematian
dengan anak.
b. Respon anak terhadap pertanyaan mengenai kematian merupakan
dasar tingkat kematangan anak dalam mengartikan kematian.
c. Pada anak pra sekolah, anak mengartikan kematian sebagai:
kematian adalah sudah tidak ada nafas, dada dan perut datar, tidak
bergerak lagi, dan tidak bisa berjalan seperti layaknya orang yang
dapat berjalan seperti orang sebelum mati/ meninggal.
d. Kebanyakan anak-anak (anak yang menderita penyakit terminal)
membutuhkan keberanaian, bahwa ia di cintai dan tidak akan
merasa di tinggalkan.
e. Tanpa memandang umur, sebagai orang tua seharusnya sensitife
dan simpati, mendukunng apa yang anak rasakan.

8. Kebutuhan Anak Yang Terminal


a. Komunikasi, dalam hal ini anak sangat perlu di ajak unuk
berkomunikasi atau berbicara dengan yang lain terutama oleh
kedua orang tua karena dengan orang tua mengajak anak
berkomunikasi /berbicara anak merasa bahhwa ia tidak sendiri dan
ia merasa ditemani.

16
b. Memberitahu kepada anak bahwa ia tidak sendiri dalam
menghadapi penyakit tersebut.
c. Berdiskusi dengan siblings (saudara kandung) agar saudara
kandung mau ikut berpartisipasi dalam perawatan atau untuk
merawat.
d. Social support meningkatkan koping

9. Asuhan Keperawatan Yang Diperlukan Pada Anak Yang


Mengalami Penyakit Terminal
Asuhan keperawatan yang diperlukan dan digunakan pada anak
yang mengalami penyakit terminal adalah “Palliative Care” tujuan
perawatan paliatif ini adalah guna untuk meningkatkan kualitas hidup
anak dengan kematian minimal mendekati normal, diupanyakan
dengan perawatan yang baik hingga pada akhirnya menuju pada
kematian.

10. Palliatife Care


a. Menambah kualitas hidup (anak) pada kondisi terminal.
b. Perawatan paliatif berfokus pada gejala rasa sakit (nyeri, dypsnea)
dan kondisi (kesendirian) dimana pada kasus ini mengurangi
kepuasan atau kesenangan hidup anak.
c. Mengontrol rasa nyeri dan gejala yang lain, masalah psikologi,
social atau spiritualnya dari anak dalam kondisi terminal.

11. Prinsip Dari Perawatan Palliative Care


a. Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasient
dan keluarga pasien.
b. Dukungan untuk caregiver
c. Palliateve care merupakan accses yang competent dan
compassionet
d. Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric
palliative care
e. Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care
melalui penelitian dan Pendidikan

17
12. Palliative Care Plane (Rencana Asuhan Perawatan Palliative)
a. Melibatkan seorang partnership antara anak, keluarga, orang tua,
pegawai, guru, staff sekolah dan petugas keseatan yang
professional
b. Suport phisik, emosinal, pycososial, dan spiritual khususnya
c. Melibatkan anak pada self care
d. Anak memerlukan atau membutuhkan gambaran dan kondisi
(kondisi penyakit terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai
e. Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik guna
memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari
anak dan keluarga.

18
C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “M” DENGAN
DIAGNOSA MEDIS LEUKIMIA LOMFOBLASTIC ACUT DI
RUNAGAN IGD ANAK RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

Ruangan : IGD ANAK

Tanggal : 07 Oktober 2019

Jam : 09.45 Wita

Identitas pasien

Nama : An. Y
No. Rekam Medis : 897568
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl/ Umur : 14 Juni 2006 (15 tahun)
Alamat : Kolaka
Rujukan dari : RSUD. BAHTERAMAS
Diagnosa : Akut Leukimia Limfoblastik
Keluarga yang dihubungi : Ny. W
Transportasi waktu datang : Mobil
Keluhan utama : Sesak
Anamnesa terpimpin : Sesak sudah dialami 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang : Sesak napas ada, pola napas 32
x/menit, penggunaan otot bantu
pernafasan, pasien nampak lemah,
ada nyeri suprapubis, ada nyeri pada
persendian dialami sejak 2 bulan
yang lalu, tidak demam, tidak
muntah, riwayat muntah ada dialami
sejak 12 jam lalu.

19
1. Pengkajian

a. Primary Survey
Airway

1) Pengkajian jalan napas


Bebas: √ Tersumbat:
Trachea di tengah : Ya: √ Tidak:
Lendir : Ada: Tidak ada:
2) Masalah keperawatan : -
3) Intervensi:

Breathing √

1) Fungsi pernafasan
a) Dada simetris : Ya: √ Tidak:
b) Sesak napas : Ya: √ Tidak:
c) Respirasi : 32x/menit, takipnea
d) Krepitasi : Ya: Tidak: √
e) Suara napas
Kanan : Ada: √ Jelas: √
Menurun: Ronchi:
Wheezing: Tidak ada:
Kiri : Ada: √ Jelas: √
Menurun: Ronchi:
Wheezing: Tidak ada:
f) Penggunaan oksigen: Nasal kanul 4 liter/menit
g) Saturasi O2 : 99%
2) Masalah keperawatan:
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3) Intervensi:
a) Monitor Frekuensi, irama, dan usaha bernapas
b) Monitor pola napas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kusmaul, cheyne stokes, biot)

20
c) Posisikan pasien pada posisi semi fowler
d) Auskultasi bunyi napas
e) Kolaborasi pemberian terapi O2
Circulation
1) Keadaan sirkulasi:
a) Tensi : 120/80 mmHg
b) Nadi : 107 x/menit. Kuat, Regular
c) Suhu : 36,5oC
d) Temperatur kulit : Hangat
e) Gambaran kulit :
Warna sawo matang
Kulit elastis
Kulit kering
f) Pengisian kapiler <2 detik, memendek
2) Masalah keperawatan: -

Disability

1) Penilaian fungsi neurologis


Kesadaran composmentis dengan GCS 15 (E4 V5 M6)
a) Pupil
Kanan: 2,5 Kiri: 2,5
b) Reflex cahaya: /
2) Masalah keperawatan: -
3) Intervensi:

Exposure
1) Penilaian Hipotermia/hipertermia
Tidak ada peningkatan dan penurunan suhu
a) Suhu : 36,5oC
b) Nyeri : Ada: √ Tidak:
2) Masalah keperawatan:
Nyeri akut berhubungan dengan akibat efek fisiologis dari
leukemia.

21
3) Intervensi
a) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
b) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termaksud lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, dan factor presipitasi.
c) Ajarkan tehnik non farmakologi untuk mengurasi nyeri
Trauma Skor
1) Frekuensi pernapasan
10-25 4
√ 25-35 3
> 35 2
< 10 1
4 0
2) Usaha napas
Normal 1
√ Dangkal 0
3) Tekanan darah
√ 89 mmHg 4
70-89 3
50-69 2
1-49 1
4 1
4) Pengisian kapiler
√ <2 detik 2
> 2 detik 1
5) Glasglow Coma Score
√ 14-15 5
11-13 4
8-10 3
5-7 2
3-4 1
Total trauma score: 14

22
b. Second Survey
1) Riwayat kesehatan
S: Sign/symptoms (tanda dan gejala):
Pada saat pengkajian pasien mengeluh sesak napas, nyeri
pada daerah persendian. Keadaan umum pasien lemah,
nasal kanul 4 liter/menit
A: Allergies (alergi) :
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.
M: Medications (pengobatan)
Infus ringer laktat 18 tpm
P: Past medical history (riwayat penyakit)
Riwayat muntah ada dialami sejak 12 jam yang lalu
L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir,
sebelum sakit ):
Pasien mengatakan hanya mengomsumsi nasi,sayur, ikan.
E: Event prior to the illness or injury (kejadian sebelum
injuri/sakit):
Persendian terasa sakit, sesak napas.
2) Riwayat dan Mekanisme Trauma
(Dikembangkan menurut OPQRST)
O: Onset (seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi):
Pasien mengatakan nyeri pada persendian dan sesak
napas
P : Provokatif (penyebab): Proses penyakit
Q : Quality (kualitas): Tertusuk-tusuk
R : Radiation (paparan): Pada persendian
S : Severity (tingkat keparahan): 2 (Ringan( NRS ))
T : Timing (waktu): Hilang timbul
3) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 107x/menit
Pernapasan : 32x/menit

23
Suhu : 36,5oC
4) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
Kepala
a) Kulit kepala: kulit kepala tampak bersih dan tidak ada
ketombe
b) Mata: konjungtiva anemis, tidak ada cidera pada kornea
dan pupil isokor
c) Telinga: simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya
serumen
d) Hidung:
(1) Mukosa hidung: tampak bersih, tidak ada benjolan
pada hidung
(2) Septum: berada ditengah
e) Mulut: mukosa mulut lembab, tidak ada bau mulut
f) Gigi: gigi klien tampak bersih:
g) Tonsil: T1 (normal)
h) Wajah: ekspresi wajah pasien tampak murung
Leher: tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
Dada/Thoraks
a) Inspeksi: Postur dada tampak simetris, pasien tampak
menggunakan otot bantu pernapasan, ekspansi paru tidak
maksimal
b) Palpasi: vocal fremitus
c) Perkusi: Redup/redup
d) Auskultasi: vesikuler
Jantung
a) Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
b) Perkusi: suara pekak, batas atas 67otoric67tal 3 kiri, batas
kanan linea parasternal kanan, batas kiri linea mid
clavicularis bawah, batas bawah intercostals 6
c) Auskultasi: bunyi jantung 1 dan 2 murni regular
Abdomen

24
a) Inspeksi: tidak ada pembesaran abdomen
b) Auskultasi: peristaltic usus 18x /menit
c) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
d) Perkusi : terdengar bunyi tympani
Pelvis
a) Inspeksi: simetris kiri dan kanan
b) Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perineum dan Rectum: tidak ada kelainan
Genitalia
a) Palpasi: ada nyeri tekan pada suprapubic
Ekstremitas
a) Status sirkulasi: pengisian kapiler pada ekstremitas
Kanan atas pengisian kapiler < 2 detik
Kiri atas pengisian kapiler < 2 detik
Kanan bawah pengisian kapiler < 2 detik
Kiri bawah pengisian kapiler < 2 detik
b) Nyeri di persendian
Neurologis
a) Fungsi sensorik: pasien dapat merasakan stimulus
sentuhan ringan pada anggota badan
b) Fungsi motoric: 5 5
4 4

c) Ambulasi: dibantu oleh keluarga, pasien mengatakan


segala kebutuhannya dibantu oleh keluarga serta mudah
lelah ketika beraktivitas.
5) Hasil Pemeriksaan Laboratorium
No. RM : 897568 Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama : An. Y TTL : 13 Juni 2006/15 thn
Tgl hasil : 07 Oktober 2019

25
Tabel 2.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hematologi
Rutin
WBC 16 4.00 – 10.0 103/µl
RBC 4,86 4.00 – 6.00 juta/µl
HGB 10,9 12.0 – 16.0 g/dL
HCT 41 37.0 – 48.0 %
MCV 84 80.0 – 97.0 fl
MCH 29 26.5 – 33.5 pg
MCHC 34 31.5 – 35.0 g/dL
PLT 327 150 – 400 ribu/µL
RWD-SD 37.0 – 54.0 fl
RDW-CV 14.2 10.0 – 15.0 fl
PDW 10.5 10.0 – 18.0 %
MPV 7,2 6.50 – 11.0 fl
P-LCR 13.0 – 43.0 fl
PCT 0.23 0.15 – 0.50 %
NEUT 58.20 52.0 – 75.0 1Ø^3/uL
LYMPH 23.0 20.0 – 40.0 1Ø^3/uL
MONO 11.0 2.00 – 8.00 1Ø^3/uL
EO 7.0 1.00 – 3.00 1Ø^3/uL
BASO 0.07 0.00 – 0.10 1Ø^3/uL
LED I 0.00 – 0.10 1Ø^3/uL
LED jam II (L< 10. P < 20) Mm
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 86 140 mg/dL
Elektrolit
Natrium 139 136 - 145 mmol/l
Kalium 3.8 3.5 – 5.1 mmol/l
Klorida 105 97 – 111 mmol/l

6) Hasil Pemeriksaan Radiologi


No. RM : 897568 Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama : An. Y TTL : 13 Juni 2006/15 thn
Tgl hasil : 07 Oktober 2019

Uraian Kesan Pemeriksaan:

26
a) Tidak tampak lesi hipodens/hiperdens patologi intracranial
b) Suspek sinusitis maxillaris bilateral

27
2. Analisa Data

Tabel 2.2 Analisa Data


NO DATA MASALAH KEPERAWATAN
1 DS: POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF
- Pasien mengatakan mengalami sesak sudah
sejak 2 bulan yang lalu.

DO:
- Pernapasan 32kali/mnt
- Pasien tampak sesak
- Tampak pasien menggunaan otot bantu
pernapasan
- Saturasi O2 : 99 %
- Suara napas: Vesikuler
- HGB : 10,9 Gr/dl
2 DS: NYERI AKUT
- Pasien mengatakan nyeri pada persendiannya
- Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah
sejak 2 bulan yang lalu
- Pencetus:Proses penyakit Qualitas: Tertusuk-
tusuk Regio: Pada persendian Time: Hilang
timbul

DO:
Ekpresi wajah pasien tampak murung
3 DS: INTOLENRASI AKTIFITAS

28
- Pasien mengatakan mudah lelah ketika
beraktifitas
- Pasien mengatakan segala kebutuhan dibantu
oleh keluarga

DO:
- Keadaan umum lemah
- Ambulasi di bantu oleh keluarga
- HGB : 10,9 Gr/dl
5 5 - Tonus otot
4 4

3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
b. Nyeri akut berhubungan dengan akibat efek fisiologis dari Leukimia.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

29
4. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan


INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)
(NIC)
1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor Frekuensi, irama, dan
berhubungan dengan 1x6 jam diharapkan pola napas pasien usaha bernapas
ketidakseimbangan efektif yang ditandai dengan indikator - Monitor pola napas
antara suplai dan sebagai berikut: (bradipnea, takipnea,
kebutuhan oksigen. - Dispnea berkurang dari cukup berat hiperventilasi, kusmaul,
DS: ( 4 ) menjadi ringan ( 2 ). cheyne stokes, biot)
- Pasien mengatakan
- Suara auskultasi nafas vesicular dan - Posisikan pasien untuk
mengalami sesak
sudah sejak 2 bulan tidak ada bunyi napas tambahan. memaksimalkan ventilasi.
yang lalu.
- Tidak ada penggunaan otot bantu - Auskultasi bunyi napas
- Kolaborasi pemberian terapi O2
DO: pernapasan berkurang
- Pernapasan
- Pola napas normal (eupnea)
32kali/mnt.
- Pasien tampak sesak.
- Tampak pasien
menggunaan otot
bantu pernapasan.
- Saturasi O2: 99%
- Suara napas: vesikuler

30
2 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Observasi reaksi nonverbal dari
dengan akibat efek keperawatan selama 1 x 6 jam, maka ketidaknyamanan.
fisiologis dari leukemia. diharapkan nyeri yang dirasakan - Lakukan pengkajian nyeri
DS: pasien berkurang yang ditandai secara komprehensif termasuk
- Pasien mengatakan dengan indikator: lokasi, karakterisitik, durasi,
nyeri pada - Melaporkan nyeri berkurang dari skala frekuensi, kualitas dan faktor
persendiannya 2 ( Ringan ) menjadi skala 1 (ringan). presipitasi.
- Pasien mengatakan - Memperlihatkan tehnik relaksasi secara - Ajarkan teknik non
nyeri yang dirasakan individual yang efektif farmakologis: tekni relaksasi
sudah sejak 2 bulan - Mampu mengontrol nyeri (tahu napas dalam, dan distraksi
yang lalu penyebab nyeri, mampu menggunakan
- Pencetus: Proses teknik nonfarmakologi untuk
penyakit mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Qualitas: Tertusuk- - Melaporkan bahwa nyeri berkurang dari
tusuk skala 2 (ringan) menjadi skala 1
Regio: Pada (ringan)
persendian
Time: Hilang timbul

31
DO:
- Ekpresi wajah pasien
tampak murung.
- Pasien tampak
menunjukan area nyeri
- Skala: 2 (ringan/NRS)
3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat kemampuan
berhubungan dengan
keperawatan selama 1 x 6 jam, maka pasien untuk melakukan
kelemahan
diharapkan intolerasi aktivitas yang ambulasi dan berpindah posisi
DS:
dirasakan pasien bisa berkurang yang - Hindari penggunaan kasur
- Pasien mengatakan
mudah lelah ketika ditandai dengan indikator: yang berstekstur keras
beraktifitas
- Pasien mampu bergerak dengan mudah - Bantu kebutuhan pasien untuk
- Pasien mengatakan
segala kebutuhan - Terjadi peningkatan aktivitas fisik alat- alat kebersihan diri,
dibantu oleh keluarga
pada pasien berpakaian, toileting, dan
DO: - Pasien dapat melakukan aktivitas makan.
- Keadaan umum lemah
mobilitas secara mandiri - Gunakan alat ditempat tidur
- Ambulasi di bantu
oleh keluarga - Pasien menyatakan kenyamanan untuk melindungi pasian.
- Tonus otot:
terhadap kemampuan untuk melakukan
ADLs
- Dapat melakukan ADLs tanpa bantuan

32
5. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 2.4 Implementasi dan Evaluasi


HARI
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL, JAM
1 Pola napas tidak efektif Senin, 07 Okt a. Memonitor Frekuensi, irama, S:
berhubungan dengan 2019 dan usaha bernapas Pasien
ketidakseimbangan Hasil: mengatakan
antara suplai dan - Frekuensi napas : masih merasa
32x/mnt
kebutuhan oksigen. sesak
- Irama napas: Tidak
teratur
- Suara napas : Vesikuler
O:
- Saturasi O2 : 99%
- Usaha bernapas : - Pasien tampak
Spontan
sesak
b. Memonitor pola napas
- Tampak pada saat
(bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kusmaul, bernafas pasien
cheyne stokes, biot)
menggunakan otot
Hasil:
- Takipnea bantu pernafasan
- Menggunakan otot bantu
- Pernafasan 26
pernafasan
- Pernafasan dada x/menit

33
- Irama nafas tidak
c. Memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi. terautr
Hasil:
- Nasal kanul 4
- Pasien merasa nyaman
liter/menit
dengan posisi yang
diberikan.
A:
d. Mengauskultasi bunyi
Masalah belum
napas
teratasi
Hasil :
- Suara napas
P:
vesikuler
Intervensi
e. Kolaborasi pemberian terapi
dilanjutkan
O2 Nasal kanul.
Hasil:
- Diberikan Nasal Kanul
4L/mnt
2 Nyeri Akut berhubungan Senin, 07 Okt a. Mengobservasi reaksi S:
dengan akibat efek 2019 nonverbal - Pasirn mengatakan
fisiologis dari leukemia. dari ketidaknyamanan. nyeri yang
Hasil: dirasakan sudah

34
- Ekspresi wajah pasien berkurang
tampak murung. - Pencetus: proses
b. Melakukan pengkajian nyeri penyakit
secara komprehensif Quality: tertusuk-
termasuk lokasi, tusuk
karakterisitik, durasi, Regio: Persendian
frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi. O:
Hasil: - Pasien tampak
- Pencetus:Proses penyakit memegang area
- Qualitas: Tertusuk-tusuk
nyeri
- Regio: Pada persendian
- Time: Hilang timbul - Pasien tampak
- Skala: 2 ( ringan ).
menggunakan
c. Mengajarkan teknik non Teknik rileksasi
farmakologis: tekni relaksasi napas dalam dan
napas dalam, dan distraksi. distraksi ketika
Hasil: nyeri muncul
- Pasien tampak - Skala nyeri 1
menggunakan tehnik

35
non farmakologi seperti: A:
ketinya nyerinya datang Masalah teratasi
pasien menggunakan
rileksasi napas dalam P:
dan berbincang-bincang Intervensi
dengan keluarganya. dilanjutkan
3 Intoleransi aktivitas Senin, 07 Okt a. Menkaji tingkat kemampuan S:
berhubungan dengan
2019 pasien untuk melakukan Pasien
kelemahan
ambulasi dan berpindah mengatakan
posisi masih butuh
Hasil: bantuan
- Pasien mengatakan keluarga untuk
membutuh bantuan memenuhi
keluarga ketika ingin kebutuhannya
pindah dari suatu tempat O:
ke tempat lain - Keadaan umum
- Pasien mengatakan lemah
dapat melakukan secara - Pasien tampak
mandiri dalam mengubah satu

36
mengubah posisi posisi ke posisis
b. Menghindari penggunaan yang lain tanpa
Kasur yang berstekstur dibantu oleh
keras keluarga
Hasil: - Ambulasi masih
- Pasien tampak dibantu oleh
menggunakan tempat keluarga
tidur yang tidak keras
c. Membantu kebutuhan pasien A:
untuk alat-alat kebersihan Masalah belum
diri, berpakaian, toileting, teratasi
dan makan
Hasil: P:
- Pasien tampak dibantu Intervensi
oleh keluarga untuk dilanjutkan
mendi, berpakaian,
toileting dan makan
d. Menggunakan alat ditempat
tidur untuk melingungi

37
pasien
Hasil:
- Tampak kedua sisi
pegangan tempat tidur
terkunci
- Tampak keluarga
memperbaiki ketika
salah satu sisi pengaman
tempat tidur tidak
digunakan

38
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lingkup praktik merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat
pendidikan yang memiliki, lingkup yang dilakukan selama batas
keprofesiannya. Sedangkan praktik keperawatan ini sendiri merupakan
tindakan mandiri perawatan professional dengan melalui kerja sama secara
kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan. lingkup praktik keperawatan anak merupakan batasan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien anak dari usia 28 hari
sampai 18 tahun atau usia bayi baru lahir sampai 12 tahun.
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan
lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-
tiba tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang. Terkadang
kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua. Penyakit
pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, bersifat progresif,
pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan,
memperbaiki kualitas hidup. (Tim medis RS Kanker Darmais, 1996)
Kondisi Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian
berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan
spiritual bagi individu.

B. Saran
Penulis berharap kepada pembaca untuk memahami isi dari makalah
ini agar dapat bermanfaat untuk menentukan dan mengambil keputusan
secara tepat dan berharap mahasiswa kesehatan supaya menambah
literatur bacaannya dengan buku-buku lain yang membahas materi yang
lebih mendalam.

39
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/4437/1/Keperawatan%20Anak%20II.pdf (diakses
pada tanggal 21 September 2021 pukul 18.43 WITA)

https://www.scribd.com/document/371817591/Askep-Anak-Terminal (diakses
pada tanggal 21 September 2021 pukul 18.49 WITA)

https://stikespanakkukang.ac.id/assets/uploads/alumni/1d4e975d7a531e784b8fe96
60863161c.pdf (diakses pada tanggal 22 September 2021 pukul 18.31
WITA)

40

Anda mungkin juga menyukai