SISTEM KARDIOVASKULER
Asuhan Keperawatan ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Yang di ampu oleh Ika Purnamasari,S.Kep.Ns
Disusun oleh :
Fika Damayanti
Huda Kurnia Putri
Imam Aji Nurrodin
Irwan Setyadi
Puji syukur atas kehadirat allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani,
sehingga kita dapat menyelesaiakan tugas makalah keperawatan Anak tentang “ ASUHAN
KEPERAWATAN BAYI DAN ANAK Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler” beserta salam
kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam
yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena masih
banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita.
Amin.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari sistem kardiovaskuler.
b. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gangguan sistem kardiovaskuler.
c. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gangguan sistem kardiovaskuler.
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari gangguan sistem kardiovaskuler.
e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak tentang “ Asuhan Keperawatan
Pada Bayi Dan Anak Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler”
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan seputar asuhan keperawatan
klien dengan Gagal jantung.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya
dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung
mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainya terutama ginjal
dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke
seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.
Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Ukuran jantung manusia mendekati
ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 5″ (12cm) dan lebar sekitar 3,5″
(9cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua
paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal
notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari
midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting
susu sebelah kiri.
Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium
dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan
sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang menghubungkan antara
atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang
menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau
bicuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara
ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup yang
menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta.
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah
kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung
diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk
keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot
yang disebut muskulus papilaris.
B. GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
1. Penyakit Jantung Kongenital
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit
jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak
dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan
ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI,1996)
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan pola mungkin
terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu
atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katub atau penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi. Juga mengkaji potensi
arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan
ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
5. Rontgen dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
7. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
8. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN
dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
9. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung kongesti
D. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
antidiuretik, diit dan istirahat.
Terapi Farmakologis :
1. Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi
jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan
volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
2. Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan harus hati – hati
karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan
kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
4. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan & bemberian obat-obatan Furosemid (lasix)
diberikan bersama restriksi cairan buat meningkatkan diuresis & mengurangi efek
kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) buat
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik buat mencegah
endokarditis bakterial.
5. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
6. Non pembedahan : Penutupan dgn alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG
EKG menunjukkan gambaran normal sampai ada kalainan;
a. Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri didapatkan pada penderita
dengan defek sedang.
b. .Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya hipertofi ventrikel kiri maupun
kanan dengan atau tanpa abnormalitas atrium kiri
c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran hipertropfi ventnikel kanan dengan
atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri.
2. Foto Thoraks
Kardiomegali dengan gambaran adanya pembesaran Atrium kiri, venrikel kiri, kadang-
kadang ventrikel kanan, arteri pulmonalis yang prominen serta peningkatan vaskularisasi paru
berkorelasi langsung dengan besarnya pirau3.
3. Ekhokadiografi
Pemeriksaan two -dimeflsiOflal dan doppler echocardlogrphy dapat mengidentifikasi
besar dan lokasi defek, meinperkirakan besarnya tekanan arteri pulmonalis, juga
mengidentifikasi kelainafl lain yang rnenyertai serta mengestifliasi besarnya pirau.
4. Kateterisasi Jantung
a. Terdapat peningkatan saturasi oksigen di ventrikel kanan serta peningkatan tekanan di
atrim kin, ventrikel kin maupun arteri pulmonalis pada VSD yang sedang dan berat.
b. menentukan rasio aliran darab ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda menentukan raslo
tahanan paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai tensebijt kemudian dipakal sebagal pedoman
indikasi dan kontraindikasi penutupan defek.
c. Jika tekanan di arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan pembenian oksigen
100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.
F. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat
membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada
katup jantung.
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu
banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang
mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di
jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan
pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
G. Macam – macam penyakit kardiovaskuler
1. Gagal Jantung Kongestif.
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif
ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti bekerja, namun karena
tidak memompa sekuat yang seharusnya. Sebagai dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-
paru dan bagian tubuh lainnya.
2. Inflamasi Jantung
Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput yang
menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis). Inflamasi jantung
dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi.
3. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam rematik,
yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.
4. Kelainan Katup Jantung
Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung. Kelainan
katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena pengecilan
(stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup sempurna (prolapsis). Kelainan
katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena infeksi dan efek samping
pengobatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Wawancara
a. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah
rubella, influenza atau chicken pox.
b. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan
pada insulin.
c. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak
kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
d. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses
persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus
dilakukan SC.
e. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga
mengalami kelainan jantung
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan
terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang
dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
a. Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak
keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
b. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .
c. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan
region epigastrium.
d. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
e. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
f. Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan
retraksi.
g. Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2
tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri
sternum,
Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki.
Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal
B. Diagnosa Keperawatan
2. Pola nafas Pola nafas 1. Pola nafas 1. Monitor 1. Terapi oksigen membantu
tidak efektif efektif setelah kembali kedalaman pasien memenuhi
b.d kelemahan dilakukan teratur pernafasan, kebutuhan oksigen dan
spasme otot tindakan 2. RR kembali frekuensi, dan mencegah terjadinya
keperawatan normal 16-24 ekspansi dada. hipoksia.
selam di RS, x/menit 2. Catat upaya 2. Memudahkan aliran
RR Normal , pernafasan oksigen
tak ada bunyii termasuk
nafas tambahan penggunaan
dan otot Bantu
penggunaan nafas
otot Bantu 3. Auskultasi
pernafasan. bunyi nafas dan
Dan GDA catat bila ada
Normal bunyi nafas
tambahan
4. Tinggikan
kepala
(posisikan
semifowler)
dan Bantu
untuk mencapai
posisi yang
senyaman
mungkin.
Kolaborasi
pemberian
Oksigen dan px
BGA
memberat selama
edema paru.
4 Kelebihan Keseimbangan Mempertahanka 1. Pantau 1. Pengeluaran urine
volume cairan volume cairan n keseimbangan pengeluaran mungkin sedikit dan
berhubungan dapat cairan seperti urine, catat pekat karena penurunan
dengan dipertahankan dibuktikan oleh jumlah dan perfusi ginjal. Posisi
menurunnya selama tekanan darah warna saat terlentang membantu
curah dilakukan dalam batas dimana diuresis diuresis sehingga
jantung/mening tindakan normal, tak ada terjadi. pengeluaran urine dapat
katnya keperawatan distensi vena ditingkatkan selama tirah
produksi ADH perifer/ vena dan 2. Pantau/hitung baring.
dan retensi edema keseimbangan
2. Terapi diuretic yang
natrium/air dependen, paru pemasukan dan
diberikan dapat
bersih dan berat pengeluaran
menyebabkan kehilangan
badan ideal ( BB selama 24 jam.
cairan
ideal TB –100 ± dan terapkan
tiba-tiba/berlebihan
10 %) terapi diuretic.
sehingga terjadi
hipovolemia.
3. Pertahankan
pasien duduk
atau tirah
3. Posisi tersebut
baring dengan
meningkatkan filtrasi
posisi
ginjal dan menurunkan
semifowler
produksi ADH sehingga
selama fase
meningkatkan diuresis.
akut.
4. Kaji bising
usus. Catat
keluhan 4. Kongesti visceral (terjadi
konstipasi.
5. Kolaborasi
dengan ahli 5. Pasien perlu diberikan
gizi untuk diet yang tepat untuk
menentukan memenuhi kebutuhan
diet yang akan kalori dalam pembatasan
dilakukan oleh natrium.
pasien.
5 Intoleransi Terjadi -berpartisipasi 1.Periksa tanda 1. Hipotensi ortostatik dapat
aktivitas peningkatan aktif pada vital sebelum dan terjadi dengan aktivitas
berhubungan toleransi pada aktivitas yag setelah aktivitas, karena efek obat
dengan klien setelah diinginkan, khususnya bila (vasodilasi), perpindahan
ketidakseimban dilaksanakan memenuhi klien cairan (diuretic) atau
gan suplai tindakan kebutuhan menggunakan pengaruh fungsi jantung.
okigen, keperawatan perawatan diri vasodilator dan 2. Penurunan/
kelemahan selama di sendiri. obat-obat diuretic. ketidakmampuan
umum, dan perawatan -mencapai 2.Catat respons miokardium untuk
immobilisasi peningkatan kardiopulmonal meningkatkan volume
toleransi terhadap aktivitas, sekuncup selama aktivitas
aktivitas yang catat adanya dpat menyebabkan
dapat diukur, takikardi, diritmia, peningkatan segera
dibuktikan oleh dispnea frekuensi jantung dan
menurunnya berkeringat dan kebutuhan oksigen juga
kelemahan dan pucat. peningkatan kelelahan
kelelahan dan 3.Evaluasi dan kelemahan.
tanda vital DBN peningkatan 3. Dapat menunjukkan
selama aktivitas intoleran aktivitas. peningkatan
dekompensasi jantung
4.Implementasi
daripada kelebihan
program
aktivitas.
rehabilitasi
4. Peningkatan bertahap
jantung.
pada aktivitas
menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan
dan perbaikan fungsi
jantung dibawah stress,
bila fungsi jantung tidak
dapat membaik kembali.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah
besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung
bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit jantung bawaaan baru
bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan
beberapa tahun.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan
operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung
bawaan pada anak dan pada orang dewasa.
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam mediastinum
di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung
merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis,
pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan
menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini
mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan
pada kinerja jantung.
B. SARAN.
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal jantung diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
Informasi atau pendidikan kesehatan berguna untuk keluarga klien yang mengalami
penyakit kardivaskuler maupun yang tidak mengalami, karena ini merupakan sebuah penyakit
bawaan dan kelainan, jadi perlu diberitahu mengenai pendidikan kesehatan.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.Arif Mansjoer,
Suprohaitan,
http://agustinus-profile.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-sistem-imunitas.htm
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI
Jakarta : 2000