Disusun Oleh :
Penulis memanjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Ramat-Nya, yaitu berupa nikmat kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penulisan Makalah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Makalah ini
dapat diselesaikan atas proses bimbingan. Untuk itu saya berterima kasih kepada
Ns.Asep Setiawan,M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan arahan
kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini. Semoga
makalah Saya dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu, terutama
dalam pendidikan keperawatan dan kesehatan lainnya khususnya dalam memahami
Ilmu Dasar Keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung
atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. PJB merupakan kelainan kongenital
paling banyak yang terjadi, hampir 1/3 dari kasus kelainan kongenital yang ada merupakan
kasus dengan penyakit jantung bawaan. Prevalensi PJB di seluruh dunia berkisar antara 6 -
10 per 1000 kelahiran. Persebarannya tergantung demografinya. Saat ini dari 220 juta
penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.800
diantaranya adalah penyandang PJB.
PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung bawaan asianotik
dan sianotik. PJB sianotik bersifat lebih komplek dan ditandai dengan adanya sianosis akibat
adanya pirau kanan ke kiri sehingga darah dari vena sistemik yang mengandung rendah
oksigen akan kembali lagi ke sirkulasi sistemik. PJB asianotik ini tidak ditemukan gejala atau
tanda sianosis, tetapi ditemukan pirau kiri ke kanan atau obstruksi jalan keluar ventrikel.
Jumlah pasien PJB asianotik jauh lebih besar daripada yang sianotik yaitu 3-4 kali, tetapi PJB
sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada asianotik.
Pertumbuhan berkaitan masalah perubahan dalam ukuran, besar, jumlah atau dimensi sel,
organ atau individu yang dapat diukur berdasar ukuran berat (gram,pound), panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik. Gangguan pertumbuhan pada suatu fase
tumbuh kembang akan dihubungkan dengan defisit perkembangan kognitif, kemampuan
intelektual dan pertumbuhan saraf, efek ke maturasi dan performa sekolah.
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu penyakit jantung bawaan (kongenital) ?
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, dan
terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan pembentukan jantung terjadi
pada awal kehamilan karena saat usia kandungan 7 minggu, pembentukan jantung sudah
lengkap.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit
jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak
dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan
ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
2.2 Jenis Penyakit Jantung Kongenital
a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi
jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat
jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan
penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di
sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari
ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler
paru. Yang akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu (1)
PJB non sianotik dengar, lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari
kiri ke kanan,misalnya ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan
patent ductus arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di
jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya,
aortic stenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS).
2.3 Etiologi
Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai
penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil (misalnya
campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau
kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui.
Misalnya Sindroma Down (Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam
kelainan, dimana salah satunya PJB.
Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh
beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik dan maternal dimana saat ini
sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol
dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit
jantung bawaan.
2.3 Manifestasi Klinis
a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
- Ventricular Septal Defect (VSD)
VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya
darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada systole. Manifestasi klinis : Pada
pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak
keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, sering
terlihat pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan
retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus
terlihat implus jantung yang hiperdinamik.
2.4 Patofisiologi
Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada
kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan
penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan
oleh lesi yang memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang
menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri
(Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri lebih
besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan.
Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan
meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan
tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga
meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli
membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.
Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium
kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi
penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen
dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa
lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga
pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan
(Irnizarifka, 2011).
2.6 Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi
antara lain:
1. Gagal jantung kongestif
2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak
2.7 Penatalaksanaan
a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
- Ventricular Septal Defect (VSD)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi
gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat
dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan
bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun.
Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup
berkurang.