Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AYAT ALQUR’AN ATAU HADIS SERTA PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG


KORUPSI
(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Karakter dan Budaya Anti
Korupsi) )
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

Putri Nur Sabrina C211142010

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan qudrot dan
irodatnya saya bisa menyusun makalah ini guna memenuhi tugas “Ayat Al-Qur’an dan
hadist serta pendapat par ulama tentang korupsi ”.
Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak karena tentunya dalam penyusunan
makalah ini tidak terlepas dari kerja sama yang baik dan bimbingan dari dosen mata kuliah
“PENDIDIKAN KARAKTER dan BUDAYA ANTI KORUPSI”.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu
saya megharapkan segala bentuk saran serta masukan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini memberikan kemanfaatan.

Tasikmalaya,23 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat parah dan
begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan praktek korupsi dari
tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian
keuangan negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta
lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak
pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap
kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia,
tidak lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya
pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi,
baik di sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi
suatu fenomena.
Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan untuk
menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat
bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga dan kroninya, yang apabila dibiarkan, maka
rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan.
Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang bukan saja dapat merugikan
keuangan negara akan tetapi juga dapat menimbulkan kerugian- kerugian pada
perekonomian rakyat. Barda Nawawi Arief berpendapat bahwa, tindak pidana
korupsi merupakan perbuatan yang sangat tercela, terkutuk dan sangat dibenci oleh
sebagian besar masyarakat; tidak hanya oleh masyarakat dan bangsa Indonesia
tetapi juga oleh masyarakat bangsa-bangsa di dunia.
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan
pemberantasannya masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan bahwa
korupsi di Indonesia sudah merupakan virus flu yang menyebar ke seluruh tubuh
pemerintahan sejak tahun 1960-an langkah-langkah pemberantasannya pun masih
tersendat-sendat sampai sekarang. Selanjutnya, dikatakan bahwa korupsi berkaitan
pula dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat
menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian korupsi ?
2. Ayat Al-Qur’an dan Hadist mengenai korupsi?
3. Pendapat para ulama mengenai korupsi ?

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Konsep Korupsi
2. Untuk mengetahui AyatA Al-Qur’an dan hadist mengenai korupsi
3. Untuk mengetahui pendapat para ulama mengenai korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Korupsi
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Dr.
Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
wewenang dan jabatan guna mencari keuntungan, dan merugikan
kepentingan umum. Menurut saya sendiri tindakan korupsi merupakan
tindakan dimana para pejabat public menggelapkan uang untuk
kepentingan pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalah kehidupannya. Jadi
korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi
keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara
dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal
(misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk
memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatas namakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Hal
itu akan masuk dalam dalam pembahasan saya mengenai tindak korupsi
Masyarakat Pancasila Dalam Persepektif Paradigma Konflik Dan Sruktural
Fungsional. Di Indonesia, kita menyebut korupsi dalam satu tarikan nafas
sebagai ―KKN‖ (korupsi, kolusi, nepotisme). ―Korupsi‖ selama ini
mengacu kepada berbagai ―tindakan gelap dan tidak sah‖ (illicit or illegal
activities) untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok. Definisi
ini kemudian berkembang sehingga pengertian korupsi menekankan pada
―penyalahgunaan kekuasaan atau kedudukan publik untuk keuntungan
pribadi‖.
Pengertian korupsi dapat diperluas dengan perbuatan pegawai negeri atau
penyelenggara Negara yang karena jabatannya menerima sesuatu
(gratifikasi) dari pihak ketiga, sebagaimana diatur dalam Pasal 12 huruf B
ayat (1) UU Tipikor dan Pasal 16 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Definisi secara
lengkap, telah dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU Tipikor.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam tiga puluh
bentuk atau jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan
secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara
karena korupsi. Ketiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi: Kerugian keuangan Negara;
Suap menyuap; Penggelapan dalam jabatan; Pemerasan; Perbuatan curang;
Benturan kepentingan dalam pengadaan; dan Gratifikasi.

2.2 Ayat Al-Qur’an dan hadist mengenai Korupsi


a. Surat Al-Baqarah Ayat 188
Salah satu ayat yang menyinggung tentang korupsi (riswah) dalam
al-Qur‟an dapat kita temukan dalam surat al-Baqarah ayat 188.
Artinya: Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian
yang lain di antara kamu, dengan jalan batil dan janganlah kamu
membawa urusan harta itu kepada hakim. Supaya kamu dapat
memakan sebagian dari pada harta benda orang lain itu dengan
jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah:
188).
b. Surat An-Nisa Ayat 29
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh,
Allah Maha Penyayang kepadamu."
c. Hadist Riwayat Abu Daud
“Bersumber dari Samurah bin Jundab, ia berkata:
Dan Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang menutupi
(kesalahan) para koruptor, maka ia sama dengannya (koruptor).
(HR. Abu Daud).
d. Hadist Riwayat Imam Bukhori
Artinya: "Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal telah
menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata; telah mengabarkan
kepadaku Adi bin Tsabit ia berkata; Aku mendengar Abdullah bin
Yazid dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Bahwasanya beliau
melarang nuhbah (harta rampokan) dan perbuatan mutilasi."

2.3 Korupsi menurut para ulama


Agak sulit sebenarnya mende- finisikan korupsi secara persis seba- gaimana dimaksud
dengan istilah korupsi yang dikenal saat ini. Hal ini dikarenakan istilah korupsi merupa-
kan istilah modern yang tidak penu- lis temui padanannya secara utuh dalam fikih atau
hukum Islam.
a. Risywah atau Rasya
Secara bahasa risywah adalah sesuatu yang dapat menghantarkan tujuan dengan
segala cara, dengan prinsip asal tujuan tercapai. Definisi ini diambil dari asal kata
risywah atau rasya yang berarti tali timba yang dipergunakan untuk meng- ambil air
di sumur. Sedangkan ar- rasyi adalah orang yang memberikan sesuatu (uang
misalnya) kepada pi- hak kedua. Ar-raaisy adalah media- tor dari penyuap dan
penerima suap sedangkan al-murtasyi adalah pene- rima suap. (Ibnu Manzhur, 2003
h. 152). Secara terminology terdapat be- berapa defenisi suap yang dikemu- kakan
para ulama fiqh di antaranya;
 Risywah adalah “Sesuatu yang diberikan kepada seseorang un- tuk
memutarbalikkan fakta, yakni untuk membatilkan yang haq atau
membenarkan yang jelas-jelas batil” (Muhammad Rawwas 1988 h. 223)
 Risywah adalah:“sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepa- da hakim atau
lainnya supaya orang itu mendapatkan kepas- tian hukum atau memperoleh
keinginannya” (Abdul Muhsin 2001 h.10)
 Risywah adalah “suatu yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai
kekuasaan a- tau jabatan (apa saja) untuk menyukseskan perkaranya de-
ngan mengalahkan lawan- lawanya sesuai dengan apa yang diinginkan, atau
supaya didahulukan urusannya atau ditunda karena ada sesuatu
kepentingan”(Yusuf al-Qardha- wi, 1980 h. 456)
Definisi yang dikemukakan Yusuf Qardhawi ini terlihat bahwa praktek suap
tidak hanya terjadi di pengadilan dan kehakiman. Realitasnya praktek suap
menjamur dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Bahkan lebih komplek
dan bervariasi dalam segala bentuk.
Hukum perbuatan korupsi menurut pendapat ulama fiqih, secara aklamasi dan
konsensus (Ijma’) adalah haram karena bertentangan dengan prinsip
maqashidussy syari’ah. Keharaman perbuatan korupsi tersebut dapat ditinjau
dari berbagai segi pertama, perbuatan korupsi merupakan perbuatan curang dan
penipuan yang berpotensi merugikan keuangan Negara dan kepentingan publik
(masyarakat) yang dikecam oleh Allah swt dengan hukuman setimpal di akhirat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perbuatan korupsi merupakan tindakan amoral yang bertentangan dengan nilai luhur
seorang muslim. Seorang muslim dituntut untuk ber- sikap jujur dan
amanah, sementara koruptor mempunyai sifat kebalikan dari itu yakni
penipu dan serakah.
Dalam Islam korupsi merupa- kan perbuatan fasad, yakni merusak tatanan
kehidupan,mengancam jiwa dan harta banyak orang. Pelakunya harus
mendapatkan hukuman beru- pa ta’zir setimpal yang bentuknya ditetapkan
oleh hakim.
Harta yang didapat dari hasil korupsi adalah harta haram. Kehara- man harta tersebut tidak
berubah ja- di halal meskipun harta tersebut di- gunakan untuk kebaikan
atau ke- giatan amal.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama, al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2004
Hamzah, Andi Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasionaldan Internasional,
Jakarta: Raja- grafindo Persada, 2005
Marpaung, Leden, Tindak Pidana Ko- rupsi, Pemberantasan dan Pence- gahan, Jakarta:
Djambatan, 2004

Anda mungkin juga menyukai