Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN
TENTANG
“Pencegahan Korupsi”

Disusun oleh:
Kelompok 9

1. Suherman 2214010243

2. Hilda Jainir 2214010228

3. Fekri Fadhillah Athoriq 2214010244

Dosen Pengampu:
Fauza Djalal, S.H, M.Pd

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI F)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
2023 M/ 1444
i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun
tidak akan menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah
SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah
mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.
Shalawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah SAW,
Nabi dan Rasul terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar
dan sekaligusmenyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu illahi.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan


penulisan makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah
Kewarganegaraan,.Kami sampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing mata kuliah Kewarganegaraan, Ibuk Fauza Djalal,
S.H.,M.Pd. ,. dan semua pihak yang turut membantu proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih begitu banyak
kekurangan dan kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk
perbaikan dikemudian hari.

Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada


para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin.

Padang, 08 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan Pemnbahasan .......................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 2
A. Definisi Korupsi ................................................................................................................. 2
B. Bentuk – bentuk korupsi ..................................................................................................... 3
C. Dampak Korupsi ................................................................................................................. 4
D. Gerakan Anti Korupsi ......................................................................................................... 5
BAB III ....................................................................................................................................... 7
PENUTUP .................................................................................................................................. 7
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 7
B. Saran .................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah korupsi di Indonesia pada mulanya hanya terkandung dalam khazanah
perbincangan umum untuk menunjukkan penyelewengan-penyelewengan yang
dilakukan pejabat-pejabat Negara. Namun karena penyakit tersebut sudah mewabah
dan terusmeningkat dari tahun ke tahun bak jamur di musim hujan, maka banyak orang
memandang bahwa masalah ini bisa merongrong kelancaran tugas-tugas pemerintah
dan merugikan ekonomi
Namun yang paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan
semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal,
maupun nasional.Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi
dengan emosi dan demonstrasi.

B. Rumusan Masalah
1) Apa defenisi dari korupsi ?
2) Bagaimana bentuk – bentuk korupsi ?
3) Apa saja dampak korupsi ?
4) Bagaimana gerakan anti korupsi

C. Tujuan Pemnbahasan
1) Memaparkan defenisi dari korupsi
2) Menjelaskan bentuk – bentuk korupsi
3) Menerangkan dampak dari korupsi
4) Memaparkan gerakan anti korupsi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Korupsi
Korupsi telah menjadi masalah bangsa secara internasional dan penyebab
korupsi bisa bermacam-macam, tergantung konteksnya. Biasanya media sering
mempublikasikan kasus korupsi yang berkaitan dengan kekuasaan dalam
pemerintahan. Pada faktanya, korupsi sebenarnya telah terjadi dari hal paling
sederhana sampai hal-hal yang lebih kompleks. Korupsi selalu dikaitkan dengan
politik, ekonomi, kebijakan pemerintahan dalam masalah sosial maupun
internasional, serta pembangunan nasional. Setiap tahun bahkan mungkin setiap
bulan, banyak pejabat pemerintah yang tertangkap karena melakukan tindakan
korupsi. Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin corruptio dari kata
kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik,
menyogok, mencuri, maling, seiring dengan pendapat Nurdjana menyatakan bahwa
korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “corruptio”, yang berarti
perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang
dari kesucian, melanggar norma-norma agama materiil, mental dan hukum1.
 Menurut kamus Oxford, pengertian korupsi adalah perilaku tidak jujur atau
ilegal, terutama dilakukan orang yang berwenang. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pengertian korupsi adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan
sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. 2
 Menurut Haryatmokon Pengertian korupsi adalah upaya menggunakan
kemampuan campur tangan karena posisinya untuk menyalahgunakan
informasi, keputusan, pengaruh,uang atau kekayaan demi kepentingan
keuntungan dirinya

1
Nurdjana, 1990
2
Dora Amalia (Pemimpin Redaksi), 2017, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kelima,cetakan ke 7,
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, PN Balai
Pustaka, Jakarta hlm.880.

i
B. Bentuk – bentuk korupsi
Definisi korupsi tertuang dalam pasal 13 Undang-undang nomor 31 tahun 1999
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi (UU Tipikor) sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas undang-
undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU 20/2001). Berdasarkan
pasal tersebut korupsi dirumuskan dalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi,
kemudian dapat disederhanakan ke dalam tujuh kelompok besar yaitu:
1. Kerugian Keuangan Negara
Undang-undang Tipikor menganut konsep kerugioan negara dalam arti delik
formal. Usur dapat merugikan keuangan negara diartikan merugikan negara secara
laungsung atau tidak langsung, dimana suatu Tindakan dapat dianggap merugikan
keuangan negara apabila Tindakan tersebut berpotensi menimbulkan kerugian
negara. Pasal 2 ayat (1) UU Tipikor Jo. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/
PUU-XIV/2016 mengatur bahwa “Setiap orang yang melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paing sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu milyar rupiah)”
Selanjutnya pada pasal 3 UU Tipikor menyatakan “Setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri senmdiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000.00 (satu milyar rupiah).
2. Suap Menyuap
Perbuatan suap dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya diatu dalam
pasal 5 UU 20/2021 yang berbunyi “dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp.
50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 250..000.000.00 (dua
ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada pegawai negeri atau penyelenggara ……..”
3
3. Penggelapan dalam Jabatan
Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan
sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya
atau uang/surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau
membantu dalam melakukan perbuatan tersebut 3.
4. Pemerasan
Pegawai negeri atau pemnyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri.
5. Perbuatan Curang
Pemborong ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau abarang atau atau
keselamatan negara dalam keadaan perang.
6. Kepentingan dalam Pengadaan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan
yang pada saat dilakukan perbuatan untuk seluruh atau Sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya.
7. Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawaban dengan
kewajiban tugasnya.
C. Dampak Korupsi
Korupsi telah banyak membuktikan berdampak negatif, langsung maupun tidak

3
Nanang T. Puspito, dkk, 2018, Pendidikan Antikorupsi Untuk Perguruan Tinggi, Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Perpustakaan Nasional, Jakarta, hlm. 8.

4
langsung, kepada sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA)
sekaligus. Akibat korupsi anggaran pembangunan pendidikan suatu negara melorot
drastis. Korupsi dunia pendidikan di Indonesia, misalnya, sudah membuktikan hal
tersebut. Korupsi yang telah berlangsung secara sistematis dalam kurun watu lama
telah memperlambat pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Akibat dikorupsi
pejabat publik, bangunan sekolah ambruk jauh sebelum waktunya, sarana
pembelajaran tidak berkualitas, fasilitas pendidikan kurang bermutu, belum lagi
potongan tidak beralasan jelas atas gaji guru yang dilakukan oleh oknum birokrasi
pendidikan telah menambah daftar panjang budaya korupsi di Indonesia.
D. Gerakan Anti Korupsi
Pada hakikatnya, korupsi tidak dapat ditangkal hanya dengan satu cara.
Penanggulangan korupsi harus dilakukan dengan pendekatan komprehensif, sistemis,
dan terus-menerus. Penanggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan, antara lain
dengan:
Pertama, adanya political will dan political action dari pejabat negara dan
pimpinan lembaga pemerintah pada setiap satuan kerja organisasi untuk
melakukan langkah proaktif pencegahan dan pemberantasan perilaku dan tindak
pidana korupsi. Tanpa kemauan kuat pemerintah untuk memberantas korupsi di
segala lini pemerintahan, kampanye pemberantasan korupsi hanya slogan kosong
belaka.
Kedua, penegakan hukum secara tegas dan berat. Proses eksekusi mati bagi
koruptor di Cina, misalnya telah membuat sejumlah pejabat tinggi dan pengusaha
di negeri ini menjadi jera untuk melakukan tindak korupsi. Hal yang sama terjadi
pula di negara-negara maju di Asia, seperti Korea Selatan, Singapura, dan Jepang
termasuk di antara negara yang tidak kenal kompromi dengan pelaku korupsi.
Tindakan ini merupakan shock therapy untuk menghilangakan tindakan korupsi di
jajaran aparatur pemerintah.
Ketiga, membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan
korupsi, misalnya komisi Ombudsman sebagai lembaga yang memeriksa
pengaduan pelayanan administrasi publik yang buruk. Pada beberapa negara,
mandat Ombudsman mencakup pemeriksaan dan inspeksi atas sistem administrasi
pemerintah dalam hal kemampuannya mencegah tindakan korupsi aparat
birokrasi. Di Indonesia telah dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Tim Penuntasan Tindak Pidana Korupsi (Timtas Tipikor) dengan tugas melakukan
5
investigasi individu dan lembaga, khususnya aparatur di pemerintah yang
melakukan korupsi. Selain lembaga bentukan pemerintah, masyarakat juga
membentuk lembaga yang mengemban misi tersebut, seperti salah satunya adalah
Indonesia Corruption Watch (ICW).
Keempat, membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin
terlaksananya praktik good and clean governance, baik di sektor pemerintah,
swasta, atau organisasi kemasyarakatan.
Kelima, memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal
maupun nonformal. Dalam pendidikan formal, sejak pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi diajarkan bahwa nilai korupsi adalah bentuk lain dari kejahatan.
Keenam, gerakan umat beragama tentang antikorupsi, yaitu gerakan membangun
kesadaran keagamaan dan mengembangkan spiritualitas antikorupsi.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak
dari pihak lain dapat berupa kekayaan negara (buang, barang-barang milik negara
atau kesempatan) untuk memperkaya diri. Meskipun pemberantasan korupsi
menghadapi berbagai kendala, namun upaya pemberantasan korupsi harus terus-
menerus dilakukan dengan melakukan berbagai perubahan dan perbaikan. Perbaikan
dan perubahan tersebut antara lain terkait dengan lembaga yang menangani korupsi
agar selalu kompak dan tidak sektoral, upaya-upaya pencegahan juga terus dilakukan,
kualitas SDM perlu ditingkatkan, kesejahteraan para penegak hukum menjadi
prioritas. Meskipun tidak menjamin korupsi menjadi berkurang, perlu dipikirkan
untuk melakukan revisi secara komprehensif terhadap UndangUndang tentang
Pemberantasan Korupsi.
B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan kami mohon
maaf dan kami membutuhkan kritik dan saran dari pembaca , agar makalah ini bisa
dibuat lebih sempurna. Karena kami sebagai penulis masih dalam proses
pembelajaran.

7
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, D. (2017). kamus besar bahasa indonesia. jakarta: balai pustaka.


Puspito, N. (2018). pendidikan anti korupsi dalam mata kuliah kewarganegaraan.
jakarta: perpustakaan nasional.
Ubaidillah, A. (2017). pancasila, demokrasi, dan pencegahan korupsi. pendidikan
kewarganegaraan, 227.

Anda mungkin juga menyukai