Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI


“Konsep Korupsi dan Faktor Penyebab Korupsi”

Disusun Oleh :
Kelompok I
Muhammad Ibnu Abdi Brata (210101212)
Zakiah (210101298)
Nurvania (210101201)
Rahmad (210101208)
Nurjanah (210101205)
Wisetri (210101215)

DOSEN PENGAJAR :

Dr. Ns. Hj. Rifa Yanti, S.Kep, M.Biomed

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES AL INSYIRAH PEKANBARU
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
kepada kami, sehingga makalah kelompok dengan judul “Konsep Korupsi dan
Faktor Penyebab Korupsi” telah berhasil diselesaikan. Makalah kelompok ini
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Pendidikan dan Budaya Anti
Korupsi.

Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik


moral maupun material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam kesempurnaan
penulisan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan dan membalas


segala budi baik semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.

Pekanbaru, 2 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PEDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Korupsi...................................................................................... 3
B. Faktor Penyebab Korupsi........................................................................ 4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan
sebagaisuatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama
ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang
yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan
pembiayaan. Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor
manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat
dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya.
Tetapi ironisnya, negaratercinta ini dibandingkan dengan negara lain di
kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan
termasuk negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya
adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut
bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga
menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan
rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara
menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah
merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat berbahaya yang
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara
yang sangat besar.
Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan
dan pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh
kalangan anggotalegislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon
dan lainsebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan
pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah
tanah air. Hal itumerupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu,
sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung.

1
Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain
kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak
berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai pada
titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap Negara ini akan mampu
mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi
sebuah negara yang maju. Karenakorupsi membawa dampak negatif yang
cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari korupsi?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan korupsi?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar penulis dan pembaca mengetahui konsep dari korupsi
2. Agar penulis dan pembaca mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan munculnya tindakan korupsi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Korupsi

Korupsi adalah gejala masyarakat yang dapat dijumpai di hampir segala


tempat. Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus” yang
berarti kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, dan
tidak bermoral kesucian.
Kata ini kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis
“Corruption” yang berarti menyalahgunakan wewenangnya, untuk
menguntungkan dirinya sendiri. Sementara menurut kamus lengkap Web
Ster’s Third New International Dictionary, pengertian korupsi adalah ajakan
(dari seorang pejabat politik) dengan pertimbangan-pertimbangan yang
tidak semestinya (misalnya suap) untuk melakukan pelanggaran tugas.
Mengutip kppu.go.id, menurut perspektif hukum pengertian korupsi
secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31
Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia oleh Pius A. Partanto dan M.
Dahlan Al Bahrry, korupsi dirumuskan sebagai perbuatan yang buruk
seperti kecurangan, penyelewengan, penyalahgunaan jabatan untuk
kepentingan diri, dan mudah disuap.
Menurut Sayed Hussein Alatas dalam bukunya “Corruption and the
Disting of Asia” menyatakan bahwa tindakan yang dapat dikategorikan
sebagai korupsi adalah penyuapan, pemerasan, nepotisme, dan
penyalahgunaan kepercayaan atau jabatan untuk kepentingan pribadi.
Sedangkan menurut Robert Klitgaard, pengertian korupsi adalah
tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan
negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi
(perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan-
aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku pribadi.

3
Sementara menurut Jeremy Pope, korupsi melibatkan perilaku dipihak
para pejabat sektor publik, baik politisi maupun pegawai negeri sipil.
Mereka secara tidak wajar dan tidak sah memperkaya diri sendiri atau orang
yang dekat dengan mereka dengan menyalahgunakan wewenang yang
dipercayakan kepada mereka.
Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi

B. Faktor Penyebab Korupsi


Pemberitaan tentang korupsi seakan tak pernah berhenti mewarnai layar
kaca. Para pelaku korupsi adalah para pegawai atau pejabat pemerintahan
yang menempati posisi strategis. Lantas kita jadi bertanya, hidup mereka
sudah enak, gaji pastilah besar, semuanya sudah dimiliki, lalu kenapa masih
saja korupsi?
Alasan seseorang korupsi bisa beragam, namun secara singkat dikenal
teori GONE untuk menjelaskan faktor penyebab korupsi. Teori GONE yang
dikemukakan oleh penulis Jack Bologna adalah singkatan dari Greedy
(Keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (Kebutuhan) dan Exposure
(pengungkapan).
Teori GONE mengungkapkan bahwa seseorang yang korupsi pada
dasarnya serakah dan tak pernah puas. Tidak pernah ada kata cukup dalam
diri koruptor yang serakah. Keserakahan ditimpali dengan kesempatan,
maka akan menjadi katalisator terjadinya tindak pidana korupsi. Setelah
serakah dan adanya kesempatan, seseorang berisiko melakukan korupsi jika

4
ada gaya hidup yang berlebihan serta pengungkapan atau penindakan atas
pelaku yang tidak mampu menimbulkan efek jera.
Jika dijabarkan lagi, faktor penyebab korupsi meliputi dua faktor, yaitu
internal dan eksternal, faktor internal merupakan penyebab korupsi dari diri
pribadi, sedang faktor eksternal karena sebab-sebab dari luar.

1. Faktor Penyebab Internal


a. Sifat serakah/tamak/rakus manusia
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang
selalu tidak merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih.
Dengan sifat tamak, seseorang menjadi berlebihan mencintai harta.
Padahal bisa jadi hartanya sudah banyak atau jabatannya sudah tinggi.
Dominannya sifat tamak membuat seseorang tidak lagi
memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki. Sifat ini
menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para
profesional, berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.
b. Gaya hidup konsumtif
Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor
pendorong internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli
barang-barang mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan
perkotaan yang serba glamor. Korupsi bisa terjadi jika seseorang
melakukan gaya hidup konsumtif namun tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai.
c. Moral yang lemah
Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Aspek lemah moral misalnya lemahnya
keimanan, kejujuran, atau rasa malu melakukan tindakan korupsi. Jika
moral seseorang lemah, maka godaan korupsi yang datang akan sulit
ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukannya.

5
2. Faktor Penyebab Eksternal
a. Aspek Sosial
Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong
terjadinya korupsi, terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau
memberi hukuman, keluarga malah justru mendukung seseorang
korupsi untuk memenuhi keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya
adalah nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung korupsi.
Misalnya, masyarakat hanya menghargai seseorang karena kekayaan
yang dimilikinya atau terbiasa memberikan gratifikasi kepada pejabat.
Dalam means-ends scheme yang diperkenalkan Robert Merton,
korupsi merupakan perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan
sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma. Menurut
teori Merton, kondisi sosial di suatu tempat terlalu menekan sukses
ekonomi tapi membatasi kesempatan-kesempatan untuk
mencapainya, menyebabkan tingkat korupsi yang tinggi.
Teori korupsi akibat faktor sosial lainnya disampaikan oleh
Edward Banfeld. Melalui teori partikularisme, Banfeld mengaitkan
korupsi dengan tekanan keluarga. Sikap partikularisme merupakan
perasaan kewajiban untuk membantu dan membagi sumber
pendapatan kepada pribadi yang dekat dengan seseorang, seperti
keluarga, sahabat, kerabat atau kelompoknya. Akhirnya terjadilah
nepotisme yang bisa berujung pada korupsi.
b. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang
besar menjadi faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk
memperkaya diri pada akhirnya menciptakan money politics. Dengan
money politics, seseorang bisa memenangkan kontestasi dengan
membeli suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota
partai politiknya.
Pejabat yang berkuasa dengan politik uang hanya ingin
mendapatkan harta, menggerus kewajiban utamanya yaitu mengabdi
kepada rakyat. Melalui perhitungan untung-rugi, pemimpin hasil

6
money politics tidak akan peduli nasib rakyat yang memilihnya, yang
terpenting baginya adalah bagaimana ongkos politiknya bisa kembali
dan berlipat ganda.
Balas jasa politik seperti jual beli suara di DPR atau dukungan
partai politik juga mendorong pejabat untuk korupsi. Dukungan partai
politik yang mengharuskan imbal jasa akhirnya memunculkan upeti
politik. Secara rutin, pejabat yang terpilih membayar upeti ke partai
dalam jumlah besar, memaksa korupsi.
c. Aspek Hukum
Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi,
sisi perundang-undangan dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor
akan mencari celah di perundang-undangan untuk bisa melakukan
aksinya. Selain itu, penegakan hukum yang tidak bisa menimbulkan
efek jera akan membuat koruptor semakin berani dan korupsi terus
terjadi.
Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk
hukum yang tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada
kecenderungan hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak
tertentu. Sanksi yang tidak sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu
ringan atau tidak tepat sasaran, juga membuat para pelaku korupsi
tidak segan-segan menilap uang negara.
d. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama
korupsi. Di antaranya tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup
untuk memenuhi kebutuhan. Fakta juga menunjukkan bahwa korupsi
tidak dilakukan oleh mereka yang gajinya pas-pasan. Korupsi dalam
jumlah besar justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan
berpendidikan tinggi.
Banyak kita lihat pemimpin daerah atau anggota DPR yang
ditangkap karena korupsi. Mereka korupsi bukan karena kekurangan
harta, tapi karena sifat serakah dan moral yang buruk.

7
Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik, kekuasaan
negara dirangkai sedemikian rupa agar menciptakan kesempatan-
kesempatan ekonomi bagi pegawai pemerintah untuk meningkatkan
kepentingan mereka dan sekutunya. Kebijakan ekonomi
dikembangkan dengan cara yang tidak partisipatif, tidak transparan
dan tidak akuntabel.
e. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi
tempat koruptor berada. Biasanya, organisasi ini memberi andil
terjadinya korupsi, karena membuka peluang atau kesempatan.
Misalnya tidak adanya teladan integritas dari pemimpin, kultur yang
benar, kurang memadainya sistem akuntabilitas, atau lemahnya sistem
pengendalian manajemen.
Mengutip buku Pendidikan Antikorupsi oleh Eko Handoyo,
organisasi bisa mendapatkan keuntungan dari korupsi para
anggotanya yang menjadi birokrat dan bermain di antara celah-celah
peraturan. Partai politik misalnya, menggunakan cara ini untuk
membiayai organisasi mereka. Pencalonan pejabat daerah juga
menjadi sarana bagi partai politik untuk mencari dana bagi kelancaran
roda organisasi, pada akhirnya terjadi money politics dan lingkaran
korupsi kembali terjadi.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan
rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras,
kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya
sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan.Dampak
korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi,
ekonomi, dan kesejahteraan negara.
B. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.

9
DAFTAR PUSTAKA

Muzadi, H. 2016. MENUJU INDONESIA BARU, Strategi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi. Malang : Bayumedia Publishing.

Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 2018. Hukum Pidana Indonesia .Bandung
: Penerbit Sinar Baru.

Saleh, Wantjik. 2019 Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia . Jakarta :


GhaliaIndonesia

10

Anda mungkin juga menyukai