Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT , atas seluruh
curahan rahmat dan hidayatNya sehingga penyusun mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul“Penyebab Korupsi Di Indonesia”ini tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah pembentukan budaya anti korupsi tingkat II semester 3 .
Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak memperoleh bantuan baik
pengajaran, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu penyusun menyampaikan penghargaan dan
terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Fauzia Akbar, SE, MM selaku dosen mata kuliah pembentukan
budaya anti korupsi yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan
beliau, memberikan kritik, saran dan pengarahan kepada kelompok
dalam proses penulisan makalah ini.
2. Kepada anggota kelompok yang telah berkontribusi dan bekerja sama
dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Kepada pihak yang telah direpotkan dan sudi menampung anggota
kelompok kami dalam berlangsungnya penyusunan makalah ini hingga
tuntas.
Sebagai manusia biasa, kami sebagai penyusun menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan lmu pengetahuan yang
dimiliki oleh penyusun. Oleh karenanya atas kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan makalah ini, kami memohon maaf dan bersedia menerima kritikan yang
membangun. Terakhir, harapan Penulis, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Sukabumi, 20 September 2022


Penyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................3


2.1 Pengertian Korupsi ...........................................................................3
2.2 Jenis – Jenis Korupsi (Menurut Syed Hussein Al Atas, dalam “The
Sociology of Corruption) .................................................................3
2.3 Tindak Pidana Korupsi.....................................................................4
2.4 Penyebab Terjadinya Korupsi ..........................................................7

BAB IIIP PEMBAHASAN ..................................................................................12


3.1 Penyebab Korupsi Di Indonesia .....................................................12
3.2 Kondisi Yang Mendukung Tindak Pidana Korupsi ......................13

BAB IV PENUTUP ..............................................................................................14


4.1 Kesimpulan ....................................................................................14
4.2 Saran...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16


LAMPIRAN DOKUMENTASI ..........................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi dari bahasa latin: corruption dari kata kerja corrumpere


yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok.
Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politis maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri
atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Secara harfiah korupsi
merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Jika membicarakan
tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena
korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan
dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam
jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.

Korupsi merupakan salah satu jenis kejahatan yang semakin sulit


dijangkau oleh aturan hukum pidana, karena perbuatan korupsi bermuka
majemuk yang memerlukan kemampuan berpikir aparat pemeriksaan dan
penegakan hukum disertai pola perbuatan yang sedemikian rapi. Oleh
karena itu, perubahan dan perkembangan hukum merupakan salah satu
untuk mengantisipasi korupsi tersebut. Karena korupsi terkait dengan
berbagai kompleksitas masalah, antara lain masalah moral atau sikap
mental, masalah pola hidup serta budaya, lingkungan sosial, sistem
ekonomi, politik dan sebagainya. Dalam menghadapi karakteristik
demikian maka salah satu cara memberantas tindak pidana korupsi yang
selama ini diketahui adalah melalui sarana hukum pidana sebagai alat
kebijakan kriminal dalam mencegah atau mengurangi kejahatan.

Tindak Pidana Korupsi di Indonesia telah berkembang dalam 3


(tiga) tahap yaitu elitis, endemik, dan sistematik . Pada tahap elitis, korupsi
masih menjadi patologi sosial yang khas di lingkungan para elit/pejabat.
Pada tahap endemik, korupsi mewabah mengjakau lapisan masyarakat luas.

1
Lalu ditahap yang kritis, ketika korupsi menjadi sistemik, setiap individu
di dalam sistem terjangkit penyakit yang serupa. Penyakit korupsi di
Indonesia ini telah sampai pada tahap sistematik. Perbuatan tindak pidana
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi
masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan
sebagai kejahatan biasa (ordinary-crimes) dalam upaya pemberantasannya
tidak lagi dapat dilakukan “secara biasa”, tetapi dituntut cara-cara yang
“luar biasa “ (extra-ordinary enforcement).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas didapatkan rumusan masalah


yaitu:

1. Apa saja jenis-jenis korupsi?


2. Apa saja yang termasuk tindak pidana korupsi?
3. Apa penyebab korupsi di indonesia?
4. Aspek apa saja yang bisa menjadi penyebab terjadinya korupsi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah ditemukan tujuan:

1. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis korupsi.


2. Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk tindak pidana
korupsi.
3. Untuk mengetahui penyebab korupsi di indonesia.
4. Untuk mengetahui aspek apa saja yang bisa menjadi penyebab
terjadinya korupsi.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi sudah menyebar merata di negara ini, tindakan korupsi


tidak hanya merugikan negara, namun juga dapat menghambat
kesejahteraan masyarakat. (Wijayanti 2016:1) menyatakan bahwa korupsi
atau rasuah (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politis maupun pegawai negeri, serta pihak
lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada pejabat
publik untuk mendapatkan keuntungan sepihak. (Wibowo 2013 : 22)

Korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang yang ada pada


seseorang khususnya pejabat atau pegawai negeri, demi keuntungan pribadi,
keluarga, rekanan, dan teman atau kelompoknya.

Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan


merusak. Jika membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan
kenyataan seperti itu karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan
keadaan yang buruk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi
dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan
dibawah kekuasaan jabatannya. (Evi Hartanti, op.cit)

Berdasarkan uraian mengenai korupsi oleh dua para ahli dapat


ditarik kesimpulan bahwa korupsi adalah tindakan sangat merugikan bagi
negara, menjadikan masyarakat miskin serta menghambat kesejahteraan
masyarakat.

2.2 Jenis–Jenis Korupsi (Syed Hussein Al Atas, dalam “The Sociology of


Corruption)
1) Korupsi Transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan diantara
seorang donor dengan resipien untuk keuntungan kedua belah pihak.

3
2) Korupsi Ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekanan dan
pemaksaan untuk menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau
orang-orang yang dekat dengan pelaku korupsi.
3) Korupsi Investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang
merupakan investasi untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa
datang.
4) Korupsi Nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus
baik dalam pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-
proyek bagi keluarga dekat.
5) Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat
mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang
dalam (insiders information) tentang berbagai kebijakan publik yang
seharusnya dirahasiakan.
6) Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang
menjadi intrik kekuasaan bahkan kekerasan.
7) Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka
mempertahankan diri dari pemerasan.

2.3 Tindak Pidana Korupsi


Tindak Pidana Korupsi merupakan suatu perbuatan untuk
memperkaya diri sendiri atau suatu golongan merupakan suatu tindakan
yang sangat merugikan orang lain, bangsa dan negara (Chatrina Darul
Rosikah dan Dessy Marliani Listianingsih, 2016).
Unsur tindak pidana korupsi tercantum dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi yang bunyinya “Setiap orang
yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”

4
Tindak pidana korupsi (Tipikor) merupakan pelanggaran terhadap
hak-hak masyarakat, baik ekonomi maupun sosial. Tindak pidana korupsi
pun tidak lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes),
melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa (extra-ordinary crimes).
Akibat dari korupsi, penderitaan selalu dialami oleh masyarakat, terutama
yang berada dibawah garis kemiskinan.

Unsur-unsur dominan yang melekat pada tindakan korupsi tersebut


adalah sebagai berikut: (Jawade Hafidz Arsyad, 2017).

1) Setiap korupsi bersumber pada kekuasaan yang didelegasikan


(delegated power, derived power). Pelaku-pelaku korupsi adalah
orang-orang yang memperoleh kekuasaan atau wewenang dari
perusahaan atau negara dan memanfaatkannya untuk kepentingan-
kepentingan lain.
2) Korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari pejabat-
pejabat yang melakukannya.
3) Korupsi dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, link,
atau kelompok. Korupsi akan senantiasa bertentangan dengan
keuntungan organisasi, kepentingan negara atau kepentingan umum
lainnya.
4) Orang-orang yang mempraktikkan korupsi, biasanya berusaha untuk
merahasiakan perbuatannya. Ini disebabkan karena setiap tindakan
korupsi pada hakikatnya mengandung unsur penipuan dan
bertentangan dengan hukum.
5) Korupsi dilakukan secara sadar dan disengaja oleh para pelakunya.
Dalam hal ini tidak ada keterkaitan antara tindakan korup dengan
kapasitas rasional pelakunya. Dengan demikian, korupsi jelas dapat
diberikan dari mal-administrasi atau salah urus.

Contoh Tindak Pidana Korupsi :

1. Merugikan keuangan negara

5
1) Melawan hukum dan untuk memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi dan dapat merugikan
keuangan negara.
2) Menyalahgunakan kewenangan untuk keuntungan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dan dapat
merugikan keuangan negara.

2. Suap - menyuap

1) Menyuap pegawai negeri


2) Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
3) Pegawai negeri menerima suap
4) Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan
jabatannya.
5) Menyuap hakim
6) Menyuap advokat
7) Hakim dan advokat menerima suap

3. Penggelapan dalam jabatan

1) Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan


penggelapan atau membantu melakukan perbuatan itu.
2) Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan
administrasi.
3) Pegawai negeri merusakkan bukti.
4) Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti.
5) Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti.

4. Pemerasan

1) Pegawai negeri menyalahgunakan kekuasaan untuk


memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau mengerjakan
sesuatu untuk dirinya.
2) Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain.

6
5. Perbuatan curang

a) Pemborong/ahli bangunan berbuat curang .


b) Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang .
c) Rekanan TNI/Polri berbuat curang.
d) Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
e) Penerima barang untuk keperluan TNI/Polri membiarkan
perbuatan curang.
f) Pegawai negeri menyerobot tanah negara, sehingga
merugikan orang lain.

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan

a) Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang


diurusnya.

7. Gratifikasi

a) Pegawai negeri yang berhubungan dengan


jabatan/kewenangangannya menerima gratifikasi dan
tidak lapor KPK dalam jangka waktu 30 hari.

2.4 Penyebab Korupsi

Pemberitaan tentang korupsi seakan tak pernah berhenti mewarnai


layar kaca. Para pelaku korupsi adalah para pegawai atau pejabat
pemerintahan yang menempati posisi strategis. Lantas kita jadi bertanya,
hidup mereka sudah enak, gaji pastilah besar, semuanya sudah dimiliki, lalu
kenapa masih saja korupsi?
Alasan seseorang korupsi bisa beragam, namun secara singkat
dikenal teori GONE untuk menjelaskan faktor penyebab korupsi. Teori
GONE yang dikemukakan oleh penulis Jack Bologna adalah singkatan dari
Greedy (Keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (Kebutuhan) dan
Exposure (pengungkapan).
Teori GONE mengungkapkan bahwa seseorang yang korupsi pada
dasarnya serakah dan tak pernah puas. Tidak pernah ada kata cukup dalam

7
diri koruptor yang serakah. Keserakahan ditimpali dengan kesempatan,
maka akan menjadi katalisator terjadinya tindak pidana korupsi. Setelah
serakah dan adanya kesempatan, seseorang berisiko melakukan korupsi jika
ada gaya hidup yang berlebihan serta pengungkapan atau penindakan atas
pelaku yang tidak mampu menimbulkan efek jera.

Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi antara lain:

1. Aspek perilaku individu

2. Aspek organisasi

3. Aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada

Terhadap aspek perilaku individu, sebab-sebab seseorang


melakukan korupsi dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang dapat
pula dikatakan sebagai keinginan, niat, atau kesadaran untuk melakukan.
Lebih jauh disebutkan sebab-sebab manusia terdorong untuk melakukan
korupsi antara lain:

1) Sifat tamak manusia,


2) Moral yang kurang kuat menghadapi godaan,
3) Gaya hidup konsumtif,
4) Tidak mau (malas) bekerja keras.

Tingginya kasus korupsi di negeri ini disebabkan oleh beberapa hal


diantaranya:

a) Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,


b) Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,
c) Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum
dan peraturan perundangan,
d) Rendahnya integritas dan profesionalisme,
e) Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan,
keuangan, dan birokrasi belum mapan,
f) Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan
masyarakat.

8
g) Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan
etika.

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini


dapat dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para
pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan
kekuasaan. Korupsi pada level pemerintah adalah dari sisi pemerintah,
pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-barang
politik untuk kepentingan pribadi, tergolong korupsi yang di sebabkan oleh
konstelasi politik. (Susanto: 2002).

1. Faktor Politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini


dapat dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para
pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan
kekuasaan. Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang merupakan
fenomena yang sering terjadi. Terkait dengan hal itu Terrence Gomes
(2000) memberikan gambaran bahwa politik uang ( money politik)
sebagai use of money and material benefits in the pursuit of political
influence.

2. Faktor Hukum

Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek
perundang-undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak
baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang
diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex
certa) sehingga multi tafsir; kontradiksi dan overlapping dengan
peraturan lain (baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi). Sanksi
yang tidak sesuai dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak tepat
sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat, penggunaan konsep
yang berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan
suatu peraturan tidak kompatibel dengan realitas yang ada sehingga
tidak fungsional atau tidak produktif .

9
3. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya


korupsi. Hal itu dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak
mencukupi kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak benar karena dalam
teori kebutuhan Maslow, korupsi seharusnya hanya dilakukan oleh
orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan logika
lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan
yang bertahan hidup. Namum saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya
dan berpendidikan tinggi (Sulistyantoro : 2004).

4. Faktor Organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas,
termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi
yang menjadi korban korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya
memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang atau
kesempatan untuk terjadinya korupsi (Tunggal 2000). Bila mana
organisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi seseorang
untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi.

Aspek-aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang


organisasi ini meliputi:

(a) kurang adanya teladan dari pimpinan.

(b) tidak adanya kultur organisasi yang benar.

(c) sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai.

(d) manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam

organisasinya.

5. Faktor Internal Dan Eksternal


1) Aspek Perilaku Individu
a. Sifat tamak/rakus manusia.

Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka


membutuhkan makan.

10
Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus.
Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar
untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku
semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan
rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukumnya.

b. Moral yang kurang kuat

Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda


untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan,
teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang
memberi kesempatan untuk itu.

c. Gaya hidup yang konsumtif.

Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup


seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi
dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan
korupsi.

2) Aspek Sosial Perilaku

Korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris


mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat
memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat
baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam
hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman
pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Korupsi Indonesia
1) Faktor kekuasaan
Akses terhadap kebijakan pemimpin menjadi “permata” bagi
sebagian orang. Kekuasaan yang diperoleh menjadi penyebab besar
untuk melakukan tindakan korupsi sebab akses terhadap beberapa pihak
strategis menjadi mudah untuk “dipermainkan”, sehingga muncul
ungkapan terkenal “power tends to corrupt”.
2) Faktor Budaya (Wirjono, 1986)
Mengemukakan sebuah fakta bahwa masyarakan Indonesia
merupakan masyarakat dengan tipologi keluarga besar atau extended
family. Ungkapan tersebut berarti masyarakat Indonesia memiliki
solidaritas yang tinggi walaupun tindakan korupsi tidak dibenarkan
sehingga ditengah-tengah budaya nya memiliki ukuran sendiri bahwa
kesuksesan yang diraih oleh salah satu anggota keluarga merupakan
kesuksesan anggota lainnya
3) Faktor Ketidaktahuan
Peruntukan dana yang terdistribusi melalui instansi tertentu
merupakan langkah awal terjadinya korupsi pada faktor ini. Peruntukan
dana tersebut tidak jarang bahkan tidak diketahui oleh semua pejabat
publik di lingkungan aparatur sipil negara (ASN) sehingga belanja yang
tidak sesuai peruntukannya menjadi sebuah tindakan yang ilegal atau
tidak.
4) Faktor Rendahnya kualitas moral masyarakat.
Kualitas moral ini ditentukan oleh banyak hal, adalah sebagai
berikut:
(1) seperti dikemukakan sebelumnya, adalah kemiskinan.
(2) kualitas pendidikan dari masyarakat tersebut.
(3) pengaruh media massa
Sebagai salah satu elemen yang dominan dalam pembentukan nilai
sosial ditengah lingkungan masyarakat. Media massa yang beredar saat

12
ini, khususnya televisi merupakan salah satu media yang menyajikan
nilai yang tidak baik yang dianggap sebagai “nilai kemodernan” yang
tidak tepat.
5) Faktor Lemahnya kelembagaan negara.
a. Jika tindakan korupsi tidak ditindak segera, maka akan
menimbulkan stigma di masyarakat bahwa tindakan tersebut
diperbolehkan dan aman karena terjadi secara masif.
b. Tidak semua lembaga pemerintahan “baik” dalam hal pemberian
insentif/upah/gaji terhadap para pegawainya. Oleh karenanya
kekurangan penghasilan tersebut sangat mungkin menjadi salah
satu faktor korupsi dilakukan.
c. Mekanisme interaksi relasi menjadi hal penting dalam hal ini
karena diantara lembaga-lembaga yang ada, beberapa
diantaranya memiliki mekanisme interaksi relasi yang
menimbulkan celah untuk terjadinya tindakan korupsi dalam
bentuk “suap”

3.2 Kondisi yang Mendukung Tindakan Korupsi (Alatas, 2006)


Berikut beberapa kondisi yang dapat mendukung terjadinya tindakan
korupsi, adalah sebagai berikut :
a. Rezim kekuasaan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada
rakyat;
b. Kurangnya aspek transparansi dalam public decision.
c. Kampanye-kampanye politik yang mahal, sehingga memaksa
mengalokasikan dana secara tidak tepat.
d. Proyek besar yang melibatkan uang rakyat secara masif.
e. Lingkungan organisasi yang tertutup yang mementingkan diri
sendiri dan jaringan.
f. Lemahnya penegakan hukum
g. Kurangnya kebebasan berpendapat bagi publik dan media massa.
h. Pemberian insentif pegawai pemerintah yang tidak layak.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Korupsi sudah menyebar merata di negara ini, tindakan korupsi
tidak hanya merugikan negara, namun juga dapat menghambat
kesejahteraan masyarakat. (Wijayanti 2016:1) menyatakan bahwa korupsi
atau rasuah (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politis maupun pegawai negeri, serta pihak
lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada pejabat
publik untuk mendapatkan keuntungan sepihak. (Wibowo 2013 : 22)

Berdasarkan uraian mengenai korupsi oleh dua para ahli dapat


ditarik kesimpulan bahwa korupsi adalah tindakan sangat merugikan bagi
negara, menjadikan masyarakat miskin serta menghambat kesejahteraan
masyarakat. Jenis korupsi : korupsi Transaktif, Korupsi Ekstortif, Korupsi
Investif, Korupsi Nepotistik, Korupsi Otogenik, Korupsi supportif, Korupsi
Defensif. Tindak Pidana Korupsi merupakan suatu perbuatan untuk
memperkaya diri sendiri atau suatu golongan merupakan suatu tindakan
yang sangat merugikan orang lain, bangsa dan negara (Chatrina Darul
Rosikah dan Dessy Marliani Listianingsih, 2016).

Penyebab Korupsi Alasan seseorang korupsi bisa beragam, namun


secara singkat dikenal teori GONE untuk menjelaskan faktor penyebab
korupsi. Teori GONE yang dikemukakan oleh penulis Jack Bologna adalah
singkatan dari Greedy (Keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need
(Kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan). Faktor kekuasaan, Faktor
Budaya, Faktor Ketidaktahuan, Faktor Rendahnya kualitas moral
masyarakat, Faktor Lemahnya kelembagaan negara.

14
4.2 Saran

Setelah melihat penyebab korupsi di Indonesia serta jeni-jenis tindak


pidana korupsi, maka penulis memunculkan saran-saran sebagai berikut :

1. Sikap untuk menghindari korupsi harus ditanamkan sejak


dini dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang
kecil.
2. Pemerintah harus lebih tegas terhadap pemberantasan
korupsi .
3. Peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi
harus jelas dengan sanksi yang dapat menimbulkan efek jera,
serta proses peradilan yang cepat dan transparan.
Dengan disusunnya makalah ini, semoga pembaca lebih paham
mengenai Penyebab Korupsi di Indonesia agar nantinya berguna di masa
depan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Evi Hartanti, 2007, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, sinar grafika, Jakarta,

hlm. 9 pertama, sinar grafika, Jakarta, hlm. 11


BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi. (n.d.). Retrieved
September 27, 2022, from
http://repository.unika.ac.id/20309/3/15.C1.0115%20ANDI
KA%20PRASETIA%20SINAGA%20%286.36%29..pdf%
20BAB%20II.pdf

7 Kelompok Jenis Tindak Pidana Korupsi berdasarkan Undang-Undang no 31


tahun 1999 jo Undang-Undang no. 20 Tahun 2001. (2020).
Kemenkeu.go.id.
https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/klc1-7-
kelompok-jenis-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-
undang-undang-no-31-tahun-1999-jo-undang-undang-no-
20-tahun-2001/detail/

Kurniadi, Nanang T. Puspito Marcella Elwina S. Indah Sri Utari Yusuf Karsona,

Asriana Issa Sofia Agus Mulya Bura, Gandjar Laksmana B.

Romie O. Wibowo, Aryo P. 14. Buku Pendidikan

Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi.pdf - Pendidikan Anti-

Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan. (2021). Coursehero.com.

https://www.coursehero.com/file/90835366/14-Buku-

Pendidikan-Antikorupsi-untuk-Perguruan-Tinggipdf/

Erisa Adestya Mawarni

https://repository.unair.ac.id/13786/6/6.%20Kata%20Peng

antar.pdf - Penelusuran Google. (2015). Google.com.

https://www.google.com/search?q=https%3A%2F%2Frepo

sitory.unair.ac.id%2F13786%2F6%2F6.%2520Kata%2520

Pengantar.pdf&ei=Hk0yY4LAJPCdz7sPwpKJ-

16
Ak&ved=0ahUKEwiCx4DK5LP6AhXwznMBHUJJAp8Q

4dUDCA0&uact=5&oq=https%3A%2F%2Frepository.unai

r.ac.id%2F13786%2F6%2F6.%2520Kata%2520Pengantar.

pdf&gs_lcp=Cgxnd3Mtd2l6LXNlcnAQAzoXCAAQ6gIQt

AIQigMQtwMQ1AMQ1QMQ5QJKBAhBGABKBAhGG

ABQjTBYjTBgmjtoAXABeACAAUiIAUiSAQExmAEAo

AEBoAECsAEKwAEB&sclient=gws-wiz-serp

Pendidikan, K., Ri, K., Jenderal, D., & Tinggi, P. (n.d.). Pendidikan Anti-Korupsi

Untuk Perguruan Tinggi.

http://repository.stikesrspadgs.ac.id/31/1/Buku%20Pendidi

kan%20Anti%20Korupsi%20untuk%20Perguruan%20Ting

gi-167hlm.pdf#page=50

Kenapa Masih Banyak yang Korupsi? Ini Penyebabnya! (2020). Pusat

EdukasiAntikorupsi. https://aclc.kpk.go.id/aksi-

informasi/Eksplorasi/20220407-kenapa-masih-banyak-

yang-korupsi-ini-penyebabnya

Kesimpulan, B., Saran, D., & Kesimpulan, A. (n.d.). http://e-

journal.uajy.ac.id/4150/6/5MIH00941.pdf

17
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Irgiana Abdurahman Intan Ajizah Kusuma Muhammad Fauzan

Yusuf Dewi Pratama

Renasya Sabatini Putri Paramitha Dewi Reyna Pratama

Hasanah

18
Taufik Hardiansyah Adny Nanda Nesvita

19

Anda mungkin juga menyukai