Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT , atas seluruh
curahan rahmat dan hidayatNya sehingga penyusun mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul“Penyebab Korupsi Di Indonesia”ini tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah pembentukan budaya anti korupsi tingkat II semester 3 .
Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak memperoleh bantuan baik
pengajaran, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu penyusun menyampaikan penghargaan dan
terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Fauzia Akbar, SE, MM selaku dosen mata kuliah pembentukan
budaya anti korupsi yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan
beliau, memberikan kritik, saran dan pengarahan kepada kelompok
dalam proses penulisan makalah ini.
2. Kepada anggota kelompok yang telah berkontribusi dan bekerja sama
dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Kepada pihak yang telah direpotkan dan sudi menampung anggota
kelompok kami dalam berlangsungnya penyusunan makalah ini hingga
tuntas.
Sebagai manusia biasa, kami sebagai penyusun menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan lmu pengetahuan yang
dimiliki oleh penyusun. Oleh karenanya atas kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan makalah ini, kami memohon maaf dan bersedia menerima kritikan yang
membangun. Terakhir, harapan Penulis, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Lalu ditahap yang kritis, ketika korupsi menjadi sistemik, setiap individu
di dalam sistem terjangkit penyakit yang serupa. Penyakit korupsi di
Indonesia ini telah sampai pada tahap sistematik. Perbuatan tindak pidana
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi
masyarakat, sehingga tindak pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan
sebagai kejahatan biasa (ordinary-crimes) dalam upaya pemberantasannya
tidak lagi dapat dilakukan “secara biasa”, tetapi dituntut cara-cara yang
“luar biasa “ (extra-ordinary enforcement).
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2) Korupsi Ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekanan dan
pemaksaan untuk menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau
orang-orang yang dekat dengan pelaku korupsi.
3) Korupsi Investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang
merupakan investasi untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa
datang.
4) Korupsi Nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus
baik dalam pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-
proyek bagi keluarga dekat.
5) Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat
mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang
dalam (insiders information) tentang berbagai kebijakan publik yang
seharusnya dirahasiakan.
6) Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang
menjadi intrik kekuasaan bahkan kekerasan.
7) Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka
mempertahankan diri dari pemerasan.
4
Tindak pidana korupsi (Tipikor) merupakan pelanggaran terhadap
hak-hak masyarakat, baik ekonomi maupun sosial. Tindak pidana korupsi
pun tidak lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes),
melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa (extra-ordinary crimes).
Akibat dari korupsi, penderitaan selalu dialami oleh masyarakat, terutama
yang berada dibawah garis kemiskinan.
5
1) Melawan hukum dan untuk memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi dan dapat merugikan
keuangan negara.
2) Menyalahgunakan kewenangan untuk keuntungan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi dan dapat
merugikan keuangan negara.
2. Suap - menyuap
4. Pemerasan
6
5. Perbuatan curang
7. Gratifikasi
7
diri koruptor yang serakah. Keserakahan ditimpali dengan kesempatan,
maka akan menjadi katalisator terjadinya tindak pidana korupsi. Setelah
serakah dan adanya kesempatan, seseorang berisiko melakukan korupsi jika
ada gaya hidup yang berlebihan serta pengungkapan atau penindakan atas
pelaku yang tidak mampu menimbulkan efek jera.
2. Aspek organisasi
8
g) Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan
etika.
1. Faktor Politik
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa lihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek
perundang-undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Tidak
baiknya substansi hukum, mudah ditemukan dalam aturan-aturan yang
diskriminatif dan tidak adil; rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex
certa) sehingga multi tafsir; kontradiksi dan overlapping dengan
peraturan lain (baik yang sederajat maupun yang lebih tinggi). Sanksi
yang tidak sesuai dengan perbuatan yang dilarang sehingga tidak tepat
sasaran serta dirasa terlalu ringan atau terlalu berat, penggunaan konsep
yang berbeda-beda untuk sesuatu yang sama, semua itu memungkinkan
suatu peraturan tidak kompatibel dengan realitas yang ada sehingga
tidak fungsional atau tidak produktif .
9
3. Faktor Ekonomi
4. Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas,
termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi
yang menjadi korban korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya
memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang atau
kesempatan untuk terjadinya korupsi (Tunggal 2000). Bila mana
organisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi seseorang
untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi.
organisasinya.
10
Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus.
Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar
untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku
semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan
rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukumnya.
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Korupsi Indonesia
1) Faktor kekuasaan
Akses terhadap kebijakan pemimpin menjadi “permata” bagi
sebagian orang. Kekuasaan yang diperoleh menjadi penyebab besar
untuk melakukan tindakan korupsi sebab akses terhadap beberapa pihak
strategis menjadi mudah untuk “dipermainkan”, sehingga muncul
ungkapan terkenal “power tends to corrupt”.
2) Faktor Budaya (Wirjono, 1986)
Mengemukakan sebuah fakta bahwa masyarakan Indonesia
merupakan masyarakat dengan tipologi keluarga besar atau extended
family. Ungkapan tersebut berarti masyarakat Indonesia memiliki
solidaritas yang tinggi walaupun tindakan korupsi tidak dibenarkan
sehingga ditengah-tengah budaya nya memiliki ukuran sendiri bahwa
kesuksesan yang diraih oleh salah satu anggota keluarga merupakan
kesuksesan anggota lainnya
3) Faktor Ketidaktahuan
Peruntukan dana yang terdistribusi melalui instansi tertentu
merupakan langkah awal terjadinya korupsi pada faktor ini. Peruntukan
dana tersebut tidak jarang bahkan tidak diketahui oleh semua pejabat
publik di lingkungan aparatur sipil negara (ASN) sehingga belanja yang
tidak sesuai peruntukannya menjadi sebuah tindakan yang ilegal atau
tidak.
4) Faktor Rendahnya kualitas moral masyarakat.
Kualitas moral ini ditentukan oleh banyak hal, adalah sebagai
berikut:
(1) seperti dikemukakan sebelumnya, adalah kemiskinan.
(2) kualitas pendidikan dari masyarakat tersebut.
(3) pengaruh media massa
Sebagai salah satu elemen yang dominan dalam pembentukan nilai
sosial ditengah lingkungan masyarakat. Media massa yang beredar saat
12
ini, khususnya televisi merupakan salah satu media yang menyajikan
nilai yang tidak baik yang dianggap sebagai “nilai kemodernan” yang
tidak tepat.
5) Faktor Lemahnya kelembagaan negara.
a. Jika tindakan korupsi tidak ditindak segera, maka akan
menimbulkan stigma di masyarakat bahwa tindakan tersebut
diperbolehkan dan aman karena terjadi secara masif.
b. Tidak semua lembaga pemerintahan “baik” dalam hal pemberian
insentif/upah/gaji terhadap para pegawainya. Oleh karenanya
kekurangan penghasilan tersebut sangat mungkin menjadi salah
satu faktor korupsi dilakukan.
c. Mekanisme interaksi relasi menjadi hal penting dalam hal ini
karena diantara lembaga-lembaga yang ada, beberapa
diantaranya memiliki mekanisme interaksi relasi yang
menimbulkan celah untuk terjadinya tindakan korupsi dalam
bentuk “suap”
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Korupsi sudah menyebar merata di negara ini, tindakan korupsi
tidak hanya merugikan negara, namun juga dapat menghambat
kesejahteraan masyarakat. (Wijayanti 2016:1) menyatakan bahwa korupsi
atau rasuah (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baik politis maupun pegawai negeri, serta pihak
lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada pejabat
publik untuk mendapatkan keuntungan sepihak. (Wibowo 2013 : 22)
14
4.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Evi Hartanti, 2007, Tindak Pidana Korupsi, edisi kedua, sinar grafika, Jakarta,
Kurniadi, Nanang T. Puspito Marcella Elwina S. Indah Sri Utari Yusuf Karsona,
https://www.coursehero.com/file/90835366/14-Buku-
Pendidikan-Antikorupsi-untuk-Perguruan-Tinggipdf/
https://repository.unair.ac.id/13786/6/6.%20Kata%20Peng
https://www.google.com/search?q=https%3A%2F%2Frepo
sitory.unair.ac.id%2F13786%2F6%2F6.%2520Kata%2520
Pengantar.pdf&ei=Hk0yY4LAJPCdz7sPwpKJ-
16
Ak&ved=0ahUKEwiCx4DK5LP6AhXwznMBHUJJAp8Q
4dUDCA0&uact=5&oq=https%3A%2F%2Frepository.unai
r.ac.id%2F13786%2F6%2F6.%2520Kata%2520Pengantar.
pdf&gs_lcp=Cgxnd3Mtd2l6LXNlcnAQAzoXCAAQ6gIQt
AIQigMQtwMQ1AMQ1QMQ5QJKBAhBGABKBAhGG
ABQjTBYjTBgmjtoAXABeACAAUiIAUiSAQExmAEAo
AEBoAECsAEKwAEB&sclient=gws-wiz-serp
Pendidikan, K., Ri, K., Jenderal, D., & Tinggi, P. (n.d.). Pendidikan Anti-Korupsi
http://repository.stikesrspadgs.ac.id/31/1/Buku%20Pendidi
kan%20Anti%20Korupsi%20untuk%20Perguruan%20Ting
gi-167hlm.pdf#page=50
EdukasiAntikorupsi. https://aclc.kpk.go.id/aksi-
informasi/Eksplorasi/20220407-kenapa-masih-banyak-
yang-korupsi-ini-penyebabnya
journal.uajy.ac.id/4150/6/5MIH00941.pdf
17
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Hasanah
18
Taufik Hardiansyah Adny Nanda Nesvita
19